Disusun oleh:
A. Ringkasan Kasus
Hasil laporan seorang supervisor menunjukkan bahwa mengatur karyawan
merupakan salah satu tugas yang paling sulit yang harus mereka lakukan sebagai seorang
manajer, terutama mengenai masalah absensi. Ada banyak faktor yang mempengaruhi
absensi atau ketidak hadiran karyawan yang dilihat dari catatan masa lalu mereka.
Mary Schwartz dipekerjakan oleh Beach Electrical System selama sembilan
tahun. Selama enam tahun pertama kerja, dia dianggap sebagai karyawan teladan. hasil
kinerja tahunan Mary selalu di atas rata-rata atau yang luar biasa dan ia dianggap oleh
manajer sebagai seorang karyawan yang loyal dan berdedikasi. Namun, semua berubah
dengan cepat pada tahun 2004 ketika Mary akan diangkat menjadi manajernya karena dia
memiliki "masalah absensi"
Menurut catatan departemen HR, pada tahun 2008 dan 2009 Mary tidak hadir 12
persen dan 19 persen pada saat itu. Tahun terburuknya adalah pada 2010 dia absen 27,2
persen. Namun, tidak seperti karyawan yang lainnya, Mary selalu absen karena penyakit
dan diverifikasi atau kecelakaan kerja.
Atasan Mary telah berbicara kepadanya secara berkala tentang masalah kehadiran,
tapi dia tidak pernah diberi pemberitahuan peringatan lisan secara resmi atau tertulis
bahwa dia akan dipecat jika catatan kehadirannya tidak membaik.
2
tidak pernah secara resmi diperingatkan seperti yang dikatakan. Manajemen mengatakan
bahwa. Mary sangat menyadari masalah absensi, dia tidak mampu mencegah penyakitnya
yang terus saja terjadi. Selain itu, penolakannya untuk bekerja lembur pada hari Sabtu
adalah indikasi lebih lanjut dari bukti bahwa dia kurang perhatian terhadap pekerjaannya
atau kesejahteraan perusahaan.
B. Rumusan Masalah
C. Pembahasan
1. Peraturan yang seharusnya ditetapkan perusahaan terhadap Mary jika dilihat
dari hasil laporan kinerja masa lalunya.
3
tekun karyawan telah bekerja untuk meningkatkan kehadirannya. Faktor-faktor lain
yang perlu dipertimbangkan seperti (1) Bagaimana toleransi manajemen terhadap
absensi karyawan. (2) Berapa lama masalah kehadiran yang sudah berlangsung
2. Apakah manajemen memiliki hak untuk mengetahui alasan karyawan menolak
untuk bekerja lembur?
Manajemen tidak memiliki hak legal untuk mengetahui mengapa karyawan
menolak permintaan lembur. Bagaimanapun manajemen memiliki hak untuk
mempertanyakan karyawan tentang ketidakhadiran yang ditujuakan pada meraka dan
untuk mengevaluasi respon mereka. Maka akan sulit untuk menjalankan bisnis di
mana pengusaha tidak bisa mempertanyakan karyawan mengenai ketidakhadiran dari
pekerjaan.
Di mana karyawan memiliki alasan yang sah dan rasional untuk tidak bekerja,
alasan yang biasanya diterima ketika melakukan penugasan kerja. Namun, ketika
karyawan menolak karena alasan untuk pekerjaan yang ringan, maka manajemen
akan mendisiplinkan karyawan, terutama di mana tugas pekerjaan sangat penting
untuk kinerja organisasi.
3. Evaluasi mengenai argumen Mary Schwartz dan manajemen dalam kasus
tersebut
4
sangat melemahkan kasusnya. Seandainya Mary telah diberi peringatan resmi atas
kehadirannya yang diperlukan untuk memperbaiki perilakunya, mungkin perilaku
Mery dapat diperbaiki.
4. Jika anda adalah anggota dari perusahaan Peer-Review, Apa yang akan anda
lakukan terkait kasus tersebut.
Dalam hal ini, arbiter mencatat bahwa terlalu seringnya Mery absen dari
pekerjaannya, pemecatan adalah hal yang tepat. Namun, karena manajemen
melanggar kebijakan disiplin progresif, kebijakan di mana karyawan bisa
mengharapkan kepatuhan, pemecatan bukanlah cara yang tepat. Sebagai arbiter
mencatat, Jika pengusaha bisa memilih ketika mereka terpilih untuk menerapkan
disiplin progresif untuk karyawan yang melakukan pelanggaran perilaku, maka
kebijakan tidak melayani harapan penting bagi karyawan. Dalam hal ini debit
diturunkan menjadi peringatan tertulis. Manajemen seharusnya memberitahu
mengenai disiplin progresif jika kehadiran karyawan tidak membaik.
D. Kesimpulan
Menegakkan suatu kedisiplinan penting bagi perusahaan, sebab kedisiplinan
berisikan peraturan-peraturan yang harus ditaati karyawan. Dengan kedisiplinan
diharapkan dapat membuat pekerjaan seefisien mungkin. Disiplin kerja dapat dilihat
sebagai sesuatu yang besar manfaatnya, baik bagi kepentingan organisasi maupun bagi
para karyawan. Bagi organisasi adanya disiplin kerja akan menjamin terpeliharanya tata
tertib dan kelancaran pelaksanaan tugas, sehingga diperoleh hasil yang optimal.
Sedangkan bagi karyawan akan diperoleh suasana kerja yang menyenangkan sehingga
akan menambah semangat kerja dalam melaksanakan pekerjaannya. Dengan demikian,
karyawan dapat melaksanakan tugasnya dengan penuh kesadaran serta dapat
mengembangkan tenaga dan pikirannya semaksimal mungkin demi terwujudnya tujuan
organisasi.
5
Daftar Pustaka
Snell and Bohlander. 2013. Managing Human Resources 16e. South-Western Cengage Learning
6
7