Anda di halaman 1dari 2

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

a. Pap smear

Pap Smear untuk mengetahui displosia seluler menunjukan kemungkinan


adaya kanker / kista.

b. Ultrasound / scan CT

Memungkinkan visualisasi kista yang diameternya dapat berkisar dari 1-6 cm.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk membantu mengindentifikasi ukuran / lokasi massa,
dan batas-batasnya.

c. Laparoskopi

Laparoskopi dilakukan untuk melihat adanya tumor, perdarahan, perubahan


endometrial. Laparoskopi juga berguna untuk menentukan apakah kista berasal dari
ovary atau tidak dan juga untuk menentukan jenisnya.

d. Hitung darah lengkap

Penurunan Hb dapat menununjukan anemia kronis sementara penurunan Ht


menduga kehilangan darah aktif, peningkatan SDP dapat mengindikasikan proses
inflamasi / infeksi. ( Doenges. 2000:743 ).

e. Foto Rontgen

Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks. Selanjutnya,


pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat gigi dalam tumor.

KOMPLIKASI

Menurut manuaba (2008) komplikasi dari kista ovarium yaitu :

a. Torsio Kista Ovarium.

Komplikasi kista ovarium bisa berat. Komplikasi paling sering dan paling
berbahaya adalah torsio dari kista ovarium yang merupakan kegawatdaruratan medis
yang menyebabkan tuba falopiberotasi, situasi ini bisa menyebabkan nekrosis. Kondisi
ini sering menyebabkan infertilitas. Manifestasi dari torsio kista ovarium adalah nyeri
perut unilateral yang biasanya menyebar turun ke kaki. Pada kondisi ini pasien harus
segera di bawa ke rumah sakit. Jika pembedahan selesai pada 6 jam pertama setelah
onset krisis, intervensi pada kista torsio bisa dilakukan. Jika torsio lebih dari 6 jam dan
tuba falopi sudah nekrosis, pasien akan kehilangan tuba falopinya.

b. Perdarahan dan rupture kista.

Komplikasi lain adalah perdarahan atau rupturnya kista yang ditandai dengan
ascites dan sering sulit untuk dibedakan dari kehamilan ektopik. Situasi ini juga perlu
pembedahan darurat. Gejala dominan dari komplikasi ini adalah nyeri kuat yang
berlokasi di salah satu sisi dari abdomen (pada ovarium yang mengandung kista).
Ruptur kista ovarium juga mengakibatkan anemia. Ruptur kista ovarium sulit dikenali
karena pada beberapa kasus tidak ditemukan gejala. Tanda pertama yang bisa terjadi
adalah terasa nyeri di abdomen bagian bawah, mual, muntah dan demam.

c. Infeksi.

Infeksi bisa mengikuti komplikasi dari kista ovarium. Kista ovarium yang tidak
terdeteksi dan susah untuk didiagnosis bisa mengakibatkan kematian akibat
septikemia. Gejala infeksi pertama adalah demam, malaise, menggigil dan nyeri pelvis.

PENCEGAHAN

Tidak ada upaya pencegahan khusus yang dapat dilakukan agar terhindar dari
penyakit ini. Upaya yang bisa dilakukan adalah untuk mengetahui secara dini penyakit
ini sehingga pengobatan yang dilakukan memberikan hasil yang baik dengan
komplikasi yang minimal. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan
pemeriksaan secara berkala yang meliputi :

1. Pemeriksaan klinis genekologik untuk mendeteksi adanya kista atau pembesaran


ovarium lainnya

2. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG) bila perlu dengan alat Doppler untuk mendeteksi
aliran darah

3. Pemeriksaan petanda tumor (tumor marker)

4. Pemeriksaan CT-Scan / MRI bila dianggap perlu

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, M.E. 2000. Rencana Keperawatan.Jakarta : EGC

Manuaba. 2008. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana.


Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai