Anda di halaman 1dari 5

Berpikir Kritis Dalam Kegiatan Mahasiswa

Andri Hernadi Salampak Dehen

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta, Indonesia


e-mail: Andri.2015fk167@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak

Berpikir kritis adalah berpikir dengan baik, dan merenungkan tentang proses berpikir
merupakan bagian dari berpikir yang baik. Tujuan awal berpikir kritis adalah menyingkapkan
kebenaran dengan menyerang dan menyingkirkan semua yang salah supaya kebenaran akan
terlihat. Berpikir kritis tidak semata-mata memiliki kekuatan yang generatif maupun
konstruktif. Berpikir kritis memiliki nilai seperti halnya sebuah roda dalam sepeda motor.
Mengajarkan hanya berpikir kritis tidaklah cukup.

Menurut arti kata filsafat adalah suatu kebijaksanaan hidup. filsafat merupakan suatu ilmu
pengetahuan. Filsafat berbeda dengan ilmu pengetahuan lain karena memiliki objek sendiri.
Aliran deontologis adalah etika kewajiban. Prinsip dari utilitarisme adalah tindakan atau
peraturan tindakan yang secara moral betul adalah yang paling menunjang kebahagiaan
semua yang bersangkutan. Eudemonisme adalah Ajaran yang mengatakan bahwa tujuan
perilaku orang adalah mencari kebahagian diri sendiri.

Kata kunci: deontologis, utilitarisme, eudemonisme

Abstract

Critical thingking is thingking well, and ponder on the thought process ia a part of good
thinking. The initial goal of critical thinking is revealing the truth by attacking and getting rid
of all that is wrong so that the truth will be seen. Critical thinking is not solely have the power
that is generative and constructive. Critical thinking has value as well as a wheel in a
motorcycle. Teaches critical thinking just is not enough.

According to the meaning of the word philosophy is a living wisdom. philosophy is a science.
Philosophy of science is different from others because it has its own object. Deontological
flow is ethical obligation. The principle of utilitarianism is an action or regulatory action that
is morally correct is that most support the happiness of all concerned. Eudemonisme is
teaching that says that the purpose of the behavior of people are looking for happiness

1
yourself.
Keywords: deontological, utilitarianism, eudemonisme

Pendahuluan

Sejatinya semua manusia terlahir untuk dapat berpikir. Pada era globalisasi saat ini,
perkembangan zaman yang sangat pesat menuntut kita untuk dapat berpikir lebih maju. Tapi,
seiring perkembangan zaman yang semakin pesat banyak orang yang kehilangan cara
berpikir yang baik karena berbagai faktor. Kemampuan berpikir kritis dan kreatif sangat
diperlukan mengingat bahwa dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang sangat
pesat dan memungkinkan siapa saja bisa memperolah informasi secara cepat dan mudah
dengan melimpah dari berbagai sumber dan tempat manapun di dunia. Hal ini mengakibatkan
cepatnya perubahan tatanan hidup serta perubahan global dalam kehidupan. Jika tidak
dibekali dengan kemampuan berpikir kritis dan kreatif maka tidak akan mampu mengolah
menilai dan megambil informasi yang dibutuhkan untuk menghadapi tantangan tersebut.

Berpikir kritis bukanlah suatu yang baru. Tapi, kemampuan berpikir kritis bukanlah
suatu yang dapat timbul dengan sendirinya seiring dengan perkembanagn fisik manusia.
Kemampuan ini harus di asah dengan cara mengahadapi masalah-masalah yang menuntut
seseorang untuk berpikir kritis. Di kalangan sosial, terutama mahasiswa dalam menghadapi
masalah-masalah yang ada di dalam Problem based learning, mahasiswa dituntut untuk dapat
berpikir kritis. Oleh karena itu kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan yang sangat
penting bagi manusia.

Berpikir kritis

Berpikir kritis adalah berpikir dengan baik, dan merenungkan tentang proses berpikir
merupakan bagian dari berpikir yang baik. Pada awal abad yang lalu, dalam tulisannya, john
dewey mengatakan bahawa sekolah harus mengajarkan cara berpikir yang benar pada anak-
anak.1 Berpikir kritis yang sebenarnya tidak dapat direduksi menjadi sekumpulan pertanyaan
pertanyaan retoris ataupun sebuah formula untuk menganalisis penelitian-penelitian yang
ada; berpikir kritis merupakan sebuah proses yang harus disusun kedalam sebuah narasi. Cara
dalam berpikir kritis adalah dengan mengaplikasikan tiga pendekatan: mendefinisikannya,
mencontohkannya, dan mempraktekannya.2

Berpikir kritis berkaitan dengan erat dengan keterampilan pengambilan keputusan


yang tepat. Berpikir kritis merupakan aspek terpenting dalam penalaran sehari-hari. Para

2
peneliti semakin banyak menemukan bahwa program berpikir kritis akan lebih efektif bila
program itu bersifat domain spesific.3 Tujuan awal berpikir kritis adalah menyingkapkan
kebenaran dengan menyerang dan menyingkirkan semua yang salah supaya kebenaran akan
terlihat. Berpikir kritis tidak semata-mata memiliki kekuatan yang generatif maupun
konstruktif. Berpikir kritis memiliki nilai seperti halnya sebuah roda dalam sepeda motor.
Mengajarkan hanya berpikir kritis tidaklah cukup.4

Filsafat Moral

Menurut arti kata filsafat adalah suatu kebijaksanaan hidup. filsafat merupakan suatu
ilmu pengetahuan. Filsafat berbeda dengan ilmu pengetahuan lain karena memiliki objek
sendiri.5 Filsafat berbeda dari ideologi dan dogma, Filsafat moral adalah etika. Ideologi dan
dogma cenderung tertutup, cenderung menganggap kebenaran tertentu sebagai tidak bisa
dipersoalkan dan diterima begitu saja. Sebaliknya filsafat dan ilmu pengetahuan pada
umumnya tidak menerima kebenaran apapun sebagai sesuatau yang telah selesai.6

Filsafat adalah ilmu yang tidak terbatas karena tidak hanya menyelidiki suatu bidang
tertentu dari realitas tertentu saja. Filsafat senantiasa mengajukan pertanyaan tentang seluruh
kenyataan yang ada. Ketakterbatasan filsafat yang demikian itulah yang amat berguna bagi
ilmu pengetahuan.7 Sebagai kesimpulan dapat dikatakan: filsafat moral ialah suatu
pengetahuan metodis dan sitematis, yang melalui jalan refleksi hendak menangkap makna
yang hakiki dari hidup dan gejala-gejala hidup sebagai bagian daripadanya dan membahas
tentang macam-macam teori etika.5

Teleologis

Teleologis berasal dari istilah Yunani telos yang berarti hasil atau tujuan, menyamakan
tindakan yang benar dengan tindakan yang berhasil mencapai tujuan tertentu. Etika teleologis
cenderung menempuh jalan pintas dan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan.8

Deontologis

Aliran deontologis adalah etika kewajiban. Menurut etika deontologis, yang berasal
dari kata yunani deon yang berarti kewajiban, suatu tindakan dipandang benar bila tindakan
itu terjadi sesuai dengan norma sosial yang berlaku. Etika deontologis sangatlah menekankan
perlunya law and order dalam kancah kehidupan bermasyarakat secara berabad yang hanya
akan terjadi bila manusia memenuhi aturan. 8 Dalam deontologi yang menjadi dasar baik dan

3
buruknya suatu perbuatan adalah kewajiban.9 Kata deontologis dalam filsafat moral dikenal
sebagai nama salah satu dari dua kelompok besar teori etika normatif: konsekuensialis dan
nonkonsekuensialis.10

Dalam skenario contohnya : dr. Menjalankan kewajibannya untuk menolong pasien.

Utilitarisme

Prinsip dari utilitarisme adalah tindakan atau peraturan tindakan yang secara moral
betul adalah yang paling menunjang kebahagiaan semua yang bersangkutan. Filsuf pertama
yang menguraikan utilitarisme secara eksplisit dan sistematis adalah Jeremy Bentham. 11
Dapat dipahami pula kalau utilitarisme sangat menekankan pentingnya konsekuensi
perbuatan dalam menilai baik buruknya. Utilitarisme disebut lagi suatu teori teologis (dari
kata Yunani telos = tujuan), sebab menurut teori ini kualitas etis suatu perbuatan diperoleh
dengan dicapainya tujuan perbuatan.9

Contohnya dalam skenario : dr. Sudah melakukan yang terbaik untuk pasien

Eudemonisme

Eudemonisme adalah teori nilai utilitarisme. Yang baik bagi diri sendiri adalah
kebahagiaan.11 Eudemonisme dari bahasa Yunani artinya bahagia. Ajaran yang mengatakan
bahwa tujuan perilaku orang adalah mencari kebahagian diri sendiri.12

Contohnya dalam skenario : dr mengobati pasien dengan tujuan membuat dirinya bahagia dan
pasien bahagia.

Kesimpulan

Berpikir kritis merupakan cara berpikir untuk dapat memcahkan masalah. Dalam
kehidupan mahasiswa sehari-hari, mahasiswa dihadapakan dalam masalah Problem Based
Learning yang bertujuan melatih mahasiswa untuk dapat berpikir kritis. Dalam skenario
problem base learning yang dibahas, dapat disimpulkan bahwa kasus didalam skenario
tersebut terdapat banyak hal yang berkaitan dengan pendekatan medis dan pendekatan
filsafat.

Referensi

4
1. Johnson EB. Contextual teachling and learning: menjadikan kegiatan belajar-mengajar
mengasyikan dan bermakna. Bandung: Penerbit MLC; 2002
2. Wade C, Tavris C. Psikologi. 9nd ed. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2004
3. Santrock JW. Adolescence perkembangan remaja. 6nd ed. Jakarta: Penerbit Erlangga;
2003
4. Bono ED. Revolusi berpikir. Bandung: Penerbit Kaifa; 2007
5. Huijbers T. Filsafat hukum dalam lintasan sejarah. Yogyakarta: Penerbit Kanisiu; 1993
6. Keraf AS, Dua M. Ilmu pengetahuan sebuah tinjauan filosofis. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius. 2001
7. Rapar JH. Pengantar filsafat. Yogyakarta: Penerbit Kanisius; 1996
8. Sugiharto IB, Agus RW. Wajah baru etika & agama. Yogyakarta: Penerbit Kanisius; 2000
9. Bertens K. Etika bisnis. Yogyakarta: Penerbit Kanisius; 2000
10. Rusuanto B. Keadilan sosial pandangan deontologis rawis dan hobermas dua teori
filsafat politik modern. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama; 2005
11. Suseno FM. 13 tokoh etika sejak zaman yunani sampai abad ke-19. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius; 1997
12. Soedarmo R. Kamus istilah teologi. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia. 2008

Anda mungkin juga menyukai