PENDAHULUAN
I.3 Manfaat
I.3.1 Manfaat Teoritis
a. Memberikan informasi mengenai keracunan Metanol dalam kehidupan
sehari-hari.
b. Memberikan informasi tentang tata cara penatalaksanaan keracunan
Metanol.
1.1.1. Manfaat Praktis
Mengetahui gejala, terapi dan identifikasi korban keracunan Metanol.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Farmakologi
2.2.1 Farmakokinetik
a. Absorbsi
Metanol dapat diabsorbsi kedalam tubuh melalui saluran pencernaan,
kulit, saluran pernafasan yaitu paru-paru dan didistribusikan ke dalam cairan
tubuh. Kecepatan absorbsi dari metanol tergantung dari beberapa faktor, dua faktor
yang paling berperan adalah konsentrasi metanol dan ada tidaknya makanan dalam
saluran cerna. Metanol dalam bentuk larutan lebih lambat diserap dibanding
dengan metanol yang murni dan adanya makanan dalam saluran cerna terutama
lemak dan protein akan memperlambat absorbsi metanol dalam saluran
cerna. Setelah diabsorbsi, metanol didistribusi ke seluruh jaringan dan cairan
tubuh kecuali jaringan lemak dan tulang, disini konsentrasi metanol paling
rendah.3
b. Distribusi
Setelah diabsorbsi, metanol didistribusikan ke seluruh jaringan dan cairan
tubuh kecuali jaringan lemak dan tulang. Metanol didistibusikan secara luas dalam
cairan tubuh dengan volume distribusi 0,6 L/kg. Hal inilah yang menunjukkan
bahwa organ mata mengalami gangguan yang sangat besar walupun metanol yang
3
masuk kedalam tubuh relatif kecil. 1 Setelah diabsorbsi metanol akan
didistribusikan secara cepat pada jaringan tubuh dan kadar puncaknya dalam
darah dapat tercapai 30-90 menit setelah paparan. 4
c. Metabolisme
Metabolisme metanol tidak bergantung pada konsentrasinya di dalam
darah. Metanol secara perlahan dimetabolisme di hati. Metanol beracun melalui
dua mekanisme. Pertama metanol yang telah masuk kedalam tubuh baik melalui
menelan menghirup atau diserap melalui kulit dapat menekan saraf pusat seperti
yang terjadi pada keracunan etanol. Kedua metanol beracun setelah mengalami
pemecahan oleh enzim alkohol dehidrogenase di hati menjadi asam format
dan formaldehida.4 Dosis yang berbahaya dapat terjadi bila seseorang
terekspos terus menerus terhadap uap metanol atau cairan metanol tanpa
menggunakan pelindung. Dosis yang mematikan adalah 100-125 ml (4 fl oz),
dimana dosis yang mematikan tersebut bisa didapatkan sebesar 80 mg/100 ml
didalam darah dan didalam urine per 100 ml.4
Cara kerja metanol sama dengan cara kerja etanol. Metanol lebih
bersifat toksik dibandingkan dengan etanol. Toksisitas metanol semakin
meningkat disebabkan oleh stukturnya yang tidak murni. Selama penelanan
metanolsecara cepat diabsorbsi dalam traktus gastrointestinaldan dimetabolisme
di hati. Pada langkah pertama dari degradasi, metanol diubah menjadi formaldehid
oleh enzim alkohol dehidrogenase. Reaksi ini lebih lambat dari reaksi kedua,
oksidasi dari formaldehid menjadi asam format oleh enzim aldehid dehidrogenase.
Oksidasi ini berlangsung cepat sehingga hanya sedikit formaldehid yang
terakumulasi dalam serum. Hal ini menjelaskan latensi dari gejala antara
penelanan dan timbulnya efek. Waktu paruh dari formaldehid adalah sekitar 1-2
menit.2
4
konsentrasi di dalam darah.5
Metanol yang telah diabsorbsi, dimetabolisme di dalam tubuh di hepar
melalui proses oksidasi. Secara normal, tubuh dapat memetabolisme 10 gms
metanol murni. Jika dikonsumsi berlebihan, konsentrasi metanol dalam darah akan
meningkat dan orang tersebut akan mulai menunjukkan keluhan dan gejala
keracunan alkohol, kecuali orang tersebut telah mengalami toleransi terhadap
metanol. Metanol dalam jumlah yang maksimum yaitu 300 ml metanol murni,
dapat dimetabolisme dalam tubuh dalam 24 jam.2
d. Ekskresi
Metanol dapat dikeluarkan dengan membuat muntah dan dalam jumlah
kecil diekskresikan melalui pernafasan, keringat, dan urin. Sekitar 3% dari
metanol diekskresikan melalui paru atau diekskresikan melalui urin. Metanol
diekskresikan secara lambat dari dalam tubuh. 2 Metanol diekskresikan dan masih
bisa didapatkan didalam tubuh selama 4 hari setelah pemberian dosis tunggal.
Apabila kadarnya dalam darah rendah, waktu paro metanol adalah 2-3 jam. Pada
intoksikasi ringan, waktu paro antara 14-20 jam. Namun apabila kadar dalam
darahnya meningkat sampai melebihi 300mg/ml (intoksikasi berat) waktu
paronya menjadi 27 jam (24-30). Jika keadaan ini terjadi makan sejumlah besar
metanol akan dieliminasi dalam bentuk yang tidak berubah melalui paru dan
ginjal. Selama terapi dengan etanol, waktu paro metanol menjadi 30-52 jam. 2
2.2.2 Farmakodinamik
Metanol dioksidasi di hati oleh alkohol dehidrogenase menjadi
formaldehide yang dalam perjalanannya dioksidasi menjadi asam format.
5
Asam format tersebut 6x lebih beracun daripada metanol. Asam format ini
menyebabkan asidosis dan produksi lokal formaldehide pada retina
diperkirakan sebagai penyebab terjadinya edema retina dan kebutaan yang
menjadi karakteristik dari keracunan metanol. 2
2.2.3 Toksikologi
Metanol adalah golongan alkohol alifatik yang kadar toksisitas akutnya
paling kecil pada hewan, tetapi karena kecepatan metabolismenya lambat dapat
menyebabkan toksisitas kronis yang berat. Onset dan gejalanya dapat tertunda
lebih dari 36 jam. Gejalanya antara lain nyeri saluran cerna atas yang berat,
gangguan penglihatan sampai kebutaan permanen, asidosis berat dan koma yang
berkepanjangan bahkan sampai meninggal akbat gagal nafas..12
Dosis yang berbahaya dapat terjadi bila seseorang terekspos terus
menerus terhadap uap metanol atau cairan metanol tanpa menggunakan
pelindung. Dosis yang dapat mematikan pada tiap individu berbeda-beda mulai
dari 30 ml sampai 500 ml. Metanol lebih bersifat toksik dibandingkan dengan
etanol. Toksisitas metanol semakin meningkat disebabkan oleh stukturnya yang
tidak murni. Keracunan metanol dapat menyebabkan gangguan pada hepar dan
ginjal. Dosis yang mematikan adalah 100-125 ml (4 fl oz), dimana dosis yang
mematikan tersebut bisa didapatkan sebesar 80 mg/100 ml didalam darah dan
didalam urine per 100 ml.4
Gejala awal yang timbul setelah keracunan metanol adalah gejala yang
terjadi karena depresi sistem saraf pusat seperti sakit kepala, pusing, mual,
koordinasi terganggu, kebingungan dan pada dosis yang tinggi tidak sadarkan diri
dan kematian. Gejala awal ini lebih ringan dari yang terjadi pada keracunan etanol.4
Bila gejala awal telah dilalui rangkaian kedua dari gejala, terjadi 10-30 jam
setelah paparan awal terhadap metanol. Akumulasi asam format pada saraf
optik dapat menyebabkan penglihatan kabur. Hilangnya penglihatan secara total
dapat disebabkan oleh berhentinya fungsi mitokondria pada saraf optik dimana
terjadi hiperemi, edema dan atropi saraf optik. Demielinisasi saraf optik juga dapat
terjadi karena penghancuran mielin oleh asam format. Akumulasi asam
format didalam darah dapat menyebabkan asidosis metabolik. Interval antara
masuknya racun sampai timbulnya gejala berhubungan dengan volume metanol
6
yang tertelan. Kadar metanol dalam darah mencapai puncaknya setelah 30-90
menit. Dosis letal minimal adalah 1 mg/kg bb. Asidosis merupakan faktor primer
dari keracunan metanol dan depresi dari sistem saraf pusat adalah faktor yang
minor Ketika metabolime metanol telah berlangsung asidosis metabolik
dengan anion gap yang berat akan terjadi. Asidosis metabolik yang berat yang
berhubungan dengan gangguan penglihatan adalah tanda dari keracunan metanol.
Pasien biasanya mengalami penglihatan kabur, penglihatan ganda, atau
perubahan dari persepsi warna. Bisa juga terjadi pengecilan lapangan pandang
dan terkadang kehilangan penglihatan secara total. Tanda khas dari disfungsi
penglihatan termasuk dilatasi pupil dan hilangnya reflek pupil.2
Tanda dan gejala lebih lanjut dapat terjadi pernafasan dangkal, sianosis,
takipneu, koma, kejang, gangguan elektrolit dan perubahan hemodinamik yang
bervariasi termasuk hipertensi dan cardiac arrest. Dapat juga terjadi
gangguan memori yang ringan sampai berat, agitasi yang dapat berlanjut menjadi
stupor dan koma sejalan dengan memberatnya asidosis. Pada kasus yang berat
dapat terjadi kematian. Pasien yang bertahan dapat menderita gejala sisa seperti
kebutaan yang permanen atau defisit neurologis yang lain.2
Jika pasien dapat bertahan selama fase akut akan terjadi resorpsi jaringan
putamen yang mengalami infark selama perdarahan menjadi suatu rongga kistik di
dalam nuclei dari putamen, beberapa dari pasien ini dapat mengalami sindrom
Parkinson.7
2.4 Pemeriksaan Tambahan
2.4.1 Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan lab pada ginjal didapatkan rendahnya kadar bikarbonat serum
karena terjadi asidosis metabolik. Peningkatan anion gap disebabkan karena
peningkatan kadar laktat dan keton, hal ini dapat terjadi kemungkinan karena
akumulasi asam format. Dapat juga terjadi peningkatan osmolar gap, hal ini bukan
merupakan temuan yang spesifik karena menunjukkan adanya suatu larutan
dengan berat molekul rendah seperti etanol, alkohol lain, mannitol, glisin, lemak
atau protein. Diagnosis definitive dari keracunan metanol dapat dilihat dari
peningkatan kadar metanol serum yang dapat diukur dengan gas chromathography
namun hal ini tidak berkorelasi dengan tingkat keracunan dan merupakan
indikator yang baik untuk prognosis.5
7
2.4.2 Imaging
Gambar 2 CT scan pada hari ke lima menunjukkan adanya perdarahan pada putamen.9
Gambar 3 CT Scan Pre (A) dan Post kontras (B) pada hari ke 24 menunjukkan
8
hilangnya volume putamen secara bilateral dan adanya lesi putamen dan
subkortikal.9
2.5. Diagnosis
Diagnosa intoksikasi metanol sulit ditegakkan, karena biasanya riwayat
yang lengkap mengenai kemungkinan papran terhadap metanol sulit didapat.
Diagnosa membutuhkan ke dua data, baik klinik maupun laboratorium.Data klinik
berdasarkan gejala serta tanda fisiknya tidak spesifik, namun penemuan kelainan
fisik dan keluhan pada mata serta asidosis metabolik yang berat seperti gap osmolar
yang tinggi dapat membuktikan diagnosa adanya intoksikasi metanol. Kelainan
pada mata dapat berupa hiperemi optik atau edema diskus optikus. Pada nafas
pasien mungkin tercium sedikit bau metanol tetapi bau ini cepat menghilang. Patut
diwaspadai bahwa pasien yang datang dengan riwayat terpapar metanol mungkin
saja terlambat dalam penemuan klinis dan laboratorium jika telah menelan metanol
dalam jumlah cukup besar.4
Mabuk
Mengantuk
9
Muntah,vertigo Asidemia format
11
dalam oksidasi pembentukan asam format menjadi CO2 pada manusia, maka
mungkin berguna untuk memberikan asam folat kepada pasien-pasien yang
keracunan metanol, meskipun belum pernah diuji secara lengkap dalam uji
klinik.3,6
2.7.1 TKP
Pada TKP dapat ditemukan sisa-sisa metanol, bisa juga didapatkan
muntahan korban dan baju korban yang berbau metanol, biasanya bau metanol ini
cepat hilang oleh karena terjadi proses penguapan.6
12
c. Jantung
Degenerasi vacuolar pada sel-sel jantung, cloudy changes pada
myocardium.2
d. Paru-paru
Pada paru-paru akan tampak kongesti dan odema, hiperemis dan
deskuamasi dari epitel bronkhus yang emfisematus.7
e. Hati
Terjadi kongesti dan degenerasi parenkimatus.2
f. Lambung dan duodenum
Pada keracunan metanol akan tampak hiperemi dan inflamasi dengan
bercak- bercak perdarahan.2
g. Pankreas
Terjadi nekrosis dan perdarahan.2
h. Ginjal
Pada ginjal menunjukkan adanya degenerasi tubular dengan patchy
nekrosis, kongesti dan dilatasi pada kapiler glomerular, terjadi kongesti berat
pada kapiler peritubular.2
i. Buli-buli
Pada mukosa kantung kemih terjadi kongesti.2
2.7.4 Pemeriksaan Toksikologi
Untuk memastikan korban meninggal akibat keracunan metanol, selain dilakukan
pemeriksaan luar dan dalam kita juga harus melakukan pemeriksaan toksikologi. Hal ini
dapat dilakukan dengan mengirimkan sampel berupa organ tubuh korban seperti lambung
dan isinya, paru-paru, ginjal, dan usus, cairan biologis seperti darah , urine dan air ludah.
Secara kualitatif, pada korban dapat ditemukan formaldehide dan asam format pada
pemeriksaan toksikologi ini. Dan untuk mendapatkan hasil pemeriksaan secara kuantitatif
dapat digunakan uji pemastian menggunakan teknik kromatografi yang dikombinasi
dengan teknik detektor lainnya, seperti: kromatografi gas - spektrofotometri massa (GC-
MS), kromatografi cair kenerja tinggi (HPLC) dengan diode-array detektor, kromatografi
cair - spektrofotometri massa (LC-MS), KLT-Spektrofotodensitometri, dan teknik
lainnya. Meningkatnya derajat spesifisitas pada uji ini akan sangat memungkinkan
mengenali identitas analit, sehingga dapat menentukan secara spesifik tolsikan yang ada.
Interpretasi tingkat konsentrasi dalam darah dan jaringan dapat dibagi menjadi tiga
13
katagori: normal atau terapeutik, toksik, dan lethal. Tingkat konsentrasi normal
dinyatakan sebagai keadaan, dimana tidak menimbulkan efek toksik pada organisme.
Tingkat konsentrasi toksik berhubungan dengan gejala membahayankan nyawa, seperti:
koma, kejang-kejang, kerusakan hati atau ginjal. Tingkat konsentrasi kematian
dinyatakan sebagai konsentrasi yang dapat menyebabkan kematian .12,13 Dosis yang
mematikan adalah 100-125 ml (4 fl oz), dimana dosis yang mematikan tersebut bisa
didapatkan sebesar 80 mg/100 ml didalam darah dan didalam urine per 100 ml.4
14
BAB III
KESIMPULAN
15
DAFTAR PUSTAKA
16