Gizi Buruk
Oleh :
Yelvi Novita Roza 1110312096
Mustika Febriani Rizona 1010312073
Metta Yulia Utami 1010313002
Elsa Prima Putri 1010313087
Puji Syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT sehingga kami dapat menyelesaikan
penulisan laporan keluarga binaan kami yang berada di wilayah kerja Puskesmas Bungus.
Kegiatan keluarga binaan ini merupakan salah satu pemenuhan syarat kepaniteraan
klinik rotasi II pada Puskesmas Bungus. Kami mengucapkan terima kasih kepada dr. Afdal,
Sp.A, M.Biomed selaku perseptor dari Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, dr. Fitrianti
Adnan dan dr. Prima Shandya D. selaku perseptor dari Puskesmas Bungus serta semua pihak
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik
dan saran yang membangun dari semua pembaca sangat di harapkan. Semoga laporan
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Gizi buruk merupakan salah satu dari empat masalah gizi utama di Indonesia.
Prevalensi yang tinggi terdapat pada anak di bawah umur lima tahun (balita) serta pada
ibu hamil dan menyusui. Berdasarkan Riskesdas 2007, 13% balita menderita gizi
kurang dan 5,4% balita menderita gizi buruk. Pada Risdesdas 2010, 13% balita
menderita gizi kurang sedangkan angka gizi buruk turun menjadi 4,9% 1,2.
KEP derajat ringan-sedang (gizi kurang) dan KEP derajat berat (gizi buruk). Gizi
kurang belum menunjukkan gejala klinis yang khas, hanya dijumpai gangguan
pertumbuhan dan anak tampak kurus. Pada gizi buruk, di samping gejala klinis
didapatkan kelainan biokimia sesuai dengan bentuk klinis. Pada gizi buruk didapatkan 3
Kwashiorkor adalah sindrom klinis yang diakibatkan dari defisiensi protein berat
dan asupan kalori yang tidak adekuat. Penyebab terjadinya kwashiorkor adalah
secara umum mempunyai ciri-ciri pucat, kurus, atrofi pada ekstremitas, adanya edema
Pentingnya memperhatikan asupan makanan bagi anak harus disadari oleh semua
orang tua agar tidak terjadi defisit kronis yang menyebabkan marasmik kwashiorkor. Di
sisi lain orang tua tidak semua paham akan nutrisi yang diperlukan bagi pertumbuhan
anak. Orang tua juga perlu mengetahui ciri-ciri bila anak menderita kwashiokor dan
4
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
dan fungsi spesifik. Dampak dari ketidakseimbangan nutrisi pada anak berbeda
Gizi buruk merupakan status kondisi seseorang yang kekurangan nutrisi, atau
nutrisinya di bawah standar rata-rata. Status gizi buruk dibagi menjadi tiga bagian,
duanya. Gizi buruk ini biasanya terjadi pada anak balita (bawah lima tahun) dan
ditampakkan oleh membusungnya perut (busung lapar). Gizi buruk adalah suatu
kondisi di mana seseorang dinyatakan kekurangan zat gizi, atau dengan ungkapan
lain status gizinya berada di bawah standar rata-rata. Zat gizi yang dimaksud bisa
berupa protein, karbohidrat dan kalori. Gizi buruk adalah bentuk terparah dari
Anak balita (bawah lima tahun) sehat atau kurang gizi dapat diketahui dari
pertambahan berat badannya tiap bulan sampai usia minimal 2 tahun (baduta).
Apabila pertambahan berat badan sesuai dengan pertambahan umur menurut suatu
standar organisasi kesehatan dunia, dia bergizi baik. Kalau sedikit dibawah standar
disebut bergizi kurang yang bersifat kronis. Apabila jauh dibawah standar dikatakan
bergizi buruk.
2.2 Epidemiologi
6
Menurut Departemen Kesehatan (2004), pada tahun 2003 terdapat sekitar
27,5% (5 juta balita kurang gizi), 3,5 juta anak (19,2%) dalam tingkat gizi kurang,
dan 1,5 juta anak gizi buruk (8,3%). WHO (1999) mengelompokkan wilayah
berdasarkan prevalensi gizi kurang ke dalam 4 kelompok yaitu: rendah (di bawah
bahwa jumlah BALITA yang BB/U < -3 SD Z-score WHO-NCHS sejak tahun 1989
meningkatkan dari 6,3 % menjadi 7,2 % tahun 1992 dan mencapai puncaknya
11,6% pada tahun 1995. Upaya Pemerintah antara lain melalui pemberian
kesehatan, berhasil menurunkan angka gizi buruk menjadi 10,1% pada tahun 1998,
8,1% pada tahun 1999, dan 6,3% tahun 2001. Namun pada tahun 2002 terjadi
2.3 Etiologi
a) Penyebab Langsung.
penyakit infeksi, cacat bawaan dan menderita penyakit kanker. Anak yang
mendapat makanan cukup baik tetapi sering diserang penyakit atau demam
7
Berupa ketersediaan Pangan rumah tangga, perilaku, pelayanan kesehatan.
pangan dan kesempatan kerja. Oleh karena itu untuk mengatasi gizi buruk
Secara garis besar gizi buruk disebabkan oleh karena asupan makanan
yang kurang atau anak sering sakit, atau terkena infeksi. Asupan makanan
yang kurang disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain tidak tersedianya
bergizi seimbang, dan pola makan yang salah. Kaitan infeksi dan kurang gizi
infeksi.
2.4 Patofisiologi
Patofisiologi gizi buruk pada balita adalah anak sulit makan atau anorexia bisa
terjadi karena penyakit akibat defisiensi gizi, psikologik seperti suasana makan,
ini merupakan nutrisi yang penting bagi rambut. Pasien juga mengalami rabun
senja. Rabun senja terjadi karena defisiensi vitamin A dan protein. Pada retina ada
sel batang dan sel kerucut. Sel batang lebih hanya bisa membedakan cahaya terang
dan gela. Sel batang atau rodopsin ini terbentuk dari vitamin A dan suatu protein. Jika
8
cahaya terang mengenai sel rodopsin, maka sel tersebut akan terurai. Sel tersebut akan
mengumpul lagi pada cahaya yang gelap. Inilah yang disebut adaptasi rodopsin.
Adaptasi ini butuh waktu. Jadi, rabun senja terjadi karena kegagalan atau kemunduran
adaptasi rodopsin.
Turgor atau elastisitas kulit jelek karena sel kekurangan air (dehidrasi). Reflek
patella negatif terjadi karena kekurangan aktin myosin pada tendon patella dan
degenerasi saraf motorik akibat dari kekurangn protein, Cu dan Mg seperti gangguan
terjadi kekurangan protein, maka terjadi penurunan pembentukan lipoprotein. Hal ini
membuat penurunan HDL dan LDL. Karena penurunan HDL dan LDL, maka lemak
lemak di hepar.
Tanda khas pada penderita kwashiorkor adalah pitting edema. Pitting edema
adalah edema yang jika ditekan, sulit kembali seperti semula. Pitting edema
Jika hal ini terjadi, maka terjadi ekstravasasi plasma ke intertisial. Plasma masuk ke
intertisial, tidak ke intrasel, karena pada penderita kwashiorkor tidak ada kompensansi
dari ginjal untuk reabsorpsi natrium. Padahal natrium berfungsi menjaga keseimbangan
cairan tubuh. Pada penderita kwashiorkor, selain defisiensi protein juga defisiensi
multinutrien. Ketika ditekan, maka plasma pada intertisial lari ke daerah sekitarnya
karena tidak terfiksasi oleh membran sel dan mengembalikannya membutuhkan waktu
yang lama karena posisi sel yang rapat. Edema biasanya terjadi pada ekstremitas bawah
9
Terdapat 3 tipe gizi buruk adalah marasmus, kwashiorkor, dan marasmus-
kwashiorkor. Perbedaan tipe tersebut didasarkan pada ciri-ciri atau tanda klinis dari
1) Marasmus 5
Malnutrisi berat pada bayi sering ada di daerah dengan makanan tidak
cukup atau hygien jelek. Gambaran klinis marasmus berasal dari masukan kalori
yang tidak cukup karena diet yang tidak cukup, karena kebiasaan makan yang
tidak tepat seperti mereka yang hubungan orangtua-anak terganggu, atau karena
kehilangan berat badan sampai berakibat kurus, dengan kehilangan turgor pada
kulit sehingga menjadi berkerut dan longgar karena lemak subkutan hilang.
Lemak pada daerah pipih adalah bagian terakhir yang hilang sehingga untuk
beberapa waktu muka bayi tampak relative normal sampai nantinya menyusut
dan berkeriput. Abdomen dapat kembung atau datar dan gambaran usus dapat
dengan mudah dilihat. Terjadi atrofi otot dengan akibat hipotoni. Suhu biasanya
menurun. Mula-mula bayi mungkin rewel, tetapi kemudian menjadi lesu dan
nafsu makan hilang. Bayi biasanya konstipasi, tetapi dapat muncul diare dengan
Ciri dari marasmus menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (2004) antara lain:
terbungkus kulit.
b. Perubahan mental
10
c. Kulit kering, dingin dan kendur
g. Otot atrofi sehingga tulang terlihat jelas, Iga gambang dan perut cekung
2) Kwashiorkor 5
Penampilan tipe kwashiorkor seperti anak yang gemuk (suger baby), bilamana
dibagian tubuh lainnya terutama dipantatnya terlihat adanya atrofi. Tampak sangat
kurus dan atau edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh
b. Rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung dan mudah dicabut,
pada penyakit kwashiorkor yang lanjut dapat terlihat rambut kepala kusam.
penderita.
f. Pembesaran hati, hati yang membesar dengan mudah dapat diraba dan terasa
kenyal pada rabaan permukaan yang licin dan pinggir yang tajam. Pada
11
biopsi hati ditemukan perlemakan, bisa juga ditemukan biopsi hati yang
hampir semua sela hati mengandung vakuol lemak besar. Sering juga
bercak-bercak putih atau merah muda dengan tepi hitam ditemukan pada
bagian tubuh yang sering mendapat tekanan. Terutama bila tekanan itu
seperti pada bokong, fosa poplitea, lutut, buku kaki, paha,lipat paha, dan
3). Marasmik-Kwashiorkor
dan marasmus. Makanan sehari-hari tidak cukup mengandung protein dan juga
12
kwashiorkor, seperti edema, kelainan rambut, kelainan kulit, sedangkan kelainan
a. Anoreksia
b. Pneumonia berat
c. Anemia berat
d. Dehidrasi berat
f. Penurunan kesadaran
b.6 Diagnosis
1. Antropometri
a. Berat badan
b. Tinggi badan
c. Lingkar lengan
13
2. Statistik
a. Z score
b. CDC 2000
3. Anamnesis :
Keluhan yang sering ditemukan adalah pertumbuhan yang kurang, anak kurus, atau berat
badannya kurang. Selain itu ada keluhan anak kurang/tidak mau makan, sering
menderita sakit yang berulang atau timbulnya bengkak pada keduakaki, kadang
4. Pemeriksaan Fisik
2 Anemia
5 Pembesaran hati
7 Atrofi otot
8 Edema simetris pada kedua punggung kaki, dapat sampai seluruh tubuh
14
a)
Pemeriksaan laboratorium: kadar gula darah, darah tepi lengkap, feses
hipoplasia kronis sumsum tulang di samping karena asupan zat besi yang
kurang dalam makanan, kerusakan hati dan gangguan absorbsi. Selain itu
c) Tes mantoux
d) EKG
b.8 Tatalaksana
Dalam proses pengobatan KEP berat terdapat 3 fase, adalah fase stabilisasi,
fase transisi dan fase rehabilitasi. Petugas kesehatan harus trampil memilih
langkah mana yang cocok untuk setiap fase. Tatalaksana ini digunakan baik
1) Fase Stabilisasi
Diberikan makanan formula 75 (F-75) dengan asupan gizi 80-100
KKal/kgBB/hari dan protein 1-1,5 g/KgBB/hari. ASI tetap diberikan pada anak
2) Fase Transisi
Pada fase transisi ada perubahan pemberian makanan dari F-75 menjadi F-
100. Diberikan makanan formula 100 (F-100) dengan asupan gizi 100-150
3) Fase Rehabilitasi
15
Diberikan makanan seperti pada fase transisi yaitu F-100, dengan
dan untuk anak dengan BB > 7 kg diberikan makanan anak. Asupan gizi 150-
sebelum pulang. Anak tetap melakukan kontrol (rawat jalan) pada bulan I satu
kali/ minggu, bulan II satu kali/ 2 minggu, selanjutnya sebulan sekali sampai
a. Hipoglikemia
Semua anak dengan gizi buruk berisiko hipoglikemia (kadar gula darah
< 3 mmol/L atau < 54 mg/dl) sehingga setiap anak gizi buruk harus diberi
makan atau larutan glukosa/gula pasir 10% segera setelah masuk rumah sakit
(lihat bawah). Pemberian makan yang sering sangat penting dilakukan pada
memungkinkan.
larutan glukosa atau gula 10% (1 sendok teh munjung gula dalam 50 ml
16
Bila masih mendapat ASI teruskan pemberian ASI di luar jadwal
pemberian F-75.
Jika anak tidak sadar (letargis), berikan larutan glukosa 10% secara
Beri antibiotik.
b. Hipotermia
Segera beri makan F-75 (jika perlu, lakukan rehidrasi lebih dulu).
anak) atau lampu di dekatnya, atau letakkan anak langsung pada dada
c.
Dehidrasi
Jangan gunakan infus untuk rehidrasi, kecuali pada kasus dehidrasi berat
dengan syok.
17
beri 5 ml/kgBB setiap 30 menit untuk 2 jam pertama
dengan F-75 dengan jumlah yang sama, setiap jam selama 10 jam.
Jumlah yang pasti tergantung seberapa banyak anak mau, volume tinja
Jika masih diare, beri ReSoMal setiap kali diare. Untuk usia < 1 th: 50-
100ml setiap buang air besar, usia 1 th: 100-200 ml setiap buang air
besar.
kadar natrium serum mungkin rendah. Edema dapat diakibatkan oleh keadaan
e. Infeksi
18
Pada gizi buruk, gejala infeksi yang biasa ditemukan seperti demam,
seringkali tidak ada, padahal infeksi ganda merupakan hal yang sering terjadi.
Oleh karena itu, anggaplah semua anak dengan gizi buruk mengalami infeksi
saat mereka datang ke rumah sakit dan segera tangani dengan antibiotik.
Jika tidak ada komplikasi atau tidak ada infeksi nyata, beri
ATAU, jika tidak tersedia amoksisilin, beri Ampisilin per oral (50
DITAMBAH:
Meskipun sering ditemukan anemia, jangan beri zat besi pada fase awal,
tetapi tunggu sampai anak mempunyai nafsu makan yang baik dan mulai
19
Tatalaksana:
Multivitamin
Seng (2 mg Zn elemental/kgBB/hari)
rehabilitasi)
Kriteria sembuh:
Bila BB/TB atau BB/PB > -2 SD dan tidak ada gejala klinis dan memenuhi
turut
f. Selera makan sudah baik, makanan yang diberikan dapat dihabiskan.
20
Tabel 2.2 Komposisi F-75, F-100, F-135
21
Gambar 2.1 Alur Pelayanan Anak Gizi buruk di RS/ Puskesmas Rawatan
22
Gambar 2.2 Hasil Pemeriksaan dan Tindakan pada Anak Gizi Buruk
2.10. Komplikasi
lemahnya sistem imun. Tinggi maksimal dan kempuan potensialuntuk tumbuh tidak
akan pernah dapat dicapai oleh anak dengan riwayatkwashiorkor. Bukti secara statistik
mengemukakan bahwa kwashiorkor yangterjadi pada awal kehidupan (bayi dan anak-
anak) dapat menurunkan IQ secara permanen. Komplikasi lain yang dapat ditimbulkan
2. Hiperpigmentasi kulit
3. Edema anasarka
6. Hipoglikemia, hipomagnesemia
Refeeding syndrome adalah salah satu komplikasi metabolik dari dukungan nutrisi
hipomagnesemia. Hal ini terjadi sebagai akibat perubahan sumber energi utama
metabolisme tubuh, dari lemak pada saat kelaparan menjadi karbonhidrat yang
diberikan sebagai bagian dari dukungan nutrisi, sehingga terjadi peningkatan kadar
Secara klinis pasien dapat mengalami disritmia,gagal jantung, gagal napas akut, koma
paralisis, nefropati, dan disfungsi hati. Oleh sebab itu dalam pemberian dukungan
LAPORAN KASUS
Pekerjaan/pendidikan : -
Alamat : Cindakir
Jumlah Saudara :-
Rp1.000.000/bulan.
Kondisi Rumah :
o Rumah permanen, milik nenek dari ibu pasien, perkarangan cukup luas,
o Listrik ada
o Sumber air : sumur (dari tetangga) dan Pamsimas ( tidak lancer) . Air minum :
air galon
o Jamban dan kamar mandi tidak ada. Kegiatan mandi , buang air kecil, dan
buang air besar di lakukan di kamar mandi tetangga. Di belakang rumah ada
tempat yang dijadikan tempat buang air kecil dengan air yang di bawa dari
sumur tetangga.
o Sampah dibakar di belakang rumah
o Jumlah penghuni 8 orang: pasien tinggal bersama kedua orang tua, kedua
3.4 Anamnesis
Keluhan Utama
Demam sejak 3 hari yang lalu, tidak tinggi, hilang timbul, tidak menggigil dan tidak
berkeringat.
Batuk sejak 2 hari yang lalu, berdahak sedikit.
Pilek sejak 2 hari yang lalu, ingus encer dan selalu mengalir keluar, berwarna putih.
Sesak nafas tidak ada
Berak-berak encer tidak ada
Mual muntah tidak ada
Berat badan anak hanya 9 kg, anak tampak kurus
Tidak ada riwayat berak-berak encer
Buang air kecil warnanya biasa
Buang air besar warna dan konsistensi biasa
Anak sudah bisa berjalan dan berbicara > 20 kata
Anak jarang kontrol berat badan dan tinggi badan ke pelayanan kesehatan
Anak sebelumnya pernah dikonsulkan ke Poli Gizi Puskesmas Bungus berdasarkan
rujukan dari Posyandu karena berat badan di bawah garis merah (BGM).
Anak sudah diberi makanan biasa saring dengan komposisi nasi, lauk-pauk dan
sayuran dari usia 1 tahun. Ibu pasien tidak pernah teratur memberi makanan. Jika
pasien menolak makanan tersebut ibu pasien pun berhenti menyuapi tanpa ada usaha
untuk membujuk pasien. Selain itu, jarak antara jam makan sangat panjang serta tidak
ada makanan selingan di antara jam makan. Pasien mengonsumsi makanan biasa
terlampir)
Hygiene dan sanitasi lingkungan buruk
Ayah bekerja sebagai nelayan, ibu IRT
Panjang Badan : 87 cm
Berat Badan : 9 kg
Kepala
Bulat, simetris
Rambut
Mata
Telinga
Hidung
Tenggorokan
Leher
Dada Paru
Dada Jantung
Abdomen
Palpasi : Supel, hepar teraba pinggir tajam, permukaan rata, lien tidak teraba
Perkusi : Timpani
Punggung
Alat Kelamin
A1P1G1
Anus
Anggota Gerak
Edem -/-
Laboratorium
Belum dilakukakan
Darah rutin
3.5 Diagnosis
Diagnosis Kerja : ISPA
3.6 Manajemen
Preventif :
Rajin membawa anak ke posyandu, timbang berat badan secara teratur minimal 1 kali
sebulan
Untuk ibu dan pasien memakan makanan yang bergizi seperti telur, tahu, tempe,
sayur, ikan dan daging sehingga meningkatkan daya tahan tubuh, dan tidak mudah
Memberi makan dalam porsi kecil tetapi sering serta tidak memberikan susu formula
Membuat sendiri cemilan untuk anak yang bergizi dan dijaga kebersihannya.
kunjungan ke posyandu
Orang tua harus mulai membuka diri, dan menerima masukan dari berbagai pihak
Promotif :
mengalami gizi kurang karena berat badannya tidak sesuai dengan tinggi badan dan
umurnya. Hal ini kemungkinan besar disebabkan karena asupan yang kurang. Asupan
kurang bisa karena porsi yang sedikit atau frekuensi pemberian makanan yang sedikit
atau gabungan keduanya. Untuk itu anak perlu diberikan PMT pemulihan.
Menjelaskan kepada orangtua pasien bahwa PMT pemulihan bukanlah sumber asupan
anak, juga penting untuk mencegah agar tidak tidak terkena penyakit seperti infeksi.
Memberikan penyuluhan tentang gizi, gizi kurang dan makanan yang bisa diberikan
- Karbohidrat : nasi
imunisasi akan membentuk kekebalan tubuh sehingga anak akan terhindar dari
Menjelaskan pentingnya memantau berat badan dan tinggi badan anak secara berkala.
Kuratif :
Mengobati infeksi
Rehabilitatif :
Menimbang berat badan tiap bulan meskipun telah mencapai berat badan
R/ Paracetamol 90 mg
Mf pulv dtd no X
3 dd pulv I
R/ Ambroxol 6 mg
mf pulv dtd No X
3 dd pulv I
Pro : An .F
Umur : 2 tahun 11 Bulan
Alamat : Cindakir
BAB IV
KELUARGA BINAAN
Jenis Usia
No Nama Status Pendidikan Pekerjaan
Kelamin (Thn)
2 tahun
7 MF Laki-laki Pasien - -
11 bulan
o Memiliki kartu BPJS, keluarga ini dapat mengakses layanan kesehatan baik di
Perilaku individu/keluarga
o Perilaku hidup bersih kurang. Lingkungan rumah kurang bersih dan tidak
o Kebiasaan dan perilaku hidup tidak sehat dalam keluarga ada, yaitu ayah
Rendahnya penghasilan ayah pasien membuat pasien tidak bisa diberikan asupan gizi
yang seimbang dan mencukupi sesuai dengan kebutuhan pasien. Hal ini membuat
dalam tahap pertumbuhan sehingga tidak ada motivasi bagi keluarga pasien untuk
sendiri.
Rendahnya tingkat pendidikan kedua orang tua berperan dalam kurangnya kesadaran
untuk mengalami berbagai penyakit infeksi seperti diare, ISPA, TB paru, penyakit
Solusi:
penyakit infeksi seperti diare, ISPA, TB paru, penyakit kulit dan lain sebagainya.
2 Menjaga kebersihan badan dengan mandi 2x sehari dan keringkan badan setelah
mandi.
5 Menjaga kebersihan kuku dan memotong kuku jika sudah mulai panjang.
anggota keluarga
Solusi:
2. Menerangkan bahwa keadaan ini disebabkan oleh kurangnya asupan makanan pada
pasien.
3. Menerangkan akibat dan komplikasi yang akan timbul jika keadaan gizi buruk ini
berlangsung lama.
14 Januari 2017
Pemeriksaan fisik
BB: 9 kg
PB: 87 cm
Lingkar kepala: 43 cm
Tindak lanjut
Memotivasi ibu untuk lebih gigih lagi dalam memberikan makanan pada pasien.
Memotivasi ibu untuk lebih meningkatkan asupan makanannya agar bayi yang
dikandungnya sehat
Mengingatkan kembali pada ibu pasien bahwa pasien harus dapat menghabiskan 3
porsi nasi per hari dan mendampingi dengan cemilan di antara jam makan. Jika anak
tidak mau makan berikan makanan lain yang juga bergizi seperti biskuit, atau bubur
kacang padi
Menjaga kebersihan pasien dengan mandi dengan air hangat 2 kali sehari
Jika anak demam segera dikompres air hangat dan beri parasetamol
Mengidentifikasi lagi masalah yang terdapat di keluarga dan pada pengamatan ketika
kunjungan pertama diambil kesimpulan bahwa status ekonomi keluarga pasien tidak
terlalu rendah dan faktor yang lebih berpengaruh pada kurangnya asupan pasien
adalah rendahnya pengetahuan keluarga pasien tentang gizi seimbang pada bayi dan
ibu hamil.
Pemeriksaan fisik
BB: 9 kg
PB: 87 cm
Lingkar kepala: 43 cm
Tindak lanjut
Menerangkan dengan media leaflet tentang gizi seimbang untuk anak dan ibu hamil
Menjelaskan mengenai pola hidup bersih dan sehat, mengenai rumah yang sebaiknya
jendela harus selalu dibuka agar udara bisa bertukar, membersihkan rumah dan selalu
Menjelaskan agar ayah pasien jangan merokok ketika berada didekat pasien dan di
dalam rumah
4.5 Hasil
Hasil pencapaian yang didapat dari serangkaian kegiatan yang telah dilakukan dalam
1. Keluarga pasien paham dengan penyakit yang diderita pasien dan mengerti dengan
2. Ibu pasien sudah mengerti bahwa pasien menderita gizi kurang dan tahu bagaiamana
3. Ibu pasien juga mengerti bahwa gizi saat hamil berbeda dengan saat tidak hamil dan
4. Ibu pasien juga sudah mengerti pentingnya ke posyandu setiap bulan baik mengenai
Menjaga kebersihan rumah dengan membuka jendela agar sirkulasi udara lancar
LAMPIRAN GAMBAR