Hasil Pembelajaran :
1. Definisi dan Epidemiologi Appendisitis Akut
2. Etiologi dan patofisiologi Appendisitis Akut
3. Manifestasi Klinis Appendisitis Akut
4. Penegakan diagnosa appendicitis
5. Tatalaksana appendicitis
1. Subjektif :
Keluhan Utama: Nyeri perut kanan bawah sejak 3 hari yang lalu.
Awalnya nyeri dirasakan di ulu hati lalu berpindah ke perut kanan bawah. Nyeri terasa
semakin hebat sejak 1 hari ini. Demam ada sejak 4 hari yang lalu, tidak tinggi, tidak
menggigil, tidak terus menerus, dan tidak berkeringat. Nafsu makan berkurang semenjak
sakit. Mual (+), muntah tidak ada. Riwayat sakit maag tidak ada.BAB (+) Normal. BAK
tidak ada kelainan.
2. Objektif :
Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : CM
Nadi : 90x/menit
Suhu : 380 C
Status Internus
Thoraks
o Paru
o Jantung
Abdomen
Inspeksi : Tidak tampak membuncit
Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba, Nyeri tekan (+) di titik
McBurney dan epigastrium, nyeri lepas (+), rovsing (+),
Psoas sign (+), obturator sign (+), defans muskuler (-),
Tidak teraba massa di perut kanan bawah
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Rectal Toucher :
- Anus : tenang
- Sfingter : menjepit
- Mukosa : licin
- Ampula : tidak teraba massa
- Handschoen : darah (-), feses (+)
Laboratorium:
Tanggal 27 November 2014
Hb : 15,0 gr/dl
Leukosit : 25.000/mm3
Trombosit : 240.000/mm3
Hematokrit : 50, 3%
GDA : 110 mg/dl
3. Assesment :
Seorang laki-laki berumur 19 tahun berinisial Sdr. M datang ke RS. dengan keluhan
nyeri perut kanan bawah.
Dari anamnesis didapatkan riwayat perjalanan penyakit yaitu awalnya nyeri dirasakan
di ulu hati lalu berpindah ke perut kanan bawah. Nyeri terasa semakin hebat sejak 1 hari
ini. Demam ada sejak 3 hari yang lalu, tidak tinggi, tidak menggigil, tidak terus
menerus, dan tidak berkeringat. Nafsu makan berkurang semenjak sakit. Mual (+),
muntah tidak ada. Riwayat sakit maag tidak ada. BAB (+) Normal. BAK tidak ada
kelainan.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan nyeri tekan dan nyeri lepas di titik McBurney,
Obturator sign (+),Rovsing sign (+) dan Psoas sign (+).
DIAGNOSIS KERJA
Appendisitis Akut
TERAPI
- MRS
- IVFD RL 1L (guyur di IGD) dilanjutkan RL 30 TPM
- Inj Ceftriaxone 2x1 gr IV
- Inj Ranitidin 2x1 amp IV
- Inj Ketorolac 3x1 amp IV
RENCANA
Appendectomy
Pendamping Internship,
I. Definisi
II. Patogenesis
V. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Jumlah leukosit diatas 10.000 ditemukan pada lebih dari 90% anak
dengan appendicitis akuta. Jumlah leukosit pada penderita appendicitis
berkisar antara 12.000-18.000/mm. Peningkatan persentase jumlah
neutrofil (shift to the left) dengan jumlah normal leukosit menunjang
diagnosis klinis appendicitis. Jumlah leukosit yang normal jarang
ditemukan pada pasien dengan appendicitis.
Ultrasonografi
Ultrasonografi sering dipakai sebagai salah satu pemeriksaan untuk
menunjang diagnosis pada kebanyakan pasien dengan gejala appendicitis.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa sensitifitas USG lebih dari 85%
dan spesifitasnya lebih dari 90%. Gambaran USG yang merupakan kriteria
diagnosis appendicitis acuta adalah appendix dengan diameter
anteroposterior 7 mm atau lebih, didapatkan suatu appendicolith, adanya
cairan atau massa periappendix.
False positif dapat muncul dikarenakan infeksi sekunder appendix
sebagai hasil dari salphingitis atau inflammatory bowel disease. False
negatif juga dapat muncul karena letak appendix yang retrocaecal atau
rongga usus yang terisi banyak udara yang menghalangi appendix.
CT-Scan
CT scan merupakan pemeriksaan yang dapat digunakan untuk
mendiagnosis appendicitis akut jika diagnosisnya tidak jelas.sensitifitas
dan spesifisitasnya kira-kira 95-98%. Pasien-pasien yang obesitas,
presentasi klinis tidak jelas, dan curiga adanya abscess, maka CT-scan
dapat digunakan sebagai pilihan test diagnostik.
Diagnosis appendicitis dengan CT-scan ditegakkan jika appendix
dilatasi lebih dari 5-7 mm pada diameternya. Dinding pada appendix yang
terinfeksi akan mengecil sehingga memberi gambaran halo
VI. Diagnosis
Skor Alvarado
Bila skor 5-6 dianjurkan untuk diobservasi di rumah sakit, bila skor >6
maka tindakan bedah sebaiknya dilakukan.
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien pada kasus ini, dapat
dilakukan penilaian Alvarado score:
Migration of pain :1
Anorexia :1
Nausea/vomiting :-
RLQ tenderness :2
Rebound :1
Elevated temperature :1
Leukocytosis :2
Left shift :-
Total points :8
Dari penilaian Alvarado score dapat ditarik kesimpulan bahwa pasien
ini kemungkinan besar menderita Appendisitis akut.
VII. Penatalaksanaan
Bila diagnosis appendisitis telah ditegakkan, maka tindakan yang
paling tepat adalah appendektomi dan merupakan pilihan terbaik.
Penundaan tindakan bedah sambil pemberian antibiotik dapat
mengakibatkan abses dan perforasi. Pada appendisitis yang diagnosisnya
tidak jelas sebaiknya dilakukan observasi, maka dianjurkan melakukan
pemeriksaan laboratorium dan ultrasonografi.
Penatalaksanaan pasien yang dicurigai Appendicitis :
Puasakan
Berikan analgetik dan antiemetik jika diperlukan untuk
mengurangi gejala. Penelitian menunjukkan bahwa pemberian
analgetik tidak akan menyamarkan gejala saat pemeriksaan fisik.
Pertimbangkan KET terutama pada wanita usia reproduksi.
Berikan antibiotika IV pada pasien dengan gejala sepsis dan yang
membutuhkan Laparotomy
Perawatan appendicitis tanpa operasi
Penelitian menunjukkan pemberian antibiotika intravena dapat
berguna untuk Appendicitis acuta bagi mereka yang sulit mendapat
intervensi operasi (misalnya untuk pekerja di laut lepas), atau bagi
mereka yang memilki resiko tinggi untuk dilakukan operasi
Rujuk ke dokter spesialis bedah.
Antibiotika preoperative
Pemberian antibiotika preoperative efektif untuk
menurunkan terjadinya infeksi post operasi. Diberikan antibiotika
broadspectrum dan juga untuk gram negative dan anaerob.
Antibiotika preoperative diberikan dengan order dari ahli bedah.
Antibiotik profilaksis harus diberikan sebelum operasi dimulai.
Biasanya digunakan antibiotik kombinasi, seperti Cefotaxime dan
Clindamycin, atau Cefepime dan Metronidazole. Kombinasi ini
dipilih karena frekuensi bakteri yang terlibat, termasuk
Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, Enterococcus,
Streptococcus viridans, Klebsiella, dan Bacteroides.
VIII. Prognosis
Kematian dari appendisitis di Amerika Serikat telah terus menurun
dari tingkat 9,9 per 100.000 pada tahun 1939, dengan 0,2 per 100.000 pada
1986. Diantara faktor-faktor yang bertanggung jawab adalah kemajuan
dalam anestesi, antibiotik, cairan intravena, dan produk darah. Faktor
utama dalam kematian adalah apakah pecah terjadi pengobatan sebelum
bedah dan usia pasien. Angka kematian keseluruhan untuk anestesi umum
adalah 0,06%. Angka kematian keseluruhan dalam apendisitis akut pecah
adalah sekitar 3%-peningkatan 50 kali lipat. Tingkat kematian appendisitis
perforasi pada orang tua adalah sekitar 15% peningkatan lima kali lipat
dari tingkat keseluruhan.
PORTOFOLIO KASUS
INSTALASI GAWAT DARURAT
Apendisitis Akut
Disusun oleh :
dr. Tiurlan Oktaviani
Pembimbing :
dr. Herya Putra Darma
PROGRAM INTERNSHIP
RUMAH SAKIT DAERAH MARDI WALUYO
KOTA BLITAR
2017