Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK KIMIA III

DRYING

Diajukan Oleh:
Kelompok: 4
Nama / NRP : Alexander / 5203015007
Nama / NRP : Claudia C F / 5203015034
Nama / NRP : Vincent Prayogi S / 5203017049

LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA
SURABAYA
2017

i
LEMBAR CATATAN UMPAN BALIK
DRYING
Hari, tanggal Praktikum: Selasa, 5 September 2017
Diajukan Oleh:
Kelompok: 4
Nama / NRP : Alexander / 5203015007
Nama / NRP : Claudia C F / 5203015034
Nama / NRP : Vincent Prayogi S / 5203017049

Asisten: Dr. Ir. Suratno Lourentius, MS.


CATATAN UMPAN BALIK
Tanggal Hal-hal yang perlu Tanggal Paraf asisten
pengumpulan diperbaiki pengembalian

ii
LEMBAR PENGESAHAN
DRYING
Hari, tanggal Praktikum: Selasa, 5 September 2017
Diajukan Oleh:
Kelompok: 4

Nama / NRP : Alexander / 5203015007


Nama / NRP : Claudia C F / 5203015034
Nama / NRP : Vincent Prayogi S / 5203017049
Asisten:Dr. Ir. Suratno Lourentius, MS.

Telah dilakukan usaha perbaikan sebanyak ... kali.


Laporan dinyatakan sudah memenuhi persyaratan dan layak untuk disetujui.
Surabaya, tanggal....bulan.... tahun....
Asisten:
Tanda tangan Asisten

(Dr. Ir. Suratno Lourentius, MS.)

iii
INTISARI
Percobaan Pengeringan merupakan suatu proses penguapan cairan pada bahan baku
basah dengan pemberian panas. Pengeringan berbagai bahan baku diperlukan untuk satu atau
beberapa alasan berikut: kebutuhan untuk mudah menangani padatan bebas-mengalir,
pengawetan dan penyimpanan, penurunan biaya transportasi, mencapai mutu yang diinginkan
produk, dll. Pengeringan adalah operasi yang yang melibatkan perpindahan panas dan massa
bersama dengan beberapa tingkat proses, seperti transformasi fisik atau kimia yang pada
gilirannya dapat menyebabkan kualitas dalam produk serta mekanisme panas dan
perpindahan massa. Suhu dan waktu berpengaruh dalam proses pengeringan, karena makin
tinggi suhu dan kecepatan aliran udara pengeringan makin cepat pula proses pengeringan
berlangsung. Makin tinggi suhu udara pengering, makin besar energi panas yang di bawa
udara sehingga makin banyak jumlah massa cairan yang di uapkan dari permukaan bahan
yang dikeringkan. Jika kecepatan aliran udara pengering makin tinggi maka makin cepat
massa uap air yang dipindahkan dari bahan ke atmosfer. Kelembaban udara berpengaruh
terhadap proses pemindahan uap air. Pada kelembaban udara tinggi, perbedaan tekanan uap
air didalam dan diluar bahan kecil, sehingga pemindahan uap air dari dalam bahan keluar
menjadi terhambat.
Percobaan drying ini dilakukan bertujuan untuk mempelajari hubungan antara
pengaruh suhu gas pemanas keluar terhadap efisiensi pengeringan dengan alat rotary dryer
serta mengkorelasikan periode proses pengeringan pada rotary dryer dengan menggunakan
grafik hubungan antara t vs x pada percobaan oven sebagai grafik acuan proses pengeringan
padi dan juga mencari ralat antara hasil pengeringan oven dan rotary dryer untuk waktu
proses yang sama. Percobaan pengeringan ini menggunakan gabah sebagai bahan dan
menggunakan alat rotary dryer dan oven. Variasi suhu yang digunakan adalah suhu 55°C,
75°C, dan 90°C.
Prinsip kerja dari percobaan ini adalah mengeringkan padi yang telah direndam selama
1 malam. Padi dikeringkan dalam oven suhu 110oC untuk memperoleh berat kering padi.
Pengeringan padi dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan menggunakan rotary dryer dengan
spesifikasi sudut kemiringan 4o, panjang 274 cm, diameter 40 cm dan kecepatan putaran
1putara tiap 24 second dan dengan menggunakan oven pada suhu dan waktu pengeringan
yang sama. Selama proses pengeringan, dilakukan penimbangan sampel sebanyak 1 gram
setiap 5 menit. Pengeringan padi dilakukan dengan 3 kali run yaitu pada suhu 55C, 75C dan
90C.
Semakin lama waktu pengeringan, maka kadar air dalam padi semakin berkurang.
Semakin besar suhu pemanas dari 55oC sampai 90oC yang digunakan untuk mengeringkan
padi, maka efesiensi pengeringan juga meningkat hal ini berbeda dengan hasil percobaan.
Berdasarkan hasil percobaan, efisiensi yang didapatkan pada suhu 55°C adalah 11,23%
dengan ralat kesalahan sebesar 32,93%, pada suhu 75°C efisiensi yang didapatkan sebesar
6,37% dengan ralat kesalahan sebesar 9,63%, dan efisiensi pada suhu 90°C sebesar 5,3%
dengan ralat kesalahan sebesar 29,89%. Pada percobaan dengan didapatkan hasil efisiensi
yang semakin turun dimana seharusnya hasil efisiensi semakin naik dengan dinaikkannya
suhu untuk pengeringan. Kemungkinan kesalahan tersebut dapat disebabkan karena adanya
transfer massa air dari uap air pada lingkungan laboratorium menuju padatan gabah pada saat
padatan berkontak dengan lingkungan laboratorium, dikarenakan kondisi lingkungan pada
saat itu lembab dan panas, sehingga peluang terjadinya perpindahan massa air dari udara
menuju padatan menjadi lebih mudah.

iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................................................iii
INTISARI .................................................................................................................................. iv
DAFTAR ISI .............................................................................................................................. v
DAFTAR TABEL ..................................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................vii
METODE PERCOBAAN .......................................................................................................... 1
II.1. Alat dan bahan ................................................................................................................ 1
II.3. Metode Percobaan ........................................................................................................... 1

v
DAFTAR TABEL

Tabel III.1 Pengeringan dengan oven pada suhu 55oC ............................................................ 10


Tabel III.2 Pengeringan dengan rotary dryer pada suhu udara keluar 55oC ........................... 11
Tabel III.3 Pengeringan dengan oven pada suhu 55oC ............................................................ 12
Tabel III.4 Pengeringan dengan oven pada suhu 75oC ............................................................ 13
Tabel III.5 Pengeringan dengan rotary dryer dengan suhu udara keluar 75oC ....................... 14
Tabel III.6 Laju pengeringan dengan oven pada suhu 75oC.................................................... 15
Tabel III.7 Pengeringan dengan oven pada suhu 90oC ............................................................ 15
Tabel III.8 Pengeringan dengan rotary dryer dengan suhu udara keluar 90oC ....................... 15
Tabel III.9 Laju pengeringan dengan oven pada suhu 90oC.................................................... 15

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar I.1. Rotary Dryer ....................................................................................................... 7


Gambar I.2. Hubungan antara free moisture content dengan waktu ....................................... 8
Gambar I.3. Hubungan antarakecepatan pengeringan dan kandungan air .............................. 9
Gambar II.1. Rotary Dryer ...................................................................................................... 11
Gambar III.1. Grafik hubungan waktu pengeringan oven dengan free moisture content
pada suhu 55oC ...................................................................................................................... 14
Gambar III.2. Grafik hubungan waktu pengeringan rotary dryer dengan free moisture
content pada suhu udara keluar 55oC .................................................................................. 15
Gambar III.3. Grafik hubungan laju pengeringan oven dengan free moisture content pada
suhu 55oC ................................................................................................................................ 16
Gambar III.4. Grafik hubungan waktu pengeringan oven dengan free moisture content
pada suhu 75oC ...................................................................................................................... 17
Gambar III.5. Grafik hubungan waktu pengeringan rotary dryer dengan free moisture
content pada suhu udara keluar 75oC .................................................................................. 18
Gambar III.6. Grafik hubungan laju pengeringan oven dengan free moisture content pada
suhu 75oC ................................................................................................................................ 19
Gambar III.7. Grafik hubungan waktu pengeringan oven dengan free moisture content
pada suhu 90oC ...................................................................................................................... 21
Gambar III.8. Grafik hubungan waktu pengeringan rotary dryer dengan free moisture
content pada suhu udara keluar 90oC .................................................................................. 22
Gambar III.9. Grafik hubungan laju pengeringan oven dengan free moisture content pada
suhu 90oC ................................................................................................................................ 23

vii
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Tujuan Percobaan
 Mempelajari hubungan antara pengaruh suhu gas pemanas keluar terhadap
efisiensi pengeringan dengan alat rotary dryer.
 Mengkorelasikan periode proses pengeringan pada rotary dryer dengan
menggunakan grafik hubungan antara t vs x pada percobaan oven sebagai
grafik acuan proses pengeringan padi.
 Mencari ralat pengurangan kadar air antara hasil pengeringan oven dan
rotary dryer untuk waktu proses yang sama.

I.2. Tinjauan Pustaka


I.2.1. Pengeringan (Drying)
Proses pengeringan pada prinsipnya menyangkut proses pindah panas dan
pindah massa yang terjadi secara bersamaan (simultan). Pertama panas harus di transfer
dari pemanas ke bahan. Selanjutnya setelah terjadi penguapan air, uap air yang
terbentuk harus dipindahkan melalui struktur bahan ke medium sekitarnya. Proses ini
akan menyangkut aliran fluida di mana cairan harus di transfer melalui struktur bahan
selama proses pengeringan berlangsung. Jadi panas harus di sediakan untuk
menguapkan air dan air harus mendifusi melalui berbagai macam tahanan agar supaya
dapat lepas dari bahan dan berbentuk uap air yang bebas.
Lama proses pengeringan tergantung pada bahan yang di keringkan dan cara
pemanasan yang digunakan. Makin tinggi suhu dan kecepatan aliran udara pengeringan
makin cepat pula proses pengeringan berlangsung. Makin tinggi suhu udara pengering,
makin besar energi panas yang di bawa udara sehingga makin banyak jumlah massa
cairan yang di uapkan dari permukaan bahan yang dikeringkan. Jika kecepatan aliran
udara pengering makin tinggi maka makin cepat massa uap air yang dipindahkan dari
bahan ke atmosfer. Kelembaban udara berpengaruh terhadap proses pemindahan uap
air. Pada kelembaban udara tinggi, perbedaan tekanan uap air didalam dan diluar bahan
kecil, sehingga pemindahan uap air dari dalam bahan keluar menjadi terhambat.
Pada umumnya drying berarti penghilangan sebagian kecil kandungan air dari
suatu materi, sedangkan evaporasi berarti penghilangan sebagian besar air dari suatu

1
materi atau bahan. Dalam evaporasi, air yang dipindahkan sebagai uap pada titik
didihnya sedangkan pada drying, air yang dipindahkan biasanya sebagai uap udara.
Drying juga diartikan sebagai pemindahan air dari suatu material dan substansi lain
(Geankoplis, 2013).
Pengeringan adalah proses pengeluaran air dalam jumlah yang relatif kecil dari
bahan dengan menggunakan energi panas. Hasil proses pengeringan adalah bahan
dengan kadar air yang lebih rendah. Kelebihan dari proses pengeringan adalah bahan
menjadi lebih tahan lama disimpan, volume bahan menjadi kecil, mempermudah dan
menghemat ruang pengangkutan, mempermudah transportasi bahan, dan biaya produksi
menjadi lebih murah. Sementara kerugian dari pengeringan adalah bahan yang
dikeringkan berubah bentuk dan mengubah mutu bahan tersebut (Rachmawan, 2001).
Pada dasarnya metode pengeringan dibedakan menjadi dua, yaitu pengeringan
secara alamiah menggunakan sinar matahari {penjemuran) dan pengeringan secara
mekanis yang menggunakan alat. Pada pengeringan dengan menggunakan alat
umumnya terdiri dari tenaga penggerak dan kipas, unit pemanas (heater) serta alat-alat
kontrol. Sebagai sumber tenaga untuk mengalirkan udara dapat digunakan blower.
Sumber energi yang dapat digunakan pada unit pemanas adalah tungku, gas, minyak
bumi, dan elemen pemanas listrik. Proses pengeringan mekanis dapat dilakukan dengan
dua metode yaitu:
a. Pengeringan kontinyu/berkesinambungan (continuous drying), dimana
pemasukan dan pengeluaran bahan berjalan terus menerus. Pada metode
berkesinambungan, bahan bergerak melalui ruang pengering dan mengalami
kontak dengan udara panas secara searah (cocurrent) atau lawan arah
(counter-current).
b. Pengeringan tumpukan (batch drying), bahan masuk ke alat pengering sampai
pengeluaran hasil kering, kemudian baru dimasukkan bahan berikutnya.
Berikut ini adalah jenis – jenis alat pengeringan:
1) Tray Dryer
Pengering baki (tray dryer) disebut juga pengering rak atau pengering kabinet,
dapat digunakan untuk mengeringkan padatan bergumpal atau pasta, yang
ditebarkan pada baki logam dengan ketebalan 10-100 mm. Pengeringan jenis baki
atau wadah adalah dengan meletakkan material yang akan dikeringkan pada baki

1
yang lansung berhubungan dengan media pengering. Cara perpindahan panas yang
umum digunakan adalah konveksi dan perpindahan panas secara konduksi juga
dimungkinkan dengan memanaskan baki tersebut.
2) Rotary Dryer
Rotary dryer atau bisa disebut drum dryer merupakan alat pengering berbentuk
sebuah drum yang berputar secara kontinyu yang dipanaskan dengan tungku atau
gasifier. Alat pengering ini dapat bekerja pada aliran udara melalui poros silinder
pada suhu 1200-1800 °F tetapi pengering ini lebih seringnya digunakan pada suhu
400-900 °F.
3) Spray Dryer
Spray drying merupakan suatu proses pengeringan untuk mengurangi kadar air
suatu bahan sehingga dihasilkan produk berupa bubuk melalui penguapan cairan.
Spray drying menggunakan atomisasi cairan untuk membentuk droplet, selanjutnya
droplet yang terbentuk dikeringkan menggunakan udara kering dengan suhu dan
tekanan yang tinggi. Bahan yang digunakan dalam pengeringan spry drying dapat
berupa suspensi, dispersi maupun emulsi. Sementara produk akhir yang dihasilkan
dapat berupa bubuk, granula maupun aglomerat tergantung sifat fisik-kimia bahan
yang akan dikeringkan, desain alat pengering dan hasil akhir produk yang
diinginkan.
4) Freeze Dryer
Freeze Dryer merupakan suatu alat pengeringan yang termasuk kedalam
Conduction Dryer/ Indirect Dryer karena proses perpindahan terjadi secara tidak
langsung yaitu antara bahan yang akan dikeringkan (bahan basah) dan media
pemanas terdapat dinding pembatas sehingga air dalam bahan basah / lembab yang
menguap tidak terbawa bersama media pemanas. Hal ini menunjukkan bahwa
perpindahan panas terjadi secara hantaran (konduksi), sehingga disebut juga
Conduction Dryer/ Indirect Dryer. Pengeringan beku (freeze drying) adalah salah
satu metode pengeringan yang mempunyai keunggulan dalam mempertahankan
mutu hasil pengeringan, khususnya untuk produk-produk yang sensitif terhadap
panas.
5) Fluidized Bed Dryer

10
Pengeringan hamparan terfluidisasi (Fluidized Bed Drying) adalah proses
pengeringan dengan memanfaatkan aliran udara panas dengan kecepatan tertentu
yang dilewatkan menembus hamparan bahan sehingga hamparan bahan tersebut
memiliki sifat seperti fluida. Metode pengeringan fluidisasi digunakan untuk
mempercepat proses pengeringan dan mempertahankan mutu bahan kering.
Pengeringan ini banyak digunakan untuk pengeringan bahan berbentuk partikel atau
butiran, baik untuk industri kimia, pangan, keramik, farmasi, pertanian, polimer dan
limbah.
6) Vacum Dryer
Vacum drying adalah mesin pengering dengan menggunakan teknologi vacuum.
Proses pengeringan produk diatur pada suhu yang dikehendaki, disertai dengan
proses vacuum untuk mempercepat pengeringan.Mesin vacuum drying ini biasanya
digunakan untuk produk yang dikeringkan harus dengan suhu rendah, agar gizi tidak
rusak. Vacum drying ini bermanfaat untuk pengeringan sayur-sayuran dan produk
lainnya sesuai dengan keinginan Anda.
7) Pengeringan Gabungan
Pengeringan gabungan adalah pengeringan dengan energi smh dan bahan bakar
minyak atau biomass yang menggunakan konveksi paksa (udara panas dikumpulkan
dalam kolektor kemudian dihembus ke komoditi).
Adapula faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan, yaitu : (Tindaon, 2013)
1. Luas Permukaan
Semakin luas permukaan bahan, semakin cepat bahan menjadi kering. Untuk
mempercepat pengeringan umumnya bahan yang akan dikeringkan dipotong-potong
atau diiris-iris terlebih dahulu. Hal ini terjadi karena pemotongan atau pengirisan
tersebut akan memperluas permukaan bahan dan permukaan yang luas dapat
berhubungan dengan medium pemanasan sehingga air mudah keluar
2. Perbedaan Suhu dan Udara Sekitarnya
Semakin besar perbedaan suhu antara medium pemanas dengan bahan, semakin
cepat perpindahan panas ke dalam bahan dan semakin cepat pula penghilangan air dari
bahan. Air yang keluar dari bahan yang dikeringkan akan menjenuhkan udara sehingga
kemampuannya untuk menyingkirkan air berkurang. Jadi semakin tinggi suhu
pengeringan, maka proses pengeringan akan semakin cepat.

11
3. Kecepatan Aliran Udara
Semakin tinggi kecepatan udara, semakin banyak penghilangan uap air dari
permukaan bahan sehingga dapat mencegah terjadinya udara jenuh di permukaan bahan.
Apabila aliran udara disekitar tempat pengeringan berjalan dengan baik, proses
pengeringan akan semakin cepat, yaitu semakin mudah dan semakin cepat uap air
terbawa dan teruapkan.
4. Tekanan Udara
Semakin kecil tekanan udara akan semakin besar kemampuan udara untuk
mengangkut air selama pengeringan, karena dengan semakin kecilnya tekanan berarti
kerapatan udara makin berkurang sehingga uap air dapat lebih banyak tertampung dan
disingkirkan dari bahan.
5. Kelembapan Udara
Semakin lembab udara maka makin lama kering sedangkan makin kering udara
maka semakin cepat pengeringan. Karena udara kering dapat mengabsorbsi dan
menahan uap air.
Proses drying juga dapat diklasifikasikan berdasarkan kondisi fisika yang
digunakan untuk menambahkan panas dan memindahkan uap air yaitu : (Geankoplis,
2003)
1. Panas ditambahkan dengan mengkontakkan secara langsung dengan udara yang
dipanaskan pada tekanan atmosfer. Uap air yang terbentuk, dipindahkan oleh
udara.
2. Dalam vacuum drying, proses penguapan air lebih cepat pada tekanan rendah
dan panas ditambahkan secara tidak langsung melalui dinding logam atau
radiasi.
3. Dalam freeze drying, air disublimasi dari bahan yang sudah didinginkan.
I.2.2. Rotary Dryer
Rotary dryer atau bisa disebut drum dryer merupakan alat pengering berbentuk
sebuah drum yang berputar secara kontinyu yang dipanaskan dengan tungku atau
gasifier. Alat pengering ini dapat bekerja pada aliran udara melalui poros silinder pada
suhu 1200-1800oF tetapi pengering ini lebih seringnya digunakan pada suhu 400-900oF
(Earle, 1969).

12
Rotary dryer sudah sangat dikenal luas di kalangan industri karena proses
pengeringannya jarang menghadapi kegagalan baik dari segi output kualitas maupun
kuantitas. Namun sejak terjadinya kelangkaan dan mahalnya bahan bakar minyak dan
gas, maka teknologi rotary dryer mulai dikembangkan untuk berdampingan dengan
teknologi bahan bakar substitusi seperti burner batubara, gas sintesis dan sebagainya.
Pengering rotary dryer biasa digunakan untuk mengeringkan bahan yang
berbentuk bubuk, granula, gumpalan partikel padat dalam ukuran besar. Pemasukkan
dan pengeluaran bahan terjadi secara otomatis dan berkesinambungan akibat gerakan
vibrator, putaran lubang umpan, gerakan berputar dan gaya gravitasi. Sumber panas
yang digunakan dapat berasal dari uap listrik, batubara, minyak tanah dan gas. Debu
yang dihasilkan dikumpulkan oleh scrubber dan penangkap air elektrostatis.
Secara umum, alat rotary dryer terdiri dari sebuah silinder yang berputar di atas
sebuah bearing dengan kemiringan yang kecil menurut sumbu horisontal, rotor, gudang
piring, perangkat transmisi, perangkat pendukung, cincin meterai, dan suku cadang
lainnya.. Panjang silinder biasanya bervariasi dari 4 sampai lebih dari 10 kali
diameternya (bervariasi dari 0,3 sampai 3 m). Feed padatan dimasukkan dari salah satu
ujung silinder dan karena rotasi, pengaruh ketinggian dan slope kemiringan, produk
keluar dari salah satu ujungnya (Jumari, A dan Purwanto A., 2005). Pengering putar ini
dipanaskan dengan kontak langsung gas dengan zat padat atau dengan gas panas yang
mengalir melalui mantel luar, atau dengan uap yang kondensasi di dalam seperangkat
tabung longitudinal yang dipasangkan pada permukaan dalam selongsong.

13
Gambar I.1. Rotary dryer
(McCabe, Smith, and Harriot, 1993)
Keterangan gambar rotary dryer :
A = Silinder putar
B = Rol pemutar
C = Gear
D = Cyclone
E = Kipas
F = Feed masuk
G = Gerigi pengangkat
H = Produk keluar
J = Pemanas Udara
I.2.3. Laju Pengeringan
Data yang didapatkan dari percobaan drying secara batch adalah W, sebagai
berat total (berat air yang terkandung dan berat padatan kering). Data ini dapat
dikonversikan ke dalam kecepatan pengeringan. Langkah-langkahnya adalah sebagai
berikut:
Kandungan air dalam suatu material dapat dihitung dengan persamaan:
W  Ws
X T = Ws (1)
Dengan:
W = berat padatan basah, kg
Ws = berat padatan kering, kg
XT = kg H2O/kg padatan kering

14
Air bebas adalah selisih antara kandungan air total di dalam zat padat dan
kandungan air kesetimbangan. Jika XT adalah kandungan kebasahan total, dan jika X*
kandungan kebasahan kesetimbangan, maka kebasahan bebas (free moisture) adalah
X = XT – X*
(Mc Cabe,1985)

Gambar I.2. Hubungan Waktu (t) dengan Free Moisture Content (X)

Dari persamaan di atas, dibuat grafik free moisture content X versus waktu (t).
Untuk mendapatkan kecepatan pengeringan, dicari slope tiap titik pada grafik free
dX
moisture content versus waktu sehingga didapatkan nilai dt . Kecepatan pengeringan
(R) pada tiap titik dihitung dengan persamaan berikut,
Ws dx
R
A dt (2)
R adalah laju pengeringan dalam kg H2O/m2.h, Ls adalah berat padatan kering
dalam kg dan A adalah luas permukaan kontak pengeringan dalam m2.
Waktu pengeringan untuk fase constant rate diperoleh menggunakan persamaan
:
Ws
X 0  X c 
T= A.R c (3)

Sedangkan waktu pengeringan untuk fase falling rate dicari dengan persamaan :
X
Ws 2 dX
A Xc R
t= (4)

15
Waktu pengeringan total dicari dengan persamaan :
tpengeringan = tconstant + tfalling

Gambar I.3. Hubungan Kecepatan Pengeringan (R) dan Kandungan Air Bebas
(X)
A-B : Suhu awal bahan lebih kecil daripada suhu ruang pengeringan,
sehingga terjadi transfer panas.
A’-B : Suhu awal bahan lebih besar daripada suhu ruang pengeringan,
sehingga terjadi transfer panas.
B-C : Kecepatan pengeringan konstan.
C-D : Kecepatan pengeringan turun.
D-E : Kecepatan pengeringan turun.
I.2.4. Literatur Gabah
Kadar air gabah sangat berpengaruh pada proses pengeringan. Kadar air gabah
dibagi menjadi beberapa Gabah Kering Panen (GKP) mempunyai kadar air 22-25%,
Gabah Kering Giling <14% (Chandratama, 2015), dan Gabah Kering Simpan >14%
(Shofia,2011).

16
BAB II
METODE PERCOBAAN

II.1. Alat dan bahan


II.1.1. Bahan
 Air PDAM
 Padi
II.1.2. Alat
 Bak plastik 2 buah
 Gayung
 Saringan peniris
 Oven
 Rotary dryer
 Cawan petri
 Neraca analitis
 Jangka sorong
 Termometer
 Neraca kasar
 Penjepit

Gambar II.1. Rotary Dryer


II.3. Metode Percobaan
1. Padi direndam di dalam bak plastik dengan air PDAM selama 1 malam.
2. Cawan petri kosong ditimbang dengan neraca analitis.
3. Padi ditiriskan dan dipindahkan ke bak plastik kering.

1
4. Kompor dinyalakan bersamaan dengan dinyalakannya blower dan motor
rotary dryer dengan sudut kemiringan 4o dan kecepatan rotary dryer 1
putaran/24 detik untuk mendapatkan udara panas dengan suhu stabil.
5. Temperatur gas panas yang keluar dari cyclone diukur dan dicatat sebagai
temperatur acuan oven sebesar 70oC.
6. Padi yang telah ditiriskan, diambil sebanyak 1 gram dan diletakkan dalam
cawan petri untuk ditimbang dengan neraca analitis.
7. Cawan petri yang telah berisi padi kemudian dimasukkan ke dalam oven
dengan suhu acuan yang telah didapatkan dan ditimbang setiap 5 menit
sampai didapatkan berat konstan. Massa padi konstan dianggap sebagai
massa ekuilibrium (W*) pada kondisi pengeringan tertentu.
8. Setelah didapatkan massa padi konstan, kandungan air dalam padi tersebut
dihitung.
9. Sebanyak 4 kg padi basah dimasukkan secara bertahap ke dalam rotary
dryer untuk dikeringkan, kemudian dilakukan pengambilan sampel produk
sebanyak 1 gram keluar rotary dryer setiap 5 menit. Setiap sampel produk
ditimbang dan dimasukkan ke dalam oven seuhu 110oC untuk menentukan
berat keringnya.
10. Padi yang keluar dari rotary dryer seluruhnya ditampung untuk ditimbang
dengan neraca kasar.
11. Langkah 1-10 diulang dengan perubahan suhu gas pemanas 80 oC dan 90oC.
II.4. Analisa Data
1. Menghitung massa padi dengan kandungan air
W = (massa padi basah + cawan petri) – massa cawan petri
2. Menghitung massa ekuilibrium padi
W* = (massa padi keluar oven + cawan petri) – massa cawan petri
3. Menghitung massa padi kering
Ws = [(massa padi keluar oven+cawan petri)–massa cawan petri]x(1–% air)
4. Menghitung kandungan air padi pada saat tertentu
W - Ws
Xt =
Ws
W = massa padi basah (gram)

2
Ws = massa padi kering (gram)
 gram air 
Xt = total moisture content  
 gram padi kering 
5. Menghitung kadar air ekuilibrium
W* - Ws
X* =
Ws
W* = massa padi pada saat ekuilibrium (gram)
Ws = massa padi kering (gram)
 gram air 
X* = equilibrium moisture content  
 gram padi kering 
6. Menghitung kandungan air bebas (free moisture content)
 gram air 
X = Xt – X*  
 gram padi kering 
7. Grafik hubungan t vs X
Dibuat grafik X (free moisture content) setiap waktu (menit) pada percobaan
menggunakan oven untuk mengetahui X pada waktu yang sama dengan
keluarnya padi dari rotary dryer.

8. Menghitung ralat
∆𝑋𝑟𝑜𝑡𝑎𝑟𝑦 𝑑𝑟𝑦𝑒𝑟 −∆𝑋𝑜𝑣𝑒𝑛
Ralat = | | x 100%
∆𝑋𝑜𝑣𝑒𝑛

Keterangan:
∆𝑋𝑟𝑜𝑡𝑎𝑟𝑦 𝑑𝑟𝑦𝑒𝑟 = 𝑋𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 − 𝑋𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟
∆𝑋𝑜𝑣𝑒𝑛 = 𝑋𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 − 𝑋𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟

9. Menghitung efisiensi rotary dryer


X awal - X akhir
Efisisensi = x 100%
X awal

3
BAB III
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

III.1. Hasil Percobaan


Rotary dryer yang digunakan untuk mengeringkan padi basah, memiliki
spesifikasi sebagai berikut:
- Kecepatan rotary dryer = 1 putaran / 24 detik
- Kemiringan rotary dryer = 4o
III.1.1. Pengeringan Padi pada Suhu 55oC
Hasil percobaan pada pengeringan 1 gram padi dengan oven pada suhu 55oC,
dengan massa cawan 30,9714 g disajikan pada Tabel III.1.
Tabel III.1. Pengeringan dengan oven pada suhu 55oC
Massa gabah Xt X
T
(gram) (g H2O/g padi kering) (g H2O/g padi kering)
0 1,1360 0,4069 0,3554
5 0,9546 0,1823 0,1307
10 0,9319 0,1542 0,1026
15 0,9132 0,1310 0,0795
20 0,9031 0,1185 0,0670
25 0,8906 0,1030 0,0515
30 0,8816 0,0919 0,0403
35 0,8746 0,0832 0,0317
40 0,8694 0,0767 0,0252
45 0,8603 0,0655 0,0139
50 0,8540 0.0577 0,0061
55 0,8496 0,0522 0.0007
60 0,8490 0,0515 0

Grafik hubungan waktu pengeringan oven dengan free moisture content pada suhu
55oC, disajikan pada Gambar III.1.

Hasil percobaan pada pengeringan 3000 gram padi dengan rotary dryer pada
suhu udara keluar 55oC, dengan massa cawan 35,0586 disajikan pada Tabel III.2.

4
Tabel III.2. Pengeringan dengan rotary dryer pada suhu udara keluar 55oC

W Xt X
t (menit)
(gram) (g H2O/g padi kering) (g H2O/g padi kering)

0 1,0253 0,2950 0,2377


5 1,0033 0,3318 0,2361
10 1,0014 0,3288 0,2334
15 1,0024 0,2979 0,2212
20 1,0134 0,3202 0,2388
25 1,0246 0,2754 0,2297
30 0,9934 0,2796 0,2069
35 1,0055 0,2920 0,2212
40 0,9997 0,2775 0,2110
45 1,0058 0,2632 0,2104
50 1,0012 0,2574 0,2046
55 0,9990 0,2391 0,1963

Grafik hubungan waktu pengeringan rotary dryer dengan free moisture content
pada suhu udara keluar 55oC disajikan pada Gambar III.1.

0.4
0.35
Free moisture content (X)

0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
0 10 20 30 40 50 60 70
Durasi (menit)

Oven Rotary Dryer

Gambar III. 1. Grafik hubungan waktu pengeringan rotary dryer & Oven dengan
free moisture content pada suhu udara keluar 55oC
Hasil percobaan laju pengeringan 3000 gram padi dengan rotary dryer pada
suhu 55oC, disajikan pada Tabel III.3.

5
Tabel III.3. Pengeringan dengan oven pada suhu 55oC
Xt X R
t (menit)
(g H2O/g padi kering) (g H2O/g padi kering) (gram H2O/min. cm²)
0 0,4069 0,3554 0
5 0,1823 0,1307 0,0526
10 0,1542 0,1026 0,0065
15 0,1310 0,0795 0,0054
20 0,1185 0,0670 0,0029
25 0,1030 0,0515 0,0036
30 0,0919 0,0403 0,0026
35 0,0832 0,0317 0,0020
40 0,0767 0,0252 0,0015
45 0,0655 0,0139 0,0026
50 0.0577 0,0061 0,0018
55 0,0522 0.0007 0,0012
60 0,0515 0 0,0001

Grafik hubungan laju pengeringan oven dengan free moisture content pada suhu
55oC, disajikan pada Gambar III.3.
0.007
Laju Pengeringan (gram

0.006
H2O/menit. cm²)

0.005

0.004

0.003

0.002

0.001

0
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12

Free Moisture Content (X)

Gambar III.3. Grafik hubungan laju pengeringan oven dengan free moisture
content pada suhu 55oC
Perhitungan efisiensi pengeringan rotary dryer:

6
X awal − X akhir
Efisiensi = x100%
X awal
0,2377 − 0,2110
Efisiensi = x100%
0,2377
Efisiensi = 11,23%
Perhitungan persentase ralat (% ralat):
Xrotary −Xoven
% Ralat = | |
Xoven
0,2377−0,3544
% Ralat = | |
0,3554

% Ralat = 32,93 %
III.1.2. Pengeringan Padi pada Suhu 75oC
Hasil percobaan pada pengeringan 1 gram padi dengan oven pada suhu 75oC,
dengan massa cawan 36,4328 g disajikan pada Tabel III.4.

Tabel III.4. Pengeringan dengan oven pada suhu 75oC

t W Xt X
(menit) (gram) (g H2O/g padi kering) (g H2O/g padi kering)
0 1,0257 0,2514 0,2007
5 0,9619 0,1913 0,1399
10 0,9322 0,1545 0,1031
15 0,9127 0,1304 0,0789
20 0,8985 0,1128 0,0613
25 0,8855 0,0967 0,0452
30 0,8774 0,0866 0,0352
35 0,8700 0,0775 0,0260
40 0,8643 0,0704 0,0190
45 0,8553 0,0593 0,0078
50 0,8502 0,0530 0,0015

Grafik hubungan waktu pengeringan oven dengan free moisture content pada
suhu 75oC disajikan pada Gambar III.2.

7
0.4

0.35

Free moisture content (X)


0.3

0.25

0.2

0.15

0.1

0.05

0
0 10 20 30 40 50 60 70
Durasi (menit)

Oven Rotary Dryer

Gambar III.2. Grafik hubungan waktu pengeringan oven & rotary dryer dengan
free moisture content pada suhu 75oC
Hasil percobaan pada pengeringan 3000 gram padi dengan rotary dryer dengan
suhu udara keluar 75oC, dengan massa cawan 35,0586 g disajikan pada Tabel III.4.

Tabel III.5. Pengeringan dengan rotary dryer dengan suhu udara keluar 75oC
t W Xt X
(menit) (gram) (g H2O/g padi kering) (g H2O/g padi kering)
0 1,0183 0,2643 0,2195
5 1,0028 0,3050 0,2232
10 1,0043 0,2813 0,2149
15 0,9975 0,2905 0,2132
20 0,9991 0,3321 0,2319
25 1,0134 0,2832 0,2227
30 1,0072 0,2653 0,2111
35 1,0052 0,2543 0,2055

Grafik hubungan waktu pengeringan rotary dryer dengan free moisture content
pada suhu udara keluar 75oC disajikan pada Gambar III.2.
Hasil percobaan laju pengeringan 3000 gram padi dengan rotary dryer pada
suhu 75oC, disajikan pada Tabel III.6.

8
Tabel III.6. Laju pengeringan dengan oven pada suhu 75oC
Xt X R
t (menit)
(g H2O/g padi kering) (g H2O/g padi kering) (gram H2O/min. cm²)
0 0,2514 0,2007 0
5 0,1913 0,1399 0,0185
10 0,1545 0,1031 0,0086
15 0,1304 0,0789 0,0056
20 0,1128 0,0613 0,0041
25 0,0967 0,0452 0,0037
30 0,0866 0,0352 0,0023
35 0,0775 0,0260 0,0021
40 0,0704 0,0190 0,0016
45 0,0593 0,0078 0,0026
50 0,0530 0,0015 0,0014

Grafik hubungan laju pengeringan rotary dryer dengan free moisture content
pada suhu 55oC, disajikan pada Gambar III.6.
0.02

0.018
Laju Pengeringan (gram H2O/

0.016

0.014

0.012
menit/cm²

0.01

0.008

0.006

0.004

0.002

0
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12 0.14 0.16
Free Moisture Content (X)

Gambar III.6. Grafik hubungan laju pengeringan oven dengan free moisture
content pada suhu 75oC
Perhitungan efisiensi pengeringan rotary dryer :

9
X awal−X akhir
Efisiensi = x100%
X awal

0,2195 − 0,2055
Efisiensi = x100%
0,2195
Efisiensi = 6,37%

Perhitungan persentase ralat untuk percobaan pengeringan padi:


Xrotary −Xoven
% Ralat = | |
Xoven
0,2195−0,2007
% Ralat = | |
0,2007

% Ralat = 9,63 %
III.1.3. Pengeringan Padi pada Suhu 90oC
Hasil percobaan pada pengeringan 1 gram padi dengan oven pada suhu 90oC,
dengan massa cawan 32,6917 g disajikan pada Tabel III.7.
Tabel III.7. Pengeringan dengan oven pada suhu 90oC
t W Xt X
(menit) (gram) (g H2O/g padi kering) (g H2O/g padi kering)
0 1,0107 0,1996 0,1502
5 0,9457 0,1712 0,1219
10 0,9199 0,1393 0,0899
15 0,9013 0,1163 0,0669
20 0,8863 0,0977 0,0483
25 0,8687 0,0759 0,0265
30 0,8633 0,0692 0,0198
35 0,8584 0,0631 0,0137

Grafik hubungan waktu pengeringan oven dengan free moisture content pada
suhu 90oC disajikan pada Gambar III.3.

Hasil percobaan pada pengeringan 3000 gram padi dengan rotary dryer dengan
suhu udara keluar 90oC, dengan massa cawan 35,0586 g disajikan pada Tabel III.8.
Tabel III.8. Pengeringan dengan rotary dryer dengan suhu udara keluar 90oC
t W Xt X
(menit) (gram) (g H2O/g padi kering) (g H2O/g padi kering)

10
0 0,9998 0,2601 0,1951
5 1,0027 0,3205 0,2214
10 1,0244 0,3024 0,2305
15 1,0110 0,2642 0,2055

Grafik hubungan waktu pengeringan rotary dryer dengan free moisture content
pada suhu udara keluar 90oC disajikan pada Gambar III.3.
0.25

0.2
Free moisture content

0.15

0.1

0.05

0
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Durasi (menit)

Oven Rotary Dryer

Gambar III.3. Grafik hubungan waktu pengeringan rotary dryer & oven dengan
free moisture content pada suhu udara keluar 90oC

Hasil percobaan laju pengeringan 3000 gram padi dengan rotary dryer pada
suhu 90oC, disajikan pada Tabel III.9.
Tabel III.9. Laju pengeringan dengan oven pada suhu 90oC
Xt X R
t (menit) (g H2O/g padi (g H2O/g padi (gram H2O/min.
kering) kering) cm²)
0 0,2514 0,2007 0
5 0,1913 0,1399 0,0185
10 0,1545 0,1031 0,0086
15 0,1304 0,0789 0,0056
20 0,1128 0,0613 0,0041
25 0,0967 0,0452 0,0037
30 0,0866 0,0352 0,0023

11
35 0,0775 0,0260 0,0021
40 0,0704 0,0190 0,0016
45 0,0593 0,0078 0,0026
50 0,0530 0,0015 0,0014

Grafik hubungan laju pengeringan oven dengan free moisture content pada suhu
90oC, disajikan pada Gambar III.9.
0.02
0.018
Laju Pengeringan (gram H2O/

0.016
0.014
0.012
menit/cm²

0.01
0.008
0.006
0.004
0.002
0
0 0.05 0.1 0.15 0.2
Free Moisture Content (X)

Gambar III.9. Grafik hubungan laju pengeringan oven dengan free moisture
content pada suhu 90oC

Perhitungan efisiensi pengeringan rotary dryer :


X awal−X akhir
Efisiensi = x100%
X awal

0,2055 − 0,1951
Efisiensi = x100%
0,1951
Efisiensi = 5,33%

Perhitungan persentase ralat untuk percobaan pengeringan padi:


Xrotary −Xoven
% Ralat = | |
Xoven
0,1951−0,1502
% Ralat = | |
0,1502

% Ralat = 29,89 %

12
III.2. Pembahasan
Pada percobaan drying tujuan utama yang ingin diinginkan adalah
penghilangan kadar air yang terdapat dari suatu padatan gabah yang telah direndam
sebelumnya dan ditiriskan untuk dikeringkan di dalam oven dan rotary dryer pada
interval waktu tertentu, dari masing – masing pengeringan tersebut akan didapatkan data
korelasi yang menghubungkan antara periode pengeringan (t) dengan free moisture
content, serta juga diinginkan hubungan antara laju pengeringan dengan free moisture
content . Pemanasan yang dilakukan pada rotary dryer menggunakan 3 variasi suhu
yaitu 550C, 750C, 900C, dengan tujuan untuk menganilisis efisiensi pengeringan dengan
rotary dryer dari ketiga suhu tersebut. Dan ketiga suhu pada rotary dryer tersebut
digunakan sebagai acuan suhu untuk pengeringan dengan oven.
Pada percobaan dengan rotary dryer pada run 3 suhu 900C, didapati trendline
yang semakin naik, yang menunjukan adanya kenaikan free moisture content dengan
semakin lamanya proses pengeringan, dimana seharusnya semakin lama pengeringan
maka free moisture content akan semakin berkurang, dikarenakan adanya transfer massa
air yang ada didalam gabah menuju lingkungan dengan menggunakan bantuan energi
panas. Kemungkinan kesalahan tersebut dapat disebabkan karena adanya transfer massa
air dari uap air pada lingkungan laboratorium menuju padatan gabah pada saat padatan
berkontak dengan lingkungan laboratorium, dikarenakan kondisi lingkungan pada saat
itu lembab dan panas, sehingga peluang terjadinya perpindahan massa air dari udara
menuju padatan menjadi lebih mudah.
Dari percobaan pada suhu 550C, 750C dan 900C, trendline dari laju pengeringan
terletak pada kondisi falling rate karena air pada gabah sudah ditiriskan sebelumnya,
sehingga air pada permukaan padatan sudah sebagian besar dihilangkan. Pengeringan
yang memiliki laju paling tertinggi adalah pada suhu tertinggi yaitu 900C. karena
semakin tinggi suhu, maka proses perpindahan massa akan menjadi semakin mudah
sehingga kelajuan akan meningkat seiring dengan kenaikan suhu.
Dari percobaan pada suhu 550C didapatkan efisiensi sebesar 11,23% dan ralat
sebesar 32,93%. Penyebab kecilnya nilai efisiensi pengeringan pada Rotary Dryer dapat
disebabkan karena terlalu cepatnya gabah keluar dari Rotary Dryer sehingga waktu
untuk melakukan pengeringan kurang mencukupi atau dengan kata lain panas yang
dikontakan dengan padatan gabah untuk memindahkan air kurang. Dan untuk penyebab

13
ralat yang besar antara percobaan oven dengan percobaan rotary dryer dapat disebabkan
karena kadar air pada lingkungan, kadar uap air pada oven jauh relatif lebih kecil
dibandingkan didalam rotary dryer, dikarenakan alat rotary dryer bersifat terbuka dan
adanya uap air dari udara yang dapat masuk, sehingga uap air tersebut mempengaruhi
berat gabah dan secara otomatis mempengaruhi free moisture content dari gabah. Untuk
efisiensi dan ralat pada run 2 suhu 550C adalah 6,37% dan 9,63%, dan untuk run 3 suhu
900C adalah 5,3% dan 29,89%. Tidak menutup kemungkinan kesalahan yang telah
dijelaskan terjadi pada run 2 dan run 3.

14
BAB IV
KESIMPULAN

Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:


1. Semakin lama waktu pengeringan maka kadar air dalam padi akan semakin
berkurang.
2. Ralat kesalahan yang didapatkan pada suhu 550C, 750C, dan 900C secara berturut –
turut adalah 32,93%, 9,63% dan 29,89%.
3. Efisiensi yang didapatkan pada suhu 550C, 750C, dan 900C secara berturut – turut
adalah 11,23%, 6,37% dan 5,3%.
4. Laju pengeringan yang diamati terdapat pada kondisi falling rate
5. Semakin tinggi suhu maka laju pengeringan semakin tinggi. Laju pengeringan
tertinggi terdapat pada suhu 900C
6. Padi kering hasil pegeringan masuk dalam kategori padi kering giling

15
Daftar Pustaka
Geankoplis, C.J., 2003, Transport Processes and Unit Operations, 4nd ed., PrenticeHall
International, Tokyo

Jumari, A dan Purwanto A., 2005, Design of Rotary Dryer for Improving the Quality of
Product of Semi Organic Phospate Fertilizer, Jurusan Teknik Kimia F.T. UNS : Solo

McCabe, W., Smith, J.C., and Harriot, P., 1993, “Unit Operation of Chemical
Engineering”, McGraw Hill Book, Co., United States of America.

Mc.Cabe, L., Warren, dkk. 1985. Operasi Teknik Kimia (edisi ke-4). Terjemahan oleh :
E. Jasifi. Erlangga, Jakarta, Indonesia.

Rachmawan, O. 2001. Pengeringan, Pendinginan dan Pengemasan Komoditas


Pertanian. Tim Program Keahlian Teknologi Hasil Pertanian. Jakarta.

Westriyan Tindaon. 2013 (online).


http://westryantindaon.blogspot.com/2013/07/pengeringan.html. diakses tanggal 10
September 2017.

16
Lampiran

 Menghitung massa gabah dengan kandungan air (pada suhu 55OC)


𝑊 = (𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑏𝑢𝑡𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑔𝑎𝑏𝑎ℎ + 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑡𝑟𝑖)
− (𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑡𝑟𝑖)
𝑊 = (36.0839 − 35.0586)𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑊 = 1.0253 𝑔𝑟𝑎𝑚
 Menghitung massa gabah kering (pada suhu 110OC)
𝑊𝑠 = (𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑏𝑢𝑡𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑔𝑎𝑏𝑎ℎ + 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑡𝑟𝑖)
− (𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑡𝑟𝑖)
𝑊 = (35.8503 − 35.0586)𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑊 = 0.7917 𝑔𝑟𝑎𝑚
 Menghitung massa ekuilibrium gabah (pada suhu 55OC)
𝑊𝑒 = (𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑏𝑢𝑡𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑔𝑎𝑏𝑎ℎ + 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑡𝑟𝑖)
− (𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑡𝑟𝑖)
𝑊𝑒 = (31.8204 − 30.9714)𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑊𝑒 = 0.849 𝑔𝑟𝑎𝑚
 Menghitung kandungan air gabah pada saat tertentu (pada suhu 55OC)
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑔𝑎𝑏𝑎ℎ 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ − 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
𝑋𝑡 = 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
1.0253 − 0.7917
𝑋𝑡 =
0.7917
𝑋𝑡 = 0.295

 Menghitung kandungan air pada saat kondisi ekuilibrium (pada suhu 55OC)
(𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 − 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑒𝑘𝑢𝑖𝑙𝑖𝑏𝑟𝑖𝑢𝑚)
𝑋𝑒 =
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑒𝑘𝑢𝑖𝑙𝑖𝑏𝑟𝑖𝑢𝑚
0.849 − 0.7917
𝑋𝑒 =
0.7917
𝑋𝑒 = 0.07

 Menghitung kandungan air yang terbebas (free moisture content)


𝑋 = 𝑋𝑡 − 𝑋𝑒
𝑋 = 0.295 − 0.07
𝑋 = 0.222
 Menghitung error (galat) rotary dryer terhadap oven
|∆𝑋𝑟𝑜𝑡𝑎𝑟𝑦 − ∆𝑋𝑜𝑣𝑒𝑛|
%𝑔𝑎𝑙𝑎𝑡 = 𝑥100%
𝑋𝑜𝑣𝑒𝑛
|0.222 − 0.355|
%𝑔𝑎𝑙𝑎𝑡 = 𝑥100%
0.355
%𝑔𝑎𝑙𝑎𝑡 = 37.49%

17
 Menghitung luasan permukaan gabah
1 1
𝐴 = 𝜋𝑑 2 𝐿 + 2 ( 𝜋𝑟 2 )
4 4
0.235 2
𝐴 = (0.25) ∗ (3.14) ∗ (0.235𝑐𝑚)2 ∗ (0.817𝑐𝑚) + 0.5 ∗ (3.14) ∗ ( )
2
𝐴 = 0.689 𝑐𝑚2

 Menghitung laju pengeringan air


X2= 0.130 (diperoleh dari free moisture content pada menit ke-5 pada
pengeringan oven dengan suhu 55OC)
X1=0.355 (diperoleh dari free moisture content pada menit ke-0 atau mula –
mula)
𝑊𝑠 ∆𝑋
𝑅=−
𝐴 ∆𝑡
0.807 (0.130 − 0.355)
𝑅=− ∗
0.6895 (5 − 0)
𝐻20
𝑅 = 0.0526 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡. 𝑐𝑚2
Perhitungan laju pengeringan pada variasi suhu lainnya dan setiap interval 5
menit berikutnya, memiliki prosedur perhitungan yang sama

 Menghitung efisiensi pengeringan rotary dryer (selama 15 menit pengeringan


pada suhu 55OC)
𝑋𝑎𝑤𝑎𝑙 − 𝑋𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
%𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 = 𝑥100%
𝑋𝑎𝑤𝑎𝑙
0.22 − 0.20
%𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 = 𝑥100%
0.22
%𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 = 9.09%

Prosedur perhitungan untuk variasi suhu keluar 75OC dan 90OC memiliki
prosedur perhitungan yang sama dengan contoh perhitungan di atas.

18
Tabel 1a. Tabel Perhitungan Free Moisture Content pada Suhu Udara
Keluar 55OC

Massa gabah+cawan
Massa cawan + petri setelah keluar dari Massa gabah basah Ws
t gabah (gram) oven (gram) (gram) (gram)
0 36.0839 35.8503 1.0253 0.7917
5 36.0619 35.8119 1.0033 0.7533
10 36.06 35.8122 1.0014 0.7536
15 36.061 35.8309 1.0024 0.7723
20 36.072 35.8262 1.0134 0.7676
25 36.0832 35.8619 1.0246 0.8033
30 36.052 35.8349 0.9934 0.7763
35 36.0641 35.8368 1.0055 0.7782
40 36.0583 35.8411 0.9997 0.7825
45 36.0644 35.8548 1.0058 0.7962
50 36.0598 35.8548 1.0012 0.7962
55 36.0576 35.8648 0.999 0.8062

Tabel 1b. Tabel Perhitungan Free Moisture Content pada Suhu Udara
Keluar 55OC

Xt X* X
Massa Equilibrium (g H2O/g padi (g H2O/g padi (g H2O/g padi
(W* dalam gram) kering) kering) kering)
0.849 0.295061 0.0723759 0.222685361
0.849 0.331873 0.12704102 0.204832072
0.849 0.328822 0.126592357 0.202229299
0.849 0.297941 0.099313738 0.198627476
0.849 0.320219 0.106044815 0.214174049
0.849 0.275489 0.056890327 0.218598282
0.849 0.27966 0.093649362 0.186010563
0.849 0.292084 0.090979183 0.201105114
0.849 0.277572 0.084984026 0.192587859
0.849 0.26325 0.066314996 0.196935443
0.849 0.257473 0.066314996 0.191158001
0.849 0.239147 0.053088564 0.18605805

19
Tabel 2a. Tabel Perhitungan Free Moisture Content pada Suhu Udara
Keluar 75OC

Massa (cawan + Massa (gabah+cawan petri) Massa gabah Ws


t gabah) (gram) setelah keluar dari oven (gram) basah (gram) (gram)
0 36.0769 35.864 1.0183 0.8054
5 36.0614 35.827 1.0028 0.7684
10 36.0629 35.8424 1.0043 0.7838
15 36.0561 35.8315 0.9975 0.7729
20 36.0577 35.8086 0.9991 0.75
25 36.072 35.8483 1.0134 0.7897
30 36.0658 35.8546 1.0072 0.796
35 36.0638 35.86 1.0052 0.8014

Tabel 2b. Tabel Perhitungan Free Moisture Content pada Suhu Udara
Keluar 75OC

Xt X* X
Massa Equilibrium (g H2O/g padi (g H2O/g (g H2O/g padi
(W* dalam gram) kering) padi kering) kering)
0.8502 0.264341 0.055624534 0.208716166
0.8502 0.305049 0.106454971 0.198594482
0.8502 0.281322 0.084715489 0.196606277
0.8502 0.290594 0.100012938 0.190580929
0.8502 0.332133 0.1336 0.198533333
0.8502 0.283272 0.076611371 0.206660757
0.8502 0.265327 0.068090452 0.197236181
0.8502 0.254305 0.060893436 0.19341153

Tabel 3a. Tabel Perhitungan Free Moisture Content pada Suhu Udara Keluar
90OC

Massa cawan + Massa gabah+cawan petri Massa gabah Ws


t gabah (gram) setelah keluar dari oven (gram) basah (gram) (gram)
0 36.0584 35.853 0.9998 0.7934
5 36.0613 35.8189 1.0027 0.7593
10 36.083 35.8461 1.0244 0.7865
15 36.0696 35.8593 1.011 0.7997

20
Tabel 3b. Tabel Perhitungan Free Moisture Content pada Suhu Udara
Keluar 90OC

Xt X* X
Massa Equilibrium (g H2O/g padi (g H2O/g (g H2O/g padi
(W* dalam gram) kering) padi kering) kering)
0.8584 0.260146 0.081925889 0.178220318
0.8584 0.320558 0.130514948 0.190043461
0.8584 0.302479 0.091417673 0.211061666
0.8584 0.264224 0.073402526 0.190821558

Tabel 4a. Tabel Data Perolehan Berat Ekuilibrium pada Suhu Oven 55OC

t massa cawan + gabah (gram) Massa gabah (gram)


0 32.1074 1.136
5 31.926 0.9546
10 31.9033 0.9319
15 31.8846 0.9132
20 31.8745 0.9031
25 31.862 0.8906
30 31.853 0.8816
35 31.846 0.8746
40 31.8408 0.8694
45 31.8317 0.8603
50 31.8254 0.854
55 31.821 0.8496
60 31.8204 0.849

Tabel 4b. Tabel Data Perolehan Berat Ekuilibrium pada Suhu Oven 75OC

t Massa cawan + gabah (gram) Massa gabah (gram)


0 37.4585 1.0257
5 37.3947 0.9619
10 37.365 0.9322
15 37.3455 0.9127
20 37.3313 0.8985
25 37.3183 0.8855
30 37.3102 0.8774
35 37.3028 0.87
40 37.2971 0.8643
45 37.2881 0.8553
50 37.283 0.8502

21
Tabel 4c. Tabel Data Perolehan Berat Ekuilibrium pada Suhu Oven 90OC

T Massa cawan + gabah (gram) Massa gabah (gram)


0 33.7024 1.0107
5 33.6374 0.9457
10 33.6116 0.9199
15 33.593 0.9013
20 33.578 0.8863
25 33.5604 0.8687
30 33.555 0.8633
35 33.5501 0.8584

22

Anda mungkin juga menyukai