Anda di halaman 1dari 16

1.2.1.

Enzim

Enzim adalah sebuah biomolekul yang berupa protein dan berbentuk bulat. Enzim
terdiri dari satu atau lebih rantai polipeptida. Enzim ini akan mengubah senyawa dan
mempercepat proses reaksi dengan mengubah molekul awal yang dikenali dan diikat secara
spesifik oleh enzim (substrat) menjadi molekul lain (produk). Kemampuan enzim untuk
mengaktifkan senyawa lain dengan cara spesifik disebut dengan biokatalisator.

Ikatan enzim dengan substrat adalah sebuah ikatan yang spesifik, jadi hanya enzim-
enzim tertentu yang dapat mengikat substrat tertentu. Setelah itu barulah substrat tersebut
aktif dan barulah terbentuk perubahan kimiawi.

Fungsi Enzim adalah sebagai katalisator yang mempercepat terjadinya laju sebuah
reaksi. Didalam tubuh manusia, enzim berfungsi untuk memperlancar proses pencernaan.
Dimulai dari :

1. Mulut

Enzim Amilase, terdapat didalam saliva (air ludah), dihasilkan oleh kelenjar parotis
(kelenjar ludah) dan pankreas. Fungsi untuk mengubah amilum menjadi maltosa (molekul
yang lebih sederhana). Contohnya jika kita makan nasi dan mengunyahnya selama 3
menit atau lebih, maka kita akan merasakan rasa manis. Hal tersebut terjadi karena ada
efek dari enzim amilase

2. Lambung

Enzim Renin, terdapat didalam lambung, kerjanya dibantu oleh HCl (asam) lambung.
Fungsi untuk mengubah kaseinogen menjadi kasein.
Enzim Pepsin, terdapat didalam lambung, kerjanya dibantu oleh HCl (asam) lambung.
Fungsi untuk mengubah protein menjadi pepton, proteosa dan polipeptida.
Enzim Lipase, berfungsi dalam mengubah trigliserida menjadi asam lemak

3. Usus Halus

Enzim Laktase, fungsi mengubah laktosa menjadi galaktosa dan glukosa


Enzim Maltase, fungsi mengubah maltosa (hasil dari kerja Amilase disaliva) menjadi
glukosa
Enzim Lipase, fungsi mengubah lemak menjadi gliserol dan asam lemak
Enzim Enterokinase, fungsi mengubah tripsinogen menjadi tripsin
Enzim Peptidase, fungsi mengubah polipeptida (hasil dari kerja Tripsin dipankreas)
menjadi asam amino (protein yang diserap kedalam darah)
Enzim Sukrase, fungsi mengubah sukrosa (diperoleh dari konsumsi buah-buahan
seperti tebu dll) menjadi fruktosa dan glukosa

4. Pankreas

Enzim Tripsin, fungsi mengubah protein menjadi polipeptida


Enzim Lipase, fungsi mengubah lemak menjadi asam lemak dan gliserol (agar dapat
dicerna)
Enzim Amilase, fungsi mengubah amilum menjadi maltosa atau disakarida
Enzim Karbohidrase, fungsi mencerna amilum menjadi maltose

Beberapa sifat enzim adalah :

Enzim hanya disintesis oleh sel dan juga di dalam sel


Enzim ini mempunyai tempat khusus di dalam sel, misalnya enzim pada siklus Krebs
terletak didalam matriks ekstraseluler, sedangkan enzim pada proses glikolisis terletak
pada sitoplasma sel
Enzim hanya akan di produksi atau di sintesis jika sel mempunyaui gen untuk enzim
tersebut
Suhu enzim adalah sama dengan sel, kecepatan laju reaksi yang dikatalisis oleh enzim
meningkat seiring dengan peningkatan suhu. Pada suhu yang terlalu tinggi enzim akan
mengalami denaturasi. Sedangkan pada suhu 0 derjat celsius, enzim menjadi tidak
aktif.
Tingkat keasaman enzim pada lingkungan sekitarnya adalah netral (tidak asam
maupun basa). Pada saat pH terlalu asam maupun terlalu basa, enzim menjadi kurang
aktif.
Semakin tinggi konsentrasi enzim, maka reaksi akan meningkat hingga batas-batas
tertentu
Kecepatan laju reaksi akan meningkat bila konsentrasi subtrat meningkat pula
Enzim sangat spesifik akan ikatannya terhadap molekul
Enzim tidak mengubah suatu tetapan proses reaksi, akan tetapi hanya mempercepat
tercapainya tetapan tersebut
Enzim dapat mempercepat proses laju reaksi 107 - 1013 kali
Enzim mempunyai sifat biokatalisator. Katalis yaitu kemampuan memindahkan atau
membawa suatu senyawa/molekul ke keadaan yang lain
Secara umum, enzim mempunyai empat sifat khas, yang mana sesuatu dapat disebut
dengan enzim jika mempunyai empat sifat berikut ini, yang terdiri dari :

1. Protein

Segala sifat protein adalah sama dengan enzim, akan tetapi sifat enzim tidak berlaku
untuk protein. Oleh karena itu hampir lebih dari separuh jumlah protein didalam sel
merupakan enzim.

2. Katalis

Enzim merupakan katalis yang dapat mengubah laju reaksi, dengan tanpa ikut bereaksi.
Aktivitas enzim dapat di atur. Enzim mampu meningkatkan laju reaksi pada kondisi yang
biasa, yaitu dari tekanan, suhu, dan pH. Tingkat katalisasi yang diberikan oleh enzim juga
lebih tinggi dibanding katalis biasa dalam segi peningkatan laju reaksinya.

3. Aktif

Molekul yang awalnya hanyalah substrat diaktifkan menjadi produk oleh enzim. Molekul
yang teraktivasi ini akan mengalami kenaikan dalam segi energi kinetiknya.

4. Spesifik

Enzim tertentu hanya bisa mengikat substrat tertentu (spesifik) pula, sehingga barulah
terjadi pengaktifan substrat dan perubahan kimiawi pun terjadi pada molekul atau
senyawa yang diikat.

Enzim disebut juga dengan Holoenzim, yang terbagi menjadi dua, yaitu apoenzim dan
kofaktor. Apoenzim merupakan penyusun utama enzim, yaitu bagian enzim aktif yang terdiri
atas protein yang bersifat tidak stabil dan mudah berubah. Sehingga dibutuhkan kofaktor
untuk menjaga fungsi enzim tetap normal. Kofaktor merupakan sebuah komponen berupa
molekul yang bersifat nonprotein. Kofaktor bisa mempunyai ikatan yang kuat maupun lemah
terhadap protein enzim. Jika kofaktor mempunyai ikatan yang kuat dengan protein enzim,
maka disebut dengan prostetik. Jika kofaktor terdiri atas molekul organik nonprotein yang
terikat secara tidak kuat/renggang terhadap protein enzim, maka disebut dengan koenzim.

Kofaktor terbagi menjadi dua lagi, yaitu molekul organik dan non-organik. Molekul
organik (koenzim) contohnya adalah Vitamin. Sedangkan molekul non-organik (ion logam)
contohnya adalah Fe+2 dan Mn+2. Akan tetapi, penting untuk diketahui, bahwa tidak semua
enzim memiliki struktur yang lengkap (memiliki apoenzim dan kofaktornya). Contohnya
enzim ribonuklease pankreas yang hanya terdiri atas polipeptida saja, dan tidak mengandung
gugus kimiawi lain.

Macam-macam jenis enzim dibedakan berdasarkan tempat enzim bekerja, cara


terbentuknya, metabolismenya, dan berdasarkan proses reaksi yang dikatalis. Berikut ini
adalah penjelasannya :

a. Berdasarkan tempat enzim bekerja


Endoenzim (enzim intraseluler) : merupakan enzim yang kerjanya di dalam sel
Eksoenzim (enzim ekstraseluler) : merupakan enzim yang kerjanya di luar sel
b. Berdasarkan cara terbentuknya
Enzim konstitutif : yaitu enzim yang jumlahnya dipengaruhi oleh kadar molekul
awalnya (substrat). Contohnya adalah enzim amilase yang terdapat pada saliva.
Enzim adaptif : yaitu enzim yang pembentukannya distimulasi oleh adanya substrat,
misalnya enzim -galaktosidase yang dihasilkan oleh bakteri E.coli yang
ditumbuhkan di dalam medium yang mengandung laktosa
c. Berdasarkan metabolismenya
Enzim katalase : merupakan enzim yang bersifat antioksidan pada makhluk hidup
akibat fungsinya yang membantu mengubah hidrogen peroksida (H2O2) yang
berasal dari respirasi (pernafasan) menjadi air (H2O) dan oksigen (O2). Hal ini
dilakukan oleh tubuh melalui enzim katalase karena H2O2 bahaya bagi tubuh
karena mudah bereaksi (oksidator kuat) dan bersifat korosif.
Enzim oksidase : merupakan enzim yang fungsinya untuk mempercepat
penggabungan ikatan oksigen (O2) pada substrat tertentu yang spesifik dengan
mengkatalisis transfer elektron, dan pada waktu yang bersamaan, oksigen tersebut
juga direduksikan menjadi air (H2O)
Enzim karbosilase : merupakan enzim yang fungsinya untuk mengubah asam
organik dengan cara bolak balik. Seperti enzim karbosilase piruvat yang
mengkatalisis proses karboksilasi asam piruvat menjadi oksaloasetat. Pada keadaan
kekurangan oksigen pada tubuh, asam piruvat dipecah secara anaerob menghasilkan
asam laktat pada manusia dan hewan, menjadi etanol pada tumbuhan. Penumpukan
asam laktat ini akan menyebabkan terjadinya keletihan atau kelelahan yang
bermakna pada seseorang.
Enzim hidrase : merupakan enzim yang fungsinya untuk menambah atau
mengurangi air (H2O) dari senyawa spesifik tertentu, dengan tidak menyebabkan
terurainya senyawa tersebut. Contoh enzim hidrase seperti akonitase, enolase, dan
fumarase
Enzim dehidrogenase : merupakan enzim yang fungsinya memindahkan hidrogen
dari suata molekul/zat ke zat lainnya. Dengan begitu, enzim ini dapat membantu
untuk melangsungkan proses oksidasi didalam sel-sel hidup.
Enzim desmolase : merupakan enzim oksidase dan reduktase yang fungsinya
membantu penggabungan atau pemindahan ikatan karbon, dan pemutusan ikatan-
ikatan C-C, C-N. Seperti enzim aldolase yang diubah dalam pemecahan fruktosa
menjadi gliseraldehid dan dehidroksiaseton.
Enzim transphoforilase : merupakan enzim yang fungsinya memindahkan H3PO4
dari suatu molekul/zat ke molekul lainnya dibantu oleh ion magnesium (Mg2+).
Enzim peroksida : merupakan enzim oksireduktase yang terdiri atas protein heme
yang terdapat pada organisme prokariotik dan eukariotik. Fungsinya mengkatalisis
proses oksidase substrat organik dengan H2O2, dan mereduksinya menjadi H2O.
d. Berdasarkan proses reaksi yang dikatalis
Karbohidrase

Enzim karbohidrase adalah enzim-enzim yang mengkatalisis pemecahan karbohidrat.


Enzim ini terutama terdapat disaliva (air ludah) dan usus halus. Contoh dari enzim ini
adalah enzim selulose, amilase, pektinase, maltose, sukrose, laktose. (fungsi nya
sudah dibahas diatas).

Protease

Enzim protease disebut juga dengan proteinase, proteolitik atau peptidase. Merupakan
enzim-enzim yang mengkatalisis pemecahan rantai protein didalam tubuh, sehingga
protein yang masuk melalui makanan dapat menjadi molekul yang lebih sederhana
diserap kedalam pembuluh darah dan dibawa ke sirkulasi menuju seluruh tubuh.
Enzim protease ini terutama terdapat di lambung dan di usus halus. Contoh dari enzim
ini adalah enzim pepsin, renin, tripsin, enterokinase, peptidase, dan gelatinase.

Esterase

Enzim esterase merupakan sebuah enzim yang fungsinya mengkatalisis pemecahan


rantai ester, terutama yang ditemukan di dalam asam nukleat dan juga lipid (lemak)
Contoh dari enzim esterase adalah enzim lipase, dan fosfatase.

1.2.2. Enzim Selulase


Salah satu jenis enzim yang dapat menghidrolisis ikatan (1-4) pada selulosa adalah
enzim selulase. Enzim selulase merupakan enzim yang memegang peranan penting dalam
proses biokonversi limbah-limbah organik berselulosa menjadi glukosa, protein sel tunggal,
makanan ternak, etanol dan lain-lain (Chalal 1983).

Selulase merupakan enzim ekstraseluler yang terdiri atas kompleks endo--1,4-


glukonase (CMCase, Cx selulase endoselulase, atau carboxymethyl cellulase) , kompleks
ekso--1,4-glukonase (aviselase, selobiohidrolase, C1 selulase), dan -1,4-glukosidase atau
selobiase (Meryandini dkk., 2009).

Enzim selulase atau enzim yang dikenal dengan nama sistematik -1,4 glukan-4-
glukano hidrolase adalah enzim yang dapat menghidrolisis selulosa dengan memutus ikatan
glikosidik -1,4 dalam selulosa, selodektrin, selobiosa, dan turunan selulosa lainnya
menjadi gula sederhana atau glukosa. Sistem pemecahan selulosa menjadi glukosa terdiri
atas tiga jenis enzim selulase yaitu endo--1,4-glukanase, ekso--1,4-glukanase, dan -
glukosidase. (Silva et al. 2005).

1.2.3. Selulosa
Selulosa adalah polimer glukosa yang berbentuk rantai linier dan dihubungkan oleh
ikatan -1,4 glikosidik. Struktur yang linier menyebabkan selulosa bersifat kristalin dan tidak
mudah larut. Selulosa tidak mudah didegradasi secara kimia maupun mekanis. Di alam,
biasanya selulosa berasosiasi dengan polisakarida lain seperti hemiselulosa atau lignin
membentuk kerangka utama dinding sel tumbuhan (Holtzapple et.al 2003). Unit penyusun
(building block) selulosa adalah selobiosa karena unit keterulangan dalam molekul selulosa
adalah 2 unit gula (D-glukosa).

Selulosa adalah senyawa yang tidak larut di dalam air dan ditemukan pada dinding sel
tumbuhan terutama pada tangkai, batang, dahan, dan semua bagian berkayu dari jaringan
tumbuhan. Selulosa merupakan polisakarida struktural yang berfungsi untuk memberikan
perlindungan, bentuk, dan penyangga terhadap sel, dan jaringan (Gambar 1).
(Lehninger 1993)

Selulosa tidak pernah ditemukan dalam keadaan murni di alam, tetapi selalu
berasosiasi dengan polisakarida lain seperti lignin, pectin, hemiselulosa, dan xilan (Goyskor
dan Eriksen 1980 dalam Fitriani 2003). Kebanyakan selulosa berasosiasi dengan lignin
sehingga sering disebut sebagai lignoselulosa. Selulosa, hemiselulosa dan lignin dihasilkan
dari proses fotosintesis. Di dalam tumbuhan molekul selulosa tersusun dalam bentuk fibril
yang terdiri atas beberapa molekul paralel yang dihubungkan oleh ikatan glikosidik sehingga
sulit diuraikan (Goyskor dan Eriksen 1980 dalam Fitriani 2003). Komponen-komponen
tersebut dapat diuraikan oleh aktifitas mikroorganisme. Beberapa mikroorganisme mampu
menghidrolisis selulosa untuk digunakan sebagai sumber energi, seperti bakteri dan fungi.
(Sukumaran et.al 2005)

Rantai selulosa terdiri dari satuan glukosa anhidrida yang saling berikatan melalui
atom karbon pertama dan ke empat. Ikatan yang terjadi adalah ikatan - 1,4-glikosidik.
Secara alamiah molekul-molekul selulosa tersusun dalam bentuk fibril-fibril yang terdiri dari
beberapa molekul selulosa yang dihubungkan dengan ikatan glikosidik. Fibril-fibril ini
membentuk struktur kristal yang dibungkus oleh lignin. Komposisi kimia dan struktur yang
demikian membuat kebanyakan bahan yang mengandung selulosa bersifat kuat dan keras.

Sifat kuat dan keras yang dimiliki oleh sebagian besar bahan berselulosa membuat
bahan tersebut tahan terhadap peruraian secara enzimatik. Secara alamiah peruraian selulosa
berlangsung sangat lambat (Fan et al., 1982). Berdasarkan derajat polimerisasi dan kelarutan
dalam senyawa natrium hidroksida (NaOH) 17,5%, selulosa dapat dibedakan atas tiga jenis
yaitu:

1. Selulosa (Alpha Cellulose) adalah selulosa berantai panjang, tidak larut dalam
larutan NaOH 17,5% atau larutan basa kuat dengan derajat polimerisasi 600 - 1500.
Selulosa dipakai sebagai penduga dan atau penentu tingkat kemurnian selulosa.
Selulosa merupakan kualitas selulosa yang paling tinggi (murni). Selulosa > 92%
memenuhi syarat untuk digunakan sebagai bahan baku utama pembuatan propelan
dan atau bahan peledak, sedangkan selulosa kualitas dibawahnya digunakan sebagai
bahan baku pada industri kertas dan industri sandang/kain. Semakin tinggi kadar alfa
selulosa, maka semakin baik mutu bahannya (Nuringtyas 2010) (Gambar 2).

2. Selulosa (Betha Cellulose) adalah selulosa berantai pendek, larut dalam larutan
NaOH 17,5% atau basa kuat dengan derajat polimerisasi 15 - 90, dapat mengendap
bila dinetralkan (Gambar 3).
3. Selulosa (Gamma cellulose) adalah sama dengan selulosa , tetapi derajat
polimerisasinya kurang dari 15.

Bervariasinya struktur kimia selulosa (, , ) mempunyai pengaruh yang besar pada


reaktivitasnya. Gugus-gugus hidroksil yang terdapat dalam daerahdaerah amorf sangat
mudah dicapai dan mudah bereaksi, sedangkan gugus-gugus hidroksil yang terdapat
dalam daerah-daerah kristalin dengan berkas yang rapat dan ikatan antar rantai yang kuat
mungkin tidak dapat dicapai sama sekali. Pembengkakan awal selulosa diperlukan baik
dalam eterifikasi (alkali) maupun dalam esterfikasi (asam) (Sjstrm 1995).

Selulosa memiliki struktur yang unik karena kecenderungannya membentuk ikatan


hidrogen yang kuat. Ikatan hidrogen intramolekular terbentuk antara: (1) gugus hidroksil
C3 pada unit glukosa dan atom O cincin piranosa yang terdapat pada unit glukosa
terdekat, (2) gugus hidroksil pada C2 dan atom O pada C6 unit glukosa tetangganya.
Ikatan hidrogen antarmolekul terbentuk antara gugus hidroksil C6 dan atom O pada C3 di
sepanjang sumbu b (Gambar 4). Dengan adanya ikatan hidrogen serta gaya van der Waals
yang terbentuk, maka struktur selulosa dapat tersusun secara teratur dan membentuk
daerah kristalin. Di samping itu, juga terbentuk rangkaian struktur yang tidak tersusun
secara teratur yang akan membentuk daerah nonkristalin atau amorf. Semakin tinggi
packing density-nya maka selulosa akan berbentuk kristal, sedangkan semakin rendah
packing density maka selulosa akan berbentuk amorf. Derajat kristalinitas selulosa
dipengaruhi oleh sumber dan perlakuan yang diberikan. Rantai-rantai selulosa akan
bergabung menjadi satu kesatuan membentuk mikrofibril, bagian kristalin akan
bergabung dengan bagian nonkristalin. Mikrofibril-mikrofibril akan bergabung
membentuk fibril, selanjutnya gabungan fibril akan membentuk serat (Klemm 1998).
(Gambar 5).
Selulosa dapat dikonversi menjadi produk-produk bernilai ekonomis yang lebih tinggi
seperti glukosa dan etanol dengan jalan menghidrolisis selulosa dengan bantuan selulase
sebagai biokatalisator atau dengan hidrolisis secara asam/basa (Ariestaningtyas 1991).
Selulosa terdapat pada semua tanaman dari pohon tingkat tinggi hingga organisme primitif
seperti rumput laut, flagelata, dan bakteria (Fengel and Wegener 1995).

1.2.4. Glukosa
Glukosa adalah salah satu monosakarida sederhana yang mempunyai rumus molekul
C6H12O6. Kata glukosa diambil dari bahasa Yunani yaitu glukus () yang berarti
manis, karena memang nyata bahwa glukosa mempunyai rasa manis. Nama lain dari glukosa
antara lain dekstrosa, D-glukosa, atau gula buah karena glukosa banyak terdapat pada buah-
buahan. Glukosa merupakan suatu aldoheksosa yang mempunyai sifat dapat memutar cahaya
terpolarisasi ke arah kanan.

Struktur tiga dan dua dimensi glukosa

Dalam biologi, glukosa memegang pernan yang sangat penting, antara lain sebagai
sumber energi dan intermediet metabolisme. Glukosa merupakan salah satu produk
fotosintesis dan merupakan bahan bakar respirasi seluler. Glukosa berada dalam beberapa
struktur yang dapat dibagi menjadi dua stereoisomer.

Struktur glukosa adalah monosakarida dengan rumus molekul C 6H12O6 atau H-(C=O)-
(CHOH)5-H, dengan lima gugus hidroksi tersusun spesifik pada enam atom karbon. Glukosa
rantai terbuka mempunyai enam rantai karbon, dari C1 sampai C6. Pada C1 terdapat gugus
fungsi aldehida, sedangkan C yang lain mengikat gugus hidroksi dan atom hidrogen. Gugus
hidroksi pada C2, C4, dan C5 harus berada di sebelah kanan, sedangkan gugus hidroksi pada
C3 harus di sebelah kiri. Penyusunan struktur gloksa yang demikian dinamakan proyeksi
Fischer.

Proyeksi Fischer D-glukosa


Dalam larutan, glukosa rantai terbuka berada dalam kesetimbangan dengan beberapa
isomer siklis. Siklisasi glukosa diakibatkan adanya reaksi antara gugus aldehida -(C=O)H
pada C1 dengan gugus hidroksi -OH pada C4 atau C5, membentuk hemiasetal -C(OH)H-O-.
Glukosa rantai tertutup (siklis) digambarkan dengan proyeksi Haworth. D-glukosa
mempunyai empat macam isomer siklis, yaitu -D-glukopiranosa, -D-glukopiranosa, -D-
glukofuranosa, and -D-glukofuranosa yang kesemuanya merupakan senyawa kiral.

Proyeksi Haworth D-glukosa

Di alam, glukosa dihasilkan dari reaksi antara karbondioksida dan air dengan bantuan
sinar matahari dan klorofil dalam daun. Proses ini disebut fotosintesis dan glukosa yang
terbentuk terus digunakan untuk pembentukan amilum atau selulosa.

6 CO2 + 6 H2O C6H12O6 + 6 O2

Amilum terbentuk dari glukosa dengan jalan penggabungan molekul-molekul glukosa


yang membentuk rantai lurus maupun bercabang dengan melepaskan molekul air.

n C6H12O6 (C6H10O5)n + n H2O

Glukosa merupakan salah satu senyawa organik yang mempunyai banyak manfaat.
Penggunaan glukosa dalam kehidupan sehari-hari adalah:

Sumber energi

Glukosa merupakan suatu bahan bakar pada sebagian besar makhluk hidup. Penggunaan
glukosa antara lain adalah sebagai respirasi aerobik, respirasi anaerobik atau fermentasi.
Glukosa adalah bahan bakar utama manusia. Melalui respirasi aerob, dalam satu gram
glukosa mengandung sekitar 3,75 kkal (16 kilo Joule) energi. Pemecahan karbohidrat
menghasilkan monosakarida dan disakarida, dengan hasil yang paling banyak adalah glukosa.
Melalui glikolisis dan siklus asam sitrat, glukosa dioksidasi membentuk CO2 dan air,
menghasilkan sumber energi dalam bentuk ATP. Glukosa merupakan sumber energi utama
untuk otak. Kadar glukosa yang rendah akan mengakibatkan efek tertentu.
Analit dalam tes darah

Glukosa merupakan analit yang diukur pada sampel darah. Darah manusia normal
mengandung glukosa dalam jumlah atau konsentrasi tetap yaitu antara 70-100 mg tiap 100
mL darah. Glukosa dalam darah dapat bertambah setelah memakan makanan berkarbohidrat.
Namun 2 jam setelah itu, jumlah glukosa akan kembali pada keadaan semula. Pada penderita
diabetes mellitus atau kencing manis, jumlah glukosa darah lebih besar dari 130 mg per 100
mL darah.

1.2.5. Uji Kualitatif

Salah satu identifikasi dari gula pereduksi yaitu dengan uji fehling. Gula pereduksi
yaitumonosakarida dan disakarida kecuali sukrosa dapat ditunjukkan dg pereaksi Fehling
.Gula pereduksi bereaksi dengan pereaksi Fehling menghasilkan endapan merah bata (Cu 2O).
Selain Pereaksi Fehling, gula pereduksi juga bereaksi positif dg pereaksi Benedict
danTollens. Uji Fehling bertujuan untuk mengetahui adanya gugus aldehid. Reagent yang
digunakan dalam pengujian ini adalah larutan Fehling A dan larutan Fehling B. Larutan
Fehling A adalah larutan CuSO4 dalam air sedangkan larutan Fehling B adalah larutan NaOH
dan Kalium-Natrium tartrat dalam air. Kedua macam larutan ini disimpan terpisah dan
dicampur saat akan digunakan untuk memeriksa suatu karbohidrat. Aldehid dengan pereaksi
Fehling dapat bereaksi menghasilkan endapan Cu2O yang berwarna merah bata. Dalam
pereaksi ini, ion Cu++ direduksi menjadi ino Cu+ yang dalam suasana basa akan diendapkan
sebagai Cu2O. Untuk mengetahui gula pereduksi yang mempunyai sifat reduksi lebih kuat,
reaksi fehling lebih jelas perubahan warnanya. Dalam larutan glukosa 1% pereaksi Fehling
akan menghasilkan endapan berwarna merah bata, sedangkan apabila digunakan larutan yang
lebih encer misalnya glukosa 0,1 % endapan yang terjadi berwarna hijau kekuningan.
Pereaksi Fehling (kompleks tartrat tembaga (II) sulfat) adalah pereaksi yang dapat digunakan
untuk menguji gula pereduksi. Dengan mengetahui jumlah pereaksi yang tereduksi maka
kadar gula dapat diketahui. Penambahan urine pada larutan Fehling menyebabkan perubahan
warna. Perubahan warna ini, menandai tingkatan seseorang memiliki diabetes.
Pereaksi Fehling mampu mengoksidasi senyawa golongan Alkanal (Aldehida)
sedangkan senyawa golongan Alkanon (Keton) tidak dapat dioksidasi oleh Pereaksi Fehling.
Oleh karena itu di laboratotrium, pereaksi Fehling sering digunakan sebagai reaksi
identifikasi Alkanal sekaligus untuk membedakan dengan AlkanonUji Kuantitatif

1.2.6. Uji Kuantitatif

Metode penentuan komposisi gula reduksi dalam sampel yang mengandung


karbohidrat yang digunakan adalah pereaksi asam dinitro salisilat / 3,5-dinitrosalicylic acid.
Metode ini adalah metode kimiawi. DNS merupakan senyawa aromatis yang akan bereaksi
dengan gula reduksi maupun komponen pereduksi lainnya untuk membentuk 3-amino-5-
nitrosalicylic acid, suatu senyawa yang mampu menyerap dengan kuat radiasi gelombang
elektromagnetik pada 540 nm. Semakin banyak komponen pereduksi yang terdapat dalam
sampel, maka akan semakin banyak pula molekul 3-amino-5-nitrosalicylic acid yang
terbentuk dan mengakibatkan serapan semakin tinggi.

Reaksi dengan DNS yang terjadi merupakan reaksi redoks pada gugus aldehid gula
dan teroksidasi menjadi gugus karboksil. Sementara itu DNS sebagai oksidator akan
tereduksi membentuk 3-amino dan 5-nitrosalicylic acid. Reaksi ini berjalan dalam suasana
basa. Bila terdapat gula reduksi pada sampel, maka larutan DNS yang awalnya berwarna
kuning akan bereaksi dengan gula reduksi sehingga menimbulkan warna jingga kemerahan.

Dalam pembuatan reagen DNS, kita perlu menambahkan NaOH ke dalam larutan
yang bertujuan untuk memberikan suasana basa. Karena nantinya reaksi dari reagen DNS ini
bekerja pada suasana basa. Selain menambahkan NaOH, juga ditambahkan kalium natrium
tartrat 40% (Rochelle Salt). Fungsi dari penambahan ini adalah untuk menstabilkan warna
yang terbentuk pada saat reaksi terjadi yaitu merah bata/kecoklatan. Di samping itu, kadang
juga diperlukan pemanasan untuk membantu mempercepat jalannya reaksi. Karena nantinya
yang akan diukur adalah absorbansi dari warna yang terbentuk tersebut dengan
spektrofotometri pada panjang gelombang 575 nm.

1.2.7. Persamaan Michael-Menten

Kinetika enzim adalah perihal bagaimana enzim mengikat substrat dan


mengubahnya menjadi produk. Pada kinetika enzim dikenal dengan kurva saturasi yang
menunjukkan hubungan antara konsentrasi substrat (S) dan laju (v). Enzim dapat mengkatalis
reaksi hingga beberapa juta reaksi per detik.
Dalam kinetika enzim dikenal dengan keberadaan konstanta Michaelis-Menten
(Km). Yang merupakan konsentrasi substrat yang diperlukan untuk enzim mencapai setengah
kecepatan maksimum (Vmax). Setiap enzim memiliki karakteristik K m tertentu untuk substrat
tertentu juga. Km sendiri menunjukkan seberapa ketat pengikatan substrat untuk enzim.
Konstanta lain pada pembahasan kinetika enzim adalah Kcat yang memberikan nilai dari
jumlah molekul substrat yang ditangani oleh satu situs aktif per detik. Sedangkan efisiensi
dari enzim dinyatakan oleh Kcat/Km (Marzuki, 2014).

Salah satu kontribusi utama Henri-Michaelis-Menten pada kinetika enzim adalah


memandang reaksi enzim sebagai dua tahapan. Pada tahap pertama, subtrat terikat ke enzim
secara reversible, membentuk kompleks enzim-substrat. Kompleks ini kadang-kadang
disebut sebagai kompleks Michaelis. Enzim kemudian mengatalisasi reaksi kimia dan
melepaskan produk. Reaksi enzim pada substrat berlangsung melalui pembentukan kompleks
enzim-substrat (ES). Nilai maksimal atau Vmax akan tercapai jika sistem/keadaan ES
dijenuhkan oleh substrat.
Reaksi :

E+ S ES E +P

Keterangan:
E = Enzim
S = Substrat
P = Produk
persamaan Michaelis-Menten:
V +[S]
v o = max
K m +[ S]

Keterangan:
vo
= laju awal
v max
= laju maksimum
[S] = Konsentrasi Substrat
Km
= Konstanta Michaelis Menten

Salah satu kontribusi utama Henri-Michaelis-Menten pada kinetika enzim adalah


memandang reaksi enzim sebagai dua tahapan. Pada tahap pertama, subtrat terikat ke enzim
secara reversible, membentuk kompleks enzim-substrat. Kompleks ini kadang-kadang disebut
sebagai kompleks Michaelis. Enzim kemudian mengatalisasi reaksi kimia dan melepaskan
produk. Suatu cara yang baik untuk mengevaluasi Km da Vmax adalah memplot data kinatik
sebagai perbandingan terbalik dari V dan konsentrasi S. Plot perbandingan ini diajukan oleh
hans lineweaver dan dean burk. Perbandingan terbalik dari persamaan michaelis-menten
dapat diambil sebagai berikut :
1 Km 1 1
= x +
v Vmax [S ] Vmax

Spektrofotometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur absorbansi dengan


cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu pada suatu objek kaca yang
disebut cuvet. Sebagian dari cahaya akan diserap dan sisanya dilewatkan. Nilai absorbansi
dari cahaya yang dilewatkan akan sebanding dengan konsentrasi larutan dalam cuvet. Dalam
analisis spektofotometer terdapat 3 daerah panjang gelombang, yaitu daerah UV (200-380
nm), daerah visibel (380-700 nm) dan infrared (700-3000 nm).

Anda mungkin juga menyukai