Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH BAHAN

BAKAR FOSIL

Dosen: Giri Nugroho,ST,MSc

Oleh; Udin Prabowo (2115030083)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Makalah ini dibuat untuk menambah pengetahuan tentang bahan bakar fosil yang sangat banyak

di gunakan saat ini yang termasuk energi yang tidak dapat di perbarui. Masalah dunia ini belum

sepenuhnyabisa teratasi, belum ada solusi yang efektif untuk menyelesaikannya. Mungkin sudah

banyak alternatif lain yang sudah dilakukan , akan tetapi belum terlalu terlihat hasilnya secara

signifikan yang dapat kita rasakan.

1.2. Tujuan

Tujuan disusunnya makalah ini untuk menambah wawasan tentang bahan bakar fosil. Harapan

penulis adalah agar makalah ini dapat berguna bagi orang yang telah membacanya.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bahan Bakar Fosil


Bahan bakar fosil atau bahan bakar mineral, adalah sumber daya alam yang mengandung

hidrokarbon seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam. Penggunaan bahan bakar fosil ini

telah menggerakan pengembangan industri dan menggantikan kincir angin, tenaga air, dan juga

pembakaran kayu atau peat untuk panas.Ketika menghasilkan listrik, energi dari pembakaran

bahan bakar fosil seringkali digunakan untuk menggerakkan turbin. Generator tua seringkali

menggunakan uap yang dihasilkan dari pembakaran untuk memutar turbin, tetapi di pembangkit

listrik baru gas dari pembakaran digunakan untuk memutar turbin gas secara langsung.Batubara

sebagai salah satu contoh bahan bakar fosil

Pembakaran bahan bakar fosil oleh manusia merupakan sumber utama dari karbon dioksida yang

merupakan salah satu gas rumah kaca yang dipercayai menyebabkan pemanasan global.

Sejumlah kecil bahan bakar hidrokarbon adalah bahan bakar bio yang diperoleh dari karbon

dioksida di atmosfer dan oleh karena itu tidak menambah karbon dioksida di udara.

1. Gas Alam

Gas alam sering juga disebut sebagai gas Bumi atau gas rawa, adalah bahan bakar fosil

berbentuk gas yang terutama terdiri dari metana CH4). Ia dapat ditemukan di ladang minyak,

ladang gas Bumi dan juga tambang batu bara. Ketika gas yang kaya dengan metana diproduksi

melalui pembusukan oleh bakteri anaerobik dari bahan-bahan organik selain dari fosil, maka ia

disebut biogas. Sumber biogas dapat ditemukan di rawa-rawa, tempat pembuangan akhir

sampah, serta penampungan kotoran manusia dan hewan. Komponen utama dalam gas alam

adalah metana (CH4), yang merupakan molekul hidrokarbon rantai terpendek dan teringan. Gas

alam juga mengandung molekul-molekul hidrokarbon yang lebih berat seperti etana (C2H6),
propana (C3H8) dan butana (C4H10), selain juga gas-gas yang mengandung sulfur (belerang).

Gas alam juga merupakan sumber utama untuk sumber gas helium.

Metana adalah gas rumah kaca yang dapat menciptakan pemanasan global ketika terlepas ke

atmosfer, dan umumnya dianggap sebagai polutan ketimbang sumber energi yang berguna.

Meskipun begitu, metana di atmosfer bereaksi dengan ozon, memproduksi karbon dioksida dan

air, sehingga efek rumah kaca dari metana yang terlepas ke udara relatif hanya berlangsung

sesaat. Sumber metana yang berasal dari makhluk hidup kebanyakan berasal dari rayap, ternak

(mamalia) dan pertanian (diperkirakan kadar emisinya sekitar 15, 75 dan 100 juta ton per tahun

secara berturut-turut). Nitrogen, helium, karbon dioksida (CO2), hidrogen sulfida (H2S), dan air

dapat juga terkandung di dalam gas alam. Merkuri dapat juga terkandung dalam jumlah kecil.

Komposisi gas alam bervariasi sesuai dengan sumber ladang gasnya.Campuran organosulfur dan

hidrogen sulfida adalah kontaminan (pengotor) utama dari gas yang harus dipisahkan . Gas

dengan jumlah pengotor sulfur yang signifikan dinamakan sour gas dan sering disebut juga

sebagai "acid gas (gas asam)". Gas alam yang telah diproses dan akan dijual bersifat tidak berasa

dan tidak berbau. Akan tetapi, sebelum gas tersebut didistribusikan ke pengguna akhir, biasanya

gas tersebut diberi bau dengan menambahkan thiol, agar dapat terdeteksi bila terjadi kebocoran

gas. Gas alam yang telah diproses itu sendiri sebenarnya tidak berbahaya, akan tetapi gas alam

tanpa proses dapat menyebabkan tercekiknya pernapasan karena ia dapat mengurangi kandungan

oksigen di udara pada level yang dapat membahayakan.Gas alam dapat berbahaya karena

sifatnya yang sangat mudah terbakar dan menimbulkan ledakan. Gas alam lebih ringan dari

udara, sehingga cenderung mudah tersebar di atmosfer. Akan tetapi bila ia berada dalam ruang

tertutup, seperti dalam rumah, konsentrasi gas dapat mencapai titik campuran yang mudah
meledak, yang jika tersulut api, dapat menyebabkan ledakan yang dapat menghancurkan

bangunan. Kandungan metana yang berbahaya di udara adalah antara 5% hingga 15%.Ledakan

untuk gas alam terkompresi di kendaraan, umumnya tidak mengkhawatirkan karena sifatnya

yang lebih ringan, dan konsentrasi yang di luar rentang 5 - 15% yang dapat menimbulkan

ledakan. Secara garis besar pemanfaatan gas alam dibagi atas 3 kelompok yaitu :Gas alam

sebagai bahan bakar, antara lain sebagai bahan bakar Pembangkit Listrik Tenaga Gas/Uap, bahan

bakar industri ringan, menengah dan berat, bahan bakar kendaraan bermotor (BBG/NGV),

sebagai gas kota untuk kebutuhan rumah tangga hotel, restoran dan sebagainya.Gas alam sebagai

bahan baku, antara lain bahan baku pabrik pupuk, petrokimia, metanol, bahan baku plastik

(LDPE = low density polyethylene, LLDPE = linear low density polyethylene, HDPE = high

density polyethylen, PE= poly ethylene, PVC=poly vinyl chloride, C3 dan C4-nya untuk LPG,

CO2-nya untuk soft drink, dry ice pengawet makanan, hujan buatan, industri besi tuang,

pengelasan dan bahan pemadam api ringan.

Gas alam sebagai komoditas energi untuk ekspor, yakni Liquefied Natural Gas (LNG.

Teknologi mutakhir juga telah dapat memanfaatkan gas alam untuk air conditioner

(AC=penyejuk udara), seperti yang digunakan di bandara Bangkok, Thailand dan beberapa

bangunan gedung perguruan tinggi di Australia. Pemanfaatan gas alam di Indonesia dimulai pada

tahun 1960-an di mana produksi gas alam dari ladang gas alam PT Stanvac Indonesia di

Pendopo, Sumatera Selatan dikirim melalui pipa gas ke pabrik pupuk Pusri IA, PT Pupuk

Sriwidjaja di Palembang. Perkembangan pemanfaatan gas alam di Indonesia meningkat pesat

sejak tahun 1974, di mana PERTAMINA mulai memasok gas alam melalui pipa gas dari ladang

gas alam di Prabumulih, Sumatera Selatan ke pabrik pupuk Pusri II, Pusri III dan Pusri IV di

Palembang. Karena sudah terlalu tua dan tidak efisien, pada tahun 1993 Pusri IA ditutup,dan
digantikan oleh Pusri IB yang dibangun oleh putera-puteri bangsa Indonesia sendiri. Pada masa

itu Pusri IB merupakan pabrik pupuk paling modern di kawasan Asia, karena menggunakan

teknologi tinggi. Di Jawa Barat, pada waktu yang bersamaan, 1974, PERTAMINA juga

memasok gas alam melalui pipa gas dari ladang gas alam di lepas pantai (off shore) laut Jawa

dan kawasan Cirebon untuk pabrik pupuk dan industri menengah dan berat di kawasan Jawa

Barat dan Cilegon Banten. Pipa gas alam yang membentang dari kawasan Cirebon menuju

Cilegon, Banten memasok gas alam antara lain ke pabrik semen, pabrik pupuk, pabrik keramik,

pabrik baja dan pembangkit listrik tenaga gas dan uap.Selain untuk kebutuhan dalam negeri, gas

alam di Indonesia juga di ekspor dalam bentuk LNG (Liquefied Natural Gas). Salah satu daerah

penghasil gas alam terbesar di Indonesia adalah Aceh. Sumber gas alam yang terdapat di daerah

Kota Lhokseumawe dikelola oleh PT Arun NGL Company. Gas alam telah diproduksikan sejak

tahun 1979 dan diekspor ke Jepang dan Korea Selatan. Selain itu di Krueng Geukuh, Nanggre

Aceh Barh (kabupaten Aceh Utara) juga terdapat PT Pupuk Iskandar Muda pabrik pupuk urea,

dengan bahan baku dari gas alam.

2. Minyak Bumi

Minyak bumi (bahasa Inggris: petroleum, dari bahasa Latin petrus karang dan oleum

minyak), dijuluki juga sebagai emas hitam, adalah cairan kental, berwarna coklat gelap, atau

kehijauan yang mudah terbakar, yang berada di lapisan atas dari beberapa area di kerak bumi.

Minyak bumi terdiri dari campuran kompleks dari berbagai hidrokarbon, sebagian besar seri

alkana, tetapi bervariasi dalam penampilan, komposisi, dan kemurniannya. Minyak bumi diambil

dari sumur minyak di pertambangan-pertambangan minyak. Lokasi sumur-sumur minyak ini

didapatkan setelah melalui proses studi geologi, analisis sedimen, karakter dan struktur sumber,

dan berbagai macam studi lainnya. Setelah itu, minyak bumi akan diproses di tempat
pengilangan minyak dan dipisah-pisahkan hasilnya berdasarkan titik didihnya sehingga

menghasilkan berbagai macam bahan bakar, mulai dari bensin dan minyak tanah sampai aspal

dan berbagai reagen kimia yang dibutuhkan untuk membuat plastik dan obat-obatan. Minyak

bumi digunakan untuk memproduksi berbagai macam barang dan material yang dibutuhkan

manusia. Minyak bumi adalah hasil dari peruraian (dekomposisi) materi tumbuhan dan hewan di

suatu daerah yang subsidence (turun) secara perlahan. Daerah tersebut biasanya berupa laut,batas

lagoon (danau) sepanjang pantai ataupun danau dan rawa di daratan. Sedimen diendapkan

bersama-sama dengan materi tersebut dan kecepatan pengendapan sedimen harus cukup cepat

sehingga paling tidak bagian materi organik tersebut dapat tersimpan dan tertimbun dengan baik

sebelum terjadi pembusukan. Pada kondisi sirkulasi dan reduksi tertentu akumulasi hidrokarbon

banyak ditemukan pada bagian air laut dalam. Waktu berjalan terus secara geologis dan daerah

pengendapan semakin terbenam ke dalam permukaan bumi yang lebih dalam, karena

bertambahnya berat oleh sedimen sedimen dan material yang menimbun di atasnya, atau karena

gaya gaya tektonik yang menimbulkan efek subsidence. Material organik terbenam semakin

dalam sehingga mengalami tekanan dan suhu yang semakin tinggi. Proses tersebut akan

menimbulkan perubahan perubahan kimiawi dari material organik tersebut. Perubahan material

ini merupakan cikal bakal terbentuknya campuran bahan hidrokarbon yang komposisinya sangat

kompleks, baik hidrokarbon yang berupa cairan maupun yang berbentuk gas. Kenaikan suhu

terhadap kedalaman rata rata di dunia ini sekitar 20 - 55 derajat celsius per kilometer. Di

Sumatera sendiri dapat mencapai kurang lebih sekitar 100 C/km. Sedangkan habitat minyak

baru akan terbentuk pada suhu sekitar 65 - 150 C yang biasanya berada pada kedalaman 1.5 3

km. Pada kedalaman 3 6 km batuan reservoar akan lebih didominasi oleh gas daripada minyak.

Untuk kedalaman yang lebih dalam lagi suhu akan menjadi lebih tinggi sehingga gas akan
menjadi lebih tinggi sehingga gas akan mengalami dekomposisi lebih lanjut. Pada umumnya,

Minyak Bumi biasanya terendapkan dalam batuan sedimen berpori baik yang memiliki nilai

porositas 45% (reservoar yang sangat baik). Karena semakin lama batuan tersebut terendapkan

dan tertimbun material di atasnya, maka batuan tersebut akan terkompaksi dan hal ini

mengakibatkan nilai porositasnya berkurang. Minyak, gas, dan air akan terkumpul atau

tersimpan di ruang pori pori dari batuan berpori tersebut. Oleh karena tekanan gravitasi, maka

fluida tersebut bergerak di dalam batuan perlahan-lahan. Batuan yang dapat meloloskan fluida

disebut sebagai batuan yang permeabel. Permeabilitas batuan dapat memisahkan gas, minyak,

dan air secara fisis, yaitu akibat perbedaan densitasnya. Minyak dan gas yang berdensitas lebih

ringan daripada air akan bergerak naik sampai ke permukaan sebagai rembesan atau

terperangkap di dalam jebakan lalu berhenti terakumulasi sampai perangkap itu penuh. Industri

minyak bumi pada umumnya mengklasifikasi minyak mentah berdasarkan lokasi geografis

dimana minyak tersebut diproduksi (misalnya West Texas Intermediate, Brent Blend, atau Dubai

crude), Gravitasi API (sebuah ukuran pada industri minyak mentah untuk mengklasifikasi

minyak berdasarkan massa jenisnya, dan kandungan sulfurnya. Minyak bumi digolongkan ringan

apabila massa jenisnya kecil dan berat apabila massa jenisnya besar. Minyak bumi juga

digolongkan manis apabila kandungan sulfurnya sedikit dan digolongkan asam apabila kandunga

sulfurnya tinggi. Lokasi geografis merupakan seseatu hal yang penting karena akan

mempengaruhi ongkos transportasi menuju tempat pengilangan. Minyak mentah ringan lebih

disukai daripada yang berat karena menghasilkan bensin lebih banyak, sedangkan minyak

mentah manis juga lebih disukai daripada yang asam karena ongkos pengilangan minyak asam

lebih besar (karena kadar sulfur yang tinggi) dan minyak manis lebih ramah lingkungan. Setiap
minyak mentah mempunyai karakteristik molekulnya sendiri yang dapat dianalisis menggunakan

analisis uji minyak mentah di laboratorium.

3. Batu Bara

Batu bara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah batuan sedimen yang

dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan

terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon, hidrogen

dan oksigen. Batu bara juga adalah batuan organik yang memiliki sifat-sifat fisika dan kimia

yang kompleks yang dapat ditemui dalam berbagai bentuk. Analisis unsur memberikan rumus

formula empiris seperti C137H97O9NS untuk bituminus dan C240H90O4NS untuk antrasit.

Pembentukan batu bara memerlukan kondisi-kondisi tertentu dan hanya terjadi pada era-era

tertentu sepanjang sejarah geologi. Zaman Karbon, kira-kira 340 juta tahun yang lalu (jtl), adalah

masa pembentukan batu bara yang paling produktif di mana hampir seluruh deposit batu bara

(black coal) yang ekonomis di belahan bumi bagian utara terbentuk. Pada Zaman Permian, kira-

kira 270 jtl, juga terbentuk endapan-endapan batu bara yang ekonomis di belahan bumi bagian

selatan, seperti Australia, dan berlangsung terus hingga ke Zaman Tersier (70 - 13 jtl) di berbagai

belahan bumi lain. Di Indonesia, endapan batu bara yang bernilai ekonomis terdapat di cekungan

Tersier, yang terletak di bagian barat Paparan Sunda (termasuk Pulau Sumatera dan Kalimantan),

pada umumnya endapan batu bara ekonomis tersebut dapat dikelompokkan sebagai batu bara

berumur Eosen atau sekitar Tersier Bawah, kira-kira 45 juta tahun yang lalu dan Miosen atau

sekitar Tersier Atas, kira-kira 20 juta tahun yang lalu menurut Skala waktu geologi. Batu bara ini

terbentuk dari endapan gambut pada iklim purba sekitar khatulistiwa yang mirip dengan kondisi

kini. Beberapa di antaranya tegolong kubah gambut yang terbentuk di atas muka air tanah rata-

rata pada iklim basah sepanjang tahun. Dengan kata lain, kubah gambut ini terbentuk pada
kondisi di mana mineral-mineral anorganik yang terbawa air dapat masuk ke dalam sistem dan

membentuk lapisan batu bara yang berkadar abu dan sulfur rendah dan menebal secara lokal. Hal

ini sangat umum dijumpai pada batu bara Miosen. Sebaliknya, endapan batu bara Eosen

umumnya lebih tipis, berkadar abu dan sulfur tinggi. Kedua umur endapan batu bara ini

terbentuk pada lingkungan lakustrin, dataran pantai atau delta, mirip dengan daerah

pembentukan gambut yang terjadi saat ini di daerah timur Sumatera dan sebagian besar

Kalimantan. Pada tahun 1996 diestimasikan terdapat sekitar satu exagram (1 1015 kg atau 1

trilyun ton) total batu bara yang dapat ditambang menggunakan teknologi tambang saat ini,

diperkirakan setengahnya merupakan batu bara keras. Nilai energi dari semua batu bara dunia

adalah 290 zettajoules. Dengan konsumsi global saat ini adalah 15 terawatt, terdapat cukup batu

bara untuk menyediakan energi bagi seluruh dunia untuk 600 tahun. British Petroleum, pada

Laporan Tahunan 2006, memperkirakan pada akhir 2005, terdapat 909.064 juta ton cadangan

batu bara dunia yang terbukti (9,236 1014 kg), atau cukup untuk 155 tahun (cadangan ke rasio

produksi). Angka ini hanya cadangan yang diklasifikasikan terbukti, program bor eksplorasi oleh

perusahaan tambang, terutama sekali daerah yang di bawah eksplorasi, terus memberikan

cadangan baru. Departemen Energi Amerika Serikat memperkirakan cadangan batu bara di

Amerika Serikat sekitar 1.081.279 juta ton (9,81 1014 kg), yang setara dengan 4.786 BBOE

(billion barrels of oil equivalent).

2.2 Dampak Pemakaian Bahan Bakar Fosil

Bahan bakar fosil merupakan sumber daya alam yang tak terbarukan karena terbentuk dari

proses alam seperti dekomposisi anaerobik dari sisa-sisa organisme termasuk fitoplankton dan

zooplankton yang mengendap ke bagian dasar laut (atau danau) dalam jumlah besar, selama
jutaan tahun, sedangkan cadangan di alam yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi

(misalnya untuk pembangkit listrik, industri, dan berbagai macam alat transportasi) akan habis

jauh lebih cepat dari pada proses pembentukannya. Anda sadari atau tidak, pemakaian energi

fosil yang terus menerus akan mengakibatkan dampak negatif terhadap lingkungan dan

kesehatan makhluk hidup. Hal tersebut dikarenakan bahan bakar fosil seperti batubara, minyak

bumi, dan gas alam mengandung persentase karbon yang tinggi. Gas karbon adalah gas tanpa

warna yang merupakan senyawa karbon dengan oksigen, tidak terbakar dan larut dalam air. Jika

gas karbon tersebut terlepas ke udara akan bersenyawa dengan oksigen dan membentuk gas

karbon dioksida.

Karbon dioksida adalah salah satu gas rumah kaca yang meningkatkan radiasi dan memberikan

kontribusi pada pemanasan global, yang menyebabkan rata-rata suhu permukaan bumi

meningkat. Dampak Terhadap Udara dan Iklim, Penggunaan berbagai macam bahan bakar fosil

(misalnya: minyak bumi, batu bara, dan gas alam) untuk bahan bakar alat-alat industri dan

transportasi tidak hanya membuat udara menjadi tidak segar, tetapi juga telah membuat sebuah

perubahan besar pada kondisi iklim dunia.

Penggunaan bahan bakar tersebut telah meningkatkan konsentrasi Gas Rumah Kaca (GRK) yaitu

karbon dioksida (CO2), metana (CH4), nitrogen oksida (NOx), sulfur dioksida (SO2) dan tiga

gas-gas industri yang mengandung fluor (HFC, PFC, dan SF6) sehingga menyebabkan

meningkatnya radiasi yang terperangkap di atmosfer bumi.

Emisi gas NOx dan SO2 ke udara dapat bereaksi dengan uap air di awan dan membentuk asam

nitrat (HNO3) dan asam sulfat (H2SO4) yang merupakan asam kuat. Jika dari awan tersebut

turun hujan, air hujan tersebut bersifat asam (pH-nya lebih kecil dari 5.6 yang merupakan pH

hujan normal), hujan ini dikenal sebagai "Hujan Asam".


Hujan asam menyebabkan tanah dan perairan (danau dan sungai) menjadi asam. Untuk pertanian

dan hutan, dengan asamnya tanah akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman produksi. Untuk

perairan, hujan asam akan menyebabkan terganggunya makhluk hidup di dalamnya. Selain itu

hujan asam secara langsung menyebabkan rusaknya bangunan (karat, lapuk). Sedangkan Gas-gas

industri yang mengandung fluor (HFC, PFC, dan SF6) diproduksi oleh proses industri, dan

tinggal di atmosfer hampir selama-lamanya karena tidak ada penyerap atau penghancur

alaminya. Peningkatan GRK tersebut akan menyebabkan fenomena pamanasan global yaitu

naiknya temperatur rata-rata dipermukaan bumi. Pemanasan global itu sendiri akan

mengakibatkan perubahan iklim, yaitu perubahan pada unsur-unsur iklim seperti naiknya suhu

permukaan bumi, meningkatnya penguapan di udara, berubahnya pola curah hujan, dan tekanan

udara yang pada akhirnya akan mengubah pola iklim dunia.

2.4 Alternatif

Polusi udara menjadi penyumbang terbesar dalam pemanasan global. Polusi ini lebih sering

disebabkan oleh penggunaan emisi bahan bakar fosil untuk keperluan sehari hari. Penggunaan

energi batubara untuk pembangkit tenaga listrik, penggunaan bensin atau solar pada kendaraan

bermotor, dapat menghasilkan gas karbon monoksida (CO). Jenis zat ini dapat mengganggu

pernapasan manusia hingga menyebabkan terjadinya kanker paru paru. Untuk mengurangi

dampak dari pencemaran adalah program reboisasi. Reboisasi adalah penanaman hutan gundul

kembali. Selain reboisasi, pemerintah pun mencanangkan program gerakan menanam satu juta

pohon. Aksi ini didukung penuh oleh masyarakat guna terwujudnya lingkungan yang hijau dan

asri. Zat yang dikeluarkan oleh emisi kendaraan bermotor sangat berbahaya bagi lingkungan. Zat

karbon yang terhirup ke dalam tubuh dapat mengganggu sistem pernapasan, begitu pula pada

persediaan udara bersih terlebih lagi di perkotaan. Kepulan asap yang dikeluarkan oleh mesin
kendaraan bermotor kendaraan dapat mengganggu jarak pandang dan persediaan oksigen yang

semakin terbatas menjadikan udara tidak bersih lagi. Penggunaan bahan bakar fosil dalam hal ini

sebenarnya sangatlah berperan penting. Namun karena penggunaan yang terlalu berlebihan maka

dapat mengakibatkan dampak negatif yang berlebih. Penggunaan yang terus menerus, eksploitasi

yang terus dilakukan dapat mengakibatkan jumlah persediaan energi fosil semakin menipis,

begitu pula pada tingkat pencemaran yang semakin tinggi, akibatnya dampak dari global

warming pun tak terhindarkan.i. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hal ini adalah

bagaimana masyarakat dapat menerapkan green lifestyle atau gaya hidup ramah lingkungan.

Apalagi sekarang banyak gerakan yang dilakukan oleh asosiasi peduli lingkungan yang turut

mendukung program ini terwujud dengan baik. Kegiatan yang sering gencar dipromosikan

adalah langkah hemat energi, langkah ini ditujukan agar masyarakat menggunakan bahan bakar

fosil sesuai kebutuhan atau tidak berlebihan, begitu pula dengan penggunaan kendaraan

bermotor, sesuai kebutuhan. Selain itu banyak pihak yang mempropagandakan aksi sepeda sehat,

hal ini dimaksudkan untuk mengurangi penggunaan kendaraan bermotor. Volume kendaraan

bermotor yang menumpuk dapat menyebabkan kemacetan, hal ini juga dapat mengakibatkan

penggunaan bahan bakar motor habis secara percuma dan penumpukan karbonmonoksida di

udara. Dengan menggunakan sepeda untuk menempuh perjalanan, masyarakat dapat menghemat

pengeluaran ekonomi dan turut menempuh gaya hidup ramah lingkungan karena sepeda tidak

menggunakan bahan bakar. Kendati demikian, masih banyak pihak yang tidak menghiraukan

aksi sehat ini, beberapa di antara masyarakat masih menggunakan kendaraan bermotor untuk

bepergian walau pun pada jarak yang dekat. Akibatnya kemacetan pun tak terhindarkan. Untuk

mengatasi hal ini, Ruang Terbuka Hijau (RTH) sangat diperlukan. Adanya boulevard atau RTH

di tengah kota turut menyumbang partisipasi aktif mengurangi polusi udara. Pepohonan yang
rindang ditanam di sisi kanan kiri jalan dapat mengurangi suplai karbondioksida dan melalui

proses fotosintesis dapat mengubahnya menjadi oksigen. Dengan adanya berbagai program atau

kegiatan positif tersebut diharapkan mampu mengurangi dampak pemanasan global, sebagai

akibat dari degradasi kebersihan udara. Penanganan kondisi yang tanggap akan ramah

lingkungan mampu memberikan kontribusi nyata akan persediaan kebersihan udara untuk

manusia dan makhluk hidup lainnya. Maka dari itu gaya hidup ramah lingkungan tetap harus

digalakkan demi tercapainya keseimbangan tatanan lingkungan dan mengurangi dampak

pemanasan global.

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Bahan bakar fosil adalah bahan bakar yang tidak dapat diperbarui yang penggunaannya

menimbulkan polusi serta pengambilannya yang merusak bumi, dan merusak keseimbangan

alam, dengan kata lain menyebabkan pemanasan global.

3.2 Saran

Penggunaan Bahan bakar fosil ini dapat dikurangi dengan menggunakan bahan bakar alternatif

yang dapat diperbarui serta dengan cara ini dapat mengurangi pemanasan global.

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/bahan_bakar_fosil

Anda mungkin juga menyukai