LAPORAN KASUS
3.1 Identitas
Umur : 34 tahun
Alamat : Dekai
Pekerjaan : Petani
Asal Rujukan Dengan Diagnosa : RSUD DEKAI, dengan diagnosa Anemia kronik ec
No. RM : 419282
3.2 Anamnesis
3.2.1 Keluhan Utama
Sesak
3.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan sesak kurang lebih 1 bulan, sesak dirasakan saat
berbaring, dan berkurang saat pasien duduk. Batuk dirasakan kurang lebih sejak 1
bulan. Batuk disertai dahak berwarna putih. Pasien merasakan nyeri saat menelan.
Demam disangkal, mual (+), muntah (-), perut membesar sejak bulan maret disertai
bengkak pada kaki dan nyeri di sekitar sendi- sendi. Pucat-pucat sejak bulan maret
2015. Makan dan minum baik, buang air besar baik, buang air kecil (+) warna
seperti teh kurang lebih sejak 1 minggu.
LAPORAN KASUS
Page 1
Kesadaran : composmentis
GCS : E4V5M6
Vital sign : Tekanan darah : 80/70 mmHg
Nadi : 88 /menit
Respirasi : 32 /menit
Suhu : 37.7C
Kepala : conjungtiva anemis (-/-) sklera ikrerik (-/-)
Leher : JVP tidak meningkat. Tidak terdapat pembesaran kelenjar g
getah bening
Thoraks : Inspeksi : simetris, ikut gerak nafas, retraksi (-)
Palpasi : Vocal fremitus : D = S
Perkusi : Sonor
Auskultasi : suara nafas vesikuler, Rhonki
whezzing
Abdomen : Inspeksi : cembung
Auskultasi : bising usus (+)
Palpasi : supel, nyeri tekan (-)
Perkusi : timpani redup
Hepar : tidak teraba
Lien : scufner III
Ekstremitas atas : akral hangat (+), oedema (-)
Ekstremitas bawah : akral hangat (+), oedema piting (+)
Genitalia : tidak diperiksa
3.3.2 Pemeriksaan Penunjang
LAPORAN KASUS
Page 2
Pemeriksaan EKG
LAPORAN KASUS
Page 3
- Koreksi anemia
3.6 Follow Up
Hari / S O A P Keterangan
Tanggal
LAPORAN KASUS
Page 4
>10
SF 1x1 tab
As.Folat 2x1 tab
LAPORAN KASUS
Page 5
As.Folat 2x1 tab
Transfusi albumin H2
LAPORAN KASUS
Page 6
Pro echo
Pirantel pamoat
1x500mg stop
7-1-2016 Keluhan (-) Td 110/70 N Anemia HD, Susp IVFD RL Hasil Echo
83x/m R PE + Susp.RHD 1000cc/24jam Dx. RHD-
Inj.Furosemide 2/1
20x/m MR-AR-
amp (TD > 90
Eksaserbasi.
mmHg) Tx.
Inj.Ranitidin 2x1 amp
Erytromicin
MP 3x1 4 mg (p.o)
3x500
H7
Mp 3x16 mg
Spironolactone 2x50
(p.o)
mg tab
Cek ASTO
Digoxin 1x1 mg tab
Losartan 1x25mg tab
Pro transfusi PRC 1
kolf/hari hingga HB
>10
SF 1x1 tab
As.Folat 2x1 tab
Diet extra putih telur
LAPORAN KASUS
Page 7
mg(H2)
Pct 3x500 mg k/p
LAPORAN KASUS
Page 8
As.Folat 2x1 tab
Diet extra putih telur
Eritromicin 3x500 mg
(H5)
Pct 3x500 mg k/p
BAB II
PEMBAHASAN
Penyakit jantung rematik merupakan kelainan jantung yang terjadi akibat demam
rematik atau kelainan karditis akut. Demam Reumatik merupakan suatu penyakit
inflamasi sistemik non supuratif yang digolongkan pada kelainan vaskular kolagen atau
jaringan ikat. Proses reumatik ini merupakan reaksi peradangan yang dapat mengenai
banyak organ tubuh terutama jantung, sendi dan sistem saraf. Penyakit ini dapat
diakibatkan oleh Streptokokus Grup A (SGA) beta hemolitik pada tonsilofaringitis
dengan masa laten 1 -3 minggu.
Pada pasien ini didiagnosis dengan Penyakit Jantung Rematik dengan Regurgitasi
Mitral+ Regurgitasi Aorta+ Eksaserbasi + Anemia HD karena pada anamnesa dan
pemeriksaan fisik didapatkan keluhan sesak 1 bulan, sesak dirasakan jika pasien
LAPORAN KASUS
Page 9
berbaring dan berkurang jika pasien duduk, batuk 1 bulan, nyeri menelan, demam,
nyeri sendi-sendi dan bengkak pada kedua kaki, pucat, cepat lelah. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan, rhonky di basal paru kanan, pembesaran limpa Schuffner III, edema
ekstremitas bawah, piting edema.
Dimana hal ini sesuai dengan kriteria menurut Dr.T.Jones, yaitu Manifestasi
Major dan Manifestasi Minor.Manifestasi major menurut Jones antara lain Karditis,
Arthritis, Eritema Marginatum, Khorea, Nodul Subcutaneus. Manifestasi Minor antara
lain Demam, Artralgia, LED meningkat, Protein C reaktif, EKG interval PR memanjang.
Pada kasus ini tanda manifestasi major yang didapatkan :
1). Karditis gejala dini : lelah, pucat, tidak bergairah, tampak sakit, seorang penderita
dikatakan Demam rematik jika ditemukan satu atau lebih tanda berikut : bunyi jantung
melemah dengan bising diastolic, terdengar bising yang semula tidak ada atau perubahan
intensitas bising yang sudah ada, kardiomegali terutama pembesaran ventrikel kiri,
pericarditis ditandai dengan nyeri yang menjalar ke umbilicus, friction rub, efusi
pericardial dan kelainan EKG, gagal jantung kongesif tanpa kelainan.
2). Arthritis, khas untuk demam rematik adalah poliartritis migrans akut, biasanya
mengenai sendi-sendi besar (lutut, pergelangan kaki/tangan, siku) dapat timbul
bersamaan tetapi lebih sering bergantian/berpindah-pindah.
Manifestasi minor yang didapatkan Demam, pemeriksaan tambahan,bukti adanya infeksi
streptokokus sebelumnya, yaitu peningkatan titer ASTO atau titer antibody terhadap
streptokokus lain.
Penegakkan diagnosis menurut kriteria WHO tahun 2002-2003 untuk diagnosis
Demam Rematik & Penyakit Jantung Rematik yaitu :
- Demam Rematik serangan pertama : 2 kriteria major atau 1 kriteria major dan 2
minor + streptokokus B hemolitikus grup A bukti infeksi sebelumnya
- Demam Rematik serangan rekuren tanpa Penyakit Jantung Rematik : 2 major atau 1
mjor dan 2 minor + bukti streptokokus B hemolitikus grup A sebelumnya
- Demam Rematik serangan rekurent dengan Penyakit Jantung rematik : 2 minor +
bukti Streptokokus B hemolitikus A sebelumnya
- Korea syndenham : tidak perlu kriteria major lainnya atau bukti streptokokus b
hemilikus grup A
- Penyakit Jantung Rematik (Stenosis Mitral murni atau kombinasi dengan
Insufisiensi dan atau gangguan aorta): tidak perlu kriteria lain.
Insufisiensi mitral atau regurgitasi mitral adalah proses penutupan katup yang
tidak sempurna, yang disebabkan karena penyembuhan valvulitis yang tidak sempurna
sehingga terjadi pemendekan katup sehingga daun katub tidak pas antara fase sistolik
LAPORAN KASUS
Page 10
(akibat penutupan katup yang tidak sempurna). Pada fase sistolik akan terjadi
regurgitasi, hal ini yang menyebabkan bising yang disebut bising pansistolik. Pada
kasus ini juga terjadi kompensasi tubuh dengan cara hipertrofi atrium maupun ventrikel
dalam memenuhi kebutuhan systole diastole. Keadaan ini yang menyebabkan aliran
balik ke paru (menyebabkan pasien sesak karena kongesti vascular paru yang
mengurangi kelenturan paru dan meningkatkan aliran darah), Jantung kanan (terjadi
peningkatan vena jugularis) Peningkatan JVP merupakan kompensasi dari abdomen
kuadran kanan atas serta menunjukkan kongesti vena sistemik, serta dapat terjadi
hepatomegaly (terjadi peregangan kapsula hati) dan kealiran sistemik.
Tatalaksana
1 Pencegahan primer
Cara pemusnahan Streptokokus dari tonsil dan faring sama dengan pengobatan
faringitis Streptokokus, yakni pemberian penisilin benzatin intramuskuler dengan dosis 1,2
juta unit untuk pasien dengan berat badan > 30 kg atau 600.000 sampai 900.000 unit untuk
pasien dengan berat badan < 30 kg. Penisilin oral 400.000 unit (250 mg) diberikan 4 kali
sehari selama 10 hari dapat digunakan sebagai alternatif. Eritromisin 50 mg/kgBB sehari
dibagi 4 dosis yang sama, dengan maksimum 250 mg 4 kali sehari selama 10 hari dianjurkan
untuk pasien yang alergi penisiin. Obat lain seperti sefalosforin yang diberikan dua kali sehari
LAPORAN KASUS
Page 11
selama 10 hari juga efektif untuk pengobatan faringitis streptokokus, seperti pada tabel di
bawah ini :
LAPORAN KASUS
Page 12
LAPORAN KASUS
Page 13
Pada kasus ini pasien diberikan terapi eritromisin untuk terapi infeksi streptokokus
selama 10 hari, digoksin diberikan satu kali sehari, Metilprednisolon yang diberikan
kepada pasien dengan dosis 3 x 16 mg, spironolakton dengan pemberian 2 x 50 mg sesuai
dengan tatalaksana pada kepustakaan.
LAPORAN KASUS
Page 14
dengan mudah dan teratur melakukannya satu kali setiap 3 atau 4 minggu, dibandingkan
dengan tablet penisilin oral setiap hari. Preparat sulfa yang tidak efektif untuk pencegahan
primer terbukti lebih efektif dari pada penisilin oral untuk pencegahan sekunder. Dapat juga
digunakan sulfadiazin yang harganya lebih murah daripada eritromisisn, seperti tertera pada
tabel dibawah ini.
Pencegahan sekunder harus dilanjutkan selama pasien hamil, akan tetapi sebaiknya
tidak dipakai sulfadiazin karena mendatangkan risiko terhadap janin. Remaja biasanya
mempunyai masalah khusus terutama dalam ketaan minum obat, sehingga perlu upaya
khusus terutama dalam ketaatannya minum obat, sehingga perlu upaya khusus mengingat
risiko terjadinya kumat cukup besar. Untuk pasien penyakit jantung reumatik kronik,
pencegahan sekunder untuk masa yang lama, bahkan seumur hidup dapat diperlukan,
terutama pada kasus yang berat. Beberapa prinsip umum dapat dikemukakan pada tabel
berikut.
LAPORAN KASUS
Page 15
-
A Pengobatan suportif
Tirah Baring
Semua pasien demam reumatik akut harus tirah baring, jika mungkin di rumah sakit.
Tirah baring di rumah sakit untuk pasien demam reumatik derajat 1 , 2, 3 dan 4 berturut-turut
2, 4, 6,12 minggu. Serta lama rawat jalan untuk pasien demam reumatik derajat 1,2,3 dan 4
berturut-turut 2, 4, 6, 12 minggu. Karditis hampir selalu terjadi dalam 2-3 minggu sejak dari
awal serangan, hingga pengamatan yang ketat harus dilakukan selama masa tersebut. Sesudah
itu lama dan tingkat tirah baring bervariasi. Tabel berikut merupakan pedoman umum untuk
mendukung rekomendasi tersebut.
Pedoman umum tirah baring dan rawat jalan pada pasien demam reumatik
Tabel 5. Pedoman umum tirah baring dan rawat jalan pada pasien demam reumatik10
LAPORAN KASUS
Page 16
Derajat 3(Karditis dengan kardiomegali) demi sedikit rawat jalan selama 6 minggu
Derajat 4(Karditis dengan gagal jantung) Tirah baring ketat selama masih ada
gejala gagal jantung dan sedikit demi
sedikit rawat jalan selama 12 minggu
DAFTAR PUSTAKA
LAPORAN KASUS
Page 17
1. Setiati S, Nafrialdi, Alwi I, Syam AF, SImadibrata M (editor). Panduan
Sistematis untuk Diagnosis Fisis Anamnesis dan Pemeriksaan Fisi Komprehensif.
Jakarta : Interna Publishing. 2013
2. Meador RJ, Russel IJ, Davidson A, et al. Acute Rheumatic Fever. Available
from: http://www.emedicine.com/med/topic2922.htm
3. Veasy GL. Rheumatic fever T.Duckett Jones and the rest of the story. Cardiol
Young 1995; 5: 293-01.
4. World Health Organization. Rheumatic fever and rheumatic heart disease WHO
Technical report series 923. Report of a WHO Expert Consultation Geneva, 29
October1 November 2001.
5. Park MK. Acute Rheumatic Fever. In: Pediatric Cardiology for practitioners; 3rd
ed. St.Louis: Mosby, 1996; p. 302-09.
6. Dajani A, Taubert K, Ferrieri P, et al. Treatment of acute streptococcal
pharyngitis and prevention of rheumatic fever; A statement for health profesional
by Comitte on Rheumatic fever, endocarditis, and Kawasaki disease of the council
on cardiovascular disease in the young, American Heart Association. Pediatrics
1995; 96 758-64.
7. Snitcowsky R. Medical treatment of acute episodes of rheumatic fever. Cardiol
Young 1992; 2: 240-43.
LAPORAN KASUS
Page 18