Prarencana Pabrik dengan judul “Prarencana Pabrik Maleat Anhidrida dari N-butana”
yang disusun oleh :
Nama Mahasiswa I / NRP : Claudia Catherine F. / 5203015024
Nama Mahasiswa II / NRP : Pradesta Imsya’ N.A. / 5203015025
Telah disetujui untuk dipresentasikan dalam sidang proposal.
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar I.1. Kebutuhan Maleat Anhidrida ................. Error! Bookmark not defined.
Gambar II.1. Diagram Alir Proses Huntsman............. Error! Bookmark not defined.
Gambar II.2. Diagram Alir Proses ALMA ................. Error! Bookmark not defined.
iv
DAFTAR TABEL
Tabel I.1. Sifat Fisika dan Kimia Maleat Anhidrida (Pavarelli, 2015) ............... Error!
Bookmark not defined.
Tabel I.2. Spesifikasi LPG Butana Sesuai SK Ditjen Migas
No.26525.K/10/DMJ.T/2009 ...................................... Error! Bookmark not defined.
Tabel I.3. Kebutuhan Maleat anhidrida tahun 2010 sampai dengan 2016 ......... Error!
Bookmark not defined.
v
INTISARI
vi
BAB I PENDAHULUAN I-1
BAB I
PENDAHULUAN
terjadinya kelebihan pasokan teh di pasar dunia. Sedangkan teh siap minum
mengalami peningkatan konsumsi, hal ini menunjukkan perubahan cara
mengkonsumsi di masyarakat. Saat ini masyarakat beralih ke makanan dan minuman
yang bersifat praktis. Selain itu dengan membuat varian rasa buah pada teh akan
meningkat konsumsi teh di masyarakat.
Tabel I.1. Komposisi Kimia Pada Daun Teh Segar dan Teh Hitam
Jumlah (%berat kering)
Komponen
Daun Teh Segar Teh Hitam
Selulosa dan serat kasar 34 34
Protein 17 16
Klorofil 1,50 1
Pati 0,50 0,25
Tanin 25 13
Tanin teroksidasi 0 4
Kafein 4 4
Asam amino 8 9
Gum dan Gula 3 4
Mineral 4 4
Total abu 5,50 5,50
Bahan essensial 0 trace
Sumber : (Harler, 2004)
B. Air
Air adalah sumber kehidupan, tanpa air semua makhluk hidup di bumi akan mati.
Air memiliki ciri-ciri tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna. Air memiliki
struktur kimia H2O, yang berarti setiap molekul air mengandung satu atom oksigen
dan dua atom hidrogen. Air memegang peranan penting dalam industri pangan, karena
dapat mempengaruhi mutu makanan yang dihasilkan. Air yang digunakan dalam
campuran pangan harus memenuhi persyaratan yang telah ditentukan oleh pemerintah.
Menurut Slamet Sudarmadji, 2003 air yang digunakan pada industri umumnya harus
mempunyai syarat-syarat tidak berwarna, tidak berbau, jernih, tidak mempunyai rasa,
tidak mengandung besi dan mangan, serta dapat diterima secara bakteriologis yaitu
tidak mengganggu kesehatan dan tidak menyebabkan kebusukan bahan pangan yang
diolah. (Sudarmadji, 2003) Persyaratan air yang sesuai dengan SNI tercantum dalam
tabel I.1.
C. Gula
Bahan pemanis dibedakan menjadi 2 macam, yaitu bahan pemanis alami dan
bahan pemanis buatan. Bahan pemanis alami terbuat dari bahan-bahan nabati maupun
hewani. Beberapa contoh pemanis alami adalah gula tebu, gula merah, madu, dan kulit
kayu manis. Sedangkan Gula sintetis adalah gula yang dibuat dengan bahan-bahan
kimia di laboratorium atau dalam suatu industri dengan tujuan memenuhi produksi
gula yang belum cukup dipenuhi oleh gula alami khususnya gula tebu. Contohnya:
sakarin, siklamat, aspartam, dulsim, sorbitol sintetis dan nitropropoksi-anilin (Nurheti,
2007).
Sukrosa merupakan suatu disakarida yang dibentuk dari monomer-monomernya
yang berupa unit glukosa dan fruktosa, dengan rumus molekul C12H22O11. Sukrosa
terbuat dari tanaman tebu (Saccharum officinamm L.) atau buah bit (Beta vulgaris)
Pemanis yang digunakan untuk produk kami adalah sukrosa. Sukrosa juga dikenal
masyarakat sebagai gula pasir, gula merah, dan bentuk lainnya. Sifat kimia dan fisika
pada sukrosa dijelaskan pada tabel I.2
D. Perisa Buah
Perisa adalah bahan tambahan pangan yang sering digunakan untuk
memeberikan rasa dan aroma (flavour). Selain digunakan pada bahan tambahan
pangan, perisa juga digunakan pada obat-obatan. Flavour dapat ditambahkan dalam
bentuk padat (spray dried flavour) dan dalam bentuk minyak atau larutan (water
soluble flavour). Flavour dalam bentuk padat lebih secara umum lebih stabil daripada
flavour yang berbentuk minyak. Berdasarkan bahan pembuatannya flavour dibedakan
menjadi dua yaitu senyawa flavour alami dan flavour buatan. Senyawa flavour alami
sering juga disebut dengan bio-flavour, yang merupakan senyawa yang dihasilkan dari
ekstraksi tanaman/hewan atau diproduksi secara mikrobiologis. Sedangkan flavour
sintetis merupakan senyawa yang dibentuk secara kimia yang mempunyai sifat
sensoris sama dengan senyawa flavour alami.
I.2.2. Produk
A. Teh Hitam Kering
Teh hitam diperoleh melalui proses fermentasi dari tanaman Camelia sinensis.
Daun teh yang digunakan sebagai teh hitam mengalami proses fermentasi paling lama
dibandaingkan jenis teh lainnya. Sehingga dapat dikatakan pengolahan teh hitam
dilakukan dengan fermentasi penuh. (Balittri, 2012) Komposisi kimia daun teh hitam
terdapat pada tabel I.1.
Teh hitam biasa disebut juga sebagai teh merah, dikarenakan kebiasaan orang
timur menyebutnya teh merah. Orang timur menyebutnya teh merah karena larutan teh
yang dihasilkan dari teh ini akan berwarna merah, sedangkan orang barat menyebutnya
teh hitam karena daun teh yang digunakan untuk penyeduhan biasanya berwarna
hitam. Teh hitam merupakan jenis teh yang paling banyak di produksi di Indonesia
dan Indonesia sendiri merupakan pengekspor teh hitam ke-5 terbesar di dunia.
Data ekspor-impor yang didapatkan dari Badan Pusat Statistika dirangkum pada
tabel I.??. Terlihat bahwa produksi teh di Indonesia sudah mengalami kelebian
produksi, sehingga hasil produksi teh dari pabrik ini nantinya akan di ekspor/ dijual
diluar negeri. Indonesia termasuk dalam 10 besar negara pengimpor teh, beberapa
diantaranya adalah negara-negara Eropa, Malaysia, Singapura, Australia, dan masih
banyak lagi. Berikut ini adalah data-data negara Eropa sebagai pengimpor teh di
Indonesia:
Negara Eropa Pengimpor Teh di Indonesia, 2010-2015
Dari data yang didapat pada tabel I.?? dapat dilihat bahwa jumlah impor teh di negara
Eropa mengalami peningkatan setiap tahunnya. Perkembangan industri teh di AS bila
diamati selalu disamakan dengan pertumbuhan pesat industri kopi. Pertumbuhan ini
dikarenakan semakin banyaknya orang Amerika lebih sadar akan kesehatan, mereka telah
mencari alternatif untuk minuman berkarbonasi rendah. Produksi teh di AS diyakini akan
mengalami masa depan yang cerah, karena penduduk manula AS yang meyakini manfaat
teh untuk kesehatan dan sebagai obat antipenuaan. Dari data pada tabel diatas pada tahun
2010 sampai 2015 dapat dibuat grafik untuk memperkirakan kapasitas produksi pabrik
yang akan didirikan.
45000
y = 3435.9x + 20136
40000
R² = 0.9407
35000
Kebutuhan (ton/tahun)
30000
25000
20000
15000
10000
5000
0
0 1 2 3 4 5 6 7
Tahun
Dari Gambar diatas diperoleh persamaan linier yang memperkirakan nilai kebutuhan
teh hitam diwaktu mendatang. Dengan tahun sebagai sumbu y dan kebutuhan pada
sumbu x yaitu: Y= 3435,9x + 20136. Dari persamaan tersebut didapatkan kebutuhan
teh hitam pada tahun 2023 adalah 68238,6 ton/tahun. Diperkirakan pabrik mampu
mengekspor sebesar 20% dari kebutuhan total teh hitam pada tahun 2023. Kapasitas
produksi pabrik teh hitam mempunyai kapasitas sebesar 13647,72 ton/tahun, yang
diharapkan dapat memberi keuntungan komersial.
BAB II
URAIAN DAN PEMILIHAN PROSES
Metode ortodoks menghasilkan daun yang ukurannya relatif lebih besar dan
tidak seragam. Berikut gambar hasil teh hitam dari proses ortodoks.
kedua rol tersebut maka operasi penghancuran, pencabutan dan pemotongan secara
bersamaan sedang dilakukan. Setelah keluar dari mesin CTC, daun akan berukuran
kurang dari 1 mm dan lebih seragam dibanding proses ortodoks. (Nair, 2010; Willson
& Clifford, 1992)
Proses selanjutnya adalah proses oksidasi. Proses oksidasi pada metode CTC
pada dasarnya sama dengan metode ortodoks. Hanya saja pada metode CTC, proses
fermentasi berlangsung lebih cepat yaitu 75 menit sampai 130 menit. (Talawakelle,
2003)
(a) (Nair)
Gambar II.3. (a) Alat Proses CTC; (Nair) Rollers Mesin CTC
Metode CTC menghasilkan daun yang ukurannya relatif lebih kecil dan
seragam. Berikut gambar hasil dari metode CTC.
teh akan dimasukkan kedalam mesin rotor vane untuk pengecilan ukuran. (Preedy,
2013)
Selanjutnya daun yang hancur akan dimasukkan ke dalam mesin CTC. Mesin
CTC secara keseluruhan memiliki 3 buah conveyor dan 3 pasang roller. Setelah keluar
dari alat rotor vane, daun yang hancur akan jatuh ke conveyor pertama pada mesin
CTC. Conveyor akan mentransfer daun sehingga melewati roller dan begitu
seterusnya hingga roller terakhir. Conveyor berjalan dengan cara miring ke atas
sehingga pada saat daun berada diujung akhir conveyor, daun akan jatuh dan melewati
roller.
Pada proses oksidasi, daun teh yang telah melalui mesin CTC akan diletakkan
pada conveyor yang berjalan dengan perlahan. Pada conveyor ini dihembuskan udara
melalui bawah karena proses oksidasi membutuhkan bantuan oksigen.
BAB III
NERACA MASSA
BAB IV
NERACA PANAS
BAB V
SPESIFIKASI PERALATAN
BAB VI
LOKASI, TATA LETAK PABRIK & ALAT,
INSTRUMENTASI, DAN SAFETY
BAB VII
UTILITAS DAN PENGOLAHAN LIMBAH
Nair, K.P.P., 2010. The Agronomy and Economy of Important Tree Crops of The
Developing World. Elsevier Inc, USA.
Preedy, V.R., 2013. Tea in Health and DiseasePrevention. Elsevier Inc., USA.
Rohdiana, D., 2015. Teh: Proses, Karakteristik & Komponen Fungsionalnya. Food
Review Indonesia, X.
Sudarmadji, S., 2003. Mikrobiologi Pangan. PAU Pangan dan Gizi UGM.
Talawakelle, 2003. Manufacture of Tea by The CTC Process. The Tea Research
Institute of Sri Lanka.
Tuminah, S., 2004. Teh (Camelia Sinensis O.K. var Assamica Mast) Sebagai Salah
Satu Sumber Antioksidan. Cermin Dunia Kedokteran.
Willson, K.C. and Clifford, M.N., 1992. Tea: Cultivation to Consumption. Chapman
& Hall, USA.