Konsep Dasar + Askep Sinusitis
Konsep Dasar + Askep Sinusitis
SINUSITIS AKUT
A. Pengertian
Sinusitis akut adalah infeksi sinus yang akut, dimulai dengan
sumbatan daerah kompleks estmoietal oleh infeksi, obstruksi mekanis
atau alergi, selain itu juga dapat merupakan penyebaran dari penyakit
gigi.
B. Etiologi
1. Rhinitis akut
2. Faringitis, adenoiditis, tonsilitis
3. Infeksi gigi molar 1,2 dan 3 atas serta premolar 1 dan 2
4. Berenang dan menyelam
5. Trauma, dapat menyebabkan perdarahan mukosa sinus paranasalis
6. Barotrauma
C. Faktor predisposisi
1. Obstruksi mekanis seperti deviasi septum, benda asing di hidung,
polip, tumor rongga hidung
2. Obstruksi ostium sinus akibat rhinitis kronis dan rhinitis alergika
3. Lingkungan berpolusi, udara dingin serta kering, sehingga terjadi
perubahan mukosa dan kerusakan mukosa.
SINUSITIS KRONIS
A. Pengertian
Sinusitis kronis adalah sinusitis yang berlangsung lebih dari 3 bulan
(Cauwenberge,83) dan menurut sumber lain dikatakan kronis bila
berlangsung lebih dari 6 bulan.
B. Etiologi
1. Bahan kimia
2. Alergi
3. Defisiensi imunologik
4. Pengobatan sinusitis akut yang tidak sempurna
C. Patofisiologi
Polusi bahan kimia menyebabkan silia rusak,sehingga terjadi perubahan
mukosa hidung. Perubahan mukosa hidung dapat juga menyebabkan
oleh alergi dan defiseinsi imunologik.
Perubahan mukosa hidung akan mempermudah terjadinya infeksi dan
infeksi kronis terjadi apabila pengobatan sinusitis akut tidak sempurna,
dengan adanya infeksi, terdapat edema konka sehingga drainase sekret
terganggu dengan terganggunya sekret dapat menyebabkan silia rusak
dan seterusnya.
Polusi bahan kimia
Silia rusak
Infeksi
Jakarta 1994
Jakarta 1999
Gilon, Viktoria Moore dkk. Segi praktis telinga, hidung dan tenggorokan.
I. DATA DEMOGRAFI
A. IDENTITAS PASIEN
Tanggal MRS : 14 Mei 2002
No. RMK : 45 65 43
Nama : an. R
Umur : 11 tahun
Jenis kelamin : Wanita
Suku/bangsa : Banjar/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan :-
Status perkawinan : Belum Kawin
Alamat : Jl. Raya Arjuna RT 49 No. 45 Banjar Masin.
Diagnosa medis : Sinusitis Maksilaris
II.POLA FUNGSIONAL
1. Persepsi Kesehatan dan Penanganan Kesehatan
Keluhan Utama saat pengkajian : hidung tersumbat, fungsi penciuman
terganggu, fungsi pendengaran berkurang dan nyeri kepala.
Riwayat Penyakit Sekarang : Sejak 1 bulan yang lalu pasien merasa
hidung tersumbat, nyeri kepala bila menunduk, fungsi pendengaran
berkurang, lalu pasien berobat ke dokter THT dan dianjurkan foto kepala
(rontgen) tanggal 16-4-2002 dan diagnosa sinusitis maksilaris bilateral
kemudian pasien dianjurkan dirawat inap. Pada tanggal 14-5-2002
pasien baru dibawa ke RSU. Ulin Banjar masin untuk diopname.
Riwayat Penyakit Dahulu : Sejak usia 6 tahun pasien sering menderita
filek-filek, pernah berobat ke dokter tapi tidak sembuh. Pasien tidak
pernah dirawat di RS, riwayat imunisasi lengkap (imunisasi dasar)
Riwayat Alergi : Pasien alergi terhadap makanan ringan dan tidak
tahan cuaca dingin.
Kebiasaan hidup yang mempengaruhi kesehatan : Klien tidak ada
riwayat merokok, minum-minuman alkohol dan tidak mengkonsumsi
obat-obat terlarang lainnya.
Riwayat penyakit keluarga : Kakak (saudara kandung) pasien juga
pernah mengalami sinusitis dan dilakukan irigasi sinus beberapa tahun
yang lalu.
Riwayat sosial : Pasien kurang kooperatif dengan teman-temannya
karena ada gangguan pendengaran, hubungan dengan perawat baik,
rekan dan keluarga baik. Banyak yang datang berkunjung untuk memberi
dorongan moral.
Urine
Kebiasaan miksi : frekuensi 4-5 x / sehari, warna kuning jernih.
Masalah : dalam BAK tidak ada.
Alat Bantu : chateterisasi tidak ada
Pemeriksaan Fisik
Ginjal : tidak teraba, tidak ada nyeri ketuk.
Blast : tidak kelihatan penuh/ distensi dan tidak ada nyeri waktu
kencing.
Pemeriksaan laboratorium
Urea 26 mg/dl
Urea nitrogen 12 mg/dl
Creatin 0,7 mg/dl
4. Pola Aktivitas-Latihan
Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari seperti mandi, berpakaian,
toileting, ambulasi dan aktivitas lainnya dilakukan sendiri tanpa bantuan
orang lain atau alat bantu
Pemeriksaan Fisik :
a. Pernafasan/Sirkulasi
Tanda vital :
o Tek. Darah : 100/70 mmHg
o Nadi : 88 x/mt
o Resp. : 20 x/mt
o Suhu : 36,80C
Sirkulasi perifer baik, ujung kuku dan lidah berwarna merah
muda (tidak sianosis), kualitas/ ritme pernafasan teratur, tidak
ada keluhan, tidak ada stridor dan whizing.
b. Muskuloskletal : pasien dapat dengan leluasa bergerak tanpa ada
batas, koordinasi baik, cara berjalan normal/ tegap, kekuatan otot
normal (skala 5).
Pemeriksaan Laboratorium
Erytrosit 41 juta
Leukosit 6.000 mm3
LED 19 mm/jam I dan 42 mm/jam II
Trombosit 264.000 mm3
Golongan darah A
Waktu perdarahan 130
Waktu pembekuan 4
Pemeriksaan Fisik :
Penampilan umum : baik
Mata : tidak merah dan tidak ada kelainan pada mata.
Lingkaran hitam disekitar mata tidak ada.
6. Pola kognitif-Konseptual
Pendengaran : fungsi pendengaran kurang bilateral, tinitus ada,
tidak menggunakan alat pendengaran.
Penglihatan : fungsi penglihatan normal, pasien dapat melihat
dengan baik dan tidak pakai kaca mata/ kontak lensa.
Vertigo : tidak ada, nyeri kepala bertambah sakit bila menunduk,
skala nyeri 3/sedang dari skala 0-5
Pemeriksaan Fisik :
Mata : Pupil isokor, reflek cahaya mata kanan dan kiri baik, Pasien
dapat membaca koran pada jarak 30 cm.
Status Mental :
- Kesadara :Compos Mentis.
- GCS : 4,5,6
- Memori baik
HIDUNG :
1. Pemeriksaan hidung luar : Tidak ada kelainan,
2. Rinoskopi Anterior :
Mukosa : pucat
Septum : lurus
Massa : tidak ada.
3. Potensi hidung : adanya sumbatan pada rongga hidung, kadang sulit
bernapas, konka edema, sekret kental dan berbau
9 Risiko kekambuhan
berhubungan dengan Alergi
sekunder terhadap makanan
ringan (snack) dan cuaca
dingin.
ASUHAN KEPERAWATAN SINUSITIS MAKSILARIS
2. Kamis, Gangguan persepsi sensori Gangguan persepsi 1. Kaji tingkat persepsi 1. Mengidentifikasi 1. Mengkaji tingkat
16-5-02 pendengaran berhubungan sensori sensori pendengaran kerusakan pada persepsi sensori
jam 09;00 dengan tersumbatnya tuba pendengaran pasien, tinitus dan fungsi pendengaran, pendengaran
wita eustachius oleh sekret teratasi dengan perilaku non verbal derajat keparahan pasien, tinitus dan
sekunder terhadap sinusitis kriteria : pasien . proses peradangan. perilaku non
ditandai pasien mengeluh Pendengaran verbal pasien .
pendengarannya kurang normal, tidak 2. Saat bicara dengan 2. Pasien mungkin 2. Saat bicara
jelas (terutama pada berdengung. pasien usahakan menglami dengan pasien
sebelah kanan) dan me- Menunjukan dengan suara cukup keterbatasan usahakan dengan
rasa telinga kanan seperti perilaku/ pernyata - keras, jelas dan perhatian/ suara cukup
berdengung, saat berbicara an pasien bahwa lambat, gunakan pemahaman selama keras, jelas dan
pasien berusaha fungsi pendengaran kalimat yang pendek fase akut dan lambat, gunakan
mendekatkan salah satu tidak terganggu. dan sederhana. penyembuhan serta kalimat yang
telinganya, saat bicara 2-3 dapat membantu pendek dan
kali bertanya kembali, test agar komunikasi jadi sederhana.
rinne kiri (+) dan kanan (-), lancar. 3. Saat bicara,
test weber lateralis ke 3. Saat bicara, 3. Meningkatkan arahkan/
telinga kanan, test swabach arahkan/ komunika persepsi pasien komunikasikan
telinga kiri sesuai dengan sikan pada telinga tentang komunikasi pada telinga
pemeriksa dan telinga pasien yang tidak dua arah dan mem- pasien yang tidak
kanan memanjang. terganggu. perjelas persepsi terganggu.
3. Kamis, Nyeri kronis berhubungan Nyeri kronis teratasi 1. Kaji tingkat nyeri, 1. Mengidentifikasi 1. Mengkaji tingkat
16-5-02 dengan perubahan mukosa dengan kriteria : tipe, lokasi, karakteristik nyeri nyeri, tipe, lokasi,
jam 09;00 hidung sekunder terhadap Pasien melaporkan intensitas, lama, dan faktor-faktor intensitas, lama,
wita infeksi ditandai pasien nyeri berkurang/ frekuensi dan faktor- yang berhubungan frekuensi dan
mengeluh nyeri kepala dan hilang. faktor yang dengan penyebab, faktor-faktor yang
nyeri dirasakan seperti Skala nyeri = 0 memperberat/ memilih intervensi memperberat/
menusuk-nusuk, skala nyeri Pasien tampak meringankan nyeri. yang cocok. meringankan
3/sedang dari skala 0-5, rileks nyeri.
mukosa hidung pucat, 2. Observasi tanda vital 2. Merupakan indikator 2. Mengobservasi
sekret kental dan berbau, tiap 4 jam. derajat nyeri akut/ tanda vital tiap 4
TD 100/70 mmhg, nadi 88 kronis sebagai jam.
kali/menit dan pasien manifestasi fisiologis
gelisah yang bisa muncul
sebagai komplikasi.
3. Anjurkan 3. Mengurangi stimulasi 3. Menganjurkan
menghindari hal-hal yang berlebihan. menghindari hal-
yang memperberat hal yang
nyeri. memperberat
nyeri.
4. Kamis, Cemas berhubungan Cemas teratasi 1. Kaji tingkat 1. Gangguan tingkat 1. Mengkaji tingkat
16-5-02 dengan perubahan status dengan kriteria : kecemasan dan kecemasan kecemasan dan
jam 09;00 kesehatan sekunder Pasien tampak status mental pasien. mempengaruhi status mental
wita terhadap rencana tindakan rileks dan ekspresi rasa takut. pasien.
operasi ditandai Keluarga kecemasan 2. Beri informasi pada 2. Meningkatkan 2. Memberikan
pasien mengatakan, pasien berkurang/ hilang. pasien dan keluarga penekanan, informasi pada
sering bertanya tentang Skala tingkat tentang prosedur mengurangi pasien dan
pengalaman irrigasi sinus, kecemasan = 0 operasi. kecemasan karena keluarga tentang
klien seperti gelisah, pucat, ketidaktahuan. prosedur operasi.
skala tingkat kecemasan 3. Libatkan keluarga 3. Meningkatkan 3. Melibatkan
2/sedang. pasien dalam perasaan kontrol diri keluarga pasien
perawatan, dan meningkatkan dalam perawatan,
pengobatan dan kemandirian. pengobatan dan
keputusan terapi. keputusan terapi
5. Kamis, Gangguan interaksi sosial Gangguan unteraksi 1. Kaji hambatan 1. Mengidentifikasi 1. Mengkaji
16-5-02 berhubungan dengan sosial teratasi komunikasi pasien . hambatan hambatan
jam 09;00 hambatan komunikasi dengan kriteria : komunikasi, komunikasi
wita sekunder akibat kurangnya Pasien dapat mengintervensi pasien.
fungsi pendengaran berinteraksi dengan segera untuk
Irigasi sinus sekunder lancar. tindakan selanjtnya.
vasokontriksi pembuluh Pasien kooperatif 2. Ajak pasien 2. Memudahkan dalam 2. Mengajak pasien
darah dan penyempitan bila diajak berkomunikasi mendengarkan berkomunikasi
saraf setempat ditandai berbicara. dengan bicara yang pembicaraan, dengan bicara
Keluarga pasien jelas, lambat serta melancarkan yang jelas, lambat
mengatakan, pasien sulit dengan isarat kalau komunikasi dua arah. serta dengan
dalam berhubungan/ perlu. isarat kalau perlu.
menyesuaikan dengan
lingkungan sosial
7. Jumat Gangguan ventilasi paru Ganguan ventilasi 1. Kaji frekuensi/ pola 1. Deteksi dini 1. Mengkaji
17-5-02 berhubungan dengan oksigen dengan napas, catat bila ada permasalahan frekuensi/ pola
Jam pemasangan tampon pada kriteria : distres pernapasan. pernapasan pasien napas, catat bila
13:00 lubang hidung ditandai Pasien dapat dan untuk lanjutan ada distres
Wita Pasien mengeluh sukar bernapas dengan intervensi yang tepat. pernapasan.
bernapas melewati hidung, lancar/ jalan napas 2. Tinggikan kepala, 2. Posisi yang tepat 2. Meninggikan
danmerasa ada sekret yang lancar. bantu memilih posisi dapat membantu kepala, bantu
menyumbat di hidung, Frekuensi napas 20- yang nyaman untuk melancarkan jalan memilih posisi
pasien tampak bernapas 24 kali/ menit. bernapas. napas. yang nyaman
lewat mulut, pada kedua Tidak ada tanda- untuk bernapas.
lubang hidung terpasang tanda distres 3. Anjurkan teknik 3. Mencegah kelelahan 3. Menganjurkan
tampon, respirasi 28 pernapasan, relaksasi. dapat menurunkan teknik relaksasi.
kali/menit sianosis dan kebutuhan oksigen.
dispnea.
4. Ajarkan latihan 4. Meningkatkan 4. Mengajarkan
napas dalam . ventilasi maksimal latihan napas
dan oksigenasi. dalam .
5. Berikan obat sesuai 5. Memberikan/ 5. Memberikan obat
advis dokter. mengencerkan sesuai advis
lendir, memperlancar dokter.
ventilasi oksigen.
8. Jumat Risiko infeksi berhubungan Risiko infeksi tidak 1. Pantau suhu tubuh 1. Indikator proses 1. Memantau /
17-5-02 dengan kemungkinan invasi terjadi dengan pasien . terjadinya infeksi bila mengukur suhu
Jam sekunder terhadap irigasi kriteria : suhu tubuh tubuh pasien
13:00 sinus. Tidak ada tanda- meningkat. (36,80C).
Wita tanda peradangan 2. Lakukan tindakan 2. Mengurangi 2. Melakukan
Sekret tidak berbau dengan septik dan pertumbuhan tindakan dengan
anti septik. mikroorganisme, septik dan anti
mencegah infeksi. septik.
3. Kolaborasi : Beri 3. Mencegah 3. Kolaborasi :
obat antibiotika. pertumbuhan Memberikan obat
mikroorganisme dan antibiotika
mencegah infeksi. (claneksi syrup 3x
1 cth)
9. Jumat Risiko kekambuhan Risiko kekambuhan 1. Kaji tingkat 1. Menunjukan 1. Mengkaji tingkat
17-5-02 berhubungan dengan Alergi tidak terjadi dengan pemahaman seberapa jauh pemahaman
Jam sekunder terhadap kriteria : keluarga terhadap pengetahuan yang keluarga terhadap
13:00 makanan ringan (snack) Pasien dan keluarga penyakit pasien . ada, dapat penyakit pasien .
wita dan cuaca dingin. paham dan melakukan intervensi
mengerti akan selanjutnya.
kondisi pasien serta 2. Beri penyuluhan 2. Pemahaman yang 2. Memberikan
tahu cara kesehatan tentang tinggi terhadap penyuluhan
pencegahannya. pentingnya kondisi pasien dan kesehatan tentang
menghindari bahan bahaya bila terjadi pentingnya
alergen. kekambuhan lagi. menghindari
bahan alergen,
seperti makanan
snack, debu-debu,
asap, bulu-bulu
dan cuaca dingin.
3. Kolaborasi : Beri 3. Obat-obatan dapat 3. Kolaborasi :
obat anti alergi. mengurangi proses Memberikan obat
peradangan. anti alergi.
(rhinopet syrup 3 x
1 cth)
CATATAN PERKEMBANGAN
2. Jumat
17-5-2002 II S Pasien mengeluh pendengaran sebelah
Jam 08:30 kanan berkurang.
wita O Saat berbicara dengan pasien berusaha
mendekatkan telinga, test rinne kiri (+)
dan kanan (-), test weber lateralis ke
telinga kanan, test swabach telinga kiri
sesuai dengan pemeriksa dan telinga
kanan memanjang dan bisik pasien tidak
bisa mendengar bisikan.
A Masalah belum teratasi.
P Lanjutkan intervensi 1 sampai 3.
I 1. Mengkaji tingkat persepsi sensori
pendengaran pasien, tinitus dan
perilaku non verbal pasien .
2. Saat bicara dengan pasien usahakan
dengan suara cukup keras, jelas dan
lambat, gunakan kalimat yang
pendek dan sederhana.
3. Saat bicara, arahkan/ komunika
sikan pada telinga pasien yang tidak
terganggu.
E Pasien mulai bisa mendengarkan
bisikan/ bunyi gesekan rambut.