Anda di halaman 1dari 36

KONSEP DASAR SINUSITIS

Sinusitis adalah radang mukosa sinus paranasalis, sesuai dengan


anatomi sinus yang terkena dapat dibagi menjadi sinusitis maksilaris,
sinusitis estmoid, sinusitis frontalis dan sinusitis spenoid.
Bila mengenai beberapa sinus disebut Multisinusitis, sedangkan bila
mengenai semua sinus paranasalis disebut Parasinusitis.
Pada anak-anak hanya sinus maksilaris dan sinus etmoid, sedangkan sinus
prontalis dan sinus spenoid baru berkembang pada usia 8 sampai 10 tahun.
Sinus maksilaris merupakan sinus yang paling sering terinfeksi karena :
1. Merupakan sinus paranasalis terbesar
2. Letak osteumnya lebih tinggi dari dasar sehingga aliran sekret
(drainase) dari sinus maksilaris hanya tergantung dari gerakan silia.
3. Dasar sinus maksilaris adalah dasar akar gigi, sehingga infeksi gigi
dapat menyebabkan sinusitis maksilaris
4. Osteum sinus maksilaris terletak diatas meatus medius di sekitar
meatus semilunaris yang sempit, sehingga mudah tersumbat.

SINUSITIS AKUT
A. Pengertian
Sinusitis akut adalah infeksi sinus yang akut, dimulai dengan
sumbatan daerah kompleks estmoietal oleh infeksi, obstruksi mekanis
atau alergi, selain itu juga dapat merupakan penyebaran dari penyakit
gigi.

B. Etiologi
1. Rhinitis akut
2. Faringitis, adenoiditis, tonsilitis
3. Infeksi gigi molar 1,2 dan 3 atas serta premolar 1 dan 2
4. Berenang dan menyelam
5. Trauma, dapat menyebabkan perdarahan mukosa sinus paranasalis
6. Barotrauma
C. Faktor predisposisi
1. Obstruksi mekanis seperti deviasi septum, benda asing di hidung,
polip, tumor rongga hidung
2. Obstruksi ostium sinus akibat rhinitis kronis dan rhinitis alergika
3. Lingkungan berpolusi, udara dingin serta kering, sehingga terjadi
perubahan mukosa dan kerusakan mukosa.

D. Tanda dan gejala


1. Subjektif
1.1. Demam dan lesu
1.2. Ingusan kental, bau dan dirasakan mengalir ke nasofaring
1.3. Hidung terasa tersumbat
1.4. Nyeri :
a. Maksila : dibawah kelopak mata dan kadang-kadang
menyebar ke alveolus sehingga terasa nyeri
pada gigi, nyeri alih di dahi dan didepan telinga
b. Etmoid : dipangkal hidung, di bola mata atau di
belakangnya, nyeri bertambah bila bola mata
digerakan, nyeri alih pada pelipis
c. Frontal : didahi atau diseluruh kepala
d. Spenoid : oksipital di belakang bola mata, didaerah
mastoid, dipuncak kepala
2. Objektif
2.1 Pembengkakan di daerah muka
a.Maksila : pipi dan kelopak mata bawah
b.Frontal : dahi dan kelopak mata atas
c.Etmoid : jarang ada pembengkakan kecuali ada
komplikasi
d.Spenoid : jarang ada pembengkakan kecuali ada
komplikasi
3.1 Pada rhinoskopi anterior mukosa konka hiperemi dan edema
4.1 Pada rhinoskopi posterior mukopus di nasoparing
5.1 Pada rontgen tampak perhubungan atau penebalan mukosa dan
batas cairan pada sinus yang sakit
6.1 Pada pemeriksaan transiluminasi, sinus yang sakit akan menjadi
suram dan gelap
E. Terapi
1. Medikametosa
a. Antibiotika 10-14 hari
b. Dekongestan lokal berupa tetes hidung untuk memperlancar
drainase sinus
c. Analgetiku menghilangkan nyeri
2. Bedah
Prosedur ini jarang, kecuali ada komplikasi ke orbita atai intra kranial/
nyeri yang hebat karena sekret tertahan oleh sumbatan

SINUSITIS KRONIS
A. Pengertian
Sinusitis kronis adalah sinusitis yang berlangsung lebih dari 3 bulan
(Cauwenberge,83) dan menurut sumber lain dikatakan kronis bila
berlangsung lebih dari 6 bulan.
B. Etiologi
1. Bahan kimia
2. Alergi
3. Defisiensi imunologik
4. Pengobatan sinusitis akut yang tidak sempurna
C. Patofisiologi
Polusi bahan kimia menyebabkan silia rusak,sehingga terjadi perubahan
mukosa hidung. Perubahan mukosa hidung dapat juga menyebabkan
oleh alergi dan defiseinsi imunologik.
Perubahan mukosa hidung akan mempermudah terjadinya infeksi dan
infeksi kronis terjadi apabila pengobatan sinusitis akut tidak sempurna,
dengan adanya infeksi, terdapat edema konka sehingga drainase sekret
terganggu dengan terganggunya sekret dapat menyebabkan silia rusak
dan seterusnya.
Polusi bahan kimia

Silia rusak

Obsrtuksi Alergi dan


Mekanik gangguan drainase Perubahan defisiensi
Mukosa imunologis

Infeksi

Pengobatan infeksi akut


yang tidak sempurna

D. Tanda dan gejala


1. Subjektif
Berpariasi dari ringan sampai berat, terdiri dari :
a. Gangguan hidung dan nasoparing (berupa sekret)
b. Rasa tidak nyaman ditenggorokan
c. Pendengaran terganggu karena ada sumbatan tuba eustachius
d. Nyeri kepala (pagi hari dan akan berkurang siang hari)
e. Gangguan pada mata oleh karena perjalanan infeksi melalui
duktus nasolakrimalis
f. Gangguan saluran napas beupa batuk dan kadang-kadang
terdapat komplikasi di paru (bronchitis, bronchiektasis, asma
bronciale)
g. Dapat terjadi gastro enteritis
2. Objektif
a. Tidak terdapat pembengkakan dimuka
b. Pada rhinoskopi anterior dapat ditemukan sekret kental puruken
dari meatus medius atau meatus superior
c. Pada rhinoskopi posterior tampak sekret purulen di nasoparing
atau turun ke tenggorokan.
E. Terapi
1. Medikametosa
a. Antibiotika selama 12 minggu
b. Obat-obatan simptomatik
2. Penyinaran atau distermi gelombang pendek selama 10 hari di
daerah sinus yang sakit
3. Dilakukan fungsi atau antrotomi dan irigasi sinus
4. Operasi, bila pengobatan konservatif tidak berhasil atau gagal

Diagnosa Keperawatan yang sering muncul


1. Nyeri berhubungan dengan proses peradangan
2. Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan hambatan
komunikasi
3. Defisit fungsi penciuman atau hidung drainase sekret terganggu
berhubungan dengan edema konka hidung
4. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
5. Gangguan persepsi sensori pendengaran berhubungan dengan
tersumbatnya tuba eustechius
6. Risiko kekambuhan berhubungan dengan faktor alergen
DAFTAR PUSTAKA

Ballenger, John Yakob. Penyakit Telinga Hidung dan Tenggorokan, Kepala

dan Leher. Edisi 13, Jilid I halaman 232-281. Penerbit FKUI

Jakarta 1994

Cody.D Thane.R dkk. Penyakit THT, EGC Jakarta 1986

Doenges,Maryllin.E.dkk. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC Edisi 3

Jakarta 1999

Gilon, Viktoria Moore dkk. Segi praktis telinga, hidung dan tenggorokan.

FKUI Jakarta 1991


ASUHAN KEPERAWATAN PADA an. R
DENGAN SINUSITIS MAKSILARIS
DI RUANG THT RSU. ULIN BANJAR MASIN

I. DATA DEMOGRAFI
A. IDENTITAS PASIEN
Tanggal MRS : 14 Mei 2002
No. RMK : 45 65 43
Nama : an. R
Umur : 11 tahun
Jenis kelamin : Wanita
Suku/bangsa : Banjar/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan :-
Status perkawinan : Belum Kawin
Alamat : Jl. Raya Arjuna RT 49 No. 45 Banjar Masin.
Diagnosa medis : Sinusitis Maksilaris

B. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB


Penanggung jawab : Tn. M
Hub dengan Pasien : Ayah

II.POLA FUNGSIONAL
1. Persepsi Kesehatan dan Penanganan Kesehatan
Keluhan Utama saat pengkajian : hidung tersumbat, fungsi penciuman
terganggu, fungsi pendengaran berkurang dan nyeri kepala.
Riwayat Penyakit Sekarang : Sejak 1 bulan yang lalu pasien merasa
hidung tersumbat, nyeri kepala bila menunduk, fungsi pendengaran
berkurang, lalu pasien berobat ke dokter THT dan dianjurkan foto kepala
(rontgen) tanggal 16-4-2002 dan diagnosa sinusitis maksilaris bilateral
kemudian pasien dianjurkan dirawat inap. Pada tanggal 14-5-2002
pasien baru dibawa ke RSU. Ulin Banjar masin untuk diopname.
Riwayat Penyakit Dahulu : Sejak usia 6 tahun pasien sering menderita
filek-filek, pernah berobat ke dokter tapi tidak sembuh. Pasien tidak
pernah dirawat di RS, riwayat imunisasi lengkap (imunisasi dasar)
Riwayat Alergi : Pasien alergi terhadap makanan ringan dan tidak
tahan cuaca dingin.
Kebiasaan hidup yang mempengaruhi kesehatan : Klien tidak ada
riwayat merokok, minum-minuman alkohol dan tidak mengkonsumsi
obat-obat terlarang lainnya.
Riwayat penyakit keluarga : Kakak (saudara kandung) pasien juga
pernah mengalami sinusitis dan dilakukan irigasi sinus beberapa tahun
yang lalu.
Riwayat sosial : Pasien kurang kooperatif dengan teman-temannya
karena ada gangguan pendengaran, hubungan dengan perawat baik,
rekan dan keluarga baik. Banyak yang datang berkunjung untuk memberi
dorongan moral.

2. Pola Nutrisi - Metabolik


Masukan nutrisi sebelum sakit :
Makanan biasa dengan frekuensi 3 x sehari, jumlah -1 piring
Tidak ada makanan pantangan
Masukan makanan Saat sakit : makan nasi bubur dengan frekuensi 3 x
sehari jumlah - 1 piring, nafsu makan kurang, tidak ada dispagia, mual
dan muntah.
Minum air putih, susu frekuensi 3-4 x sehari (1 gelas=200 ml)
Pemeriksaan Fisik :
TB : 90 cm
BB : 25 Kg
Kulit : sowo matang, tidak terdapat sianosis, ikterus, turgor kulit baik,
nadi 88 kali/menit, suhu 36,80C, tektur kulit halus tidak ada edema, lesi.
Kesadaran kompos mentis
Rambut dan kulit kepala :
Keadaan rambut : lurus berminyak, distribusi merata, warna hitam, tidak
ada luka, ketombe, kulit kepala cukup bersih
Mulut : hygiene bersih, lidah tidak kotor, gigi lengkap, tidak ada caries,
gusi tidak ada lesi, mukosa merah.
Abdomen tidak ada pembesaran hepar dan lien, tidak ada nyeri tekan.
Pemeriksaan Laboratorium :
HB 13,3 gram%
Gula darah puasa : 86 mg/dalam
SGPT 23 u/l
SGOT 31 u/l
3. Pola Eliminasi
Faeces
Kebiasaan defekasi : 1-2 kali sehari, warna kuning kecoklatan, tidak
ada konstipasi dan diare
Pemeriksaan fisik :
Abdomen :
Struktur : simetris
Frekuensi BU : 9-10 x/mnt (n : 8 12 x/mnt)
Distensi : tidak ada
Rectum
Lesi : tidak ada

Urine
Kebiasaan miksi : frekuensi 4-5 x / sehari, warna kuning jernih.
Masalah : dalam BAK tidak ada.
Alat Bantu : chateterisasi tidak ada
Pemeriksaan Fisik
Ginjal : tidak teraba, tidak ada nyeri ketuk.
Blast : tidak kelihatan penuh/ distensi dan tidak ada nyeri waktu
kencing.
Pemeriksaan laboratorium
Urea 26 mg/dl
Urea nitrogen 12 mg/dl
Creatin 0,7 mg/dl
4. Pola Aktivitas-Latihan
Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari seperti mandi, berpakaian,
toileting, ambulasi dan aktivitas lainnya dilakukan sendiri tanpa bantuan
orang lain atau alat bantu
Pemeriksaan Fisik :
a. Pernafasan/Sirkulasi
Tanda vital :
o Tek. Darah : 100/70 mmHg
o Nadi : 88 x/mt
o Resp. : 20 x/mt
o Suhu : 36,80C
Sirkulasi perifer baik, ujung kuku dan lidah berwarna merah
muda (tidak sianosis), kualitas/ ritme pernafasan teratur, tidak
ada keluhan, tidak ada stridor dan whizing.
b. Muskuloskletal : pasien dapat dengan leluasa bergerak tanpa ada
batas, koordinasi baik, cara berjalan normal/ tegap, kekuatan otot
normal (skala 5).

Pemeriksaan Laboratorium
Erytrosit 41 juta
Leukosit 6.000 mm3
LED 19 mm/jam I dan 42 mm/jam II
Trombosit 264.000 mm3
Golongan darah A
Waktu perdarahan 130
Waktu pembekuan 4

5. Pola Tidur - Istirahat


Kebiasaan sebelum sakit :
Tidur malam 8 jam, tidur siang 2 jam dan merasa segar setelah
baung tidur. Tidak ada masalah dalam istirahat / tidur.
Kebiasaan tidur saat sakit :
Tidur malam 8 jam, tidur siang 1 - 2 jam dan tidak ada masalah
dalam tidur / istirahat.

Pemeriksaan Fisik :
Penampilan umum : baik
Mata : tidak merah dan tidak ada kelainan pada mata.
Lingkaran hitam disekitar mata tidak ada.

6. Pola kognitif-Konseptual
Pendengaran : fungsi pendengaran kurang bilateral, tinitus ada,
tidak menggunakan alat pendengaran.
Penglihatan : fungsi penglihatan normal, pasien dapat melihat
dengan baik dan tidak pakai kaca mata/ kontak lensa.
Vertigo : tidak ada, nyeri kepala bertambah sakit bila menunduk,
skala nyeri 3/sedang dari skala 0-5

Pemeriksaan Fisik :
Mata : Pupil isokor, reflek cahaya mata kanan dan kiri baik, Pasien
dapat membaca koran pada jarak 30 cm.
Status Mental :
- Kesadara :Compos Mentis.
- GCS : 4,5,6
- Memori baik

7. Pola Persepsi Diri/Konsep Diri


Kemampuan adaptasi : baik
Keadaan emosional stabil.
8. Pola Peran/Hubungan
Kepedulian keluarga mengenai perawatan : keluarga peduli
terhadap perawatan pasien.
9. Pola Seksualitas
Tidak ada kelainan dalam reproduksi.

10. Pola Koping-Toleransi Stress


Kemampuan adaptasi : baik
Cara mengambil keputusan : dibantu oleh ayah.

11. Pola Nilai Kepercayaan


Pembatasan religius : tidak ada
Meminta kunjungan pemuka agama : tidak

12. Terapi yang diberikan


Ampisillin syrup 3 x 1 cth
Sanvita syrup 3 x 1 cth
Pengkajian Fokus pada Sistim THT
TELINGA
1. Bentuk dan letak telinga : simetris
2. Kondisi telinga :
Daun telinga tidak sakit saat digerakan.
Liang telinga tidak ada sumbatan dan serumen ada.
3. Cairan dari telinga tidak ada.
4. Perasaan penuh dalam telinga tidak ada.
5. Tinitus ada
6. Vertigo tidak ada
7. Fungsi pendengaran : kurang tajam.
Tes bisik (-) bilateral
Test rinne kiri (+) dan kanan (-)
Test weber lateralis ke telinga kanan
Test swabach telinga kiri sesuai dengan pemeriksa dan telinga kanan
memanjang
8. Cara pasien mendengarkan kita bicara : pasien mendekatkan salah satu
telinga untuk mendengarkan suatu pembicaraan.

HIDUNG :
1. Pemeriksaan hidung luar : Tidak ada kelainan,
2. Rinoskopi Anterior :
Mukosa : pucat
Septum : lurus
Massa : tidak ada.
3. Potensi hidung : adanya sumbatan pada rongga hidung, kadang sulit
bernapas, konka edema, sekret kental dan berbau

MULUT DAN TENGGOROKAN :


1. Keadaan mulut :
Gigi : lengkap dan tidak ada karies
Mulut bersih
Stomatitis tidak ada
Lidah tidak tampak kotor.
Lidah waktu menjulur simetris
Saliva normal
2. Bibir : normal tidak ada kelainan
3. Ovula ( pada saat pasien membuka mulut dan berkata ahh) tidak
simetris/deviasi ke kiri.
4. Kedudukan trakea : normal
5. Riwayat post op : tidak ada
6. Tanggal 17 Mei 2002 di lakukan tindakan irigasi sinus maksilaris :
Kesadaran dellirium / gelisah
Tanda vital :
TD 90/70 mmhg
Nadi 88 kali/menit
RR 24 kali/menit
Suhu 37,60C

7. Hidung dan tenggorokan


Pada hidung terpasang tampon, hidungterasa nyeri, pasien menangis
karena nyeri, bernapas melalui mulut.
Fungsi pendengaran sudah baik, test bisik (+), pasien dapat mendengar
seperti biasa, test gesek rambut (+).

8. Terapi post operasi


Novalgin syrup 3 x 1 cth
Rhinoperan 3 x 1 cth
Mocopea syrup 3 x 1 cth
Claneks syrup 3 x 1 cth
ANALISA DATA

Nama : an. R Rumah Sakit : Ulin Banjar Masin


Umur : 11 tahun Ruang : Penyakit THT
Dx Medis : Sinusitis Maksilaris No.RMK : 45 65 43
DATA MASALAH
NO ETIOLOGI
SUBJEKTIF/OBJEKTIF KEPERAWATAN
Tindakan pre irigasi sinus
maksilaris
1. S Pasien mengeluh sulit Drainase sekret Defisit fungsi dari
2. bernafas melewati hidung terganggu, hidung
3. dan keluarga mengatakan sekunder
4. pasien alergi terhadap terhadap edema
5. makanan ringan (snack) konka
6. dan pada cuaca dingin
7. O Sekret kental dan bau,
8. mukosa hidung pucat,
9. respirasi 28 kali/menit

S Pasien mengeluh Tersumbatnya Gangguan


pendengarannya kurang tuba eustachius persepsi sensori
jelas (terutama pada oleh sekret pendengaran
sebelah kanan) dan sekunder
pasien merasa telinga terhadap
kanan seperti berdengung sinusitis
O Saat berbicara pasien
berusaha mendekatkan
salah satu telinganya, saat
bicara 2-3 kali bertanya
kembali, test rinne kiri (+)
dan kanan (-), test weber
lateralis ke telinga kanan,
test swabach telinga kiri
sesuai dengan pemeriksa
dan telinga kanan
memanjang.
S Pasien mengeluh nyeri Perubahan Nyeri kronis
kepala dan nyeri mukosa hidung
dirasakan seperti sekunder
menusuk-nusuk terhadap infeksi
O Skala nyeri 3/sedang dari
skala 0-5, mukosa hidung
pucat, sekret kental dan
berbau, TD 100/70 mmhg,
nadi 88 kali/menit dan
pasien gelisah

S Keluarga pasien Perubahan Cemas


mengatakan, pasien status kesehatan
sering bertanya tentang sekunder
pengalaman irrigasi sinus terhadap
O Klien seperti gelisah, rencana
pucat, skala tingkat tindakan operasi
kecemasan 2/sedang.

S Keluarga pasien Hambatan Gangguan


mengatakan, pasien sulit komunikasi interaksi sosial
dalam berhubungan/ sekunder akibat
menyesuaikan dengan kurangnya fungsi
lingkungan sosial pendengaran
O Pasien tampak kurang
kooperatif saat diajak
berbicara.
Tindakan post operasi
sinusitis maksilaris
S Pasien mengatakan nyeri Irigasi sinus Nyeri akut
kedua hidungnya, rasa sekunder
perih seperti ditusuktusuk vasokontriksi
dan keluarga pasien pembuluh darah
mengatakan, pasien dan
sering menangis bila saat penyempitan
nyeri. saraf setempat
O Pasien terpasang tampon
pada kedua lubang
hidung, skala nyeri
3/sedang dari skala 0-5,
pasien tampak gelisah dan
meringis, TD=110/70
mmhg, nadi 96 kali/menit

S Pasien mengeluh sukar Pemasangan Gangguan


bernapas melewati tampon pada ventilasi paru
hidung, danmerasa ada lubang hidung
sekret yang menyumbat di
hidung
O Pasien tampak bernapas
lewat mulut, pada kedua
lubang hidung terpasang
tampon, respirasi 28
kali/menit
S - Kemungkinan Risiko infeksi
O - invasi sekunder
terhadap irigasi
S - sinus.
O - Alergi sekunder Risiko
terhadap kekambuhan
makanan ringan
(snack) dan
cuaca dingin.

DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN

Nama : an. R Rumah Sakit : Ulin Banjar Masin


Umur : 11 tahun Ruang : Penyakit THT
Dx Medis : Sinusitis Maksilaris No.RMK : 45 65 43
DIAGNOSA
NO TGL MUNCUL TGL TERATASI
KEPERAWATAN
Tindakan pre irrigasi sinus
maksilaris
1. Defisit fungsi dari hidung
berhubungan dengan drainase
sekret terganggu, sekunder
terhadap edema konka
ditandai pasien mengeluh sulit
bernafas melewati hidung dan
keluarga mengatakan pasien
alergi terhadap makanan
ringan (snack) dan pada cuaca
dingin, sekret kental dan bau,
mukosa hidung pucat, respirasi
28 kali/menit

2. Gangguan persepsi sensori


pendengaran berhubungan
dengan tersumbatnya tuba
eustachius oleh sekret
sekunder terhadap sinusitis
ditandai pasien mengeluh
pendengarannya kurang jelas
(terutama pada sebelah kanan)
dan pasien merasa telinga
kanan seperti berdengung,
saat berbicara pasien berusaha
mendekatkan salah satu
telinganya, saat bicara 2-3 kali
bertanya kembali, test rinne kiri
(+) dan kanan (-), test weber
lateralis ke telinga kanan, test
swabach telinga kiri sesuai
dengan pemeriksa dan telinga
kanan memanjang.

3. Nyeri kronis berhubungan


dengan perubahan mukosa
hidung sekunder terhadap
infeksi ditandai pasien
mengeluh nyeri kepala dan
nyeri dirasakan seperti
menusuk-nusuk, skala nyeri
3/sedang dari skala 0-5,
mukosa hidung pucat, sekret
kental dan berbau, TD 100/70
mmhg, nadi 88 kali/menit dan
pasien gelisah

4. Cemas berhubungan dengan


perubahan status kesehatan
sekunder terhadap rencana
tindakan operasi ditandai
Keluarga pasien mengatakan,
pasien sering bertanya tentang
pengalaman irrigasi sinus, klien
seperti gelisah, pucat, skala
tingkat kecemasan 2/sedang.
5. Gangguan interaksi sosial
berhubungan dengan
hambatan komunikasi
sekunder akibat kurangnya
fungsi pendengaran
Irigasi sinus sekunder
vasokontriksi pembuluh darah
dan penyempitan saraf
setempat ditandai Keluarga
pasien mengatakan, pasien
sulit dalam berhubungan/
menyesuaikan dengan
lingkungan sosial

Tindakan post operasi sinusitis


maksilaris
6. Nyeri akut berhubungan
dengan irrigasi sinus sekunder
vasokontriksi pembuluh darah
dan penyempitan saraf
setempat ditandai pasien
mengatakan nyeri kedua
hidungnya, rasa perih seperti
ditusuktusuk dan keluarga
pasien mengatakan, pasien
sering menangis bila saat nyeri,
pasien terpasang tampon pada
kedua lubang hidung, skala
nyeri 3/sedang dari skala 0-5,
pasien tampak gelisah dan
meringis, TD=110/70 mmhg,
nadi 96 kali/menit
7. Gangguan ventilasi paru
berhubungan dengan
pemasangan tampon pada
lubang hidung ditandai Pasien
mengeluh sukar bernapas
melewati hidung, danmerasa
ada sekret yang menyumbat di
hidung, pasien tampak
bernapas lewat mulut, pada
kedua lubang hidung terpasang
tampon, respirasi 28 kali/menit

8. Risiko infeksi berhubungan


dengan kemungkinan invasi
sekunder terhadap irigasi
sinus.

9 Risiko kekambuhan
berhubungan dengan Alergi
sekunder terhadap makanan
ringan (snack) dan cuaca
dingin.
ASUHAN KEPERAWATAN SINUSITIS MAKSILARIS

Nama : an. R Rumah Sakit : Ulin Banjar Masin


Umur : 11 tahun Ruang : Penyakit THT
Dx Medis : Sinusitis Maksilaris No.RMK : 45 65 43

HARI/ DIAGNOSA PERENCANAAN


NO IMPLEMENTASI
TGL KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1. Tindakan pre irrigasi sinus
maksilaris Jam 09:00 wita
Kamis, Defisit fungsi dari hidung Defisit fungsi hidung 1. Kaji frekuensi napas 1. Frekuensi napas 1. Mengkaji
16-5-02 berhubungan dengan teratasi dengan dan cata bila ada menunjukan derajat frekuensi napas
jam 09;00 drainase sekret terganggu, kriteria : distres pernapasan stress pernapasan dan cata bila ada
wita sekunder terhadap edema Pasien menunjukan dan deteksi dini distres
konka perilaku dapat untuk intervensi pernapasan
ditandai pasien mengeluh bernapas lebih lanjutan. 2. Memberikan
sulit bernafas melewati nyaman 2. Beri posisi yang 2. Mempermudah posisi yang
hidung dan keluarga Frekuensi napas nyaman (misalnya posisi pernapasan nyaman (misalnya
mengatakan pasien alergi normal 20-24 kali/ semi fowler) dengan gravitasi semi fowler)
terhadap makanan ringan menit mencari posisi yang
(snack) dan pada cuaca Dapat memper- paling mudah untuk
dingin, sekret kental dan tahankan jalan bernapas.
bau, mukosa hidung pucat, napas, tidak 3. Ajarkan latihan 3. Memberikan 3. Mengajarkan
respirasi 28 kali/menit tersumbat, sekret napas dalam , bila kemudahan pasien latihan napas
tidak kental dan perlu latihan napas dengan beberapa dalam , bila perlu
mukosa hidung melalui mulut. cara mengontrol dan latihan napas
tidak pucat lagi. mengatasi dispnea melalui mulut.
dan menurunkan
kelembaban udara.
4. Anjurkan untuk 4. Alergi dapat 4. Menganjurkan
menghindari hal-hal memperberat kondisi untuk menghindari
yang bersifat alergi proses peradangan hal-hal yang
(seperti makan dan mukosa hidung. bersifat alergi
cuaca dingin). (seperti makan
dan cuaca dingin).

2. Kamis, Gangguan persepsi sensori Gangguan persepsi 1. Kaji tingkat persepsi 1. Mengidentifikasi 1. Mengkaji tingkat
16-5-02 pendengaran berhubungan sensori sensori pendengaran kerusakan pada persepsi sensori
jam 09;00 dengan tersumbatnya tuba pendengaran pasien, tinitus dan fungsi pendengaran, pendengaran
wita eustachius oleh sekret teratasi dengan perilaku non verbal derajat keparahan pasien, tinitus dan
sekunder terhadap sinusitis kriteria : pasien . proses peradangan. perilaku non
ditandai pasien mengeluh Pendengaran verbal pasien .
pendengarannya kurang normal, tidak 2. Saat bicara dengan 2. Pasien mungkin 2. Saat bicara
jelas (terutama pada berdengung. pasien usahakan menglami dengan pasien
sebelah kanan) dan me- Menunjukan dengan suara cukup keterbatasan usahakan dengan
rasa telinga kanan seperti perilaku/ pernyata - keras, jelas dan perhatian/ suara cukup
berdengung, saat berbicara an pasien bahwa lambat, gunakan pemahaman selama keras, jelas dan
pasien berusaha fungsi pendengaran kalimat yang pendek fase akut dan lambat, gunakan
mendekatkan salah satu tidak terganggu. dan sederhana. penyembuhan serta kalimat yang
telinganya, saat bicara 2-3 dapat membantu pendek dan
kali bertanya kembali, test agar komunikasi jadi sederhana.
rinne kiri (+) dan kanan (-), lancar. 3. Saat bicara,
test weber lateralis ke 3. Saat bicara, 3. Meningkatkan arahkan/
telinga kanan, test swabach arahkan/ komunika persepsi pasien komunikasikan
telinga kiri sesuai dengan sikan pada telinga tentang komunikasi pada telinga
pemeriksa dan telinga pasien yang tidak dua arah dan mem- pasien yang tidak
kanan memanjang. terganggu. perjelas persepsi terganggu.
3. Kamis, Nyeri kronis berhubungan Nyeri kronis teratasi 1. Kaji tingkat nyeri, 1. Mengidentifikasi 1. Mengkaji tingkat
16-5-02 dengan perubahan mukosa dengan kriteria : tipe, lokasi, karakteristik nyeri nyeri, tipe, lokasi,
jam 09;00 hidung sekunder terhadap Pasien melaporkan intensitas, lama, dan faktor-faktor intensitas, lama,
wita infeksi ditandai pasien nyeri berkurang/ frekuensi dan faktor- yang berhubungan frekuensi dan
mengeluh nyeri kepala dan hilang. faktor yang dengan penyebab, faktor-faktor yang
nyeri dirasakan seperti Skala nyeri = 0 memperberat/ memilih intervensi memperberat/
menusuk-nusuk, skala nyeri Pasien tampak meringankan nyeri. yang cocok. meringankan
3/sedang dari skala 0-5, rileks nyeri.
mukosa hidung pucat, 2. Observasi tanda vital 2. Merupakan indikator 2. Mengobservasi
sekret kental dan berbau, tiap 4 jam. derajat nyeri akut/ tanda vital tiap 4
TD 100/70 mmhg, nadi 88 kronis sebagai jam.
kali/menit dan pasien manifestasi fisiologis
gelisah yang bisa muncul
sebagai komplikasi.
3. Anjurkan 3. Mengurangi stimulasi 3. Menganjurkan
menghindari hal-hal yang berlebihan. menghindari hal-
yang memperberat hal yang
nyeri. memperberat
nyeri.

4. Berikan kompres 4. Meningkatkan rasa 4. Memberikan


dingin di area nyaman dan kompres dingin di
kepala. menurunkan area kepala.
vasodilatasi sebagai
menurunkan
rangsangan.
5. Ajarkan teknik 5. Merupakan 5. Mengajarkan
manajemen stress, penanganan pertama teknik manajemen
distraksi dan pada rasa nyeri. stress, distraksi
relaksasi. dan relaksasi.
6. Kolaborasi : beri 6. Analgetik dapat 6. Memberikan obat
obat analgetik, anti mengurangi rasa ampisilin syrup 3 x
piretika dan nyeri/sakit dan obat- 1 cth
antibiotika. obatan membantu
prose penyembuhan.
7. Kolaborasi : 7. Mengeluarkan 7. Kolaborasi :
Tindakan irigasi penumpukan sekret melakukan
sinus. pada sinus tindakan irigasi
maksilaris. sinus maksilaris.

4. Kamis, Cemas berhubungan Cemas teratasi 1. Kaji tingkat 1. Gangguan tingkat 1. Mengkaji tingkat
16-5-02 dengan perubahan status dengan kriteria : kecemasan dan kecemasan kecemasan dan
jam 09;00 kesehatan sekunder Pasien tampak status mental pasien. mempengaruhi status mental
wita terhadap rencana tindakan rileks dan ekspresi rasa takut. pasien.
operasi ditandai Keluarga kecemasan 2. Beri informasi pada 2. Meningkatkan 2. Memberikan
pasien mengatakan, pasien berkurang/ hilang. pasien dan keluarga penekanan, informasi pada
sering bertanya tentang Skala tingkat tentang prosedur mengurangi pasien dan
pengalaman irrigasi sinus, kecemasan = 0 operasi. kecemasan karena keluarga tentang
klien seperti gelisah, pucat, ketidaktahuan. prosedur operasi.
skala tingkat kecemasan 3. Libatkan keluarga 3. Meningkatkan 3. Melibatkan
2/sedang. pasien dalam perasaan kontrol diri keluarga pasien
perawatan, dan meningkatkan dalam perawatan,
pengobatan dan kemandirian. pengobatan dan
keputusan terapi. keputusan terapi

5. Kamis, Gangguan interaksi sosial Gangguan unteraksi 1. Kaji hambatan 1. Mengidentifikasi 1. Mengkaji
16-5-02 berhubungan dengan sosial teratasi komunikasi pasien . hambatan hambatan
jam 09;00 hambatan komunikasi dengan kriteria : komunikasi, komunikasi
wita sekunder akibat kurangnya Pasien dapat mengintervensi pasien.
fungsi pendengaran berinteraksi dengan segera untuk
Irigasi sinus sekunder lancar. tindakan selanjtnya.
vasokontriksi pembuluh Pasien kooperatif 2. Ajak pasien 2. Memudahkan dalam 2. Mengajak pasien
darah dan penyempitan bila diajak berkomunikasi mendengarkan berkomunikasi
saraf setempat ditandai berbicara. dengan bicara yang pembicaraan, dengan bicara
Keluarga pasien jelas, lambat serta melancarkan yang jelas, lambat
mengatakan, pasien sulit dengan isarat kalau komunikasi dua arah. serta dengan
dalam berhubungan/ perlu. isarat kalau perlu.
menyesuaikan dengan
lingkungan sosial

Tindakan post operasi


sinusitis maksilaris
6. Jumat Nyeri akut berhubungan Nyeri akut teratasi 1. Kaji tingkat : tipe, 1. Mengidentifikasi 1. Mengkaji tingkat :
17-5-02 dengan irrigasi sinus dengan kriteria : intensitas, lokasi, karakteristiknyeri dan tipe, intensitas,
Jam sekunder vasokontriksi Pasien melaporkan durasi, frekuensi dari faktor yang lokasi, durasi,
13:00 pembuluh darah dan nyeri berkurang/ nyeri dan berhubungan untuk frekuensi dari
Wita penyempitan saraf hilang. perilakuverbal dan pilihan intervensi nyeri dan
setempat ditandai pasien Skala nyeri = 0 non verbal. yang tepat. perilakuverbal dan
mengatakan nyeri kedua Pasien tampak non verbal.
hidungnya, rasa perih rileks.
seperti ditusuktusuk dan 2. Observasi tanda vital 2. Merupakan indikator 2. Mengobservasi
keluarga pasien tiap 2 jam sampai derajat nyeri akut/ tanda vital tiap 2
mengatakan, pasien sering nyeri hilang. kronis. jam sampai nyeri
menangis bila saat nyeri, hilang.
pasien terpasang tampon 3. Beri kompres dingin 3. Mengurangi stimuli 3. Memberikan
pada kedua lubang hidung, di daerah kepala. yang berlebihan. kompres dingin di
skala nyeri 3/sedang dari daerah kepala.
skala 0-5, pasien tampak 4. Anjurkan teknik 4. Merupakan 4. Menganjurkan
gelisah dan meringis, distress, distraksi penanganan pertama teknik distress,
TD=110/70 mmhg, nadi 96 dan relaksasi. terhadap nyeri. distraksi dan
kali/menit relaksasi.
5. Kolaborasi : Beri 5. Analgetik dapat 5. Kolaborasi :
obat analgetik. menghilangkan rasa memberikan obat
nyeri/sakit. analgetik
(novalgin syrup
3x1 cth)

7. Jumat Gangguan ventilasi paru Ganguan ventilasi 1. Kaji frekuensi/ pola 1. Deteksi dini 1. Mengkaji
17-5-02 berhubungan dengan oksigen dengan napas, catat bila ada permasalahan frekuensi/ pola
Jam pemasangan tampon pada kriteria : distres pernapasan. pernapasan pasien napas, catat bila
13:00 lubang hidung ditandai Pasien dapat dan untuk lanjutan ada distres
Wita Pasien mengeluh sukar bernapas dengan intervensi yang tepat. pernapasan.
bernapas melewati hidung, lancar/ jalan napas 2. Tinggikan kepala, 2. Posisi yang tepat 2. Meninggikan
danmerasa ada sekret yang lancar. bantu memilih posisi dapat membantu kepala, bantu
menyumbat di hidung, Frekuensi napas 20- yang nyaman untuk melancarkan jalan memilih posisi
pasien tampak bernapas 24 kali/ menit. bernapas. napas. yang nyaman
lewat mulut, pada kedua Tidak ada tanda- untuk bernapas.
lubang hidung terpasang tanda distres 3. Anjurkan teknik 3. Mencegah kelelahan 3. Menganjurkan
tampon, respirasi 28 pernapasan, relaksasi. dapat menurunkan teknik relaksasi.
kali/menit sianosis dan kebutuhan oksigen.
dispnea.
4. Ajarkan latihan 4. Meningkatkan 4. Mengajarkan
napas dalam . ventilasi maksimal latihan napas
dan oksigenasi. dalam .
5. Berikan obat sesuai 5. Memberikan/ 5. Memberikan obat
advis dokter. mengencerkan sesuai advis
lendir, memperlancar dokter.
ventilasi oksigen.

8. Jumat Risiko infeksi berhubungan Risiko infeksi tidak 1. Pantau suhu tubuh 1. Indikator proses 1. Memantau /
17-5-02 dengan kemungkinan invasi terjadi dengan pasien . terjadinya infeksi bila mengukur suhu
Jam sekunder terhadap irigasi kriteria : suhu tubuh tubuh pasien
13:00 sinus. Tidak ada tanda- meningkat. (36,80C).
Wita tanda peradangan 2. Lakukan tindakan 2. Mengurangi 2. Melakukan
Sekret tidak berbau dengan septik dan pertumbuhan tindakan dengan
anti septik. mikroorganisme, septik dan anti
mencegah infeksi. septik.
3. Kolaborasi : Beri 3. Mencegah 3. Kolaborasi :
obat antibiotika. pertumbuhan Memberikan obat
mikroorganisme dan antibiotika
mencegah infeksi. (claneksi syrup 3x
1 cth)
9. Jumat Risiko kekambuhan Risiko kekambuhan 1. Kaji tingkat 1. Menunjukan 1. Mengkaji tingkat
17-5-02 berhubungan dengan Alergi tidak terjadi dengan pemahaman seberapa jauh pemahaman
Jam sekunder terhadap kriteria : keluarga terhadap pengetahuan yang keluarga terhadap
13:00 makanan ringan (snack) Pasien dan keluarga penyakit pasien . ada, dapat penyakit pasien .
wita dan cuaca dingin. paham dan melakukan intervensi
mengerti akan selanjutnya.
kondisi pasien serta 2. Beri penyuluhan 2. Pemahaman yang 2. Memberikan
tahu cara kesehatan tentang tinggi terhadap penyuluhan
pencegahannya. pentingnya kondisi pasien dan kesehatan tentang
menghindari bahan bahaya bila terjadi pentingnya
alergen. kekambuhan lagi. menghindari
bahan alergen,
seperti makanan
snack, debu-debu,
asap, bulu-bulu
dan cuaca dingin.
3. Kolaborasi : Beri 3. Obat-obatan dapat 3. Kolaborasi :
obat anti alergi. mengurangi proses Memberikan obat
peradangan. anti alergi.
(rhinopet syrup 3 x
1 cth)
CATATAN PERKEMBANGAN

Nama : an. R Rumah Sakit : Ulin Banjar Masin


Umur : 11 tahun Ruang : Penyakit THT
Dx Medis : Sinusitis Maksilaris No.RMK : 45 65 43
N HARI/ DIAGNOSA
PERKEMBANGAN
O TANGGAL KEPERAWATAN
1. Jumat I S Pasien mengatakan masih sulit
17-5-2002 bernapas, bernapas kadang melalui
Jam 08:30 mulut dan terasa ada sumbatan pada
wita hidung serta penciuman kurang.
O Mukosa hidung pucat, respirasi 28 kali/
menit, sekret kental dan bau.
A Masalah belum teratasi.
P Lanjutkan intervensi 1 sampai 4
I 1. Mengkaji frekuensi napas dan cata
bila ada distres pernapasan
2. Memberikan posisi yang nyaman
(misalnya semi fowler)
3. Mengajarkan latihan napas dalam ,
bila perlu latihan napas melalui
mulut.
4. Menganjurkan untuk menghindari
hal-hal yang bersifat alergi (seperti
makan dan cuaca dingin).
E Pasien mengatakan masih sulit
bernapas.

2. Jumat
17-5-2002 II S Pasien mengeluh pendengaran sebelah
Jam 08:30 kanan berkurang.
wita O Saat berbicara dengan pasien berusaha
mendekatkan telinga, test rinne kiri (+)
dan kanan (-), test weber lateralis ke
telinga kanan, test swabach telinga kiri
sesuai dengan pemeriksa dan telinga
kanan memanjang dan bisik pasien tidak
bisa mendengar bisikan.
A Masalah belum teratasi.
P Lanjutkan intervensi 1 sampai 3.
I 1. Mengkaji tingkat persepsi sensori
pendengaran pasien, tinitus dan
perilaku non verbal pasien .
2. Saat bicara dengan pasien usahakan
dengan suara cukup keras, jelas dan
lambat, gunakan kalimat yang
pendek dan sederhana.
3. Saat bicara, arahkan/ komunika
sikan pada telinga pasien yang tidak
terganggu.
E Pasien mulai bisa mendengarkan
bisikan/ bunyi gesekan rambut.

3. Jumat III S Pasien mengeluh nyeri kepala, terutama


17-5-2002 O saatmenundukan kepala,terasa berat,
Jam 08:30 IV A nyeri dirasakan seperti menusuk-nusuk
wita V P Skala nyeri 3/sedang dari skala 0-5,
4. Jumat VI I mukosa hidung pucat, sekret kental dan
5. 17-5-2002 VII E berbau.
6. Jam 09:00 VIII S Masalah belum teratasi
7. wita IX O Lanjutkan intervensi 1 sampai 7
8. Jumat A 1. Mengkaji tingkat nyeri, tipe, lokasi,
9. 17-5-2002 P intensitas, lama, frekuensi dan faktor-
10. Jam 08:30 I faktor yang memperberat/
wita E meringankan nyeri.
Jumat S 2. Mengobservasi tanda vital tiap 4 jam.
17-5-2002 O 3. Menganjurkan menghindari hal-hal
Jam 08:30 A yang memperberat nyeri.
wita P 4. Memberikan kompres dingin di area
Jumat I kepala.
17-5-2002 E 5. Mengajarkan teknik manajemen
Jam 08:30 S stress, distraksi dan relaksasi.
wita O 6. Memberikan obat ampisilin syrup 3 x
Jumat A 1 cth
17-5-2002 P 7. Kolaborasi : melakukan tindakan
Jam 08:30 I irigasi sinus maksilaris.
wita E Pasien mengatakan nyeri kepala
] Jumat S berkurang, skala nyeri 1 dari skala 0-5
17-5-2002 O
Jam 08:30 A Pasien mengatakan rasa cemas
wita P berkurang.
I Pasien tidak tampak gelisah, skala
E cemas 2.
S Masalah teratasi sebagian.
O Lanjutkan intervensi 1 sampai 3
A 1. Mengkaji tingkat kecemasan dan
P status mental pasien.
I 2. Memberikan informasi pada pasien
E dan keluarga tentang prosedur
S operasi.
O 3. Melibatkan keluarga pasien dalam
A perawatan, pengobatan dan
P keputusan terapi
I Pasien mengatakan rasa cemas sudah
E tidak ada lagi dan pasien terlihat tenang/
S rileks.
O
A Keluarga pasien (ibu) mengatakan,
P pasien mulai menyesuaikan diri dengan
I lingkungan.
E Pasien mulai kooperatif saat diajak
S berbicara.
O Masalah teratasi sebagian.
A Lanjutkan intervensi 1 sampai 2.
P 1. Mengkaji hambatan komunikasi
I pasien.
E 2. Mengajak pasien berkomunikasi
S dengan bicara yang jelas, lambat
O serta dengan isarat kalau perlu.
A Pasien mulai beradaptasi dengan
P lingkungan RS dan petugas yg
I merawatnya.
E
Pasien mengatakan nyeri pada kedua
hidungnya, dan keluarga mengatakan
pasien sering menangis menahan nyeri.
Pasien kelihatan meringis dan
memegang hidungnya, pada lubang
hidung terpasang tampon, skala nyeri 3/
sedang dan pasien kelihatan gelisah.
Nyeri akut post operasi.
Lanjutkan intervensi 1 sampai 5
1. Mengkaji tingkat : tipe, intensitas,
lokasi, durasi, frekuensi dari nyeri
dan perilakuverbal dan non verbal.
2. Mengobservasi tanda vital tiap 2 jam
sampai nyeri hilang.
3. Memberikan kompres dingin di
daerah kepala.
4. Menganjurkan teknik distress,
distraksi dan relaksasi.
5. Kolaborasi : memberikan obat
analgetik (novalgin syrup 3x1 cth)
Pasien mengatakan masih teasa nyeri
pada hidung.

Pasien mengeluh sukar bernapas


karena terpasang tampon, dan pasien
mengatakan hanya bisa bernapas lewat
mulut karena hidung tersumbat.
Pasien bernapas melalui mulut, pada
hidung terpasang tampon, respirasi 28
kali/menit.
Gangguan ventilasi oksigen.
Lanjutkan inter

Anda mungkin juga menyukai