BAKAR FOSIL
BAB 1
PENDAHULUAN
di gunakan saat ini yang termasuk energi yang tidak dapat di perbarui. Masalah dunia ini belum
sepenuhnyabisa teratasi, belum ada solusi yang efektif untuk menyelesaikannya. Mungkin sudah
banyak alternatif lain yang sudah dilakukan , akan tetapi belum terlalu terlihat hasilnya secara
1.2. Tujuan
Tujuan disusunnya makalah ini untuk menambah wawasan tentang bahan bakar fosil. Harapan
penulis adalah agar makalah ini dapat berguna bagi orang yang telah membacanya.
BAB II
PEMBAHASAN
hidrokarbon seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam. Penggunaan bahan bakar fosil ini
telah menggerakan pengembangan industri dan menggantikan kincir angin, tenaga air, dan juga
pembakaran kayu atau peat untuk panas.Ketika menghasilkan listrik, energi dari pembakaran
bahan bakar fosil seringkali digunakan untuk menggerakkan turbin. Generator tua seringkali
menggunakan uap yang dihasilkan dari pembakaran untuk memutar turbin, tetapi di pembangkit
listrik baru gas dari pembakaran digunakan untuk memutar turbin gas secara langsung.Batubara
Pembakaran bahan bakar fosil oleh manusia merupakan sumber utama dari karbon dioksida yang
merupakan salah satu gas rumah kaca yang dipercayai menyebabkan pemanasan global.
Sejumlah kecil bahan bakar hidrokarbon adalah bahan bakar bio yang diperoleh dari karbon
dioksida di atmosfer dan oleh karena itu tidak menambah karbon dioksida di udara.
1. Gas Alam
Gas alam sering juga disebut sebagai gas Bumi atau gas rawa, adalah bahan bakar fosil
berbentuk gas yang terutama terdiri dari metana CH4). Ia dapat ditemukan di ladang minyak,
ladang gas Bumi dan juga tambang batu bara. Ketika gas yang kaya dengan metana diproduksi
melalui pembusukan oleh bakteri anaerobik dari bahan-bahan organik selain dari fosil, maka ia
disebut biogas. Sumber biogas dapat ditemukan di rawa-rawa, tempat pembuangan akhir
sampah, serta penampungan kotoran manusia dan hewan. Komponen utama dalam gas alam
adalah metana (CH4), yang merupakan molekul hidrokarbon rantai terpendek dan teringan. Gas
alam juga mengandung molekul-molekul hidrokarbon yang lebih berat seperti etana (C2H6),
propana (C3H8) dan butana (C4H10), selain juga gas-gas yang mengandung sulfur (belerang).
Gas alam juga merupakan sumber utama untuk sumber gas helium.
Metana adalah gas rumah kaca yang dapat menciptakan pemanasan global ketika terlepas ke
atmosfer, dan umumnya dianggap sebagai polutan ketimbang sumber energi yang berguna.
Meskipun begitu, metana di atmosfer bereaksi dengan ozon, memproduksi karbon dioksida dan
air, sehingga efek rumah kaca dari metana yang terlepas ke udara relatif hanya berlangsung
sesaat. Sumber metana yang berasal dari makhluk hidup kebanyakan berasal dari rayap, ternak
(mamalia) dan pertanian (diperkirakan kadar emisinya sekitar 15, 75 dan 100 juta ton per tahun
secara berturut-turut). Nitrogen, helium, karbon dioksida (CO2), hidrogen sulfida (H2S), dan air
dapat juga terkandung di dalam gas alam. Merkuri dapat juga terkandung dalam jumlah kecil.
Komposisi gas alam bervariasi sesuai dengan sumber ladang gasnya.Campuran organosulfur dan
hidrogen sulfida adalah kontaminan (pengotor) utama dari gas yang harus dipisahkan . Gas
dengan jumlah pengotor sulfur yang signifikan dinamakan sour gas dan sering disebut juga
sebagai "acid gas (gas asam)". Gas alam yang telah diproses dan akan dijual bersifat tidak berasa
dan tidak berbau. Akan tetapi, sebelum gas tersebut didistribusikan ke pengguna akhir, biasanya
gas tersebut diberi bau dengan menambahkan thiol, agar dapat terdeteksi bila terjadi kebocoran
gas. Gas alam yang telah diproses itu sendiri sebenarnya tidak berbahaya, akan tetapi gas alam
tanpa proses dapat menyebabkan tercekiknya pernapasan karena ia dapat mengurangi kandungan
oksigen di udara pada level yang dapat membahayakan.Gas alam dapat berbahaya karena
sifatnya yang sangat mudah terbakar dan menimbulkan ledakan. Gas alam lebih ringan dari
udara, sehingga cenderung mudah tersebar di atmosfer. Akan tetapi bila ia berada dalam ruang
tertutup, seperti dalam rumah, konsentrasi gas dapat mencapai titik campuran yang mudah
meledak, yang jika tersulut api, dapat menyebabkan ledakan yang dapat menghancurkan
bangunan. Kandungan metana yang berbahaya di udara adalah antara 5% hingga 15%.Ledakan
untuk gas alam terkompresi di kendaraan, umumnya tidak mengkhawatirkan karena sifatnya
yang lebih ringan, dan konsentrasi yang di luar rentang 5 - 15% yang dapat menimbulkan
ledakan. Secara garis besar pemanfaatan gas alam dibagi atas 3 kelompok yaitu :Gas alam
sebagai bahan bakar, antara lain sebagai bahan bakar Pembangkit Listrik Tenaga Gas/Uap, bahan
bakar industri ringan, menengah dan berat, bahan bakar kendaraan bermotor (BBG/NGV),
sebagai gas kota untuk kebutuhan rumah tangga hotel, restoran dan sebagainya.Gas alam sebagai
bahan baku, antara lain bahan baku pabrik pupuk, petrokimia, metanol, bahan baku plastik
(LDPE = low density polyethylene, LLDPE = linear low density polyethylene, HDPE = high
density polyethylen, PE= poly ethylene, PVC=poly vinyl chloride, C3 dan C4-nya untuk LPG,
CO2-nya untuk soft drink, dry ice pengawet makanan, hujan buatan, industri besi tuang,
Gas alam sebagai komoditas energi untuk ekspor, yakni Liquefied Natural Gas (LNG.
Teknologi mutakhir juga telah dapat memanfaatkan gas alam untuk air conditioner
(AC=penyejuk udara), seperti yang digunakan di bandara Bangkok, Thailand dan beberapa
bangunan gedung perguruan tinggi di Australia. Pemanfaatan gas alam di Indonesia dimulai pada
tahun 1960-an di mana produksi gas alam dari ladang gas alam PT Stanvac Indonesia di
Pendopo, Sumatera Selatan dikirim melalui pipa gas ke pabrik pupuk Pusri IA, PT Pupuk
sejak tahun 1974, di mana PERTAMINA mulai memasok gas alam melalui pipa gas dari ladang
gas alam di Prabumulih, Sumatera Selatan ke pabrik pupuk Pusri II, Pusri III dan Pusri IV di
Palembang. Karena sudah terlalu tua dan tidak efisien, pada tahun 1993 Pusri IA ditutup,dan
digantikan oleh Pusri IB yang dibangun oleh putera-puteri bangsa Indonesia sendiri. Pada masa
itu Pusri IB merupakan pabrik pupuk paling modern di kawasan Asia, karena menggunakan
teknologi tinggi. Di Jawa Barat, pada waktu yang bersamaan, 1974, PERTAMINA juga
memasok gas alam melalui pipa gas dari ladang gas alam di lepas pantai (off shore) laut Jawa
dan kawasan Cirebon untuk pabrik pupuk dan industri menengah dan berat di kawasan Jawa
Barat dan Cilegon Banten. Pipa gas alam yang membentang dari kawasan Cirebon menuju
Cilegon, Banten memasok gas alam antara lain ke pabrik semen, pabrik pupuk, pabrik keramik,
pabrik baja dan pembangkit listrik tenaga gas dan uap.Selain untuk kebutuhan dalam negeri, gas
alam di Indonesia juga di ekspor dalam bentuk LNG (Liquefied Natural Gas). Salah satu daerah
penghasil gas alam terbesar di Indonesia adalah Aceh. Sumber gas alam yang terdapat di daerah
Kota Lhokseumawe dikelola oleh PT Arun NGL Company. Gas alam telah diproduksikan sejak
tahun 1979 dan diekspor ke Jepang dan Korea Selatan. Selain itu di Krueng Geukuh, Nanggre
Aceh Barh (kabupaten Aceh Utara) juga terdapat PT Pupuk Iskandar Muda pabrik pupuk urea,
2. Minyak Bumi
Minyak bumi (bahasa Inggris: petroleum, dari bahasa Latin petrus karang dan oleum
minyak), dijuluki juga sebagai emas hitam, adalah cairan kental, berwarna coklat gelap, atau
kehijauan yang mudah terbakar, yang berada di lapisan atas dari beberapa area di kerak bumi.
Minyak bumi terdiri dari campuran kompleks dari berbagai hidrokarbon, sebagian besar seri
alkana, tetapi bervariasi dalam penampilan, komposisi, dan kemurniannya. Minyak bumi diambil
didapatkan setelah melalui proses studi geologi, analisis sedimen, karakter dan struktur sumber,
dan berbagai macam studi lainnya. Setelah itu, minyak bumi akan diproses di tempat
pengilangan minyak dan dipisah-pisahkan hasilnya berdasarkan titik didihnya sehingga
menghasilkan berbagai macam bahan bakar, mulai dari bensin dan minyak tanah sampai aspal
dan berbagai reagen kimia yang dibutuhkan untuk membuat plastik dan obat-obatan. Minyak
bumi digunakan untuk memproduksi berbagai macam barang dan material yang dibutuhkan
manusia. Minyak bumi adalah hasil dari peruraian (dekomposisi) materi tumbuhan dan hewan di
suatu daerah yang subsidence (turun) secara perlahan. Daerah tersebut biasanya berupa laut,batas
lagoon (danau) sepanjang pantai ataupun danau dan rawa di daratan. Sedimen diendapkan
bersama-sama dengan materi tersebut dan kecepatan pengendapan sedimen harus cukup cepat
sehingga paling tidak bagian materi organik tersebut dapat tersimpan dan tertimbun dengan baik
sebelum terjadi pembusukan. Pada kondisi sirkulasi dan reduksi tertentu akumulasi hidrokarbon
banyak ditemukan pada bagian air laut dalam. Waktu berjalan terus secara geologis dan daerah
pengendapan semakin terbenam ke dalam permukaan bumi yang lebih dalam, karena
bertambahnya berat oleh sedimen sedimen dan material yang menimbun di atasnya, atau karena
gaya gaya tektonik yang menimbulkan efek subsidence. Material organik terbenam semakin
dalam sehingga mengalami tekanan dan suhu yang semakin tinggi. Proses tersebut akan
menimbulkan perubahan perubahan kimiawi dari material organik tersebut. Perubahan material
ini merupakan cikal bakal terbentuknya campuran bahan hidrokarbon yang komposisinya sangat
kompleks, baik hidrokarbon yang berupa cairan maupun yang berbentuk gas. Kenaikan suhu
terhadap kedalaman rata rata di dunia ini sekitar 20 - 55 derajat celsius per kilometer. Di
Sumatera sendiri dapat mencapai kurang lebih sekitar 100 C/km. Sedangkan habitat minyak
baru akan terbentuk pada suhu sekitar 65 - 150 C yang biasanya berada pada kedalaman 1.5 3
km. Pada kedalaman 3 6 km batuan reservoar akan lebih didominasi oleh gas daripada minyak.
Untuk kedalaman yang lebih dalam lagi suhu akan menjadi lebih tinggi sehingga gas akan
menjadi lebih tinggi sehingga gas akan mengalami dekomposisi lebih lanjut. Pada umumnya,
Minyak Bumi biasanya terendapkan dalam batuan sedimen berpori baik yang memiliki nilai
porositas 45% (reservoar yang sangat baik). Karena semakin lama batuan tersebut terendapkan
dan tertimbun material di atasnya, maka batuan tersebut akan terkompaksi dan hal ini
mengakibatkan nilai porositasnya berkurang. Minyak, gas, dan air akan terkumpul atau
tersimpan di ruang pori pori dari batuan berpori tersebut. Oleh karena tekanan gravitasi, maka
fluida tersebut bergerak di dalam batuan perlahan-lahan. Batuan yang dapat meloloskan fluida
disebut sebagai batuan yang permeabel. Permeabilitas batuan dapat memisahkan gas, minyak,
dan air secara fisis, yaitu akibat perbedaan densitasnya. Minyak dan gas yang berdensitas lebih
ringan daripada air akan bergerak naik sampai ke permukaan sebagai rembesan atau
terperangkap di dalam jebakan lalu berhenti terakumulasi sampai perangkap itu penuh. Industri
minyak bumi pada umumnya mengklasifikasi minyak mentah berdasarkan lokasi geografis
dimana minyak tersebut diproduksi (misalnya West Texas Intermediate, Brent Blend, atau Dubai
crude), Gravitasi API (sebuah ukuran pada industri minyak mentah untuk mengklasifikasi
minyak berdasarkan massa jenisnya, dan kandungan sulfurnya. Minyak bumi digolongkan ringan
apabila massa jenisnya kecil dan berat apabila massa jenisnya besar. Minyak bumi juga
digolongkan manis apabila kandungan sulfurnya sedikit dan digolongkan asam apabila kandunga
sulfurnya tinggi. Lokasi geografis merupakan seseatu hal yang penting karena akan
mempengaruhi ongkos transportasi menuju tempat pengilangan. Minyak mentah ringan lebih
disukai daripada yang berat karena menghasilkan bensin lebih banyak, sedangkan minyak
mentah manis juga lebih disukai daripada yang asam karena ongkos pengilangan minyak asam
lebih besar (karena kadar sulfur yang tinggi) dan minyak manis lebih ramah lingkungan. Setiap
minyak mentah mempunyai karakteristik molekulnya sendiri yang dapat dianalisis menggunakan
3. Batu Bara
Batu bara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah batuan sedimen yang
dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan
terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon, hidrogen
dan oksigen. Batu bara juga adalah batuan organik yang memiliki sifat-sifat fisika dan kimia
yang kompleks yang dapat ditemui dalam berbagai bentuk. Analisis unsur memberikan rumus
formula empiris seperti C137H97O9NS untuk bituminus dan C240H90O4NS untuk antrasit.
Pembentukan batu bara memerlukan kondisi-kondisi tertentu dan hanya terjadi pada era-era
tertentu sepanjang sejarah geologi. Zaman Karbon, kira-kira 340 juta tahun yang lalu (jtl), adalah
masa pembentukan batu bara yang paling produktif di mana hampir seluruh deposit batu bara
(black coal) yang ekonomis di belahan bumi bagian utara terbentuk. Pada Zaman Permian, kira-
kira 270 jtl, juga terbentuk endapan-endapan batu bara yang ekonomis di belahan bumi bagian
selatan, seperti Australia, dan berlangsung terus hingga ke Zaman Tersier (70 - 13 jtl) di berbagai
belahan bumi lain. Di Indonesia, endapan batu bara yang bernilai ekonomis terdapat di cekungan
Tersier, yang terletak di bagian barat Paparan Sunda (termasuk Pulau Sumatera dan Kalimantan),
pada umumnya endapan batu bara ekonomis tersebut dapat dikelompokkan sebagai batu bara
berumur Eosen atau sekitar Tersier Bawah, kira-kira 45 juta tahun yang lalu dan Miosen atau
sekitar Tersier Atas, kira-kira 20 juta tahun yang lalu menurut Skala waktu geologi. Batu bara ini
terbentuk dari endapan gambut pada iklim purba sekitar khatulistiwa yang mirip dengan kondisi
kini. Beberapa di antaranya tegolong kubah gambut yang terbentuk di atas muka air tanah rata-
rata pada iklim basah sepanjang tahun. Dengan kata lain, kubah gambut ini terbentuk pada
kondisi di mana mineral-mineral anorganik yang terbawa air dapat masuk ke dalam sistem dan
membentuk lapisan batu bara yang berkadar abu dan sulfur rendah dan menebal secara lokal. Hal
ini sangat umum dijumpai pada batu bara Miosen. Sebaliknya, endapan batu bara Eosen
umumnya lebih tipis, berkadar abu dan sulfur tinggi. Kedua umur endapan batu bara ini
terbentuk pada lingkungan lakustrin, dataran pantai atau delta, mirip dengan daerah
pembentukan gambut yang terjadi saat ini di daerah timur Sumatera dan sebagian besar
Kalimantan. Pada tahun 1996 diestimasikan terdapat sekitar satu exagram (1 1015 kg atau 1
trilyun ton) total batu bara yang dapat ditambang menggunakan teknologi tambang saat ini,
diperkirakan setengahnya merupakan batu bara keras. Nilai energi dari semua batu bara dunia
adalah 290 zettajoules. Dengan konsumsi global saat ini adalah 15 terawatt, terdapat cukup batu
bara untuk menyediakan energi bagi seluruh dunia untuk 600 tahun. British Petroleum, pada
Laporan Tahunan 2006, memperkirakan pada akhir 2005, terdapat 909.064 juta ton cadangan
batu bara dunia yang terbukti (9,236 1014 kg), atau cukup untuk 155 tahun (cadangan ke rasio
produksi). Angka ini hanya cadangan yang diklasifikasikan terbukti, program bor eksplorasi oleh
perusahaan tambang, terutama sekali daerah yang di bawah eksplorasi, terus memberikan
cadangan baru. Departemen Energi Amerika Serikat memperkirakan cadangan batu bara di
Amerika Serikat sekitar 1.081.279 juta ton (9,81 1014 kg), yang setara dengan 4.786 BBOE
Bahan bakar fosil merupakan sumber daya alam yang tak terbarukan karena terbentuk dari
proses alam seperti dekomposisi anaerobik dari sisa-sisa organisme termasuk fitoplankton dan
zooplankton yang mengendap ke bagian dasar laut (atau danau) dalam jumlah besar, selama
jutaan tahun, sedangkan cadangan di alam yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi
(misalnya untuk pembangkit listrik, industri, dan berbagai macam alat transportasi) akan habis
jauh lebih cepat dari pada proses pembentukannya. Anda sadari atau tidak, pemakaian energi
fosil yang terus menerus akan mengakibatkan dampak negatif terhadap lingkungan dan
kesehatan makhluk hidup. Hal tersebut dikarenakan bahan bakar fosil seperti batubara, minyak
bumi, dan gas alam mengandung persentase karbon yang tinggi. Gas karbon adalah gas tanpa
warna yang merupakan senyawa karbon dengan oksigen, tidak terbakar dan larut dalam air. Jika
gas karbon tersebut terlepas ke udara akan bersenyawa dengan oksigen dan membentuk gas
karbon dioksida.
Karbon dioksida adalah salah satu gas rumah kaca yang meningkatkan radiasi dan memberikan
kontribusi pada pemanasan global, yang menyebabkan rata-rata suhu permukaan bumi
meningkat. Dampak Terhadap Udara dan Iklim, Penggunaan berbagai macam bahan bakar fosil
(misalnya: minyak bumi, batu bara, dan gas alam) untuk bahan bakar alat-alat industri dan
transportasi tidak hanya membuat udara menjadi tidak segar, tetapi juga telah membuat sebuah
Penggunaan bahan bakar tersebut telah meningkatkan konsentrasi Gas Rumah Kaca (GRK) yaitu
karbon dioksida (CO2), metana (CH4), nitrogen oksida (NOx), sulfur dioksida (SO2) dan tiga
gas-gas industri yang mengandung fluor (HFC, PFC, dan SF6) sehingga menyebabkan
Emisi gas NOx dan SO2 ke udara dapat bereaksi dengan uap air di awan dan membentuk asam
nitrat (HNO3) dan asam sulfat (H2SO4) yang merupakan asam kuat. Jika dari awan tersebut
turun hujan, air hujan tersebut bersifat asam (pH-nya lebih kecil dari 5.6 yang merupakan pH
dan hutan, dengan asamnya tanah akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman produksi. Untuk
perairan, hujan asam akan menyebabkan terganggunya makhluk hidup di dalamnya. Selain itu
hujan asam secara langsung menyebabkan rusaknya bangunan (karat, lapuk). Sedangkan Gas-gas
industri yang mengandung fluor (HFC, PFC, dan SF6) diproduksi oleh proses industri, dan
tinggal di atmosfer hampir selama-lamanya karena tidak ada penyerap atau penghancur
alaminya. Peningkatan GRK tersebut akan menyebabkan fenomena pamanasan global yaitu
naiknya temperatur rata-rata dipermukaan bumi. Pemanasan global itu sendiri akan
mengakibatkan perubahan iklim, yaitu perubahan pada unsur-unsur iklim seperti naiknya suhu
permukaan bumi, meningkatnya penguapan di udara, berubahnya pola curah hujan, dan tekanan
2.4 Alternatif
Polusi udara menjadi penyumbang terbesar dalam pemanasan global. Polusi ini lebih sering
disebabkan oleh penggunaan emisi bahan bakar fosil untuk keperluan sehari hari. Penggunaan
energi batubara untuk pembangkit tenaga listrik, penggunaan bensin atau solar pada kendaraan
bermotor, dapat menghasilkan gas karbon monoksida (CO). Jenis zat ini dapat mengganggu
pernapasan manusia hingga menyebabkan terjadinya kanker paru paru. Untuk mengurangi
dampak dari pencemaran adalah program reboisasi. Reboisasi adalah penanaman hutan gundul
kembali. Selain reboisasi, pemerintah pun mencanangkan program gerakan menanam satu juta
pohon. Aksi ini didukung penuh oleh masyarakat guna terwujudnya lingkungan yang hijau dan
asri. Zat yang dikeluarkan oleh emisi kendaraan bermotor sangat berbahaya bagi lingkungan. Zat
karbon yang terhirup ke dalam tubuh dapat mengganggu sistem pernapasan, begitu pula pada
persediaan udara bersih terlebih lagi di perkotaan. Kepulan asap yang dikeluarkan oleh mesin
kendaraan bermotor kendaraan dapat mengganggu jarak pandang dan persediaan oksigen yang
semakin terbatas menjadikan udara tidak bersih lagi. Penggunaan bahan bakar fosil dalam hal ini
sebenarnya sangatlah berperan penting. Namun karena penggunaan yang terlalu berlebihan maka
dapat mengakibatkan dampak negatif yang berlebih. Penggunaan yang terus menerus, eksploitasi
yang terus dilakukan dapat mengakibatkan jumlah persediaan energi fosil semakin menipis,
begitu pula pada tingkat pencemaran yang semakin tinggi, akibatnya dampak dari global
warming pun tak terhindarkan.i. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hal ini adalah
bagaimana masyarakat dapat menerapkan green lifestyle atau gaya hidup ramah lingkungan.
Apalagi sekarang banyak gerakan yang dilakukan oleh asosiasi peduli lingkungan yang turut
mendukung program ini terwujud dengan baik. Kegiatan yang sering gencar dipromosikan
adalah langkah hemat energi, langkah ini ditujukan agar masyarakat menggunakan bahan bakar
fosil sesuai kebutuhan atau tidak berlebihan, begitu pula dengan penggunaan kendaraan
bermotor, sesuai kebutuhan. Selain itu banyak pihak yang mempropagandakan aksi sepeda sehat,
hal ini dimaksudkan untuk mengurangi penggunaan kendaraan bermotor. Volume kendaraan
bermotor yang menumpuk dapat menyebabkan kemacetan, hal ini juga dapat mengakibatkan
penggunaan bahan bakar motor habis secara percuma dan penumpukan karbonmonoksida di
udara. Dengan menggunakan sepeda untuk menempuh perjalanan, masyarakat dapat menghemat
pengeluaran ekonomi dan turut menempuh gaya hidup ramah lingkungan karena sepeda tidak
menggunakan bahan bakar. Kendati demikian, masih banyak pihak yang tidak menghiraukan
aksi sehat ini, beberapa di antara masyarakat masih menggunakan kendaraan bermotor untuk
bepergian walau pun pada jarak yang dekat. Akibatnya kemacetan pun tak terhindarkan. Untuk
mengatasi hal ini, Ruang Terbuka Hijau (RTH) sangat diperlukan. Adanya boulevard atau RTH
di tengah kota turut menyumbang partisipasi aktif mengurangi polusi udara. Pepohonan yang
rindang ditanam di sisi kanan kiri jalan dapat mengurangi suplai karbondioksida dan melalui
proses fotosintesis dapat mengubahnya menjadi oksigen. Dengan adanya berbagai program atau
kegiatan positif tersebut diharapkan mampu mengurangi dampak pemanasan global, sebagai
akibat dari degradasi kebersihan udara. Penanganan kondisi yang tanggap akan ramah
lingkungan mampu memberikan kontribusi nyata akan persediaan kebersihan udara untuk
manusia dan makhluk hidup lainnya. Maka dari itu gaya hidup ramah lingkungan tetap harus
pemanasan global.
BAB III
3.1 Kesimpulan
Bahan bakar fosil adalah bahan bakar yang tidak dapat diperbarui yang penggunaannya
menimbulkan polusi serta pengambilannya yang merusak bumi, dan merusak keseimbangan
3.2 Saran
Penggunaan Bahan bakar fosil ini dapat dikurangi dengan menggunakan bahan bakar alternatif
yang dapat diperbarui serta dengan cara ini dapat mengurangi pemanasan global.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/bahan_bakar_fosil