Anda di halaman 1dari 13

PROPOSAL

PELAKSANAAN TERAPI BERMAIN : MEWARNAI


PADA ANAK USIA TODDLER DI RUANG MAWAR
RSUD MALINAU

OLEH:
.............................................
NIM............................................

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KALTIM
2014
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Proses hospitalisasi memisahkan anak dari lingkungan sepermainannya.
Di sisi lain pasien anak tetap memerlukan stimulasi untuk membantu proses
tumbuh kembangnya.
Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela untuk
memperoleh kesenangan atau kepuasan. Bermain merupakan cerminan
kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial dan bermain merupakan
media yang baik untuk belajar karena dengan bermain, anak-anak akan
berkata-kata (berkomunikasi), belajar menyesuaikan dari dengan lingkungan,
melakukan apa yang dapat dilakukannya dan mengenal waktu, jarak serta
suara. Dalam keadaan sakit anak tetap memerlukan stimulasi untuk
merangsang perkembangan kognitif dan motoriknya. Bermain merupakan salah
satu media untuk stimulasi tumbuh kembang anak dan mengurangi stress
sebagai dampak dari proses hospitalisasi pada anak.
Mewarnai merupakan salah satu alat permainan edukatif yang
merangsang fungsi kognitif dan melatih ketrampilan anak. Anak usia toddler
berada dalam tahap bermain dengan karakteristik bermain ketrampilan dan
asosiatik play.
Pasien anak yang dirawat di Ruang Mawar RSUD Malinau mayoritas
berada dalam rentang usia toddler sehingga mewarnai dipilih sebagai salah satu
bentuk permainan yang sesuai dengan tingkat usia dan perkembangan kognitif
serta motorik pasien.

1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum

Merangsang perkembangan kognitif, afektif, dan sosial anak sesuai dengan


tahap perkembangan anak usia toddler selama perawatan di Rumah Sakit.
2. Tujuan Khusus

1) Meningkatkan hubungan perawat klien


2) Meningkatkan kreativitas pada klien
3) Sosialisasi dengan teman sebaya / orang lain
4) Membina tingkat konsentrasi
5) Sebagai alat untuk mengukur kemampuan kognitif klien (motorik
halus)
6) Sebagai media komunikasi antara perawat klien
7) Menurunkan dampak hospitalisasi

1.3 Manfaat
1. Bagi Anak
1) Anak mendapatkan stimulasi yang adekuat untuk tumbuh kembang.
2) Mengurangi stress hospitalisasi bagi anak
3) Sebagai fungsi sosialisasi bagi anak.
4) Sebagai fungsi rekreasi bagi anak
2. Bagi Perawat
1) Tercapai kepuasan kerja yang optimal.
2) Dapat memantau status tumbuh kembang anak.
3) Meningkatkan kepercayaan klien/keluarga kepada perawat.
4) Memudahkan kerja perawat karena anak lebih kooperatif.
3. Bagi Institusi
1) Tercapai pengalaman dalam terapi bermain pada pasien anak
2) Tercipta model asuhan keperawatan anak secara holistik.
BAB 2

MATERI TERAPI BERMAIN

1.1. Konsep Bermain


Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela untuk
memperoleh kesenangan atau kepuasan. Bermain merupakan cerminan
kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial, dan bermain merupakan
media yang baik untuk belajar karena dengan bermain, anak-anak akan
berkata-kata (berkomunikasi), belajar menyesuaikan dari dengan lingkungan,
melakukan apa yang dapat dilakukannya, dan mengenal waktu, jarak serta
suara (Wong, 2000)
Bermain adalah setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan
yang ditimbulkannya tanpa mempertimbangkan hasil akhir, bermain dilakukan
secara suka rela dan tidak ada paksaan atau tekanan dari luar (Hurlock, 2005).
Suherman (2000) mendefinisikan bermain sebagai suatu tindakan atau
kesibukan suka rela yang dilakukan dalam batas-batas tempat dan waktu,
berdasarkan aturan-aturan yang mengikat tetapi diakui secara suka rela dengan
tujuan yang ada dalam dirinya sendiri, disertai dengan perasaan senang dan
tegang serta dengan pengertian bahwa bermain merupakan suatu yang lain dari
kehidupan biasa.
Sacharin (1996) mendefinisikan bermain sebagai aktifitas dimana
dapat : (1) Mempraktekkan dan menyempurnakan keterampilan, termasuk
manipulasi yang melibatkan fungsi motorik dan sensorik juga keterampilan
sosial; (2) Memberikan ekspresi terhadap pemikiran, dalam arti digunakan
dalam penyelesaian masalah dan sebagai cara untuk perkembangan mental; (3)
Menjadi kreatif yaitu mampu untuk menggunakan proses mentalnya untuk
menggunakan imajinasi serta memberi ekspresi terhadap pemikiran kreatif; (4)
Menyempurnakan bahasa anak (anak menggunakan bahasa yang dipelajari
secara luas selama situasi bermain. anak bermain dengan bahasa sebagai suatu
keterampilan dan sebagai sarana komunikasi); (5) Terindoktrinasi kedalam
budaya dimana anak tinggal dan belajar untuk menerima nilai dan moral; dan
(6) Mempersiapkan diri untuk berperan dan berperilaku dewasa. dalam
bermain, anak memerankan peran orang dewasa dan mulai membuat model
dirinya sendiri atau atas dasar perilaku dewasa.
Bermain sama dengan bekerja pada orang dewasa, dan merupakan
aspek terpenting dalam kehidupan anak serta merupakan satu cara yang paling
efektif untuk menurunkan stress pada anak, dan penting untuk kesejahteraan
mental dan emosional anak (Campbell & Glasper, 1995).
Bermain merupakan suatu aktifitas dimana anak dapat melakukan atau
mempraktekkan keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran,
menjadi kreatif, mempersiapkan diri untuk berperan dan berperilaku dewasa
(Hidayat, 2005).
Bermain sebagai suatu aktivitas yang memberikan stimulasi dalam
kemampuan keterampilan, kognitif, dan afektif maka sepatutnya diperlukan
suatu bimbingan, karena bermain bagi anak merupakan suatu kebutuhan bagi
dirinya sebagaimana kebutuhan lainnya seperti kebutuhan makan, kebutuhan
rasa aman, kebutuhan kasih sayang, dan lain-lain (Hidayat, 2005).

1.2. Fungsi Bermain Bagi Anak


Menurut Wong (2003), fungsi bermain adalah merangsang
perkembangan sensorik-motorik, kognitif (intelektual), perkembangan
sosialisasi dan moral, kreativitas, kesadaran diri, dan nilai terapeutik.
1) Perkembangan Sensorik-motorik
i. Memperbaiki keterampilan motorik kasar dan halus serta koordinasi.
ii. Meningkatkan perkembangan semua indera.
iii. Mendorong eksplorasi pada sifat fisik dunia.
iv. Memberikan pelampiasan kelebihan energi.
2) Perkembangan Kognitif (intelektual)
i. Memberikan sumber-sumber yang beranekaragam untuk pembelajaran.
ii. Eksplorasi dan manipulasi bentuk, ukuran, tekstur dan warna.
iii. Pengalaman dengan angka, hubungan yang renggang, konsep abstrak.
iv. Kesempatan untuk mempraktikkan dan memperluas keterampilan
berbahasa.
v. Memberikan kesempatan untuk melatih pengalaman masa lalu dalam
upaya mengasimilasinya ke dalam persepsi dan hubungan baru.
vi. Membantu anak memahami dunia dimana meraka hidup dan
membedakan antara fantasi dan realita.
3) Perkembangan Sosialisasi dan Moral
i. Mengajarkan peran orang dewasa, termasuk perilaku peran seks.
ii. Memberikan kesempatan untuk menguji hubungan.
iii. Mengembangkan keterampilan sosial.
iv. Mendorong interaksi dan perkembangan sikap yang positif terhadap
orang lain.
v. Menguatkan pola perilaku yang telah disetujui dan standar moral.
4) Kreativitas
i. Memberikan saluran ekspresif untuk ide dan minat yang kreatif.
ii. Memungkinkan fantasi dan imijinasi.
iii. Meningkatkan perkembangan bakat dan minat khusus.
5) Kesadaran Diri
i. Memudahkan perkembangan identitas diri.
ii. Mendorong pengaturan perilaku sendiri.
iii. Memungkinkan pengujian pada kemampuan sendiri (keahlian sendiri).
iv. Memberikan perbandingan antara kemampuan sendiri dan kemampuan
orang lain.
v. Memungkinkan kesempatan untuk belajar bagaimana perilaku sendiri
dapat mempengaruhi orang lain.
6) Nilai Terapeutik
i. Memberikan pelepasan stres dan ketegangan.
ii. Memungkinkan ekspresi emosi dan pelepasan impuls yang tidak dapat
diterima dalam bentuk yang secara sosial dapat diterima.
iii. Mendorong percobaan dan pengujian situasi yang menakutkan dengan
cara yang aman.
iv. Memudahkan komunikasi verbal tidak langsung dan nonverbal tentang
kebutuhan, rasa takut dan keinginan.

1.3. Pengaruh Bermain Bagi Perkembangan Anak


Bermain merupakan dasar untuk mengetahui tentang dunia melalui
meniru, eksplorasi, menguji dan membangun. Menurut Hurlock (2005)
pengaruh bermain bagi perkembangan anak adalah:
1) Perkembangan fisik
Bermain aktif penting bagi anak untuk mengembangkan otot dan melatih
seluruh bagian tubuhnya. Bermain juga berfungsi sebagai penyaluran
tenaga yang berlebihan yang bila terpendam terus akan membuat tegang,
gelisah dan mudah tersinggung.
2) Dorongan berkomunikasi
Agar dapat bermain dengan baik bersama yang lain, anak harus belajar
berkomunikasi dalam arti mereka dapat mengerti dan sebaliknya mereka
mereka harus belajar mengenal apa yang dikomunikasikan anak lain.
3) Penyaluran bagi energi emosional yang terpendam
Bermain merupakan sarana bagi anak untuk menyalurkan ketegangan yang
disebabkan oleh pembatasan lingkungan terhadap perilaku mereka.
4) Penyaluran bagi kebutuhan dan keinginan
Kebutuhan dan keinginan yang tidak dapat dipenuhi dengan cara lain
sering kali dapat dipenuhi dengan cara bermain. Anak yang tidak mampu
mencapai peran pemimpin dalam kehidupan nyata mungkin akan
memperoleh pemenuhan keinginan itu dengan menjadi pemimpin tentara
mainan.
5) Sumber belajar
Bermain memberi kesempatan untuk mempelajari berbagai hal melalui
buku, televisi atau menjelajah lingkungan yang tidak diperoleh anak dari
belajar di rumah atau di sekolah.
6) Rangsangan bagi kreatifitas
Melalui eksperimen dalam bermain, anak-anak menemukan bahwa
merancang sesuatu yang baru dan berbeda dapat menimbulkan kepuasan.
Selanjutnya mereka dapat mengalihkan minat kreatifitasnya ke situasi
diluar dunia bermain.
7) Perkembangan wawasan diri
Melalui permainan anak mengetahui tingkat kemampuannya dibandingkan
dengan tingkat kemampuan teman bermainnya. Ini memungkinkan mereka
untuk mengembangkan konsep dirinya yang lebih pasti dan nyata.
8) Belajar bermasyarakat
Melalui permainan yang dimainkan bersama anak lain, mereka belajar
bagaimana menghadapi dan memecahkan masalah yang timbul dalam
hubungan tersebut.
9) Standar moral
Walaupun anak belajar di rumah dan di sekolah tentang apa saja yang
dianggap baik dan buruk oleh kelompok, tidak ada paksaan standar moral
paling teguh selain dalam kelompok bermain.
10) Belajar bermain sesuai dengan peran jenis kelamin
Anak belajar di rumah dan di sekolah mengenai apa saja peran jenis
kelamin yang disetujui. Akan tetapi, mereka segera menyadari bahwa
mereka juga harus menerimanya bila ingin menjadi anggota kelompok
bermain.
11) Perkembangan ciri kepribadian yang diinginkan
Dari hubungan dengan anggota kelompok teman sebaya dalam bermain,
anak belajar bekerja sama, murah hati, jujur, sportif dan disukai orang.

1.4. Alat Permainan Edukatif (APE)


Alat permainan juga termasuk sumber belajar yang memberikan
informasi maupun keterampilan. (Sudono, 2000). Pada tahun 1972, Dewan
Nasional Indonesia untuk kesejahteraan sosial memperkenalkan istilah alat
permainan edukatif (APE).Menurut Soetjiningsih (2005) APE adalah alat
permainan yang dapat mengoptimalkan perkembangan anak, disesuaikan
dengan usia dan tingkat perkembangannya, serta berguna untuk:
1) Pengembangan aspek fisik, yaitu kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang
atau merangsang pertumbuhan fisik anak.
2) Pengembangan bahasa, dengan melatih berbicara, menggunakan kalimat
yang benar.
3) Pengembangan aspek kognitif, yaitu dengan pengenalan suara, ukuran,
bentuk, warna, dll
4) Pengembangan aspek sosial, khususnya dalam hubungannya dengan
interaksi antara ibu dan anak, keluarga, dan masyarakat.
APE tidak harus bagus dan dibeli di toko, tetapi buatan sendiri/alat
permainan tradisional pun dapat digolongkan APE asal memenuhi syarat
sebagai berikut:
1) Aman
2) Ukuran dan berat APE harus sesuai dengan usia anak.
3) Desainnya harus jelas.
4) APE harus mempunyai fungsi untuk mengembangkan berbagai aspek
perkembangan anak, seperti motorik, bahasa, kecerdasan, dan sosialisasi.
5) Harus dapat dimainkan dengan berbagai variasi, tetapi jangan terlalu sulit
sehingga membuat anak frustasi, atau terlalu mudah membuat anak cepat
bosan.
6) Walaupun sederhana harus tetap menarik baik warna maupun bentuknya.
Bila bersuara, suaranya harus jelas.
7) APE harus mudah diterima oleh semua kebudayaan karena bentuknya
sangat umum.
8) APE harus tidak mudah rusak
1.5. Perkembangan Motorik Kasar Dan Motorik Halus Anak Usia Toddler

1) Motorik kasar
i) Usia 15 bulan
(a) berjalan sendiri dengan jarak kedua kaki lebar
(b) merayapi tangga
(c) dapat melempar obyek
ii) Usia 18 bulan
(a) Mulai bisa berlari, jarang jatuh
(b) Menaiki dan menuruni tangga
(c) Menaiki perabot
(d) Bermain dengan mainan yang dapat ditarik
(e) Dapat menarik perabot yang ringan ke sekeliling ruangan
(f) Duduk sendiri di atas bangku
iii) Usia 24 bulan
(a) Berjalan dengan gaya berjalan yang stabil
(b) Berlari dengan sikap yang lebih terkontrol
(c) Berjalan naik danturun tangga dengan menggunakan dua kaki
pada setiap langkah
(d) Melompat dengan kasar
(e) Membantu membuka baju sendiri
(f) Menendang bola tanpa kehilangan keseimbangan
iv) Usia 30 bulan
(a) Dapat menyeimbangakan diri sementara dengan satu kaki
(b) Menggunakan kedua kaki untuk melompat
(c) Melompat ke bawah dari atas perabot
(d) Mengendarai sepeda roda tiga
2) Motorik halus
i) Usia 15 bulan
(a) Membangun menara yang terdiri dari dua balok
(b) Membuka kotak
(c) Memasukkan jari ke lubang
(d) Menggunakan sendok tetapi menumpahkan isinya
(e) Membalik halaman buku
ii) Usia 18 bulan
(a) Membangun menara yang terdiri dari tiga balok
(b) Mencoret-coret sembarangan
(c) Minum dari cangkiran
iii) Usia 24 bulan
(a) Minum dari cangkir yang dipegang dengan satu tangan
(b) Menggunakan sendok tanpa menumpahkan isinya
(c) Membangun menara yang terdiri dari empat balok
(d) Mengosongkan isi botol
(e) Menggambar garis vertikal dan bentuk lingkaran
iv) Usia 30 bulan
(a) Memegang krayon dengan jari
(b) Menggambar dengan asal
(c) Mampu membangun menara yang terdiri dari lima balok

1.6. Karakteristik Bermain Anak Usia Toddler

1) Karakteristik sosial bermain Paralel


2) Isi bermain inisiatif
3) Tipe bermain yang paling lazim dari bermain Gerakan tubuh
4) Tujuan bermain dramatik mempelajari peran gender
5) Perkembangan rasa etik memakai nilai-nilai moral

1.7. Mewarnai

Mewarnai adalah alat permainan edukatif dengan memberikan warna pada


gambar sehingga membentuk paduan warna dari suatu gambar tertentu, berfungsi
untuk meningkatkan kemampuan kognitif.

BAB 3
PELAKSANAAN KEGIATAN

3.1 Pelaksanaan Kegiatan


Topik : Terapi bermain
Hari/ tanggal : ..................................................
Waktu : ..................................................
Tempat : ..................................................

3.2 Struktur Pengorganisasian


Leader : ..................................................
Fasilitator : ..................................................
Observer : ..................................................
Pembimbing : ..................................................

3.3 Sasaran dan Jumlah Peserta


1) Sasaran peserta yang diikutsertakan dalam terapi bermain adalah :
i. Penderita anak usia toddler (1-3 tahun) yang dirawat di Ruang Mawar
RSUD Malinau Penderita anak yang telah memiliki kondisi umum
baik, dan kooperatif.
ii. Penderita anak yang telah dapat melakukan mobilisasi fisik dan tanpa
kontraindikasi untuk melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri.
2) Jumlah peserta yang diikutkan dalam terapi bermain adalah : 6 orang.

3.4. Alat/ Media


Peralatan yang diperlukan dalam permainan :
1) Buku Bergambar
2) Crayon/ pensil warna
3) Lembar observasi

3.5. Prinsip Permainan


1) Tidak banyak mengeluarkan energi, singkat, dan sederhana.
2) Mempertimbangkan keamanan.
3) Kelompok umur klien sama.
4) Melibatkan orang tua.
5) Tidak bertentangan dengan pengobatan.

3.6. Mekanisme Kegiatan


No Kegiatan Waktu Penanggung
jawab
1 Perkenalan dan pengarahan 3 menit
a. Persiapan lingkungan : suasana Leader dan
tenang dan nyaman (tidak ribut). fasilitator
b. Persiapan tempat : pengaturan posisi Leader dan
tempat, leader berdiri di depan dan fasilitator
berkomunikasi dengan seluruh anggota
kelompok/ fasilitator.
c. Persiapan anggota kelompok/ Leader dan
fasilitator : membuat kontrak kembali fasilitator
dengan klien/ anak untuk mengikuti terapi
2 bermain. 3 menit
Pembukaan Leader
a. Leader memperkenalkan diri dengan
menyebutkan nama masing-masing anggota
kelompok dan asal institusi Leader
b. Leader menjelaskan tujuan Leader
permainan.
c. Leader menentukan kontrak waktu
dengan klien/ anak dan lamanya permainan Leader
berlangsung.
3 d. Leader menjelaskan peraturan
permainan dalam kelompok. 15 menit Fasilitator
Permainan Leader dan
a. Fasilitator mendampingi peserta fasilitator
permainan
b. Permainan dimulai dengan Leader dan
memberikan buku bergambar dan crayon fasilitator
oleh fasilitator sesuai petunjuk leader Leader dan
c. Peserta diharapkan mengetahui fasilitator
gambar yang akan diwarnai Leader dan
d. Kurang lebih selama 20 menit fasilitator
peserta berlomba mewarnai gambar sampai
selesai
e. Pemenang didapat dengan
melihat perpaduan warna yang sesuai dan
menarik sesuai dengan gambar yang
diwarnai, warna yang terkesan nature dan
rapi serta mampu menyebutkan dengan
tepat nama benda yang diwarnai dinyatakan Leader dan
sebagai juara I dan yang lain dinyatakan failitator
menarik dan bagus serta diberi penghargaan
sebagai juara II-V.
4 f. Para fasilitator dan leader
memberikan reinforcement dan dukungan 4 menit Leader dan
kepada semua peserta atas keberhasilan fasilitator
menyelesaikan tugas permainan Leader dan
Evaluasi fasilitator
a. Anak dapat mengungkapkan Leader
perasaan setelah melakukan permainan.
5 b. Anak dapat meningkatkan hubungan
dengan perawat. 5 menit Leader
c. Ekspresi kecemasan dan/ ketakutan
sebagai dampak stress hospitalisasi mereda.
Penutup Leader
a. Leader menyampaikan apa yang
telah dicapai anggota kelompok setelah
mengikuti permainan.
b. Fasilitator dengan instruksi leader Leader
memberikan reinforcement positif pada
setiap klien yang mengikuti permainan
dengan pembagian reward.
c. Leader menutup acara permainan.

3.7. Peraturan Permainan


1) Waktu mewarnai kurang lebih 30 menit
2) Warna tidak boleh melebihi garis
3) Boleh memberikan warna apa saja sesuai dengan kesukaan tetapi yang
sesuai
4) Diakhir acara diumumkan pemenang dari kegiatan ini.

Anda mungkin juga menyukai