Anda di halaman 1dari 35

DOKTER INTERNSHIP

PUSKESMAS KECAMATAN PESANGGRAHAN


PERIODE FEBRUARI 2016

STATUS PASIEN
Nama Mahasiswa : Siti Halida Zoraida Soraya D.A
Pembimbing : dr. Amari Aqmar
Tanda tangan :

IDENTITAS PASIEN
Nama : An. SN
Umur : 5 tahun 10 bulan
Tempat / tanggal lahir : Jakarta, 22 Februari 2011
Alamat : Jl.
Pendidikan Terakhir : TK
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku Bangsa : Jawa-Sunda
Agama : Islam

Orang tua / Wali


Ayah : Ibu :
Nama : Tn.M Nama : Ny. W
Umur : 35 tahun Umur : 32 tahun
Pekerjaan : Montir Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : SMK Pendidikan : SMA
Suku bangsa : Sunda Suku bangsa : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam

Hubungan dengan orang tua : Pasien merupakan anak kandung

I. RIWAYAT PENYAKIT
A. ANAMNESIS
Dilakukan secara alloanamnesis dengan Ny. W (ibu kandung pasien).
Lokasi : Poliklinik Umum, Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan
Tanggal / waktu : 27 Oktober 2016, pukul 13.00 WIB

Keluhan utama : Ruam merah pada badan sejak 1 hari yang lalu
Keluhan tambahan : Batuk, pilek, mata merah dan demam sejak 4 hari yang lalu.

A. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG :


Pasien diantar kedua orang tuanya Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan dengan ruam
merah pada badan sejak 1 hari yang lalu. Ibu pasien mengatakan bahwa pasien demam sejak
4 hari yang lalu, demam timbul mendadak dan dirasa terus menerus. Demam dirasa cukup
tinggi dengan perabaan, demam menurun saat diberikan obat penurun panas, namun naik lagi
setelah beberapa saat. Demam tidak disertai keringat dingin, menggigil maupun kejang. Satu
hari yang lalu demam semakin tinggi disertai munculnya ruam kemerahan, ruam bermula dari

1
belakang telinga, dan menyebar ke leher, wajah, dada dan punggung, ruam kemerahan
tersebut tidak terasa gatal. Ibu pasien membawa pasien berobat ke klinik 24 jam, diberikan 2
macam obat. Tadi pagi ruam kemerahan bertambah hingga perut dan ekstremitas. Pasien juga
mengeluh batuk dan pilek, batuk dirasakan ada dahak namun dahak sulit keluar, dan pilek
disertai dengan lendir encer. Selain itu pasien mengeluh kedua matanya terasa panas, gatal
dan berair. Tiga hari SMRS kedua mata pasien berwarna merah, sangat berair, dan terasa
silau. Menurut ibu pasien, nafsu makan pasien menurun, pasien juga mengeluh tenggorokan
terasa sakit saat menelan makanan. Tidak didapatkan adanya keluhan sesak, mimisan, gusi
berdarah, muntah, dan BAB cair. BAK tidak ada keluhan, warna kuning jernih.
Saudara sepupu pasien memiliki keluhan serupa seperti yang dialami pasien dan dirawat
di rumah sakit dengan diagnosa campak. Kurang lebih 1 - 2 minggu sebelum munculnya
demam, pasien berkunjung kerumah sakit untuk menjenguk.

B. RIWAYAT KEHAMILAN / KELAHIRAN


Morbiditas kehamilan Hipertensi (-), DM (-), Anemia (-), Peny.
KEHAMILA Jantung (-), Asma (-), infeksi (-)
N Perawatan antenatal Rutin kontrol ke puskesmas sesuai jadwal
dan sudah mendapat imunisasi TT 1x
Tempat persalinan Bidan
Penolong persalinan Bidan
Cara persalinan Spontan
Masa gestasi Cukup bulan
KELAHIRA Berat lahir : 2800 gr
Panjang lahir : 49 cm
N Lingkar kepala : (tidak tahu)
Keadaan bayi Langsung menangis (+)
Kemerahan (+)
Nilai APGAR : (tidak tahu)
Kelainan bawaan : tidak ada
Kesimpulan riwayat kehamilan / kelahiran :
Pasien lahir spontan, neonatus cukup bulan - sesuai masa kehamilan.

D. RIWAYAT PERKEMBANGAN
Pertumbuhan gigi I : Umur 8 bulan (Normal: 5-9 bulan)
Gangguan perkembangan mental : Tidak ada
Psikomotor
Tengkurap : Umur 4 bulan (Normal: 3-4 bulan)
Duduk : Umur 8 bulan (Normal: 6-9 bulan)
Berdiri : Umur 10 bulan (Normal: 9-12 bulan)

2
Berjalan : Umur 12 bulan (Normal: 13 bulan)
Bicara : Umur 13 bulan (Normal: 9-12 bulan)
Membaca & menulis : Umur 5 tahun
Perkembangan pubertas
Rambut pubis :-
Payudara :-
Menarche :-
Kesimpulan riwayat perkembangan :
Riwayat perkembangan pasien baik, sesuai usia.

E. RIWAYAT MAKANAN
Umur
ASI/PASI Buah / Biskuit Bubur Susu Nasi Tim
(bulan)
02 ASI - - -
24 ASI - - -
46 ASI + + -
67 ASI + + -
8 10 ASI + PASI + + +
10 -11 ASI + PASI + + +
Umur diatas 1 tahun

Jenis makanan Frekuensi dan jumlah


Nasi / pengganti 3x sehari, 1 piring
Sayur 3x sehari, 2 sendok makan
Daging 4x seminggu, 1 potong
Telur 3x seminggu, 1 butir
Ikan 3x seminggu, 1 ekor
Tahu 2x sehari, 1 potong
Tempe 1x sehari, 1 potong
Susu 2x sehari, 1 gelas (Merk real good)
Lain-lain Buah (pisang/pepaya/apel) 1x sehari
Kesulitan makan : Asupan makanan dan minuman pasien berkurang sejak sakit.
Kesimpulan riwayat makanan :
Asupan gizi pasien sejak lahir sampai sekarang baik dan proporsi makanan seimbang. Asupan
makanan berkurang saat sakit.

F. RIWAYAT IMUNISASI
Vaksin Dasar ( umur ) Ulangan ( umur )
BCG 2 bulan X X

3
DPT / PT 2 bulan 4 bulan 6 bulan
Polio 0 bulan 2 bulan 4 bulan 6 bulan
Campak - X X
Hepatitis B 0 bulan 1 bulan 6 bulan
Kesimpulan riwayat imunisasi : Imunisasi dasar PPI tidak lengkap, imunisasi campak
belum dilakukan.

G. RIWAYAT KELUARGA
a. Corak Reproduksi

Tanggal lahir Jenis Lahir Mati Keterangan


No Hidup Abortus
(umur) kelamin mati (sebab) kesehatan
1. 7 tahun L Hidup - - - Sehat
2. 5 tahun 10 bulan P Hidup - - - Sakit (Pasien)

b. Riwayat Pernikahan
Ayah / Wali Ibu / Wali
Nama Tn. M Ny.W
Perkawinan ke- 1 1
Pendidikan terakhir SMK SMA
Agama Islam Islam
Suku bangsa Sunda Jawa
Keadaan kesehatan Sehat Sehat
Kosanguinitas - -
Penyakit, bila ada - Asma, sinusitis

c. Riwayat Penyakit Keluarga


Didapatkan adanya saudara sepupu pasien yang menderita keluhan yang sama seperti pasien,
dan dikatakan menderita campak. Riwayat kontak (+) satu - dua minggu sebelum keluhan
pasien muncul. Ibu pasien memiliki riwayat penyakit asma dan sinusitis.
Kesimpulan Riwayat Keluarga : Pasien anak kedua dari dua bersaudara. Didapatkan
adanya faktor resiko yaitu riwayat kontak dengan penerita campak.

H. RIWAYAT LINGKUNGAN PERUMAHAN


Pasien tinggal bersama ayah, ibu dan saudara kandungnya di rumah sewaan. Rumah
terdiri 2 kamar tidur dan 1 kamar mandi, beratap genteng, dan berdinding tembok. Ventilasi
dan pencahayaan baik. Sumber air bersih dari air PAM. Air limbah rumah tangga disalurkan
dengan baik. Pembuangan sampah diangkut oleh petugas kebersihan setiap hari. Keadaan
lingkungan rumah tidak terlalu padat.
Kesimpulan Keadaan Lingkungan :
Lingkungan rumah cukup baik. Proses pertukaran udara dan sinar matahari cukup baik.

4
I. RIWAYAT PENYAKIT YANG PERNAH DIDERITA
Penyakit Umur Penyakit Umur Penyakit Umur
Alergi (-) Difteria (-) Penyakit jantung (-)
Cacingan (-) Diare 3 tahun Penyakit ginjal (-)
DBD (-) Kejang (-) Radang paru (-)
Otitis (-) Morbili (-) TBC (-)
Parotitis (-) Operasi (-) Infeksi saluran kemih (-)
Kesimpulan Riwayat Penyakit yang pernah diderita :
Pasien pernah dan menjalani perawatan di RS Suyoto selama 3 hari dengan diagnosis diare
dengan dehidrasi saat berusia 3 tahun, pulang dalam keadaan sembuh.

II. PEMERIKSAAN FISIK (27 Oktober 2016)


A. Status Generalis
Keadaan Umum
Kesan Sakit : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Kesan Gizi : Baik
Keadaan lain : Anemis (-), ikterik (-), sianosis (-), dispnoe (-)

Data Antropometri
Berat Badan sekarang : 27 kg
Berat Badan sebelum sakit : Tidak diukur
Tinggi Badan : 120 cm
Lingkar Kepala : 50 cm
Lingkar Lengan Atas : 19 cm

Status Gizi
- BB / U = 27 / 23 x 100 % = 117% (Gizi baik)
- TB / U = 120 / 115 x 100 % = 104 % (Tinggi normal)
- BB / TB = 27 / 25 x 100 % = 108% (Gizi baik)
- LK = 50 cm berdasarkan kurva Neilhaus termasuk diantara (-2 SD) dengan (+2 SD)
yang menunjukkan kondisi Normocephali.

Tanda Vital
Nadi : 116 x / menit, kuat, isi cukup, ekual kanan dan kiri, regular
Tekanan Darah : Tidak diukur
Nafas : 20 x / menit
Suhu : 38,3 OC, axilla (diukur dengan termometer digital)

Kepala : Normocephali
Rambut : Rambut hitam, distribusi merata dan tidak mudah dicabut, cukup tebal
Wajah : Wajah simetris, tidak ada edema, luka ataupun jaringan parut, ruam
makulopapular eritematosa ukuran miliar-lentikular, sirkumskrip,
diskret.
Mata :
Visus : tidak dinilai Ptosis : -/-

5
Sklera ikterik : -/- Lagofthalmus : -/-
Konjunctiva anemis : -/- Cekung : -/-
Konjunctiva injeksi : +/+ Exophthalmus : -/-
Kornea jernih : +/+ Strabismus : -/-
Lensa jernih : +/+ Nistagmus : -/-
Pupil : bulat, isokor Refleks cahaya : langsung +/+ ,
tidak langsung +/+
Telinga :
Bentuk : Normotia Tuli : -/-
Nyeri tarik aurikula : -/- Nyeri tekan tragus : -/-
Liang telinga : Lapang Membran timpani : Sulit dinilai
Serumen : -/- Refleks cahaya : Sulit dinilai
Cairan : -/-
Hidung :
Bentuk : Simetris Napas cuping hidung :-/-
Sekret : +/+ Deviasi septum :-
Mukosa hiperemis : -/- Konka eutrofi : +/+
Bibir : Simetris saat diam, mukosa berwarna merah muda, kering (-), sianosis (-).
Mulut : Trismus (-), oral hygiene baik, gigi sudah tumbuh lengkap, mukosa bukal
hiperemis (+), bercak koplik (+) mukosa bukal kanan bawah
Lidah : Normoglossia, lidah kotor (-)
Tenggorokan: Tidak ada kelainan palatum, dinding faring posterior hiperemis (+),
ukuran tonsil T2-T2 tidak hiperemis, kripta melebar -/-, detritus -/-.
Leher : Bentuk tidak tampak kelainan, tidak tampak pembesaran tiroid maupun
KGB, tidak tampak deviasi trakea, efloresensi makulopapular eritema.
Thoraks : Simetris saat inspirasi dan ekspirasi, deformitas (-), retraksi (-), ruam
makulopapular eritematosa, ukuran milier-lentikuler, sirkumskrip,
diskret.
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS V linea midklavikularis sinistra
Perkusi : Batas kiri jantung : ICS V linea midklavikularis sinistra
Batas kanan jantung : ICS III V linea sternalis dextra
Batas atas jantung : ICS III linea parasternalis sinistra
Auskultasi : BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)
Paru
Inspeksi : Bentuk thoraks simetris pada saat statis dan dinamis, tidak ada pernafasan
yang tertinggal, pernafasan abdomino-torakal, retraksi (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-), benjolan (-), gerak napas simetris kanan dan kiri, vocal
fremitus sama kuat kanan dan kiri
Perkusi : Sonor di kedua lapang paru.
Batas paru lambung : ICS VII linea axilaris anterior
Batas paru hepar : ICS VI linea midklavikularis dextra
Auskultasi : Suara napas vesikuler, reguler, ronkhi -/-, wheezing -/-
Abdomen :

6
Inspeksi : Perut datar, tidak dijumpai benjolan, kulit keriput (-), gerakan peristaltik (-)
Palpasi : Datar, supel, nyeri tekan (-), hepatomegali (-), splenomegali (-)
Perkusi : Timpani pada seluruh kuadran abdomen, shifting dullness (-)
Auskultasi : Bising usus (+), frekuensi 3 x / menit
Anogenitalia : Jenis kelamin perempuan, tanda radang (-),ulkus (-), sekret (-), fissura ani (-)
KGB :
Preaurikuler : Tidak teraba membesar
Postaurikuler : Tidak teraba membesar
Submandibula : Tidak teraba membesar
Supraklavikula : Tidak teraba membesar
Axilla : Tidak teraba membesar
Inguinal : Tidak teraba membesar
Anggota Gerak :
Ekstremitas : akral hangat pada keempat ekstremitas
Tangan Kanan Kiri
Tonus otot Normotonus Normotonus
Kekuatan otot 5 5

Kaki Kanan Kiri


Tonus otot Normotonus Normotonus
Kekuatan otot 5 5

STATUS NEUROLOGIS
Reflek fisiologis
Kanan Kiri
Biseps + +
Triseps + +
Patella + +
Achiles + +
Refleks patologis
Kanan Kiri
Babinski - -
Chaddock - -
Oppenheim - -
Gordon - -
Schaeffer - -
Tanda rangsang meningeal
Kaku kuduk (-)
Brudzinski I (-) (-)
Brudzinski II (-) (-)
Laseq (-) (-)
Kerniq (-) (-)

7
Saraf cranialis
- N. I (Olfaktorius)
Tidak dilakukan pemeriksaan.
- N. II dan III (Opticus dan Occulomotorius)
Pupil bulat isokor 3mm / 3mm, RCL +/+, RCTL +/+
- N. IV dan VI (Trochlearis dan Abducens)
Dalam batas normal.
- N. V (Trigeminus)
Dalam batas normal.
- N. VII (Facialis)
Wajah tampak simetris
Motorik: Baik
Sensorik: Tidak dilakukan pemeriksaan.
- N. VIII (Vestibulo-kokhlearis)
Tidak dilakukan pemeriksaan.
- N. IX, X (Glosofaringeus, Vagus)
Tidak didapatkan gangguan menelan.
- N. XI (Aksesorius)
Dapat mengangkat kedua bahu, dan dapat menoleh ke kanan dan kiri.
- N. XII (Hipoglosus)
Tidak didapatkan kelainan.

Kulit : Warna sawo matang merata, pucat (-), tidak ikterik, tidak sianosis, turgor kulit
baik, lembab, ruam makulopapular eritematosa, ukuran milier-lentikuler,
sirkumskrip, diskret pada belakang telinga, wajah, dada, punggung dan
lengan atas.

Tulang belakang : Bentuk normal, tidak terdapat deviasi, benjolan (-).

III. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Laboratorium Darah
Parameter Hasil Nilai Rujukan Keterangan

Darah Rutin

Leukosit (WBC) 8.0 ribu/uL 4.5 - 13.5 Normal

Hemoglobin (HGB) 12.5 g/dL 10.7 - 14.7 Normal

8
Hematokrit (HCT) 36 % 33 - 45 Normal

Trombosit (PLT) 239 ribu/uL 184 - 488 Normal

Pada pemeriksaan darah rutin tidak didapatkan adanya nilai yang abnormal.
Menandakan tidak didapatkan adanya komplikasi pada pasien.

IV. RESUME
Pasien anak perempuan usia 5 tahun 10 bulan datang dengan keluhan timbul ruam
kemerahan pada seluruh tubuhnya sejak 2 hari sebelum berobat. Sebelumnya didapatkan
keluhan batuk, pilek, kedua mata merah, demam naik turun mendadak, demam tidak disertai
adanya keluhan kejang, nyeri telinga, serta perdarahan. Ruam kemerahan, gatal bermula dari
belakang telinga, dan menyebar ke punggung, wajah, dada dan kedua lengan. Satu hari
SMRS demam semakin tinggi, ruam menyebar ke perut dan ekstremitas bawah, sesak (-),
BAB cair (-). Riwayat kontak (+). Riwayat kontak 1-2 minggu sebelum demam.

Pada pemeriksaan fisik ditemukan suhu 38,3O C, pernapasan 20 x/menit, injeksi


konjungtiva +/+, lakrimasi +/+, sekret hidung +/+, bercak Koplik (+), dinding faring
hiperemis. Kulit didapatkan ruam makulopapular eritematosa ukuran miliar-lentikular,
sirkumskrip, diskret, generalisata.
Pada pemeriksaan penunjang hematologi pada tanggal 27 Oktober 2016 tidak
didapatkan hasil yang abnormal.

V. DIAGNOSIS BANDING
1. Morbili stadium erupsi
2. Rubela
3. Roseola infantum

VI. DIAGNOSIS KERJA


Morbili stadium erupsi

VII. PEMERIKSAAN ANJURAN


- Hematologi rutin ulang
- Pemeriksaan sitologik (spesimen sputum, sekresi nasal dan sedimen urine)
ditemukan multi nucleated giant cell khas pada morbili.
- Pemeriksaan serologi :
Uji HI (Hemaglutinasi-Inhibisi) Peningkatan kadar/titer antibodi 4x
IgM spesifik

VIII. PENATALAKSANAAN

9
A. Non Medikamentosa
1. Komunikasi-Informasi-Edukasi kepada orang tua pasien mengenai keadaan pasien.
2. Menjaga kebersihan pribadi, pisahkan dari keluarga yang belum pernah terkena.
3. Observasi tanda vital.
4. Makan makanan yang memenuhi gizi seimbang.

B. Medikamentosa
1. Paracetamol 250 mg jika suhu 37,5 C
2. GG 3x1/2 tab
3. Vitamin A 1 x 200.000 IU (hari ke 1, 2, 14)
4. Bedak salicyl

IX. PROGNOSIS
Ad Vitam : ad bonam
Ad Sanationam : ad bonam
Ad Fungtionam : ad bonam

ANALISA KASUS

Pada kasus ini didiagnosa sebagai Morbilli karena dari anamnesis dan pemeriksaan
fisik berdasarkan oleh kriteria dari World Health Organization (WHO) Tahun 20091 dan
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Tahun 20042

1 Berdasarkan WHO Tahun 20091 :


Gejala awal adalah demam tinggi yang dimulai 10-12 hari setelah pajanan
terhadap virus, dan bertahan selama 4-7 hari
Coryza, batuk dan konjungtivitis, bercak Koplik pada mukosa bucal pada
stadium inisial
Setelah beberapa hari, timbul ruam biasanya pada muka dan leher
Dalam 3 hari, ruam menyebar ke tangan dan kaki
Ruam menetap selama 5 hingga 6 hari dan kemudian menghilang

10
2 Berdasarkan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Tahun 20042, campak, measles
atau rubeola adalah suatu penyakit virus akut yang menular yang disebabkan oleh
virus RNA dari Famili Paramixoviridae, gejala klinis terjadi setelah masa inkubasi 10-
12 hari, terdiri dari tiga stadium:
I Stadium prodromal, berlangsung 2-4 hari, ditandai demam yang diikuti batuk
dan pilek, faring merah, nyeri menelan, stomatitis, dan konjungtivitis.
Tanda patognomonik timbulnya enantema mukosa pipi di depan molar tiga
disebut bercak Koplik.
II Stadium erupsi, ditandai dengan timbulnya ruam makulo-papular yang
bertahan selama 5-6 hari. Timbulnya ruam dimulai dari batas rambut
belakang telinga, kemudian menyebar ke wajah, leher, dada, punggung,
abdomen, dan akhirnya ke ekstremitas.
III Stadium penyembuhan (konvalesens), setelah 3 hari ruam berangsur-
angsur menghilang sesuai urutan timbulnya. Ruam kulit menjadi
kehitaman dan mengelupas yang akan menghilang setelah 1-2 minggu

Pada kasus ini dari anamnesa dan pemeriksaan fisik diketahui bahwa:

o Demam sejak 4 hari SMRS


o Batuk berdahak dan pilek, nyeri menelan
o Kedua mata merah, dan mata berair
o Timbul ruam pada demam hari ke-3 mulai dari belakang telinga, dada, muka,
punggung, dan menjalar ke badan.
o Timbul ruam seluruh tubuh, ekstremitas pada demam hari ke-5
o Ruam mulai menghilang sesuai dengan urutan timbulnya.
o Bercak koplik (+) pada mukosa bikal molar 3
Pada kasus tidak didapatkan adanya tanda penyulit.

Kesimpulan dari gejala klinis pada kasus ini di diagnosa Morbilli sesuai dengan kriteria
WHO Tahun 2009 dan IDAI Tahun 2004, tanpa disertai komplikasi.

Hasil laboratorium untuk Morbilli berdasarkan sumber:

1 Emedicine3 Tahun 2009


Pemeriksaan darah lengkap : Limfositopenia
Pemeriksaan serologi (measles complement fixation(CF) or Hemaglutinasi Inhibisi
antibody) positif dan kultur virus untuk diagnosa pasti

2 Nelson Ilmu Kesehatan Anak4 Tahun 2000


Konfirmasi laboratorium jarang diperlukan

11
Pemeriksaan darah lengkap: leukopenia, dan limfositosis relatif

Pada kasus ini, didapatkan hasil pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada tanggal 15
November 2014 adalah seperti berikut:

Laboratorium darah : Leukositosis, menandakan terdapatya penyulit berupa infeksi


sekunder bakteri.
Foto thorax : Bercak eksudat pada kedua basal paru, dengan kesan bronkopneumonia.

Kesimpulan dari hasil pemeriksaan penunjang pasien, menunjang diagnosa Morbilli disertai
penyulit bronkopneumonia.

Pada kasus ini diagnosa banding berdasarkan referensi Nelson Tahun 2000 dan dari
Emedicine Tahun 2009 adalah:

1 Rubella
2 Roseola infantum

Berdasarkan referensi Nelson Tahun 20004:

1 Rubella
Manifestasi klinis:
o Masa inkubasi 14-21 hari
o Demam ringan atau tidak ada selama ruam dan menetap selama 1,2 atau 3
hari
o Mukosa faring dan konjungtiva sedikit meradang
o Eksantema mulai pada muka dan menyebar dengan cepat (dalam 24 jam),
ruam dapat menghilang pada muka saat ruam lanjutannya muncul pada
badan, ruam tidak sejelas morbili.
o Erupsi biasanya jelas pada hari ke 3
o Tidak ada fotofobia
o Tanda khas: adenopati retroaurikuler, servikal posterior dan di belakang
oksipital
Pemeriksaan laboratorium (Darah Lengkap):
o Sel darah putih normal atau sedikit menurun
o Trombositopeni jarang

2 Roseola infantum (eksantema subitum)


Manifestasi klinis
o Demam tinggi mendadak, demam turun dengan krisis pada hari ke 3-4
o Mukosa faring meradang
o Koryza

12
o Ketika suhu kembali normal, erupsi macular atau maculopapular tampak
diseluruh tubuh mulai pada badan menyebar ke lengan dan leher, dan
melibatkan muka dan kaki
o Ruam menghilang dalam 3 hari
Pemeriksaan laboratorium:
o Hari pertama demam: leukosit normal, kenaikan neutrofil
o Hari ke 3-4 demam: leukopeni, neutropenia absolute dan limfositosis

Berdasarkan referensi dari Emedicine-Measles Tahun 20093:

1 Rubella
Manifestasi klinis:
o Masa inkubasi 14-21 hari setelah pajanan
o Konjungtivitis
o Nyeri tenggorokan
o Demam ringan
o Malaise dan nausea
o Ruam makulopapular dimulai dari muka, leher dan menyebar secara
centrifugal ke dada dan ekstremitas terjadi dalam 24 jam. Kemudian
menghilang mulai dari muka pada hari ke 2 dan menghilang
seluruhnya pada akhir hari ke 3.
2 Roseola infantum
Manifestasi klinis :
o Demam tinggi
o Ruam makulopapular, dimulai dari dada dan menyebar ke leher dan
ekstremitas, tidak gatal, pucat bila ditekan. Ruam menghilang dalam
12 jam sampai 1-2 hari
o Batuk
o Kejang
o Diare
o Irratibility
o Anterior fontanel bulging

Pemeriksaan Morbilli1 Rubella2 Roseola Infantum3

Lab Darah Leukopenia Leucopenia Leucopenia


Limfositopenia Trombositopenia Serologi IgM, IgG
Serologi/kultur Limfositopeni
virus (+)
Rubella-specific
immunoglobulin
IgM dan IgG

13
Rencana pemeriksaan penunjang pada kasus ini, berdasarkan Nelson Tahun 2000 dan
Emedicine Tahun 2009, untuk menyingkirkan diagnosis banding:

- Hematologi rutin ulang


- Pemeriksaan serologi :
Uji HI (Hemaglutinasi-Inhibisi) Peningkatan kadar/titer antibodi 4x
IgM spesifik

Penatalaksanaan berdasarkan referensi

Pengobatan bersifat suportif dan simptomatis, terdiri dari istirahat, pemberian cairan
yang cukup, suplemen nutrisi, antibiotik diberikan bila terjadi infeksi sekunder, anti konvulsi
apabila terjadi kejang, antipiretik bila demam, dan vitamin A 100.000 unit untuk anak usia 6
bulan hingga 1 tahun dan 200.000 Unit untuk anak usia >1 tahun. Vitamin A diberikan untuk
membantu pertumbuhan epitel saluran nafas yang rusak, menurunkan morbiditas campak
juga berguna untuk meningkatkan titer IgG dan jumlah limfosit total.5

Indikasi rawat inap bila hiperpireksia (suhu >39,5C), dehidrasi, kejang, asupan oral
sulit atau adanya penyulit. Pengobatan dengan penyulit disesuaikan dengan penyulit yang
timbul.2

Penatalaksanaan pada pasien ini :

Pasien rawat jalan karena tidak didapatkan adanya indikasi rawat. Pengobatan lain
bersifat suportif dan simptomatis.

Prognosis berdasarkan referensi Nelson Tahun 2000 dan Emedicine Tahun 20091

Prognosis untuk kasus ini sangat baik dengan penyembuhan sempurna tanpa parut dan
tanpa komplikasi. Pada umumnya angka kematian telah menurun pada tahun-tahun ini
sampai tingkat rendah pada semua kelompok umur, terutama karena keadaan sosioekonomi
membaik, tetapi juga karena terapi antibacterial efektif untuk pengobatan infeksi sekunder.

14
TINJAUAN PUSTAKA

Definisi
Morbili atau dengan Campak, Measles, Rubeola merupakan penyakit akut yang
sangat menular, disebabkan oleh infeksi virus yang pada umumnya menyerang anak. Virus
campak dapat menyebabkan penyakit akut pada anak yang dimulai dari traktus respiratorius
bagian atas, selanjutnya menyebar ke organ dan jaringan sehingga mengakibatkan berbagai
gejala klinis.

Epidemiologi

Di indonesia, menurut survei Kesehatan Rumah Tangga Morbili menduduki tempat


ke-5 dalam urutan 10 macam penyakit utama pada bayi (0,7%) dan tempat ke-5 dalam urutan
10 macam penyakit utama pada anak umur 1-4 tahun (0,77%).

Morbili merupakan penyakit endemis, terutama di negara sedang berkembang. Di


Indonesia penyakit morbili sudah dikenal sejak lama. Di masa lampau morbili dianggap
sebagai suatu hal yang harus di alami setiap anak, sehingga anak yang terkena campak tidak
perlu diobati, mereka beranggapan bahwa penyakit morbili dapat sembuh sendiri bila ruam
sudah keluar. Ada anggapan bahwa ruam yang keluar banyak semakin baik. Bahkan ada
usaha dari masyarakat untuk mempercepat keluarnya ruam. Ada kepe rcayaan bahwa
penyakit morbili akan berbahaya bila ruam tidak keluar pada kulit sebab ruam akan muncul
didalam rongga tubuh lain seperti didalam tenggorokan, paru, perut, atau usus. Hal ini
diyakini akan menyebabkan sesak nafas atau diare yang dapat menyebabkan kematian.

Secara biologik, morbili mempunyai sifat adanya ruam yang jelas, tidak diperlukan
hewan perantara, tidak ada penularan melalui serangga (vektor), adanya musiman dengan

15
periode bebas penyakit, tidak ada penularan virus secara tetap, hanya memiliki satu serotipe
virus dan adanya vaksin campak yang efektif.6

Etiologi

Virus campak merupakan virus RNA famili paramyxoviridae dengan genus Morbili
virus. Sampai saat ini hanya diketahui 1 tipe antigenik yang mirip dengan virus Parainfluenza
dan Mumps. Virus bisa ditemukan pada sekret nasofaring, darah dan urin paling tidak selama
masa prodromal hingga beberapa saat setelah ruam muncul. Virus campak adalah organisme
yang tidak memiliki daya tahan tinggi apabila berada di luar tubuh manusia. Pada temperatur
kamar selama 3-5 hari virus kehilangan 60% sifat infektifitasnya. Virus tetap aktif minimal
34 jam pada temperatur kamar, 15 minggu di dalam pengawetan beku, minimal 4 minggu
dalam temperatur 35C, beberapa hari pada suhu 0C, dan tidak aktif pada pH rendah.7

Patologi

Lesi pada campak terutama terdapat pada kulit, membran mukosa nasofaring,
bronkus, saluran pencernaan, dan konjungtiva. Di sekitar kapiler terdapat eksudat serosa dan
proliferasi dari sel mononuklear dan beberapa sel polimorfonuklear. Karakteristik patologi
dari Campak ialah terdapatnya distribusi yang luas dari sel raksasa berinti banyak yang
merupakan hasil dari penggabungan sel. Dua tipe utama dari sel raksasa yang muncul adalah
(1) sel Warthin-Findkeley yang ditemukan pada sistem retikuloendotel (adenoid, tonsil,
appendiks, limpa dan timus) dan (2) sel epitel raksasa yang muncul terutama pada epitel
saluran nafas. Lesi di daerah kulit terutama terdapat di sekitar kelenjar sebasea dan folikel
rambut. Terdapat reaksi radang umum pada daerah bukal dan mukosa faring yang meluas
hingga ke jaringan limfoid dan membran mukosa trakeibronkial. Pneumonitis intersisial
karena virus campak menyebabkan terbentuknya sel raksasa dari Hecht. Bronkopneumonia
yang terjadi mungkin disebabkan infeksi sekunder oleh bakteri.5

Pada kasus encefalomyelitis terdapat demyelinisasi vaskuler dari area di otak dan
medula spinalis. Terdapat degenerasi dari korteks dan subsdtansia alba dengan inclusion body
intranuklear dan intrasitoplasmik pada subacute sclerosing panencephalitis.

Patogenesis

16
Campak merupakan infeksi virus yang sangat menular, dengan sedikit virus yang
infeksius sudah dapat menimbulkan infeksi pada seseorang. Lokasi utama infeksi virus
campak adalah epitel saluran nafas nasofaring. Infeksi virus pertama pada saluran nafas
sangat minimal. Kejadian yang lebih penting adalah penyebaran pertama virus campak ke
jaringan limfatik regional yang menyebabkan terjadinya viremia primer. Setelah viremia
primer, terjadi multiplikasi ekstensif dari virus campak yang terjadi pada jaringan limfatik
regional maupun jaringan limfatik yang lebih jauh. Multiplikasi virus campak juga terjadi di
lokasi pertama infeksi.

Selama lima hingga tujuh hari infeksi terjadi viremia sekunder yang ekstensif dan
menyebabkan terjadinya infeksi campak secara umum. Kulit, konjungtiva, dan saluran nafas
adalah tempat yang jelas terkena infeksi, tetapi organ lainnya dapat terinfeksi pula. Dari hari
ke-11 hingga 14 infeksi, kandungan virus dalam darah, saluran nafas, dan organ lain
mencapai puncaknya dan kemudian jumlahnya menurun secara cepat dalam waktu 2 hingga 3
hari. Selama infeksi virus campak akan bereplikasi di dalam sel endotel, sel epitel, monosit,
dan makrofag.5

Daerah epitel yang nekrotik di nasofaring dan saluran pernafasan memberikan


kesempatan serangan infeksi bakteri sekunder berupa bronkopneumonia, otitis media, dan
lainnya. Dalam keadaan tertentu, adenovirus dan herpes virus pneumonia dapat terjadi pada
kasus campak.8

Tabel 1. Patogenesis infeksi campak tanpa penyulit

Hari Manifestasi

0 Virus campak dalam droplet kontak dengan permukaan epitel nasofaring


atau kemungkinan konjungtiva

Infeksi pada sel epitel dan multiplikasi virus

1-2 Penyebaran infeksi ke jaringan limfatik regional

2-3 Viremia primer

17
3-5 Multiplikasi virus campak pada epitel saluran nafas di tempat infeksi
pertama, dan pada RES regional maupun daerah yang jauh

5-7 Viremia sekunder

7-11 Manifestasi pada kulit dan tempat lain yang bervirus, termasuk saluran
nafas

11-14 Virus pada darah, saluran nafas dan organ lain

15-17 Viremia berkurang lalu hilang, virus pada organ menghilang

Sumber :Feigin et al.2004.Textbook of Pediatric Infectious Diseases 5th edition

18
19
Manifestasi klinis

Stadium inkubasi

Masa inkubasi campak berlangsung kira-kira 10 hari (8 hingga 12 hari). Walaupun


pada masa ini terjadi viremia dan reaksi imunologi yang ekstensif, penderita tidak
menampakkan gejala sakit.

Stadium prodromal

Manifestasi klinis campak biasanya baru mulai tampak pada stadium prodromal yang
berlangsung selama 2 hingga 4 hari. Biasanya terdiri dari gejala klinik khas berupa batuk,
pilek dan konjungtivitis, juga demam. Inflamasi konjungtiva dan fotofobia dapat menjadi
petunjuk sebelum munculnya bercak Koplik. Garis melintang kemerahan yang terdapat pada
konjungtuva dapat menjadi penunjang diagnosis pada stadium prodromal. Garis tersebut akan
menghilang bila seluruh bagian konjungtiva telah terkena radang

Koplik spot yang merupakan tanda patognomonik untuk campak muncul pada hari
ke-101 infeksi. Koplik spot adalah suatu bintik putih keabuan sebesar butiran pasir dengan
areola tipis berwarna kemerahan dan biasanya bersifat hemoragik. Tersering ditemukan pada
mukosa bukal di depan gigi geraham bawah tetapi dapat juga ditemukan pada bagian lain dari
rongga mulut seperti palatum, juga di bagian tengah bibir bawah dan karunkula lakrimalis.
Muncul 1 2 hari sebelum timbulnya ruam dan menghilang dengan cepat yaitu sekitar 12-18
jam kemudian. Pada akhir masa prodromal, dinding posterior faring biasanya menjadi
hiperemis dan penderita akan mengeluhkan nyeri tenggorokkan.

Stadium erupsi

Pada campak yang tipikal, ruam akan muncul sekitar hari ke-14 infeksi yaitu pada
saat stadium erupsi. Ruam muncul pada saat puncak gejala gangguan pernafasan dan saat
suhu berkisar 39,5C. Ruam pertama kali muncul sebagai makula yang tidak terlalu tampak
jelas di lateral atas leher, belakang telinga, dan garis batas rambut. Kemudian ruam menjadi
makulopapular dan menyebar ke seluruh wajah, leher, lengan atas dan dada bagian atas pada
24 jam pertama. Kemudian ruam akan menjalar ke punggung, abdomen, seluruh tangan, paha
dan terakhir kaki, yaitu sekitar hari ke-2 atau 3 munculnya ruam. Saat ruam muncul di kaki,

20
ruam pada wajah akan menghilang diikuti oleh bagian tubuh lainnya sesuai dengan urutan
munculnya.

Saat awal ruam muncul akan tampak berwarna kemerahan yang akan tampak
memutih dengan penekanan. Saat ruam mulai menghilang akan tampak berwarna kecokelatan
yang tidak memudar bila ditekan. Seiring dengan masa penyembuhan maka muncullah
deskuamasi kecokelatan pada area konfluensi. Beratnya penyakit berbanding lurus dengan
gambaran ruam yang muncul. Pada infeksi campak yang berat, ruam dapat muncul hingga
menutupi seluruh bagian kulit, termasuk telapak tangan dan kaki. Wajah penderita juga
menjadi bengkak sehingga sulit dikenali.9

Diagnosis

Diagnosis campak biasanya cukup ditegakkan berdasarkan gejala klinis. Pemeriksaan


laboratorium jarang dilakukan. Pada stadium prodromal dapat ditemukan sel raksasa berinti
banyak dari apusan mukosa hidung. Serum antibodi dari virus campak dapat dilihat dengan
pemeriksaan Hemagglutination-inhibition (HI), complement fixation (CF), neutralization,
immune precipitation, hemolysin inhibition, ELISA, serologi IgM-IgG, dan fluorescent
antibody (FA).

Pemeriksaan HI dilakukan dengan menggunakan dua sampel yaitu serum akut pada
masa prodromal dan serum sekunder pada 7 10 hari setelah pengambilan sampel serum
akut. Hasil dikatakan positif bila terdapat peningkatan titer sebanyak 4x atau lebih.5 Serum
IgM merupakan tes yang berguna pada saat munculnya ruam. Serum IgM akan menurun
dalam waktu sekitar 9 minggu, sedangkan serum IgG akan menetap kadarnya seumur hidup.
Pada pemeriksaan darah tepi, jumlah sel darah putih cenderung menurun. Pungsi lumbal
dilakukan bila terdapat penyulit encephalitis dan didapatkan peningkatan protein,
peningkatan ringan jumlah limfosit sedangkan kadar glukosa normal.9

Diagnosis Banding

Diagnosis banding morbili diantaranya :

1. Roseola infantum. Pada Roseola infantum, ruam muncul saat demam telah menghilang.

21
2. Rubella. Ruam berwarna merah muda dan timbul lebih cepat dari campak. Gejala yang
timbul tidak seberat campak.

3. Alergi obat. Didapatkan riwayat penggunaan obat tidak lama sebelum ruam muncul dan
biasanya tidak disertai gejala prodromal.

4. Demam skarlatina. Ruam bersifat papular, difus terutama di abdomen. Tanda


patognomonik berupa lidah berwarna merah stroberi serta tonsilitis eksudativa atau
membranosa.10

Campak yang termodifikasi

Penyakit campak yang termodifikasi muncul pada orang yang hanya memiliki
setengah daya tahan terhadap campak. Hal tersebut dapat diakibatkan riwayat penggunaan
serum globulin maupun pada anak usia kurang dari 9 bulan karena masih terdapatnya
antibodi campak transplasental dari ibu. Ditandai dengan gejala penyakit yang lebih ringan.
Stadium prodromal akan menjadi lebih pendek. Batuk, pilek dan demam lebih ringan. Bercak
Koplik lebih sedikit dan kurang jelas, namun dapat juga tidak muncul sama sekali. Ruam
yang muncul sama dengan infeksi campak klasik, tetapi tidak bersifat konfluens. Pada
beberapa orang, infeksi campak yang termodifikasi ini dapat tidak memberikan gejala
apapun.5

Campak atipikal

Didefinisikan sebagai sindroma klinik yang muncul pada orang yang sebelumnya
telah kebal akibat terpajan pada infeksi campak alamiah. Biasanya muncul pada orang yang
telah mendapat vaksin dari virus campak yang dimatikan

Masa inkubasi dari campak atipikal sama seperti pada campak yang tipikal yaitu
sekitar 7 hingga 14 hari. Stadium prodromal ditandai dengan demam tinggi yang mendadak
(39,5C sampai 40,6C) dan biasanya sakit kepala. Bisa juga didapatkan gejala nyeri perut,
mialgia, batuk non-produktif, muntah, nyeri dada dan rasa lemah. Bercak Koplik jarang
ditemui. Dua atau tiga hari setelah onset penyakit muncullah ruam yang dimulai dari distal
ekstremitas dan menyebar ke arah kepala. Ruam sedikit berwarna kekuningan, terlihat jelas
pada pergelangan tangan dan kaki serta terdapat juga pada telapak tangan dan kaki. Ruam
dapat berbentuk vesikel dan terasa gatal. Pada campak atipikal dapat muncul efusi pleura,

22
sesak nafas, hepatosplenomegali, hiperestesia, rasa lemah maupun paresthesia. Diagnosis dari
campak atipikal dapat ditegakkan melalui tes serologis. Bila sampel serum awal diambil
sebelum atau pada saat onset ruam, CF dan titer HI biasanya kurang dari 1:5. Pada hari ke-10
infeksi kedua titer akan meningkat mencapai 1:1280 atau lebih. Pada campak yang tipikal, di
hari ke-10 infeksi titer jarang melebihi 1:160.5

Penyulit

Campak menjadi berat pada pasien dengan gizi buruk dan anak berumur lebih kecil.
Kebanyakan penyulit campak terjadi bila ada infeksi sekunder oleh bakteri. Beberapa
penyulit campak adalah :

a) Bronkopneumonia

Merupakan salah satu penyulit tersering pada infeksi campak. Dapat


disebabkan oleh invasi langsung virus campak maupun infeksi sekunder oleh bakteri
(Pneumococcus, Streptococcus, Staphylococcus, dan Haemophyllus influenza).
Ditandai dengan adanya ronki basah halus, batuk, dan meningkatnya frekuensi nafas.
Pada saat suhu menurun, gejala pneumonia karena virus campak akan menghilang
kecuali batuk yang masih akan bertahan selama beberapa lama. Bila gejala tidak
berkurang, perlu dicurigai adanya infeksi sekunder oleh bakteri yang menginvasi
mukosa saluran nafas yang telah dirusak oleh virus campak. Penanganan dengan
antibiotik diperlukan agar tidak muncul akibat yang fatal.

b) Encephalitis

Komplikasi neurologis tidak jarang terjadi pada infeksi campak. Gejala


encephalitis biasanya timbul pada stadium erupsi dan dalam 8 hari setelah onset
penyakit. Biasanya gejala komplikasi neurologis dari infeksi campak akan timbul
pada stadium prodromal. Tanda dari encephalitis yang dapat muncul adalah : kejang,
letargi, koma, nyeri kepala, kelainan frekuensi nafas, twitching dan disorientasi.
Dugaan penyebab timbulnya komplikasi ini antara lain adalah adanya proses
autoimun maupun akibat virus campak tersebut.

23
c) Subacute Slcerosing Panencephalitis (SSPE)

Merupakan suatu proses degenerasi susunan syaraf pusat dengan karakteristik


gejala terjadinya deteriorisasi tingkah laku dan intelektual yang diikuti kejang.
Merupakan penyulit campak onset lambat yang rata-rata baru muncul 7 tahun setelah
infeksi campak pertama kali. Insidensi pada anak laki-laki 3x lebih sering
dibandingkan dengan anak perempuan. Terjadi pada 1/25.000 kasus dan menyebabkan
kerusakan otak progresif dan fatal. Anak yang belum mendapat vaksinansi memiliki
risiko 10x lebih tinggi untuk terkena SSPE dibandingkan dengan anak yang telah
mendapat vaksinasi.2

d) Konjungtivitis

Konjungtivitis terjadi pada hampir semua kasus campak. Dapat terjadi infeksi
sekunder oleh bakteri yang dapat menimbulkan hipopion, pan oftalmitis dan pada
akhirnya dapat menyebabkan kebutaan.

e) Otitis Media

Gendang telinga biasanya hiperemi pada fase prodromal dan stadium erupsi.

f) Diare

Diare dapat terjadi akibat invasi virus campak ke mukosa saluran cerna
sehingga mengganggu fungsi normalnya maupun sebagai akibat menurunnya daya
tahan penderita campak.7

g) Laringotrakheitis

Penyulit ini sering muncul dan kadang dapat sangat berat sehingga dibutuhkan
tindakan trakeotomi.

h) Jantung

Miokarditis dan perikarditis dapat menjadi penyulit campak. Walaupun


jantung seringkali terpengaruh efek dari infeksi campak, jarang terlihat gejala
kliniknya.

24
i) Black measles

Merupakan bentuk berat dan sering berakibat fatal dari infeksi campak yang
ditandai dengan ruam kulit konfluen yang bersifat hemoragik. Penderita menunjukkan
gejala encephalitis atau encephalopati dan pneumonia. Terjadi perdarahan ekstensif
dari mulut, hidung dan usus. Dapat pula terjadi koagulasi intravaskuler diseminata.5

Imunitas

Struktur antigenik

Imunoglobulin kelas IgM dan IgG distimulasi oleh infeksi campak. Kemudian IgM
menghilang dengan cepat (kurang dari 9 minggu setelah infeksi) sedangkan IgG tinggal tak
terbatas dan jumlahnya dapat diukur. IgM menunjukkan baru terkena infeksi atau baru
mendapat vaksinasi. IgG menandakan pernah terkena infeksi. IgA sekretori dapat dideteksi
dari sekret nasal dan hanya dapat dihasilkan oleh vaksinasi campak hidup yang dilemahkan,
sedangkan vaksinasi campak dari virus yang dimatikan tidak akan menghasilkan IgA
sekretori.7

Imunitas transplasental

Bayi menerima kekebalan transplasental dari ibu yang pernah terkena campak.
Antibodi akan terbentuk lengkap saat bayi berusia 4 6 bulan dan kadarnya akan menurun
dalam jangka waktu yang bervariasi. Level antibodi maternal tidak dapat terdeteksi pada bayi
usia 9 bulan, namun antibodi tersebut masih tetap ada. Janin dalam kandungan ibu yang
sedang menderita campak tidak akan mendapat kekebalan maternal dan justru akan tertular
baik selama kehamilan maupun sesudah kelahiran.9

Imunisasi

Imunisasi campak terdiri dari Imunisasi aktif dan pasif. Imunisasi aktif dapat berasal
dari virus hidup yang dilemahkan maupun virus yang dimatikan. Vaksin dari virus yang
dilemahkan akan memberi proteksi dalam jangka waktu yang lama dan protektif meskipun
antibodi yang terbentuk hanya 20% dari antibodi yang terbentuk karena infeksi alamiah.
Pemberian secara sub kutan dengan dosis 0,5ml. Vaksin tersebut sensitif terhadap cahaya dan

25
panas, juga harus disimpan pada suhu 4C, sehingga harus digunakan secepatnya bila telah
dikeluarkan dari lemari pendingin.

Vaksin dari virus yang dimatikan tidak dianjurkan dan saat ini tidak digunakan lagi.
Respon antibodi yang terbentuk buruk, tidak tahan lama dan tidak dapat merangsang
pengeluaran IgA sekretori.

Indikasi kontra pemberian imunisasi campak berlaku bagi mereka yang sedang
menderita demam tinggi, sedang mendapat terapi imunosupresi, hamil, memiliki riwayat
alergi, sedang memperoleh pengobatan imunoglobulin atau bahan-bahan berasal dari darah.12

Imunisasi pasif digunakan untuk pencegahan dan meringankan morbili. Dosis serum
dewasa 0,25 ml/kgBB yang diberikan maksimal 5 hari setelah terinfeksi, tetapi semakin cepat
semakin baik. Bila diberikan pada hari ke 9 atau 10 hanya akan sedikit mengurangi gejala dan
demam dapat muncul meskipun tidak terlalu berat.

Penatalaksanaan

Pengobatan bersifat suportif, terdiri dari pemberian cairan yang cukup, suplemen
nutrisi, dan antibiotic yang diberikan apabila terjadi infeksi sekunder, antikovulsan apabila
terjadi kejang, serta pemberian vitamin A.13

Indikasi rawat inap:(13)

hiperpireksia

dehidrasi

kejang

asupan oral sulit

adanya komplikasi

Indikasi pemberian vitamin A:(8)

Anak usia 6 bulan-2 tahun yang dirawat karena morbili dan komplikasinya
(misalnya batuk disertai sesak napas, pneumonia, dan diare)

26
Anak usia lebih dari 6 bulan dengan campak yang sudah mendapatkan suplemen
vitamin A dan memiliki faktor resiko sebagai berikut

Imunodefisiensi

Bukti klinis defisiensi vitamin A

Gangguan absorbsi intestinal

Malnutrisi sedang sampai berat

Dalam waktu dekat baru imigrasi dari daerah yang tinggi angka mortalitas yang
disebabkan oleh morbili.

Campak tanpa komplikasi13, 14, 15

Pada umumnya tidak memerlukan rawat inap, tetapi apabila ada indikasi rawat inap,
pasien dirawat di ruang isolasi dan tirah baring. Apabila tidak dirawat minta ibu untuk
membawa anaknya kembali dalam waktu dua hari untk melihat luka pada mulut dan
sakit mata anak sembh, atau apabila terdapat tanda bahaya.

Tatalaksana:

Vitamin A
Tanyakan apakah anak sudah mendapatkan vitamin A atau belum pada bulan
Agusus dan Februari. Apabila belum berikan vitamin A dengan dosis menurut
umur sebagai berikut.

Dosis Pemberian Vitamin A Berdasarkan Usia(15)


Jika demam, berikan parasetamol.
Diet makanan cukup cairan, kalori yang memadai, jenis makanan disesuaikan dengan
tingkat kesadaran pasien dan ada-tidaknya komplikasi.

27
Perawatan mata : untuk konjungtivitis ringan
dengan cairan mata yang jernih tidak memerlukan
pengobatan
Jika mata bernanah, bersihkan mata dengan kain katun yang
telah direbus dalam air mendidih atau lap bersih yang
direndam dalam air bersih. Oleskan salep mata
kloramfenikol atau tetrasiklin, 3 kali sehari selama 7 hari.
Jangan menggunakan salep steroid
Perawatan mulut : jaga kebersihan mulut, beri obat
kumur antiseptic bila pasien dapat berkumur.

Campak dengan komplikasi13, 14

Campak dengan tanda bahaya meliputi salah satu dari gejala sebagai berikut:

Kesadaran menurun atau kejang

Pneumonia

Dehidrasi karena diare

Gizi buruk

Otitis media akut

Kekeruhan pada kornea

Luka pada mulut yang dalam atau luas

Anak-anak dengan campak yang disertai dengan komplikasi memerlukan


perawatan di rumah sakit.

Tatalaksana:

Vitamin A
Berikan vitamin A secara oral pada semua anak. Jika anak mennjukkan gejala
pada mata akibat kekurangan vitamin A atau dalam keadaan gizi buruk,

28
vitamin A diberikan 3 kali, yaitu pada hari pertama, kedua, dan 2-4 minggu
setelah dosisi kedua.
Otitis media akut
a. Karena penyebab tersering adalah Streptococcus pneumonia, Haemophilus
influenza, dan Moraxella catharrhalis, berikan amoksisilin dosis 15 mg/
kgBB/ kali, 3 kali sehari atau kotrimoksazol oral dosis 24 mg/ kgBB/ kali,
2 kali sehari selama 7-10 hari
b. Jika ada nanah mengalir dari dalam telinga, tunjukkan pada ibu cara
mengeringkannya dengan wicking (membuat sumbu dari kain atau tissue
kering yang dipluntir lancip). Nasihati ibu untuk membersihkan telinga 3
kali sehari hingga tidak ada lagi nanah yang keluar.
c. Nasihati ibu untuk tidak memasukkan apapun ke dalam telinga anak,
kecuali jika terjadi penggumpalan cairan di liang telinga, yang dapat
dilunakkan dengan meneteskan lartan garam normal. Larang anak untuk
berenang atau memasukkan air ke dalam telinga.
Ensefalopati atau ensefalitis:
a. Kloramfenikol dosis 75 mg/kg/hari dan ampisilin 100 mg/kg/hari selama
7-10 hari
b. Kortikosteroid: deksametason 1 mg/kg/hari sebagai dosis awal dilanjutkan
0,5 mg/kg/hari dibagi dalam 3 dosis sampai kesadaran membaik (bila
pemberian lebih dari 5 hari dilakukan tapering off)
c. Jumlah cairan dikurangi menjadi kebutuhan serta koreksi terhadap
gangguan elektrolit
Bronkopneumonia:
a. Kloramfenikol dosis seperti tertera di atas dan ampisilin 100 mg/kg/hari
selama 7-10 hari.
b. Oksigen 2 liter/menit.
c. Koreksi gangguan analisis gas darah dan elektrolit.
Masalah pada mata:
a. Konjungtivitis ringan tanpa adanya pus tidak perlu diobati
b. Jika ada pus, bersihkan mata dengan kain bersih yang dibasahi dengan air
bersih. Setelah itu berikan salep mata tetrasiklin 3 kali sehari selama 7
hari. Jangan gunakan salep yang mengandung steroid.
c. Jika tidak ada perbaikan, rujuk.
Luka pada mulut:
a. Jika ada luka pada mulut, mintalah ibu untuk membersihkan mulut anak
dengan menggunakan air bersih yang diberi sedikit garam, minimal 4 kali
sehari.
b. Berikan gentian violet 0,25% pada luka di mulut setelah dibersihkan

29
c. Jika luka di mulut menyebabkan berkurangnya asupan makanan, anak
mungkin memerlukan makanan melalui NGT (nasogastric tube).
Jika demam, berikan parasetamol.

Pencegahan

Pencegahan terutama dengan melakukan imunisasi aktif. Imunisasi Campak di


Indonesia termasuk imunisasi dasar yang wajib diberikan terhadap anak usia 9 bulan
dengan ulangan saat anak berusia 6 tahun dan termasuk ke dalam program pengembangan
imunisasi (PPI). Imunisasi campak dapat pula diberikan bersama Mumps dan Rubela
(MMR) pada usia 12-15 bulan. Anak yang telah mendapat MMR tidak perlu mendapat
imunisasi campak ulangan pada usia 6 tahun. Pencegahan dengan cara isolasi penderita
kurang bermakna karena transmisi telah terjadi sebelum penyakit disadari dan didiagnosis
sebagai campak.3, 16

30
Rekomendasi Imunisasi Campak 8

Selain melalui imunisasi aktif, pencegahan dapat juga dilakukan dengan imunisasi
pasif denagn pemberian immunoglobulin. Immunoglobulin (IG) dapat diberikan secara
intramuskuler untuk mencegah atau memodifikasi campak pada orang yang rentan dalam
waktu 6 hari setelah terpapar. Dosis yang dianjurkan biasa adalah 0,25 mL/ kg diberikan
intramuskuler, anak immunocompromised harus menerima 0,5 mL/ kg intramuskular
(dosis maksimum dalam contoh baik adalah 15 mL). IG diindikasikan untuk kelompok
orang yang rentan atau kontak dekat dengan pasien campak, khususnya pada anak usia <
1 tahun, wanita hamil, dan orang-orang yang immunocompromised. IG tidak
diindikasikan untuk kelompok orang yang telah menerima 1 dosis vaksin pada usia 12
bulan atau lebih kecuali mereka immunocompromised.15
Intravenous Immune Globulin (IGIV) umumnya mengandung antibodi campak di
sekitar konsentrasi yang sama per gram protein sebagai IG, meskipun konsentrasi dapat
bervariasi tergantung produsen yang memproduksi immunoglobulin tersebut. Untuk
pasien yang menerima IGIV teratur, dosis biasa 400 mg/ kg harus memadai untuk
profilaksis campak setelah pajanan yang terjadi dalam 3 minggu setelah menerima IGIV.

31
Untuk anak-anak yang menerima IG untuk modifikasi atau pencegahan campak
setelah paparan, vaksin campak (jika tidak kontraindikasi) harus diberikan 5 bulan (jika
dosisnya adalah 0,25 mL/ kg) atau 6 bulan (jika dosisnya adalah 0,5 mL / kg) setelah
pemberian IG, asalkan anak setidaknya anak berusia 12 bulan. Interval antara pemberian
IGIV atau produk biologis lainnya yang mengandung vaksin bervariasi.

32
Interval Waktun yang Disarankan antara Pemberian Imunoglobulin
dan Produk Biologis Lain 8

Prognosis

Pada awal abad ke 20, angka kematian akibat morbili bervariasi antara 2000-10000
atau sekitar 10 kematian per 1000 kasus morbili. Dengan adanya peningkatan pelayanan
kesehatan dan terapi antimikroba, nutrisi yang lebih baik, pengurangan kepadatan, angka
kematian akibat morbili berkurang menjadi 1 kematian per 1000 kasus. Antara tahun 1982
dan 2002, CDC mengestimasikan terjadi 259 kematian akibat morbili di US, dengan rasio
kematian berbanding kasus 2,5-2,8 per 1000 kasus morbili. Pneumonia dan ensefalitis adalah
komplikasi yang paling sering terjadi pada kasus yang fatal, serta kondisi imunodefisiensi
juga ditemukan pada 14-16% kematian.(8) Pada umumnya campak merupakan penyakit self
limiting sehingga bila tanpa disertai dengan penyulit maka prognosisnya baik.11

33
DAFTAR PUSTAKA

1 World Health Organization (WHO). 2014. Measles. Available at:


http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs/en/. Access at: December
27th, 2016.
2 Hardiono P, Hadinegoro S, Rezeki S. Kesehatan Anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 1st
Ed. 2004.p. 95-98.
3 Chen SP, Fennelly G. 2014. Measles. Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/96622-overview. Access at December 27th, 2016.
4 Haslam HA. Nelson Ilmu Kesehatan Anak. In : Behrman, Kliegman, arvin. 15th Ed. Vol:
2. Jakarta: EGC; 2000. p.1068-71.
5 Cherry J.D. Measles Virus. In: Feigin, Cherry, Demmler, Kaplan (eds) Textbook of
Pediatrics Infectious Disease. 5th Ed. Vol: 3. Philadelphia: Saunder; 2004 p.2283-98.
6 Soedarmo SS, Garna H, Hadinegoro SR, Eds. Campak. In: Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Anak : Infeksi & Penyakit Tropis, 2nd Ed. Jakarta: BP IDAI FKUI; 2010. p.109-14.
7 Soegeng Soegijanto. Campak. In: Sumarmo S. Soedarmo. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Anak Infeksi & Penyakit Tropis. 1st Ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2002. p. 125
8 Soedarmo, P.S.S, dkk. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Infeksi Dan Penyakit Tropis. 2nd
Ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2008.
9 Phillips C.S. Measles. In: Behrman R.E., Vaughan V.C. (eds) Nelson Textbook of
Pediatrics. 12th Ed. Japan:Igaku-Shoin/Saunders;1983. p.743.
10 Alan R. Tumbelaka. Pendekatan Diagnostik Penyakit Eksantema Akut. Ib: Sumarmo S.
Poorwo Soedarmo, dkk. (ed.) Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Infeksi & Penyakit
Tropis. 1st Ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2002. p. 113.

34
11 Rampengan TH, Laurentz IR. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 1997.p. 90.
12 Soegeng Soegijanto. Vaksinasi Campak. In: I.G.N. Ranuh, dkk. (ed) Buku Imunisasi di
Indonesia. Jakarta: Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2001.p.105.
13 Ikatan Dokter Anak Indonesia. Campak. In: Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris
NS, Gandaputra EP, Harmoniati ED, Editors. Pedoman pelayanan medis. Jakarta: IDAI;
2009. p. 33-5
14 World health organization. Campak. In: Tim Adaptasi Indonesia, Editor. Buku saku
pelayanan kesehatan anak di rumah sakit. Jakarta: WHO Indonesia; 2008. p. 180-3
15 World Health Organization. WHO guidelines for epidemic preparedness and response to
measles outbreaks. Geneva: WHO; 1999. p. 11-5, 18

35

Anda mungkin juga menyukai