Anda di halaman 1dari 50

BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN BERAT

BADAN LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT UMUM BANYUMAS

TAHUN 2010

Disusun oleh :

Ika Febri Indriani

NIM. 070715
AKADEMI KEBIDANAN YLPP PURWOKERTO

2011

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Tujuan kelahiran bayi ialah lahirnya seorang individu yang sehat dari

seorang ibu yang sehat. Bayi lahir sehat tidak mempunyai gejala sisa atau

tidak mempunyai kemungkinan mendapatkan gejala yang penyebabnya dapat

dicegah dengan pengawasan antenatal dan perinatal yang baik. Sekarang telah

banyak diketahui penyakit bayi baru lahir merupakan kelanjutan dari faktor

ibu atau disebabkan oleh kelainan pada kehamilan ibu dan kelahiran. Akibat

ekstrim dari faktor ibu yang tidak mendukung kehamilan dan kelahiran ibu

adalah abortus, kematian janin intra uterin, Berat Badan Bayi Lahir Rendah

(BBLR) (prematuritas, dismaturitas), kematian neonatal, kelainan congenital,


morbiditas neonatal dan sekuele neurologist (Sitohang, 2006). Hal ini

disebabkan karena kurang sempurnanya pertumbuhan alat-alat dalam

tubuhnya baik anatomik maupun fisiologik, sehingga makin mudah terjadi

komplikasi dan makin tingginya angka kematian (Wiknjosastro, 2002).

Data dari Badan Pusat Statistik tahun 2009 menunjukkan angka

kematian ibu dan bayi di Indonesia tertinggi di Asia Tenggara mendominasi

lebih dari 75% total kematian anak di bawah 5 tahun (Moedjiono, 2007). Data

Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah (2008) menunjukkan Angka Kematian

Ibu (AKI) di Banjarnegara pada tahun 2008 sebesar 87,41 per 100.000

kelahiran dan Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 9,28 per 1000 kelahiran

hidup (Dinkes Jawa Tengah, 2008). Setelah diteliti lebih mendalam ternyata

faktor penyebab utama banyaknya angka kematian bayi terutama bayi baru

lahir adalah BBLR yang diakibatkan kelahiran prematur (Wahana, 2007).

BBLR adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa

memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam

1 (satu) jam setelah lahir. Prevalensi BBLR diperkirakan 15% dari seluruh

kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di

negara-negara berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Secara statistik

menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan

angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir

lebih dari 2500 gram (WHO, 2007). BBLR termasuk faktor utama dalam

peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak


serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya dimasa

depan (Setyowati, 2009), ada beberapa faktor penyebab terjadinya BBLR

diantaranya dari faktor ibu meliputi : 1) gizi saat hamil yang kurang karena

kekurangan gizi selama hamil akan berakibat buruk terhadap janin, 2) usia

ibu, persentase tertinggi bayi dengan berat badan lahir rendah terdapat pada

kelompok remaja dan wanita berusia lebih dari 40 tahun, 3) jarak kehamilan

kurang dari 2 tahun dapat menimbulkan pertumbuhan janin kurang baik,

persalinan lama dan perdarahan pada saat persalinan karena keadaan rahim

belum pulih dengan baik, 4) Paritas. ibu Anak lebih dari 4 dapat menimbulkan

gangguan pertumbuhan janin sehingga melahirkan bayi dengan berat lahir

rendah dan perdarahan saat persalinan karena keadaan rahim biasanya sudah

lemah, 5) Penyakit menahun ibu seperti asma bronkiale, infeksi saluran kemih

dan hipertensi (Saifuddin, 2002). Ibu yang memiliki penyakit, kelainan ginjal

kronik, perokok, penderita diabetes melitus berat (kencing manis), ibu dengan

masalah kekurangan oksigen, misalnya penyakit paru kronik, tinggal di daerah

pegunungan, kelainan darah sehingga tidak dapat mengikat oksigen dengan

baik, peminum alkohol, gizi buruk, pemakai obat-obatan (drug abuse),

memiliki kecenderungan melahirkan bayi BBLR (Anita, 2006).

Faktor kehamilan juga dapat menyebabkan BBLR yaitu komplikasi

kehamilan seperti preeklamsi, Ketuban Pecah Dini (KPD), Hidramnion atau

keadaan di mana banyaknya air ketuban melebihi 2000 cc, kehamilan ganda,

dan perdarahan antepartum yaitu perdarahan pada kehamilan diatas 22


minggu hingga mejelang persalinan yaitu sebelum bayi dilahirkan (Saifuddin,

2002).

Selain dari faktor ibu dan faktor kehamilan, faktor lain yang dapat

menyebabkan BBLR yaitu faktor janin seperti cacat bawaan (kelainan

kongenital) yaitu kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul sejak

kehidupan hasil konsepsi sel telur dan infeksi dalam rahim (infeksi hepatitis

dan infeksi rubella akan berakibat buruk terhadap janin. Infeksi ini dapat

menyebabkan bayi berat lahir rendah, cacat bawaan dan kematian janin)

Wiknjosastro (2002). Faktor janin lainnya misalnya janin kembar, kelainan

kromosom, faktor rahim dan plasenta. Misalnya, plasenta yang sel-selnya

mengalami kerusakan sehingga tali pusat tidak masuk ke dalam plasenta

secara normal. Melalui plasenta ini segala keperluan bayi dipenuhi oleh ibu.

Jika plasenta tersebut bermasalah, maka hal ini dapat mengganggu suplai

makanan ke janin. Lingkungan rahim yang tidak ideal maka janin tidak

tumbuh dengan kecepatan yang semestinya. Maka, tanpa adanya bantuan

medis, bayi tersebut akan lahir kecil tidak sesuai usia kehamilan, kendati lahir

tepat pada waktunya. Namun, jika hambatan ini terdiagnosa sebelum lahir, ibu

segera mendapat perawatan medis yang memadai dan teratur, maka

kemungkinan bayi lahir dengan berat badan rendah dapat diatasi (Anita,

2006).

Data yang diperoleh peneliti melalui medical record RSU Banyumas

diketahui angka kejadian ibu dengan BBLR sebanyak 90 orang dari jumlah
seluruh persalinan sebanyak 1.886 orang tahun 2009 dan pada tahun 2010

meningkat jumlahnya menjadi 197 orang dari jumlah persalinan 1.859 orang.

Hal itu menunjukkan adanya peningkatan angka kejadian BBLR dari tahun

2009 ke tahun 2010. Kejadian BBLR di RSU Banyumas sebagian besar

dialami oleh ibu yang berusia kurang dari 20 tahun dan diatas 37 tahun, selain

itu rata-rata ibu yang mengalami BBLR merupakan ibu multipara dan adanya

panyakit yang menyertai kehamilan berupa hipertensi dan jantung.

Berdasarkan data serta kenyataan di atas penulis tertarik mengambil judul

Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Berat Badan Lahir Rendah

Di Rumah Sakit Umum Banyumas Tahun 2010.

2. Rumusan Masalah

Penyebab terbanyak terjadinya BBLR salah satunya dapat dilihat dari

faktor ibu diantaranya adalah gizi ibu hamil, umur, jarak kehamilan, paritas

dan penyakit menahun ibu (Saifuddin, 2002), faktor ibu lainnya adalah

kebiasaan merokok, alkoholik, pecandu obat-obatan terlarang (drug abuse),

gizi buruk dan daerah tempat tinggal di pegunungan dan lain-lain. (Anita,

2006).

Berdasarkan data medical record RSU Banyumas diketahui angka

kejadian ibu dengan BBLR sebanyak 90 orang tahun 2009 dan pada tahun

2010 meningkat jumlahnya menjadi 197 orang dengan melihat faktor resiko

yang meliputi umur, paritas dan penyakit yang menyertai kehamilan ibu. Oleh
karena itu rumusan penelitian untuk menggambarkan angka kejadian BBLR

dan faktor yang mempengaruhi BBLR. Berdasarkan tujuan tersebut peneliti

perlu dilakukan penelitian penyebab kejadian BBLR di RSU Banyumas.

3. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, pertanyaan

penelitiannya adalah: Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Rumah Sakit Umum Banyumas Tahun

2010?

4. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Mengetahui gambaran beberapa faktor yang mempengaruhi Kejadian

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Rumah Sakit Umum Banyumas

Tahun 2010.

2. Tujuan Khusus

1. Mendeskripsikan karakteristik ibu yang meliputi usia, paritas, dan

penyakit yang menyertai kehamilan ibu (Preeklampsia-eklampsia) di

Rumah Sakit Umum Banyumas.


2. Menganalisis hubungan antara usia ibu dengan Kejadian Berat Badan

Lahir Rendah (BBLR) di Rumah Sakit Umum Banyumas.

3. Menganalisis hubungan antara paritas ibu dengan Kejadian Berat Badan

Lahir Rendah (BBLR) di Rumah Sakit Umum Banyumas.

4. Menganalisis hubungan antara penyakit yang menyertai kehamilan ibu

(Preeklampsia-eklampsia) dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah

(BBLR) di Rumah Sakit Umum Banyumas.


5. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Untuk memberikan tambahan referensi tentang gambaran faktor-faktor

yang mempengaruhi kejadian berat badan lahir rendah di Rumah Sakit

Umum Banyumas.

2. Manfaat Praktis

1. Bagi Peneliti

Menambah wawasan peneliti dalam melakukan praktek mata kuliah

metodologi penelitian, khususnya penelitian tentang gambaran faktor-

faktor yang mempengaruhi kejadian berat badan lahir rendah di

Rumah Sakit Umum Banyumas.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu bahan bacaan di

perpustakaan dan diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan

bagi adik kelas dalam melakukan penelitian selanjutnya.


6. Keaslian Penelitian

1. Matrik Keaslian Penelitian

No. Peneliti & Judul Variabel Jenis & Populasi dan Tujuan h
tahun penelitian desain sampel
penelitian penelitian

1. Sondari Hubungan Variabel bebas : Jenis Populasi dan Untuk Ada hu


(2006) Beberapa Faktor tingkat penelitian sampel mengetahui hiperte
Ibu Dengan pengetahuan ibu explanatoty sebanyak 113 adanya perdara
Kejadian Berat balita tentang survey kasus ibu hubungan antepar
Bayi Lahir imunisasi, deangan dengan beberapa faktor anemia
Variabel diagnosa ibu dengan
Rendah (Bblr) terikat : metode cross partus. dengan
Di Rumah Sakit motivasi ibu sectional dengan kejadian BBLR.
Dr Hasan balita study BBLR ada hub
Sadikin memberikan infeksi
Bandung imunisasi kehami
Januari-Februari kembar
2006 pendid
frekuen
dengan
BBLR.

2 Mubarokah Hubungan Variabel bebas: Jenis Populasi :ibu Mengkaji Hubun


Antara Anemia Anemia Ibu penelitian pengaruh kadar antara
(2007) Ibu Bersalin Bersalin. analitik ibu bersalin hemoglobin ibu ber
Dengan dengan dengan kadar rendah (anemia) terhada
Kejadian Berat pendekatan Hb normal ibu bersalin kejadia
Badan Lahir Variabel terikat: retrospectiv yang terhadap badan l
Rendah Di Kejadian Berat melahirkan kejadian BBLR rendah
Rumah Sakit Badan Lahir berat badan memili
Umum Rendah lahir normal, hubung
Banyumas kehamilan cukup
Tahun 2005 dengan sebesar
komplikasi
seperti
preeklamsi,
eklamsia,
penyakit
jantung,
penyakit
ginjal,
penyakit hati,
diabetes
No. Peneliti & Judul Variabel Jenis & Populasi dan Tujuan h
tahun penelitian desain sampel
penelitian penelitian

mellitus,
perdarahan
antepartum,
penyakit
kronis lain,
dan penyakit
darahsampel :
total
sampling.

3 Ika (2010) Faktor-faktor Variabel tunggal Jenis Populasi: Mengetahui


yang : Faktor-faktor penelitian semua ibu gambaran
mempengaruhi yang analitik bersalin yang faktor-faktor
kejadian berat mempengaruhi dengan melahirkan di yang
badan lahir kejadian berat pendekatan Rumah Sakit mempengaruhi
rendah di badan lahir retrospectiv Umum kejadian berat
Rumah Sakit rendah Banyumas badan lahir
Umum yang rendah di
Banyumas memenuhi Rumah Sakit
Tahun 2010 kriteria Umum
inklusi dan Banyumas
eksklusi. Tahun 2010
Pengambilan
sampel
:simple
random
sampling

7. Ruang Lingkup
1. Ruang Lingkup Waktu

Penelitian ini akan dilakukan Bulan Juli 2010.

2. Ruang Lingkup Tempat

Tempat yang menjadi penelitian ini adalah di RSU Banyumas.


3. Ruang Lingkup Materi

Materi penelitian ini adalah kesehatan ibu dan anak khususnya mengenai

Berat Badan Lahir.


B

AB II

TINJAUAN TEORI

1. Landasan Teori

1. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

1. Definisi

1. Menurut Saifuddin (2002), berat badan lahir rendah adalah bayi baru lahir

yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gr (sampai dengan 2499

gram).

2. Menurut Manuaba (2001), berat badan lahir rendah (BBLR) karena

terdapat dua bentuk penyebab kelahiran dengan berat badan kurang dari

2500 gram yaitu karena umur hamil kurang dari 37 minggu, berat badan

lebih rendah dari semestinya, sekalipun umur cukup, atau karena

kombinasi.

3. Menurut Hanifa Wiknjosastro (2002), bayi berat badan lahir rendah adalah

bayi yang berat badan lahirnya kurang atau sama dengan 2500 gram.

2. Keadaan BBLR
Ada 2 keadaan BBLR yaitu:

1. Bayi lahir kecil karena kurang bulan (premature) yaitu bayi lahir pada

umur kehamilan antara 28 36 minggu. Bayi lahir kurang bulan

mempunyai organ dan alat-alat tubuh yang belum berfungsi normal untuk

bertahan hidup di luar rahim. Makin muda umur kehamilan, fungsi organ

tubuh bayi makin kurang sempurna, prognosisnya juga semakin buruk.

2. Bayi lahir kecil untuk masa kehamilan (KMK) yaitu bayi lahir kecil akibat

retardasi pertumbuhan janin dalam rahim. Organ dan alat-alat tubuh bayi

KMK sudah matang (mature) dan berfungsi lebih baik dibandingkan

dengan bayi lahir kurang bulan, walaupun berat badannya sama.

Penilaian terhadap BBLR dilakukan dengan cara menimbang

bayi pada saat lahir atau dalam 24 jam pertama. Dalam minggu

pertama BB bayi akan turun, kemudian akan naik sesuai dengan umur

bayi. Pada BBLR, penurunan berat badan dapat terjadi pada setiap

saat, biasanya disebabkan karena ada masalah dalam pemberian ASI,

bayi menderita penyakit seperti infeksi bakteri, diare, kelainan bawaan

dan lain-lain

3. Klasifikasi Berat Badan Lahir Rendah

Barkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya, bayi berat

badan lahir rendah dibedakan dalam:

1. Bayi berat badan lahir rendah (BBLR), berat lahir 1500 - 2500 gr.
2. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), berat lahir < 1500 gr.

3. Bayi berat badan lahir ekstrem rendah (BBLER), berat lahir < 1000 gr.

Berdasarkan atas timbulnya bermacam-macam problematik pada

derajat prematuritas digolongkan dalam tiga kelompok (Usher, 1975):

1. Bayi yang sangat premature (extremely premature): 24 30 minggu. Bayi

dengan masa gestasi 24 27 minggu masih sangat sukar hidup terutama di

negara yang belum atau sedang berkembang.

2. Bayi pada derajat premature yang sedang (moderately premature) 31 36

minggu. Pada golongan ini kesanggupan untuk hidup jauh lebih baik dari

golongan pertama dan gejala sisa yang dihadapinya dikemudian hari juga

lebih ringan asal saja pengelolaan terhadap bayi ini betul-betul intensif.

3. Borderline premature: masa gestasi 37 38 minggu. Bayi ini mempunyai

sifat-sifat premature dan matur.

Alat tubuh bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah

belum berfungsi seperti bayi normal. Oleh sebab itu ia mengalami

lebih banyak kesulitan untuk hidup di luar uterus ibunya. Makin

pendek masa kehamilannya makin kurang sempurna pertumbuhan

alat-alat dalam tubuhnya, dengan akibat makin mudahnya terjadi

komplikasi dan makin tingginya angka kematiannya. Dalam hubungan

ini sebagian besar kematian perinatal terjadi pada bayi-bayi yang lahir

dengan berat badan rendah (Wiknjosastro, 2002)


Banyak istilah yang dipergunakan untuk menunjukkan bahwa

bayi dengan kecil untuk masa kehamilan (KMK) menderita gangguan

pertumbuhan di dalam uterus (intrauterine growth retardation/IUGR)

mungkin saja mempunyai berat yang tidak sesuai dengan masa

gestasinya. Menurut (Ranfield, 1975) ada dua bentuk IUGR yaitu:

1. Proportionate IUGR: janin yang menderita distress yang lama dimana

gangguan pertumbuhan terjadi berminggu-minggu sampai berbulan

sebelum bayi lahir, sehingga berat, panjang dan lingkaran kepala dalam

proporsi yang seimbang akan tetapi keseluruhannya masih di bawah masa

gestasi yang sebenarnya.

2. Disproportionate IUGR: terjadi akibat distress subakut. Gangguan terjadi

beberapa minggu sampai beberapa hari sebelum janin lahir. Pada keadaan

ini panjang dan lingkaran kepala normal akan tetapi berat tidak sesuai

dengan masa gestasi.

Pada bayi IUGR perubahan tidak hanya terhadap ukuran

panjang, berat dan lingkaran kepala akan tetapi organ-organ di dalam

badan pun mengalami perubahan misalnya (Drillen, 1975)

menemukan berat otak, jantung, paru dan ginjal bertambah sedangkan

berat hati, limpa, kelenjar adrenal dan thymus berkurang dibandingkan

bayi premature dengan berat yang sama (Wiknjosastro, 2002).

Bayi dengan berat badan lahir rendah mungkin premature

(kurang bulan), mungkin juga cukup bulan (dismatur).


Beberapa penyakit yang berhubungan dengan prematuritas:

1. Sindrom gangguan pernafasan idiopatik (penyakit membran hialin)

2. Pneumoni aspirasi karena reflek menelan dan batuk belum sempurna.

3. Perdarahan spontan dalam vertikal otak lateral, akibat anoksia otak (erat

kaitannya dengan gangguan pernafasan)

4. Hiperbilirubinemia karena fungsi hati belum matang.

5. Hipotermia

Beberapa penyakit yang berhubungan dengan dismaturitas:

1. Sindrom aspirasi mekonium

Sindrom Aspirasi Mekonium terjadi jika janin menghirup

mekonium yang tercampur dengan cairan ketuban, baik ketika

bayi masih berada di dalam rahim maupun sesaat setelah

dilahirkan.

Mekonium adalah tinja janin yang pertama, merupakan

bahan kental, lengket dan berwarna hitam kehijauan, mulai bisa

terlihat pada kehamilan 34 minggu. Bayi prematur yang memiliki

sedikit cairan ketuban, sindroma ini sangat parah. Mekonium yang

terhirup lebih kental sehingga penyumbatan saluran udara lebih

berat. Aspirasi mekonium terjadi jika janin mengalami stres


selama proses persalinan berlangsung. Bayi seringkali merupakan

bayi postmatur (lebih dari 40 minggu).

Selama persalinan berlangsung, bayi bisa mengalami

kekurangan oksigen. Hal ini dapat menyebabkan meningkatnya

gerakan usus dan pengenduran otot anus, sehingga mekonium

dikeluarkan ke dalam cairan ketuban yang mengelilingi bayi di

dalam rahim.

Cairan ketuban dan mekoniuim becampur membentuk cairan

berwarna hijau dengan kekentalan yang bervariasi. Jika selama

masih berada di dalam rahim janin bernafas atau jika bayi

menghirup nafasnya yang pertama, maka campuran air ketuban

dan mekonium bisa terhirup ke dalam paru-paru.

Mekonium yang terhirup bisa menyebabkan penyumbatan

parsial ataupun total pada saluran pernafasan, sehingga terjadi

gangguan pernafasan dan gangguan pertukaran udara di paru-paru.

Selain itu, mekonium juga menyebabkan iritasi dan peradangan

pada saluran udara, menyebabkan suatu pneumonia kimiawi.

Cairan ketuban yang berwarna kehijauan disertai kemungkinan

terhirupnya cairan ini terjadi pada 5-10% kelahiran. Sekitar

sepertiga bayi yang menderita sindroma ini memerlukan bantuan

alat pernafasan (Surasmi, 2003).


2. Hipoglikemia

Hipoglikemia merupakan salah satu gangguan metabolik

yang sering terjadi pada pada bayi dan anak, namun dalam

kepustakaan tentang hipoglikemia pada bayi dan anak terutama

mengenai diagnosis dalam keadaan kegawatan dan pengobatannya

tetap masih kontroversi. Apalagi bila pasien datang dalam keadaan

meragukan, dokter anak kadang sulit menentukan kapan mulai

dilakukan pemeriksaan untuk tes diagnostik.

Penyebab hipoglikemia seringkali sangat kompleks,

bermacam-macam dan unik, sehingga evaluasi dan

pengelolaannya membutuhkan pengetahuan yang memadai

tentang mekanisme fisiologik yang mempertahankan keadaan

euglikemia. Disini dibicarakan mengenai masalah hipoglikemia

pada bayi dan anak, beberapa penyebabnya dan efek yang

merugikan pada susunan syaraf pusat, sehingga dapat memberikan

sumbangan pada pendekatan klinis untuk pengelolaan dan

pengobatan hipoglikemia pada bayi dan anak (Surasmi, 2003)

3. Hiperbilirubinemia

Adalah suatu keadaan dimana kadar Bilirubin dalam darah

mencapai suatu nilai yang mempunyai potensi untuk menimbulkan

Kern Ikterus kalau tidak ditanggulangi dengan baik, atau


mempunyai hubungan dengan keadaan yang patologis. Brown

menetapkan Hiperbilirubinemia bila kadar Bilirubin mencapai 12

mg% pada cukup bulan, dan 15 mg % pada bayi kurang bulan.

(Surasmi, 2003)

4. Hipotermia

BBLR sangat rentan terhadap hipotermia dan infeksi. Oleh

karena itu bayi dengan berat badan lahir rendah mempunyai risiko

kematian tinggi (Saifuddin, 2002).

Prognosisnya bayi berat badan lahir rendah tergantung dari

berat ringannya masalah perinatal, prognosis ini juga tergantung

dari keadaan sosial ekonomi, pendidikan orang tua dan perawatan

pada saat kehamilan, persalinan dan postnatal (pengaturan suhu

lingkungan, resusitasi, makanan, mencegah infeksi, mengatasi

gangguan pernafasan, asfiksia, hiperbilirubinemia, hiperglikemia

dan lain-lain. Bila bayi berat lahir rendah ini dapat mengatasi

problematik yang diterimanya, maka perlu diamati selanjutnya

oleh karena kemungkinan bayi ini akan mengalami gangguan

pendengaran, penglihatan, kognitif, fungsi motor susunan syaraf

pusat dan penyakit-penyakit seperti hidrosefalus, cerebral palsy

dan sebagainya (Wiknjosastro, 2002).

2. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Berat Badan Lahir Rendah


Bayi BBLR dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu

1. Faktor ibu

1. Umur kurang dari 20 tahun

atau di atas 35 tahun.

Berat badan lahir rendah juga berkolerasi dengan usia ibu. Ibu-

ibu yang terlalu muda seringkali secara emosional dan fisik belum

matang, selain pendidikan pada umumnya rendah, ibu yang masih

muda masih tergantung pada orang lain. Kelahiran bayi BBLR lebih

tinggi pada ibu-ibu muda berusia kurang dari 20 tahun. Remaja

seringkali melahirkan bayi dengan berat lebih rendah, hal ini terjadi

karena mereka belum matur dan mereka belum memiliki sistem

transfer plasenta seefisien wanita dewasa. Pada ibu yang tua

meskipun mereka telah berpengalaman, tetapi kondisi badannya serta

kesehatannya sudah mulai menurun sehingga dapat mempengaruhi

janin intra uterin dan dapat menyebabkan kelahiran BBLR. Faktor

usia ibu bukanlah faktor utama kelahiran BBLR, tetapi kelahiran

BBLR tampak meningkat pada wanita yang berusia di luar usia 20

sampai 35 tahun (Hidayati, 2009).

2. Paritas ibu. Anak lebih dari 4

dapat menimbulkan gangguan


pertumbuhan janin sehingga

melahirkan bayi dengan berat

lahir rendah dan perdarahan

saat persalinan karena

keadaan rahim biasanya

sudah lemah. BBLR oleh ibu

dengan paritas lebih dari 4

disebabkan adanya

kemunduran keadaan jaringan

cenderung dapat

menimbulkan kelainan letak

ataupun kelainan

pertumbuhan placenta yang

berpengaruh terhadap

kesejahteraan janin dalam

kandungan (Tjitpa, 2004).

Hal ini sesuai dengan

pendapat Manuaba (1998)

kekurangan zat gizi yang

diperlukan saat pertumbuhan

dapat mengakibatkan makin

tingginya kehamilan prematur

atau BBLR dan cacat


bawaan. Disamping itu

kemunduran daya lentur

(elastisitas) jaringa yang

sudah berulangkali

diregangkan akibat

kehamilan, membatasi

kemampuannya berkerut

untuk menghantikan

perdarahan sesudah

persalinan.

3. Penyakit ibu yaitu penyakit

yang diderita ibu pada saat

hamil dalam hal ini adalah

penyakit ibu akibat

komplikasi kehamilan, yaitu

Pre-eklampsia/Eklampsia.

Pre eklampsia ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi,

edema dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Eklampsia

adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan / nifas

yang ditandai dengan kejang dan koma. Kondisi tersebut dapat

mempengaruhi plasenta dan uterus karena aliran darah ke plasenta

menurun sehingga terjadi gangguan fungsi plasenta. Pada hipertensi


yang agak lama dapat mempengaruhi perkembangan janin, sehingga

mudah terjadi partus prematur (Wiknjosastro, 2006)

Pre-eklampsia/ Eklampsia dapat mengakibatkan keterlambatan

pertumbuhan janin dalam kandungan atau IUGR dan kelahiran mati.

Hal ini disebabkan karena Pre-eklampsia/ Eklampsia pada ibu akan

menyebabkan perkapuran di daerah plasenta, sedangkan bayi

memperoleh makanan dan oksigen dari plasenta, dengan adanya

perkapuran di daerah plasenta, suplai makanan dan oksigen yang

masuk ke janin berkurang.

Hal ini sesuai dengan pendapat Behrman (2000) yang

meyatakan preeklampsia merupakan salah satu faktor penyebab

terjadinya BBLR. Preeklampsia menyebabkan terjadinya retardasi

pertumbuhan janin bahkan kematian janin. Hal ini dikarenakan

preeklampsia dapat menyebabkan insufisiensi plasenta dan hipoksia

yang berpengaruh sangat besar terhadap perkembangan janin.

(Manuaba, 2001; Rayburn, 2001; Depkes, 2000)

3. Masalah yang perlu diperhatikan dalam penanganan bayi BBLR

1. Suhu tubuh

Pusat pengatur panas badan masih belum sempurna. Luas badan

bayi relatif besar sehingga penguapannya bertambah. Otot bayi masih


lemah. Lemak kulit dan lemak coklat kurang, sehingga cepat

kehilangan panas badan. Kemampuan metabolisme panas masih

rendah sehingga bayi dengan berat badan lahir rendah perlu

diperhatikan agar tidak terlalu banyak kehilangan panas badan dan

dapat dipertahankan sekitar 360 C sampai 370 C.

2. Pernapasan

Pusat pengatur pernapasan belum sempurna. Surfaktan paru-paru

masih kurang sehingga perkembangannya tidak sempurna. Otot

pernapasan dan tulang iga lemah. Dapat disertai penyakit: penyakit

hialin membran, mudah infeksi paru-paru, gagal pernapasan.

3. Alat pencernaan makanan

Belum berfungsi sempurna sehingga penyerapan makanan

dengan banyak lemah atau kurang baik. Aktivitas otot pencernaan

makanan masih belum sempurna sehingga pengosongan lambung

berkurang. Mudah terjadi regurgitasi isi lambung dan dapat

menimbulkan aspirasi pneumonia.

4. Hepar yang belum matang (immature)


Mudah menimbulkan gangguan pemecahan bilirubin, sehingga

mudah terjadi hiperbilirubinemia (kuning) sampai ikterus.

5. Ginjal masih belum matang (immature)

Kemampuan mengatur pembuangan sisa metabolisme dan air

masih belum sempurna.

6. Perdarahan dalam otak

Pembuluh darah bayi prematur masih rapuh dan mudah pecah.

Sering mengalami gangguan pernapasan, sehingga memudahkan

terjadinya perdarahan dalam otak. Perdarahan dalam otak

memperburuk keadaan dan menyebabkan kematian bayi. Pemberian

oksigen belum mampu diatur sehingga mempermudah terjadi

perdarahan dan nekrosis

(Manuaba, 2001).

4. Penatalaksanaan

1. Pengaturan suhu

Bayi prematuritas dengan cepat akan kehilangan panas badan

dan menjadi hipotermia karena pusat pengaturan panas badan belum

berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah, dan permukaan badan


relatif luas. Oleh karena itu bayi prematuritas harus dirawat di dalam

inkubator (Manuaba, 2001).


2. Makanan bayi

Alat pencernaan bayi masih belum sempurna seperti refleks isap,

telan dan batuk, kapasitas lambung masih sedikit, daya enzim

pencernaan terutama lipase masih kurang, sedangkan kebutuhan

protein 3-5 gr/kgBB dan kalori 110 kal/kgBB agar berat badan

bertambah sebaik-baiknya. Pemberian minum dimulai pada waktu

bayi berumur 3 jam agar bayi tidak menderita hipoglikemia dan

hiperbilirubinemia. Karena reflek isap masih lemah sehingga

pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit tetapi frekuensi lebih

sering

ASI merupakan makanan yang paling utama sehingga ASI yang

paling dahulu diberikan. Bila faktor mengisapnya kurang maka ASI

dapat diperas diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau dengan

memasang sonde menuju lambung. Permulaan cairan yang diberikan

sekitar 200 cc/kgBB/hari (Manuaba, 2001).

3. Menghindari infeksi

Bayi BBLR mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan

tubuh yang masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang dan

pembentukkan antibodi belum sempurna oleh karena itu upaya

preventif sudah dilakukan sejak pengawasan antenatal sehingga tidak

terjadi persalinan BBLR. Dengan demikian perawatan dan


pengawasan bayi BBLR secara khusus dan terisolasi dengan baik

(Manuaba, 2001).

5. Komplikasi

Menurut Keumala Pringgardani (2007) ada beberapa gangguan atau

komplikasi terkait dengan kasus bayi baru lahir rendah, seperti:

1. Gangguan pernapasan. Salah satu sebabnya bayi menelan air ketuban

sehingga masuk ke dalam paru-paru dan mengganggu pernapasannya. Ini

tidak hanya dialami bayi BBLR tetapi juga bayi cukup bulan. Khusus bayi

prematur, umumnya gangguan pernapasannya berkaitan dengan organ

paru-paru yang belum matang.

2. Kasus-kasus berat seperti pendarahan otak, kelainan jantung, hipoglikemia

(kadar gula rendah) dan lainnya.

3. Infeksi. Bayi bisa terkena infeksi saat di jalan lahir atau tertular infeksi ibu

melalui plasenta.

4. Kejang saat dilahirkan. Biasanya bayi akan dipantau dalam 1 X 24 jam

untuk dicari penyebabnya. Misalnya karena ada infeksi sebelum lahir

(prenatal), atau karena pendarahan intrakrania, atau karena vitamin B6

yang dikonsumsi ibu.

5. Apneu periodik (henti napas), sering terjadi pada bayi BBLR karena

prematuritas. Organ paru-paru dan susunan saraf pusat yang belum

sempurna dapat mengakibatkan bayi berhenti bernapas.


6. Ikterus atau kuning. Jika terjadi di hari pertama dapat dipastikan ada

kelainan pada bayi, seperti ketidaksesuaian golongan darah ibu dan bayi.

Bila kuning terjadi setelah 5-7 hari sesudah bayi dilahirkan biasanya

karena karena fungsi hati yang belum matang sehingga bayi belum bisa

mengeluarkan bilirubin atau disebut kuning fisiologis.

7. Muntah, biasanya ada suatu kelainan di pencernaan bayi yang

memungkinkan tindakan bedah.

8. Diatenis abdomen, kelainan yang berkaitan dengan usus bayi.

9. Gangguan elektrolit/gangguan sirkulasi dalam tubuh

2. Kerangka Teori

Gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi Berat Badan Lahir Rendah

(modifikasi dari teori Manuaba, 2001; Saifuddin, 2002; Anita, 2006).

Faktor Ibu :

1. Karakteristik (umur, pendidikan,paritas, sosial ekonomi, pendidikan, pekerjaan)


2. Jarak kehamilan
3. Penyakit yang diderita ibu saat hamil (DM, pre-eklamsia/eklamsia)
4. Gizi
5. Perokok, alkoholik dan pecandu narkotika
6. perkawinan yang tidak sah

Faktor Kehamilan:
1. Hamil dengan hidramnion
2. hamil ganda
3. perdarahan antepartum
4. komplikasi hamil

Faktor Janin:

1. Hidramnion
2. kehamilan ganda
3. kelainan kromosom

Faktor Lingkungan:

1. dataran tinggi
2. radiasi
3. zat-zat racun
BBLR

Meninggal

Hidup

Bagan 1. Kerangka Teori


BAB III

ETODE PENELITIAN

1. Variabel Penelitian

Variabel adalah obyek penelitian atau hal yang menjadi titik perhatian

suatu penelitian (Arikunto, 2002). Dalam penelitian ini ada 2 variabel

penelitian yaitu:

1. Variabel Independent (bebas) adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya

atau variabel yang mempengaruhi (Sugiyono, 2006). Variabel Independent

(bebas) dalam penelitian ini adalah faktor usia, paritas dan penyakit yang

menyertai kehamilan.

2. Variabel Dependent (terikat) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat (Sugiyono, 2006) yaitu kejadian berat badan lahir rendah.

2. Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Independent :

1. usia
2. paritas
3. penyakit yang menyertai kehamilan (preeklamsia/eklamsia dan diabetes
mellitus)

Variabel Dependent :

1. BBLR (Kasus)
2. BBLN (Kontrol)

Bagan 2
Kerangka Konsep Penelitian

3. Rancangan Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah analitik, karena penelitian ini

menghubungkan antara variabel independen dengan variabel dependen dan

mencari besarnya hubungan diantara kedua variabel (Arikunto, 2002).

2. Rancangan Penelitian

(+)

Kasus (BBLR)
(-)

(+)

Kontrol (lahir normal)

(-)

enelitian ini menggunakan pendekatan epidemiologi, dimana penelitian mulai


berangkat dari kasus BBLR kemudian dicari penyebab terjadinya BBLR dari
faktor resiko yang ada guna ketepatan penarikan kesimpulan maka dibandingkan
dengan kontrol (non kasus), sehingga desainnya sebagai berikut : (Notoatmodjo,
2002).

Keterangan :

(+) Faktor resiko terjadinya BBLR

(-) Tidak beresiko terjadinya BBLR

3. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini digunakan data sekunder yaitu pengumpulan

data diperoleh dari orang lain atau data rekam medik di Rumah Sakit

Umum Banyumas dan bukan dilakukan oleh peneliti sendiri.

4. Jenis data :

1. Data Primer

Data primer adalah sumber data utama penelitian yang berasal

langsung dari responden penelitian (Santoso, 2001). Data primer pada

penelitian ini berupa data rekam medik di Rumah Sakit Umum

Banyumas.
5. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2002).

Populasinya adalah semua ibu bersalin yang melahirkan BBLR dengan

jumlah sebanyak 197 orang dan ibu yang melahirkan normal/non BBLR

berjumlah 1.662 di Rumah Sakit Umum Banyumas (Bagian Obstetri)

selama tahun 2010.

6. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian populasi yang diambil dari keseluruhan

obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi yang

mempunyai karakteristik sama dengan populasi. Sampel dalam penelitian

ini adalah :

1. Kelompok kasus : ibu yang melahirkan bayi BBLR di Rumah Sakit

Umum Banyumas periode 1 Januari sampai dengan 31 Desember

2010.

Kriteria inklusi pada kasus adalah : ibu yang melahirkan bayi BBLR

dengan melihat faktor resiko umur, paritas, pendidikan, sosial ekonomi

dan penyakit yang menyertai kehamilan. Sedangkan kriteria

eksklusinya ibu yang melahirkan bayi BBLR dengan catatan rekam

medik yang tidak lengkap.


2. Kelompok kontrol : ibu yang melahirkan normal/tidak BBLR di

Rumah Sakit Umum Banyumas periode 1 Januari sampai dengan

31 Desember 2010.

Kriteria inklusi pada kontrol adalah : ibu yang melahirkan bayi normal

dan tidak mengalami kelainan bawaan. Kriteria eksklusi adalah ibu

yang melahirkan bayi normal dengan mengalami kelainan bawaan.

Pemilihan anggota sampel dengan cara mengumpulkan data ibu

yang melahirkan di RSUD Banyumas periode 1 Januari sampai 31

Desember 2010 (1.859 ibu). Didapatkan ibu yang melahirkan bayi BBLR

sebanyak 197 orang dan tidak BBLR sebanyak 1.662 orang. Sampel

penelitian yang dipakai sebagai kontrol yang dilakukan kepada ibu bayi

yang melahirkan normal/non BBLR diambil sesuai dengan hasil

perhitungan sampel untuk kasus yaitu sebesar 197 sampel.

Jumlah sampel kasus diambil sesuai dengan hasil perhitungan

menggunakan rumus sederhana untuk populasi kecil yaitu lebih kecil dari

10.000 (Umar, 2007) :

Keterangan:

n = jumlah sampel
N = jumlah populasi

d = tingkat kesalahan pengambilan sampel yang ditentukan sebesar 15%


Dengan menggunakan rumus di atas, dari populasi sebanyak 197

didapatkan sampel :

= 66.33 = 66 orang

Jadi penelitian ini nantinya sampel kasus dan sample kelompok

control adalah 66 orang dengan perbandingan 1:1. Teknik pemilihan

sampel kasus dan control yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

"simple ramdom sampling atau dengan cara arisan (acak).

7. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Tabel 2. Variabel, Definisi Operasional, Cara Ukur, Hasil Ukur dan Skala

Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Operasional

Dependent :

Berat Badan Lahir


Rendah Bobot bayi
yang baru Data rekam Nominal
dilahirkan medik
Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional

dengan berat
badan kurang BBLR : < 2.500gr
dari 2500 gr
Non BBLR : 2.500gr

Usia ibu Lama hidup Data rekam 1. < 20 tahun dan > 35 Ordinal
seseorang medik tahun (reproduksi
terhitung sejak tidak sehat)
lahir
2. 20-35 tahun
(reproduksi sehat)

Paritas Jumlah anak Data rekam 1. > 4 anak Ordinal


lahir hidup medik
2. < 4 anak

Pendidikan Jenjang Data rekam 1. Pendidikan dasar Ordinal


pendidikan medik (tidak tamat SD s/d
formal yang tamat SMP)
diikuti oleh
responden 2. Pendidikan menengah
(SMA).

3. Pendidikan tinggi
(PT)

Sosial Ekonomi Pendapatan Data rekam 1. Rendah, apabila Ordinal


Keluarga keluarga setiap medik pendapatan
bulan dibawah (<)
UMR(Rp
650.000,-)

2. Tinggi, ()
pendapatan
Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional

diatas UMR
(Rp 650.000,-)

Penyakit yang Penyakit yang Data rekam 1. Ada, meliputi Nominal


menyertai diderita saat medik penyakit
kehamilan kehamilan dan Diabetes
persalinan yang Mellitus dan
berpengaruh Pre-
terhadap berat klamsia/eklamsi
badan lahir bayi a

2. Tidak, selain
penyakit
Diabetes
Mellitus dan
Pre-
klamsia/eklamsi
a

8. Teknik Pengolahan dan Analisa Data

1. Pengolahan Data

Data sekunder yang telah dikumpulkan kemudian diolah

menggunakan program komputer analis data. Tahapan pengolahan

data meliputi :

1. Editing

Yaitu menyeleksi data yang sudah masuk untuk menjamin

validitas data.

2. Koding
Yaitu pemberian kode-kode pada data untuk mempermudah

proses pengolahan data.

3. Skoring

Yaitu proses pemberian nilai pada data jawaban responden

untuk memudahkan entry data.

4. Entry Data

Yaitu proses memasukan data ke dalam komputer sehingga

dapat dianalisis dengan menggunakan program komputer analis

data.

5. Tabulating

Yaitu mengelompokkan data sesuai dengan tujuan analisis

data dan disajikan melalui tabel.

2. Analisa Data

Langkah terakhir dari suatu penelitian adalah melakukan

analisa data. Analisa data dilakukan secara bertahap dan dilakukan

melalu proses komputerisasi (Notoatmodjo, 2002).

1) Analisis Univariat
Analisis univariat yang dilakukan terhadap tiap variabel dari

hasil penelitian. Analisa ini dilakukan secara deskriptif, yaitu untuk

mengetahui distribusi frekuensi usia ibu, paritas, pendidikan, sosial

ekonomi keluarga dan penyakit yang menyertai kehamilan.

Keterangan:

P = Persentase

X = Jumlah jawaban

n = Jumlah responden

2) Analisis Bivariat

Analisis bivariat adalah analisis yang mempunyai dua

pengukuran atau variabel (Santoso, 2001). Untuk mengetahui

hubungan antara usia ibu, paritas dan penyakit yang menyertai

kehamilan dengan kejadian BBLR yang menggunakan skala

nominal maka uji analisis bivariat menggunakan korelasi uji Chi-

Square yang dihitung dengan bantuan SPSS versi 12.0.

Rumus dasar yang digunakan :


Keterangan :

Eij = nilai frekuensi harapan

nij = nilai frekuensi observasi

N = jumlah sampel

i = baris

j = kolom

Kriteria pengujian:

H1 di terima jika nilai p<0,05 berarti ada hubungan antara

variabel bebas dengan variabel terikat.

H1 ditolak jika nilai p>0,05 berarti tidak ada hubungan antara

variabel bebas dengan variabel terikat.

Tabel 3. Tabel dasar perhitungan studi kasus kontrol


Faktor Resiko Kasus Kontrol

Faktor (+) a b

Faktor (-) c d

Rasio odds =
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2002, Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta:


YBPSP, 2002

Anita, 2006. Perbedaan Beberapa Faktor Ibu Menurut Berat Badan Bayi
Lahir. Majalah Kedokteran Diponegoro, vol.30

Arikunto, S. (2002). Prosedur penelitian pendekatan praktek. Jakarta :


Rieneka Cipto

Depkes RI, 2000, Rencana strategis nasional Making Pregnancy Safer


(MPS), di Indonesia 2001-2010, Jakarta : Depkes RI.

Drillen, 1975. Faktor Resiko Ibu Hamil dan Berat Badan Lahir : Studi
Kohort for Health Research anf Development. Ministry of Health

Hidayati, 2009, Hubungan Beberapa Ukuran Antropometrik Ibu dan


Tinggi

Fundus Uteri dengan Berat Badan Lahir. Bagian Obstetri dan Ginekologi FK
UI, Jakarta

Manuaba, Ida Bagus Gde., 2001, Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan


dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
Moedjiono, 2007, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Bayi Dengan
Berat Badan Rendah.www.Situs.kespro.info, Jakarta 25 Juni 2007

Pringgardani (2007 Resiko Terjadinya Berat Bayi Lahir Rendah Pada


Kehamilan Remaja. Berita Kedokteran Masyarakat XI (1)

Ranfield, 1975 Faktor Faktor Penentu Pemantauan Antenatal Care


(ANC),

(Terjemahan), Seminar Hasil Penelitian, Depok

Rayburn, 2001; Intranterine Growt Retardation Pathofisiology And


Clinical

Management, Mc Graw-Hill Book, Company, New York

Saifuddin, Abdul Bari, 2002, Buku Acuan Nasional Pelayanan


Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: YBPSP.

Santoso, Singgih. (2001). Prosedur penelitian (aplikasi analisis


multivariate dengan program SPSS). Jakarta: Rineka Cipta

Setyowati, 2009, Faktor-faktor yang mempengaruhi bayi lahir dengan


Berat Badan Rendah, Buletin Penelitian Kesehatan.
http://www.digilib.litbang.depkes.go.id

Sitohang NA., 2006, Asuhan keperawatan pada bayi berat lahir rendah.
Medan : Universitas Sumatera Utara.
Sondari, Fitri, 2006, Hubungan Beberapa Faktor Ibu Dengan Kejadian
Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) Di Rumah Sakit Dr Hasan Sadikin Bandung
Januari-Februari 2006, Skripsi.

Sugiyono, (2006). Statistika untuk penelitian. Bandung : Alfa Beta


Notoatmodjo, 2002. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Surasmi, Asrining, 2003. Perawatan Bayi Resiko Tinggi. EGC


Kedokteran Jakarta

Tjitpa, Guslihan Dasa, 2004, Bayi Risiko Tinggi, Bagian Ilmu Kesehatan
Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Digitized by USU digital
library

Umar, Husein. (2007), Metode penelitian survey. Jakarta: Gramedia

Usher, 1975. Anemia pada Kehamilan (Terjemahan). Buletin Parinasia 8

Wahana, 2007 Bayi Resiko Tinggi. Seminar Sehari pada Akademi


Kebidanan, Medan

Wiknjosastro, H (1999). Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga. Jakarta : Yayasan


Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Wiknjosastro. H (2002). Buku panduan pelayanan kesehatan maternal


dan neonatal. Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
World Health Organization (WHO). Development of a strategy towards
promoting optimal fetal growth. Avaliable from :
ttp://www.who.int/nutrition/topics/feto_maternal/en.html. Last update : January
2007 [diakses pada tanggal 10 Desember 2007]

Anda mungkin juga menyukai