Anda di halaman 1dari 48

MANAJEMEN KESEHATAN

Dr. Novita Hasiani Simanjuntak, MARS


Pendahuluan
Sistem Kesehatan Nasional bergeser dari
sentralisasi menjadi desentralisasi sejak
tahun 2007.
Sesuai dengan UU No 22/99, UU No 25/99
, tentang Otonomi Daerah, Sehingga
pelaksanaan dan pembiayaan Kesehatan
juga dimasukkan dalam otonomi daerah.
Pelayanan Kesehatan di daerah
dilaksanakan oleh Rumah sakit Daerah
dan Puskesmas
Pelaksana Pelayanan
Kesehatan

Rumah Sakit
Puskesmas
Praktek Dokter
Klinik
Rumah Sakit
Landasan Hukum:
UU No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor
340/MENKES/PER/III/2010tentang Klasifikasi
Rumah Sakit
Defenisi: Institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
jalan, dan gawat darurat.
Rumah Sakit
Sesuai dengan UU No. 44/2009, Bab II Pasal 3,
Pengaturan penyelenggaraan Rumah Sakit bertujuan:
a. mempermudah akses masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan;
b. memberikan perlindungan terhadap keselamatan
pasien, masyarakat, lingkungan rumah sakit dan
sumber daya manusia di rumah sakit;
c. meningkatkan mutu dan mempertahankan standar
pelayanan rumah sakit; dan
d. memberikan kepastian hukum kepada pasien,
masyarakat, sumber daya manusia rumah sakit, dan
Rumah Sakit.
Rumah Sakit

Fungsi Rumah Sakit:


a. penyelenggaraan pelayanan
pengobatan dan pemulihan
kesehatan sesuai dengan standar
pelayanan rumah sakit;
b. pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan perorangan melalui
pelayanan kesehatan yang
paripurna tingkat kedua dan
ketiga sesuai kebutuhan medis;
Rumah Sakit

c. penyelenggaraan pendidikan dan


pelatihan sumber daya manusia dalam
rangka peningkatan kemampuan dalam
pemberian pelayanan kesehatan; dan
d. penyelenggaraan penelitian dan
pengembangan serta penapisan
teknologi bidang kesehatan dalam
rangka peningkatan pelayanan
kesehatan dengan memperhatikan etika
ilmu pengetahuan bidang kesehatan;
Rumah Sakit
Pemerintah dan pemerintah daerah
bertanggung jawab untuk :
a. menyediakan Rumah Sakit berdasarkan
kebutuhan masyarakat;
b. menjamin pembiayaan pelayanan
kesehatan di Rumah Sakit bagi fakir
miskin, atau orang tidak mampu sesuai
ketentuan peraturan
perundangundangan;
c. membina dan mengawasi
penyelenggaraan Rumah Sakit;
d. memberikan perlindungan kepada
Rumah Sakit agar dapat memberikan
Rumah Sakit
e. memberikan perlindungan kepada
masyarakat pengguna jasa pelayanan
Rumah Sakit sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan;
f. menggerakkan peran serta
masyarakat dalam pendirian Rumah
Sakit sesuai dengan jenis pelayanan
yang dibutuhkan masyarakat;
g. menyediakan informasi kesehatan
yangdibutuhkan oleh masyarakat;
Rumah Sakit
h. menjamin pembiayaan pelayanan
kegawatdaruratan di Rumah Sakit
akibat bencana dan kejadian luar
biasa;
i. menyediakan sumber daya
manusia yangdibutuhkan; dan
j. mengatur pendistribusian dan
penyebaran alat kesehatan
berteknologi tinggi dan bernilai
tinggi.
Rumah Sakit
Persyaratan:
(1) Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan
lokasi, bangunan, prasarana, sumber daya
manusia, kefarmasian, dan peralatan.
(2) Rumah Sakit dapat didirikan oleh
Pemerintah, Pemerintah Daerah, atau
swasta.
Jenis Rumah Sakit:
(3) Rumah Sakit Umum
(4) Rumah Sakit Khusus
Rumah Sakit

Rumah Sakit harus mempunyai


kemampuan pelayanan sekurang-
kurangnya pelayanan medik
umum, gawat darurat, pelayanan
keperawatan, rawat jalan, rawat
inap, operasi/bedah,pelayanan
medik spesialis dasar, penunjang
medik, farmasi, gizi, sterilisasi,
rekam medik, pelayanan
administrasi dan manajemen,
penyuluhan kesehatan masyarakat,
Rumah Sakit
Berdasarkan fasilitas dan kemampuan
pelayanan, Rumah Sakit Umum
diklasifikasikan menjadi :
a. Rumah Sakit Umum Kelas A;
b. Rumah Sakit Umum Kelas B;
c. Rumah Sakit Umum Kelas C;
d. Rumah Sakit Umum Kelas D.
Klasifikasi Rumah Sakit Umum ditetapkan
berdasarkan:
a. Pelayanan;
b. Sumber Daya Manusia;
c. Peralatan;
d. Sarana dan Prasarana; dan
Rumah Sakit
Rumah Sakit Umum Kelas A:
Rumah Sakit Umum Kelas A harus
mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik paling sedikit:
4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis Dasar,
5 (lima) Pelayanan Spesialis Penunjang
Medik,
12 (dua belas) Pelayanan Medik Spesialis
Lain dan
13 (tiga belas) Pelayanan Medik Sub
Spesialis.
Rumah Sakit
Rumah Sakit Umum Kelas B:
Rumah Sakit Umum Kelas B harus
mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik paling sedikit:
4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis Dasar,
4 (empat) Pelayanan Spesialis Penunjang
Medik,
8 (delapan) Pelayanan Medik Spesialis
Lainnya dan
2 (dua) Pelayanan Medik Subspesialis
Dasar.
Rumah Sakit
Rumah Sakit Umum Kelas C:
Rumah Sakit Umum Kelas C harus mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling
sedikit:
4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis Dasar dan 4
(empat)
Pelayanan Spesialis Penunjang Medik.

Rumah Sakit Umum Kelas D:


Rumah Sakit Umum Kelas D harus mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling
sedikit 2 (dua) Pelayanan Medik Spesialis Dasar.
Rumah Sakit
Jenis Rumah Sakit khusus antara
lain Rumah Sakit Khusus Ibu dan
Anak, Jantung, Kanker, Orthopedi,
Paru, Jiwa, Kusta, Mata,
Ketergantungan Obat, Stroke,
Penyakit Infeksi, Bersalin, Gigi dan
Mulut, Rehabilitasi Medik, Telinga
Hidung Tenggorokan, Bedah,
Ginjal, Kulit dan Kelamin.
Rumah Sakit
Berdasarkan fasilitas dan kemampuan
pelayanan, Rumah Sakit Khusus
diklasifikasikan menjadi :
a. Rumah Sakit Khusus Kelas A;
b. Rumah Sakit Khusus Kelas B;
c. Rumah Sakit Khusus Kelas C.
Klasifikasi Rumah Sakit Khusus
ditetapkan berdasarkan:
a. Pelayanan;
b. Sumber Daya Manusia;
c. Peralatan;
d. Sarana dan Prasarana; dan
Klinik
Sesuai dengan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 028/MENKES/PER/I/2011
tentang Klinik, defenisi Klinik
adalah: fasilitas pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan
yang menyediakan pelayanan
medis dasar dan/atau spesialistik,
diselenggarakan oleh lebih dari
satu jenis tenaga kesehatan dan
Klinik
Jenis Klinik:
1. Klinik Pratama, merupakan klinik yang
menyelenggarakan pelayanan medik
dasar, dipimpin oleh seorang dokter
umum
2. Klinik Utama, merupakan klinik yang
menyelenggarakan pelayanan medik
spesialistik atau pelayanan medik
dasar dan spesialistik, dipimpin oleh
dokter spesialis

Klinik Pratama atau Klinik Utama dapat


mengkhususkan pelayanan pada satu
Klinik
Klinik dapat diselenggarakan
oleh pemerintah, pemerintah
daerah atau masyarakat.
Klinik diselenggarakan pada
bangunan yang permanen dan
tidak bergabung dengan
tempat tinggal atau unit kerja
lainnya.
Bangunan klinik harus
memenuhi persyaratan
Klinik

Bangunan klinik harus memperhatikan


fungsi, keamanan, kenyamanan dan
kemudahan dalam pemberian pelayanan
serta perlindungan dan keselamatan bagi
semua orang termasuk penyandang cacat,
anak-anak dan orang usia lanjut
Bangunan klinik paling sedikit terdiri atas:
a. ruang pendaftaran/ruang tunggu;
b. ruang konsultasi dokter;
c. ruang administrasi;
d. ruang tindakan;
e. ruang farmasi;
f. kamar mandi/wc;
Klinik
Prasarana klinik meliputi:
a. instalasi air;
b. instalasi listrik;
c. instalasi sirkulasi udara;
d. sarana pengelolaan limbah;
e. pencegahan dan penanggulangan
kebakaran;
f. ambulans, untuk klinik yang
menyelenggarakan rawat inap; dan
g. sarana lainnya sesuai kebutuhan.
Klinik
Tenaga medis pada Klinik Pratama minimal
terdiri dari 2 (dua) orang dokter dan/atau
dokter gigi.
Tenaga medis pada Klinik Utama minimal
terdiri dari 1 (satu) orang dokter spesialis dari
masing-masing spesialisasi sesuai jenis
pelayanan yang diberikan.
Setiap tenaga medis yang berpraktik di klinik
harus mempunyai Surat Tanda Registrasi dan
Surat Izin Praktik (SIP) sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Setiap tenaga kesehatan lain yang bekerja di
klinik harus mempunyai Surat Izin sebagai
tanda registrasi/Surat Tanda Registrasi dan
Surat Izin Kerja (SIK) atau Surat Izin Praktik
Klinik
Untuk mendirikan dan menyelenggarakan
klinik harus mendapat izin dari pemerintah
daerah kabupaten/kota setelah mendapatkan
rekomendasi dari dinas kesehatan
kabupaten/kota setempat.
Izin klinik diberikan untuk jangka waktu 5
(lima) tahun dan dapat diperpanjang dengan
mengajukan permohonan perpanjangan 6
(enam) bulan sebelum habis masa berlaku
izinnya.
Pemerintah daerah kabupaten/kota dalam
waktu 3 (tiga) bulan sejak permohonan
diterima harus menetapkan menerima
Praktik Dokter
Diatur dengan:
- Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 29 Tahun 2004
Tentang Praktik Kedokteran
Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor
512/MENKES/PER/IV/2007 tentang
Izin Praktik Dan Pelaksanaan
Praktik Kedokteran
Defenisi: Praktik kedokteran
adalah rangkaian kegiatan yang
Praktik Dokter
Pengaturan praktik kedokteran bertujuan untuk :
a. memberikan perlindungan kepada pasien;
b. mempertahankan dan meningkatkan mutu
pelayanan medis yang diberikan oleh dokter
dan dokter gigi; dan
c. memberikan kepastian hukum kepada
masyarakat, dokter dan dokter gigi.
Untuk melindungi masyarakat penerima jasa
pelayanan kesehatan dan meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan dari dokter dan dokter gigi
dibentuk Konsil Kedokteran Indonesia yang terdiri
atas Konsil Kedokteran dan Konsil Kedokteran
Gigi., yang bertanggung jawab kepada Presiden
Praktik Dokter
Konsil Kedokteran Indonesia mempunyai tugas :
a. melakukan registrasi dokter dan dokter gigi;
b. mengesahkan standar pendidikan profesi dokter dan
dokter gigi; dan
c. melakukan pembinaan terhadap penyelenggaraan
praktik kedokteran yang dilaksanakan bersama
lembaga terkait sesuai dengan fungsi masing-masing.

Setiap dokter dan dokter gigi yang melakukan praktik


kedokteran di Indonesia wajib memiliki surat tanda
registrasi dokter dan surat tanda registrasi dokter gigi.

Surat tanda registrasi dokter dan surat tanda registrasi


dokter gigi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diterbitkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia.
Praktik Dokter
Untuk memperoleh surat tanda registrasi
dokter dan surat tanda registrasi dokter
gigi harus memenuhi persyaratan:
a. memiliki ijazah dokter, dokter spesialis,
dokter gigi, atau dokter gigi spesialis;
b. mempunyai surat pernyataan telah
mengucapkan sumpah/janji dokter
atau dokter gigi;
c. memiliki surat keterangan sehat fisik
dan mental;
d. memiliki sertifikat kompetensi; dan
e. membuat pernyataan akan mematuhi
Praktik Dokter
Surat tanda registrasi dokter dan surat tanda
registrasi dokter gigi berlaku selama 5 (lima)
tahun dan diregistrasi ulang setiap 5 (lima) tahun
sekali dengan tetap memenuhi persyaratan
Surat tanda registrasi tidak berlaku karena :
a. dicabut atas dasar ketentuan peraturan
perundang-undangan;
b. habis masa berlakunya dan yang bersangkutan
tidak mendaftar ulang;
c. atas permintaan yang bersangkutan;
d. yang bersangkutan meninggal dunia; atau
e. dicabut Konsil Kedokteran Indonesia.
Praktik Dokter
Setiap dokter dan dokter gigi yang
melakukan praktik kedokteran di Indonesia
wajib memiliki surat izin praktik.
Surat izin praktik dikeluarkan oleh pejabat
kesehatan yang berwenang di
kabupaten/kota tempat praktik kedokteran
atau kedokteran gigi dilaksanakan.
Surat izin praktik dokter atau dokter gigi
hanya diberikan untuk paling banyak 3
(tiga) tempat.
Satu surat izin praktik hanya berlaku untuk
1 (satu) tempat praktik.
Praktik Dokter
Untuk mendapatkan surat izin praktik
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36, dokter
atau dokter gigi harus :
a. fotokopi surat tanda registrasi dokter atau
surat tanda registrasi dokter gigi yang
diterbitkan dan dilegalisir asli oleh Konsil
Kedokteran Indonesia, yang masih berlaku.
b. surat pernyataan mempunyai tempat praktik,
atau surat keterangan dan sarana pelayanan
kesehatan sebagai tempat praktiknya;
c. surat rekomendasi dan organisasi profesi,
sesuai tempat praktik;
d. pas foto berwarna ukuran 4 X 6 sebanyak 3
(tiga) lembar dan 3 x 4 sebanyak 2 (dua)
lembar;
Praktik Dokter

Surat izin praktik masih tetap


berlaku sepanjang :
a. surat tanda registrasi dokter
atau surat tanda registrasi
dokter gigi masih berlaku; dan
b. tempat praktik masih sesuai
dengan yang tercantum dalam
surat izin praktik.
Iklan dan Publikasi Pelayanan
Kesehatan
Iklan dan Publikasi Pelayanan
Kesehatan
Fasilitas Kesehatan dapat
menyelenggarakan iklan atau
publikasi lewat media harus sesuai
dengan etika iklan dan/atau
publikasi yang diatur dalam kode
etik rumah sakit Indonesia, kode etik
masing-masing tenaga kesehatan,
kode etik pariwara, dan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Iklan dan Publikasi Pelayanan
Kesehatan
Iklan dan Publikasi Pelayanan
Kesehatan
SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL
Sesuai dengan Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 40
Tahun dan 2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional
Jaminan sosial adalah salah satu
bentuk perlindungan sosial untuk
menjamin seluruh rakyat agar
dapat memenuhi kebutuhan dasar
hidupnya yang layak.
Sistem Jaminan Sosial Nasional
adalah suatu tata cara
SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL
Asuransi sosial adalah suatu mekanisme
pengumpulan dana yang bersifat wajib yang
berasal dari iuran guna memberikan
perlindungan atas resiko sosial ekonomi yang
menimpa peserta dan/atau anggota
keluarganya
Tabungan wajib adalah simpanan yang bersifat
wajib bagi peserta program jaminan sosial.
Bantuan iuran adalah iuran yang dibayar oleh
Pemerintah bagi fakir miskin dan orang mampu
sebagai peserta program jaminan sosial.
SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL
Sistem Jaminan Sosial Nasional bertujuan untuk memberikan
jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak bagi
setiap peserta dan/atau anggota keluarganya.
Sistem Jaminan Sosial Nasional diselenggarakan berdasarkan
pada prinsip:
a. kegotong-royongan;
b. nirlaba;
c. keterbukaan;
d. kehati-hatian;
e. akuntabilitas;
f. portabilitas;
g. kepesertaan bersifat wajib;
h. dan amanat , dan
i. hasil pengelolaan Dana Jaminan Sosial dipergunakan
seluruhnya untuk pengembangan program dan untuk sebesar-
besar kepentingan peserta.
SISTEM JAMINAN SOSIAL
NASIONAL

Menurut Undang-undang Republik


Indonesia Nomor 24 Tahun 2011
Tentang Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial
Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial yang selanjutnya disingkat
BPJS adalah badan hukum yang
dibentuk untuk menyelenggarakan
program jaminan sosial.
SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL
Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial harus
dibentuk dengan Undang-Undang.
Sejak berlakunya Undang-Undang ini, badan
penyelenggara jaminan sosial yang ada
dinyatakan sebagai Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial menurut Undang-Undang ini.
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial adalah :
a. Perusahaan Perseroan (Persero) Jaminan
Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK);
b. Perusahaan Perseroan (Persero) Dana
tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri
(TASPEN);
c. Perusahaan Perseroan (Persero) Asuransi
Sosial Angkatan Bersenjata Republik
SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL
Jenis program jaminan sosial meliputi :
a. jaminan kesehatan;
b. jaminan kecelakaan kerja;
c. jaminan hari tua;
d. jaminan pensiun; dan
e. jaminan kematian.

JAMINAN KESEHATAN
Jaminan kesehatan diselenggarakan secara nasional
berdasarkan prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas.
Jaminan kesehatan diselenggarakan dengan tujuan
menjamin agar peserta memperoleh manfaat
pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam
memenuhi kebutuhan dasar kesehatan.
SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL
Peserta jaminan kesehatan adalah setiap orang yang
telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh
Pemerintah.
Anggota keluarga peserta berhak menerima manfaat
jaminan kesehatan.
Setiap peserta dapat mengikutsertakan anggota
keluarga yang lain menjadi tanggungannya dengan
penambahan iuran.
Kepesertaan jaminan kesehatan tetap berlaku paling
lama 6 (enam) bulan sejak seorang peserta mengalami
pemutusan hubungan kerja
setelah 6 (enam) bulan belum memperoleh pekerjaaan
dan tidak mampu, iurannya dibayar oleh Pemerintah.
Peserta yang mengalami cacat total tetap dan tidak
mampu, iurannya dibayar oleh Pemerintah.
SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL
JAMINAN KECELAKAAN KERJA
Jaminan kecelakaan kerja diselenggarakan secara
nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial.
Jaminan kecelakaan kerja adalah seseorang yang
telah membayar iuran.

JAMINAN HARI TUA


Jaminan hari tua diselenggarakan secara nasional
berdasarkan prinsip asuransi sosial atau tabungan
wajib.
Jaminan hari tua diselenggarakan dengan tujuan
untuk menjamin agar peserta menerima uang tunai
apabila memasuki masa pensiun, mengalami cacat
total tetap, atau meninggal dunia.
SISTEM JAMINAN SOSIAL
NASIONAL
JAMINAN PENSIUN
Jaminan pensiun diselenggarakan secara
nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial
atau tabungan wajib.
Jaminan pensiun diselenggarakan untuk
mempertahankan derajat kehidupan yang layak
pada saat peserta kehilangan atau berkurang
penghasilannya karena memasuki usia pensiun
atau mengalami cacat total tetap.
Jaminan pensiun diselenggarakan berdasarkan
manfaat pasti.
Usia pensiun ditetapkan menurut ketentuan
peraturan perundang-undangan.
SISTEM JAMINAN SOSIAL
NASIONAL
JAMINAN KEMATIAN
Jaminan kematian diselenggarakan
secara nasional berdasarkan
prinsip asuransi sosial.
Jaminan kematian diselenggarakan
dengan tujuan untuk memberikan
santunan kematian yang
dibayarkan kepada ahli waris
peserta yang meninggal dunia.
SELESAI
SELAMAT
BELAJAR

Anda mungkin juga menyukai