Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Tujuan Percobaan


Mahasiswa mampu melakukan pengenceran secara serial.
Mahasiswa mampu melakukan pengujian pada air dengan metode Standart
Plate Count (SPC).
I.2 Tinjauan Pustaka
I.2.1 Air Minum
Air adalah unsur yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, syarat air
minum yang dibutuhkan tubuh kita harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum dikonsumsi.
Bahkan dapat dipastikan tanpa pengembangan sumber daya air secara konsisten
peradaban manusia tidak akan mencapai tingkat yang dinikmati sampai saat ini. Oleh
karena itu pengembangan dan pengolahan sumber daya air merupakan dasar peradaban
manusia. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa salah satu faktor
penting penggunaan air dalam kehidupan sehari-hari adalah untuk kebutuhan air minum.
Sebagian besar tubuh manusia itu sendiri terdiri dari air. Tubuh manusia rata-rata
mengandung air sebanyak 90% dari berat badannya. Tubuh orang dewasa sekitar 55-60%,
berat badan terdiri dari air, sedangkan untuk anak-anak sekitar 65% dan untuk bayi
sekitar 80%.
Air bersih dibutuhkan dalam pemenuhan kebutuhan manusia untuk melakukan segala
kegiatan merek, sehingga perlu diketahui bagaimana air dikatakan bersih dari segi
kualitas dan bisa digunakan dalam jumlah yang memadai dalam kegiatan sehari-hari
manusia. Ditinjau dari segi kualitas, ada beberapa persyaratan air minum yang harus
dipenuhi, diantaranya kualitas fisik, kualitas kimia, dan kualitas biologi. Berdasarkan
Kepuktusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri terdapat
pengertian mengenai air bersih, yaitu air yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari
dan kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan dapat diminum apabila dimasak.
Air merupakan faktor penting dalam pemenuhan kebutuhan vital manusia salah
satunya sebagai air minum. Air yang digunakan harus bebas dari kuman penyakit dan
tidak mengandung bahan beracun. Sumber air minum yang memenuhi syarat sebagai air

1
baku air minum jumlahnya semakin lama semakin berkurang. Upaya manusia untuk
memenuhi kebutuhan air minum tersebut melalui berbagai cara salah satunya adalah
berlangganan PDAM yang merupakan program SPAM dengan bekerjasama dengan
pemerintah untuk memenuhi air bersih masyarakat. Sampai saat ini upaya pemerintah
dalam menyediakan air bersih untuk masyarakat Indonesia telah mengalami
perkembangan yang sangat pesat. Pembangunan PDAM sudah mulai melebar, seiring
dengan bergulirnya waktu perkembangan pembangunan PDAM di berbagai daerah mulai
mendapat dukungan dari masyarakat.
Pemerintah mengelola sebaik mungkin untuk menyediakan air bersih sesuai dengan
persyaratan yang telah ditetapkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan. Karena
ketersediaan air bersih yang berada di lingkungan masyarakat yang memenuhi
persyaratan Kementerian Kesehatan hanya tinggal 3 berbanding 7. Pemerintah terutama
Badan Pendukung Pengembangan Sistem Penyedia Air Minum atau yang disingkat
BPPSPAM berinisiatif mengatur strategi baru bagaimana cara masyarakat Indonesia
memperoleh pemasokan air bersih supaya syarat air minum yang telah ditentukan tersebut
terpenuhi. Dan akhirnya SPAM bekerja sama dengan pemerintah pusat dan pemerintah
daerah untuk membangun PDAM di setiap daerah. Dukungan masyarakat atas
perencanaan pembangunan tersebut mulai terlihat dengan semakin banyaknya masyarakat
yang menggunakan PDAM. Sehingga masyarakat sudah tidak khawatir lagi mencari air
bersih untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Berikut ini adalah beberapa syaratnya
sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan:
Persyaratan Fisik
Air yang berkualitas harus memenuhi persyaratan fisik, diantaranya adalah jernih
atau tidak keruh. Syarat fisik air yang layak dikonsumsi adalah jernih atau tidak
keruh, tidak berwarna, tidak berbau, rasanya tawar, temperaturnya normal dan tidak
mengandung padatan, sehingga air minum tersebut layak untuk dikonsumsi dan tidak
menganggu kesehatan.
Persyaratan Kimia
Syarat kimia yang harus dipenuhi pertama adalah kandungan pH atau derajat
keasaman, kesadahan (sementara dan permanen), kandungan besi dan alumuniumnya
tidak melebihi batas (maksimal berturut-turut 0,1 mg/l dan 0,2 mg/l), tidak
mengandung senyawa kimia seperti zat organik, sulfat, nitrat dan nitrit agar air
tersebut dapat layak dikonsumsi.

2
Persyaratan Mikrobiologi
Syarat air layak konsumsi berdasarkan mikrobiologi adalah air yang tidak
mengandung kuman-kuman penyakit seperti disentri, tipus, kolera, dan bakteri
patogen penyebab penyakit.
Peraturan SNI air minum
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 907/MENKES/SK/VII
tahun 2002, tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air minum yang ada di
Indonesia, air minum adalah air yang melewati proses pengolahan atau tanpa
pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum oleh
manusia. (Zuhri, S. 2009).
Tabel I.1 Standart SNI No.01-3553-2006

Persyaratan
No. Kriteria Uji Satuan
Air Mineral Air Demineral

1 Keadaan:
Bau - Tidak berbau Tidak berbau

Rasa Normal Normal


Wama Unit Pt-Co maks. 5 maks. 5

2. pH - 6,0 8,5 5,0 7,5


3. Kekeruhan NTU maks. 1,5 maks 1,5
4. Zat yang terlarut mg/1 maks. 500 maks. 10
5. Zat organik (angka KMn04) mg/1 maks. 1,0 -

6. Total organik karbon mg/1 - maks 0,5


7. Nitrat (sebagai NO3) mg/1 maks. 45 -
8. Nitrit (sebagai NO4) mg/1 maks. 0,005 -
9. Amonium (NH4) mg/1 maks 0.15 -
10. Sulfat (SO4) mg/1 maks. 200 -
11. Klorida (CI) mg/1 maks. 250 -
12. Fluorida (F) mg/1 maks. 1 -
13. Sianida (CN) mg/1 maks. 0,05 -
14. Besi (Fe) mg/1 maks. 0,1 -
15 Mangan (Mn) mg/1 maks. 0,05 -
16. Klos Bebas (CI2) mg/1 maks 0,1 -
17. Kromium (Cr) mg/1 maks. 0,05 -
18. Barium (Br) mg/1 maks. 0,7 -
19. Boron (B) mg/1 maks. 0,3 -
20. Selenium (Se) mg/1 maks. 0,01 -

3
21 Cemaran Logam
21.1 Timbal (Pb) mg/1 maks. 0,005 maks. 0,005
21.2 Tembaga (Cu) mg/1 maks. 0,5 maks. 0,5
21.3 Kadmium (Cd) mg/1 maks. 0,003 maks. 0,003

21.4 Raksa (Hg) mg/1 maks. 0,001 maks. 0,001

21.5 Perak (Ag) mg/1 - maks. 0,025

21.6 Kobalt (Co) mg/1 - maks. 0,01


22 Cemaran Arsen mg/1 maks. 0,01 maks. 0,01
23 Cemaran Mikroba :
23.1 Angka lempeng total Koloni/ml maks. 1,0 102 maks. 1,0 102
awal *)
23.2 Angka lempeng total Koloni/ml maks. 1,0 105 maks. 1,0 105
akhir **)
23.3 Bakteri bentuk koli APM/100 <2 <2
ml
23.4 Salmonella - Negatif/100 Negatif/100
ml ml
23.5 Pseudomonas Koloni/ml Nol Nol
Aeruginosa
Keterangan *) Di Pabrik
**) Di Pasaran
(Anonim, 2007)
I.2.2 Cara Perhitungan Bakteri
Beberapa cara dapat dilakukan untuk menentukan jumlah bakteri yang terdapat
pada bahan pemeriksaan. Cara yang paling sering digunakan adalah cara perhitungan
koloni pada lempeng biakan (plate count). Disamping itu dapat juga diadakan
perhitungan langsung secara mikroskopis.
Pertumbuhan mikroorganisme yang membentuk koloni dapat dianggap bahwa
setiap koloni yang tumbuh berasal dari satu sel, maka dengan menghitung jumlah
koloni dapat diketahui penyebaran bakteri yang ada pada bahan. Jumlah mikroba pada
suatu bahan dapat dihitung dengan berbagai macam cara, tergantung pada bahan dan
jenis mikrobanya. Ada 2 macam cara perhitungan jumlah mikroba/bakteri, yaitu
perhitungan secara langsung dan tidak langsung.

4
a. Perhitungan jumlah mikroba secara langsung
Jumlah mikroba dihitung secara keseluruhan, baik yang mati atau yang hidup.
Berbagai cara perhitungan mikroba secara langsung menggunakan:
Counting chamber
Cara pengecatan dan pengamatan mikroskopik
Filter membran
b. Perhitungan jumlah mikroba secara tidak langsung
Jumlah mikroba dihitung secara keseluruhan baik yang mati atau yang hidup atau
hanya untuk menentukan jumlah mikroba yang hidup saja, ini tergantung cara-cara yang
digunakan. Untuk menentukan jumlah miroba yang hidup dapat dilakukan setelah larutan
bahan atau biakan mikroba diencerkan dengan faktor pengenceran tertentu dan
ditumbuhkan dalam media dengan cara-cara tertentu tergantung dari macam dan sifat-
sifat mikroba. Perhitungan jumlah mikroba secara tidak langsung ini dapat dilakukan
dengan:
Berdasarkan atas kekeruhannya
Menggunakan penghitung elektronik
Berdasarkan analisa kimia
Berdasarkan bobot kering
Menggunakan cara pengenceran
Menggunakan cara jumlah mikroba yang paling mungkin Most Probable
Number (MPN)
I.2.3 Metode Total Plate Count (TPC)
Prinsip dari metode hitungan cawan atau Total Plate Count (TPC) adalah
menumbuhkan sel mikroorganisme yang masih hidup pada media agar, sehingga
mikroorganisme akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung
dan dihitung dengan mata tanpa menggunakan mikroskop. Metode ini merupakan metode
yang paling sensitif untuk menentukan jumlah mikroorganisme. Dengan metode ini, kita
dapat menghitung sel yang masih hidup, menentukan jenis mikroba yang tumbuh dalam
media tersebut serta dapat mengisolasi dan mengidentifikasi jenis koloni mikroba tersebut.
Pada metode ini, teknik pengenceran merupakan hal yang harus dikuasai.Sebelum
mikroorganisme ditumbuhkan dalam media, terlebih dahulu dilakukan pengenceran sampel
menggunakan larutan fisiologis.Tujuan dari pengenceran sampel yaitu mengurangi jumlah
kandungan mikroba dalam sampel sehingga nantinya dapat diamati dan diketahui jumlah

5
mikroorganisme secara spesifik sehingga didapatkan perhitungan yang tepat.Pengenceran
memudahkan dalam perhitungan koloni. (Fardiaz, 1993)

Gambar I.1 Metode Pengenceran Serial


Setelah dilakukan pengenceran, kemudian dilakukan penanaman pada media lempeng
agar. Setelah diinkubasi, jumlah koloni masing-masing cawan diamati dan dihitung.
Kemudian perhitungan dilakukan terhadap cawan petri dengan jumlah koloni bakteri antara
30-300. Perhitungan Total Plate Count dinyatakan sebagai jumlah koloni bakteri hasil
perhitungan dikalikan faktor pengencer.
Keuntungan dari metode TPC adalah dapat mengetahui jumlah mikroba yang
dominan. Keuntungan lainnya dapat diketahui adanya mikroba jenis lain yang terdapat dalam
contoh.Adapun kelemahan dari metode ini adalah:
Memungkinkan terjadinya koloni yang berasal lebih dari satu sel mikroba, seperti
pada mikroba yang berpasangan, rantai atau kelompok sel.

6
Memungkinkan ini akan memperkecil jumlah sel mikroba yang sebenarnya.
Kemungkinan adanya jenis mikroba yang tidak dapat tumbuh karena penggunaan
jenis media agar, suhu, pH, atau kandungan oksigen selama masa inkubasi.
Memungkinkan ada jenis mikroba tertentu yang tumbuh menyebar di seluruh
permukaan media,sehingga menghalangi mikroba lain. Hal ini akan mengakibatkan
mikroba lain tersebut tidak terhitung.
Penghitungan dilakukan pada media agar yang jumlah populasi mikrobanya antara 30
300 koloni. Bila jumlah populasi kurang dari 30 koloni akan menghasilkan penghitungan
yang kurang teliti secara statistik, namun bila lebih dari 300 koloni akan menghasilkan hal
yang sama karena terjadi persaingan diantara koloni. Penghitungan populasi mikroba dapat
dilakukan setelah masa inkubasi yang umumnya membutuhkan waktu 24 jam atau lebih.
Uji Total Plate Count menggunakan media padat dengan hasil akhir berupa koloni yang
dapat diamati secara visual dan dihitung. Sebelum diuji di media padat, sampel terlebih
dahulu harus diencerkan. Pengenceran sampel dilakukan terhadap sediaan yang akan
didentifikasi kemudian ditanam pada media lempeng agar. Jumlah koloni bakteri yang
tumbuh pada lempeng agar dihitung setelah inkubasi pada suhu dan waktu yang
sesuai.Perhitungan dilakukan terhadap petri dengan jumlah koloni bakteri antara 30-300.
Total Plate Count dinyatakan sebagai jumlah koloni bakteri hasil perhitungan dikalikan
faktor pengencer.
Teknik pengenceran sampel dilakukan pada metode cawan tuang (pour plate). Pada
metode tuang, sejumlah sampel dari hasil pengenceran sebanyak 1 ml dimasukkan kedalam
cawan petri, kemudian ditambahkan media yang telah disterilkan sebanyak 15-20 ml.
Kemudian cawan petri digoyang agar media dan sampel tercampur rata dan biarkan
memadat. Hal ini akan menyebarkan sel-sel bakteri tidak hanya pada permukaan media yang
kaya oksigen, tetapi ada pula yang tumbuh didalam media yang tidak begitu banyak
mengandung oksigen. Cara kerja dari pengenceran adalah sebagai berikut :
1. Dari larutan kultur kita ambil 1 ml dan kita masukkan ke dalam 9 ml aquades atau
larutan buffer pepton untuk memperoleh dilusi 1/10 bagian.
2. Dari larutan dilusi 1/10 kita ambil 1 ml dan kita masukkan ke dalam 9 ml aquades
atau larutan buffer pepton untuk memperoleh dilusi 1/100 bagian.
3. Dari larutan dilusi 1/100 kita ambil 1 ml dan kita masukkan ke dalam 9 ml aquades
atau larutan buffer pepton untuk memperoleh dilusi 1/1000 bagian.
4. Dari larutan dilusi 1/1000 kita ambil 1 ml dan kita masukkan ke dalam 9 ml aquades
atau larutan buffer pepton untuk memperoleh dilusi 1/10.000 bagian dan seterusnya.

7
Yang dimaksud dengan 1/10, 1/100, 1/1000, 1/10.000 dst adalah suatu rasio dilusi yang
apabila pada tiap dilusi ditumbuhkan ke dalam suatu media dan koloninya yang tumbuh dapat
dihitung, maka jumlah sel mikroba dapat diketahui dengan cara :
1
Jumlah koloni x
Pengenceran
(Maturin, 2006)
I.2.4 Perhitungan Koloni Bakteri
Koloni merupakan sekumpulan mikroorganisme yang memiliki kesamaan sifat seperti
bentuk, susunan, permukaan, dan sebagainya. Sifat-sifat yang perlu diperhatikan pada koloni
yang tumbuh di permukaan medium adalah sebagai berikut:
Besar kecilnya koloni. Ada koloni yang hanya berupa satu titik, namun ada pula yang
melebar sampai menutup permukaan medium.
Bentuk. Ada koloni yang bulat dan memanjang. Ada yang tepinya rata dan tidak rata.
Kenaikan permukaan. Ada koloni yang rata dengan permukaan medium, ada pula
yang timbul diatas permukaan medium.
Halus kasarnya pemukaan. Ada koloni yang permukaannya halus, ada yang
permukaannya kasar dan tidak rata.
Wajah permukaan. Ada koloni yang permukaannya mengkilat da nada yang
permukaannya suram.
Warna. Kebanyakan koloni bakteri berwarna keputihan atau kekuningan.
Kepekatan. Ada koloni yang lunak seperti lender, ada yang keras dan kering.

8
BAB II
METODE PERCOBAAN

II.1. Alat dan Bahan


II.1.1. Alat
1. 7 pipet 1 mL steril
2. 2 pipet 10 mL steril
3. 5 cawan petri kosong steril
4. Alat penghitung koloni
II.1.2. Bahan
1. Sampel air (air minum kemasan merk Mojo Trans)
2. 1 botol pengencer untuk blanko
3. 2 botol air pengencer masing-masing 90 mL
4. 2 botol air pengencer masing-masing 99 mL
Air pengencer berisi:
1. 3 gram padatan dikalium hydrogen fosfat (K2HPO4)
2. 1 gram padatan kalium hydrogen fosfat (KH2PO4)
3. 5 tabung reaksi besar masing-masing berisi 25mL media NA cair steril bersuhu
50oC

9
II.2. Cara Kerja
1. Dipipet 1 mL air pengencer kedalam cawan blanko secara aseptik dengan
menggunakan pipet volume 1 mL yang steril dan dituangkan secara aseptic sebanyak
25 mL media Nutrient Agar (NA) yang bersuhu 50oC
2. Dipipet secara aseptik 10 mL sampel kedalam botol air pengencer I yang berisi 90 mL
air pengencer. Setelah itu dikocok larutan tersebut. Lalu dilakukan pengenceran kedua
dan seterusnya sesuai dengan yang dilakukan pada gambar di bawah in. Dipindahkan
sampel sebanyak 1 mL dari tiap larutan pengencer yang dipilih dengan menggunakan
pipet volume steril kedalam masing-masing cawan petri steril. Lalu dituangkan secara
aseptik sebanyak 20-25 mL media Nutrient Agar (NA) steril yang bersuhu 50oC
kedalam masing-masing cawan petri.
3. Diratakan semua cawan termasuk blangko dengan membuat angka 8, kemudian di
dinginkan.
4. Dibiarkan media membeku sempurna. Dibalik cawan petri dan diinkubasi pada
temperatur 35C selama 24 jam, lalu dihitung jumlah koloni masing-masing cawan.
II.3. Pembuatan Larutan
II.3.1. Larutan NA (Nutrient Agar) sebanyak 125 mL
Pembuatan larutan NA adalah sebagai berikut: dilarutkan NA sebanyak 20 gram
dalam 1 liter aquades dengan memanaskan dalam boiling water bath atau steam.
Tersedi mL aquades, maka massa NA yang harus ditimbang adalah:
20
125 = 2,5
1000

Pembuatan larutan NA:


1. Ditimbang NA sebanyak 2,5 gram dengan menggunakan kaca arloji pada neraca kasar
2. Dilarutkan NA hasil penimbangan dalam 125 mL aquades yang sudah dipanaskan
dalam beaker glass, kemudian diaduk hingga merata.

10
II.3.2. Air Pengencer
Untuk 1 liter aquades dibutuhkan 3 gram K2HPO4, dikalium hidrogen phospat-

trihidrat (BM = 228,23 gram ) dan 1 gram KH2PO4, kalium dihidrogen phospat (BM
mol

= 136,09 gram ).
mol
Volume untuk blangko adalah 1 x 50 mL = 22 mL
Volume untuk 2 botol pengencer adalah 2 x 90 mL = 180 mL
Volume untuk 2 botol pengencer adalah 2 x 99 mL = 198 mL
Jadi jumlah volume total yang digunakan adalah 22 mL + 180 ml + 198 mL = 400
mL
Jadi untuk 400 mL pengencer diperlukan:
3
Massa K2HPO4 = 400 = 1,2
1000
1
Massa KH2PO4 = 1000 400 = 0,4

Pembuatan air pengencer:


1. Ditimbang K2HPO4 sebanyak 1,2 gram dengan menggunakan kaca arloji pada neraca
kasar.
2. Ditimbang KH2PO4 sebanyak 0,4 gram dengan menggunakan kaca arloji pada neraca
kasar.
Dilarutkan hasil penimbangan tersebut dalam aquades hingga 400 mL di dalam
beaker glass.

11
BAB III
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

III.1. Hasil Percobaan


III.1.1 Tes Bakteri Total
Tabel III. 1 Hasil pengamatan Tes Bakteri Total
Pengamatan Gambar Hasil
No. Pengenceran
0 jam 24 jam Pengamatan
Terdapat 321 koloni putih
berbentuk bulat ada yang
bergerigi (dipermukaan
1. 10 x
media), dan ada yang
berbintik (didasar dan tengah
media)
Terdapat 159 koloni,
berwarna putih dan berbetuk
bulat ada yang bergerigi(
2. 100 x
dipermukaan media), ada
yang berbintik (didasar dan
Warna media
tengah media)
kuning jernih
Terdapat 101 koloni,
berwarna putih berbentuk
bulat ada yang bergerigi
3. 10000 x
(dipermukaan media), dan
ada yang berbintik (didasar
dan tengah media)
Terdapat 4 koloni, berwarna
putih dan berbentuk bulat
4. 1000000 x dan berada di atas
permukaan media

12
5. Blanko Tidak ada koloni

III.1.2 Perhitungan
Dari hasil pengamatan dan data yang diperoleh, perhitungan koloni yang
digunakan adalah pada pengenceran 100 kali dan 1000 kali. Karena pada
pengenceran tersebut memenuhi syarat SPC (Standart Plate Count) yaitu 30-300
koloni. Nilai perbandingan antara jumlah koloni terbesar dan terkecil adalah 1,157,
maka nilai rata-rata dari data yang diperoleh adalah 130 koloni. Jadi jumlah koloni
pengenceran adalah :
130
= 0 = 13.000
1 100
100
Maka jumlah koloni dalam sampel dapat dituliskan 13.000 koloni/mL sampel
III.2 Pembahasan
Pada praktikum yang dilakukan, digunakan sampel air minum kemasan dengan merk
Mojo Trans, untuk mengetahui jumlah bakteri yang terdapat dalam air minum tersebut
digunakan metode standard plate count dengan cawan tuang, dimana metode tersebut
menggunakan pengenceran serial yang bertujuan untuk memudahkan pengamatan jumlah
bakteri ketika sebuah sampel diencerkan hingga berjuta-juta kali. Pengenceran serial juga
berguna untuk mengencerkan bakteri dari konsentrasi rendah hingga yang tinggi, namun
kelemahan metode ini adalah ketika pengenceran yang dilakukan salah dibagian awal akan
mempengaruhi pengenceran pada bagian selanjutnya, sehingga hasil yang diperoleh menjadi
tidak akurat. Bakteri yang ada didalam air minum terdiri dari berbagai jenis, oleh karena itu
digunakan larutan pengencer yang terdiri dari kalium hydrogen fosfat dan kalium dihidrogen
fosfat untuk mempertahankan pH 7 sehingga perbedaan tekanan osmosis cairan didalam sel
dengan cairan tempat bakteri tinggal menjadi kecil, dan pH 7 cocok untuk bakteri tumbuh
dan berkembang.
Larutan blanko dibuat dengan menimbang sebanyak 1,2 gram K2HPO4 dan 0,4 gram
KH2PO4, larutan ini digunakan sebagai pengoreksi kesalahan untuk mengindikasikan apakah

13
didalam air pengencer terdapat bakteri atau tidak. Kedua bahan tersebut dilarutkan dalam 400
mL aquades, kemudian larutan buffer tersebut dibagi ke dalam 5 botol sebagai air pengencer.
2 botol pertama diisi larutan pengencer sebanyak 90 mL, 2 botol selanjutnya diisi 99 mL air
pengencer, sehingga pengenceran yang terjadi 10x, 100x, 10000x, 1000000x , pengenceran
yang digunakan tidak terlalu tinggi karena, bakteri pada air minum seharusnya tidak terlalu
banyak, dan sisa air pengencer digunakan sebagai blanko.
Nutrient agar (NA) merupakan media yang digunakan dalam praktikum ini. Pada
praktikum tes bakteri total, media NA ditimbang sebanyak 2,5 gram dan dilarutkan dengan
aquades hingga 125 mL. Setelah media dan air pengencer siap, dimasukkan ke dalam
autoklaf untuk disterilisasi pada tekanan 15 psia dengan suhu + 121 oC selama 15 menit.
Setelah selesai di sterilisasi air pengencer dikeluarkan dan didinginkan. Kemudian
mengambil sampel air minum sebanyak 10 mL dengan pipet voume steril dan dipindahkan ke
botol I yang sudah berisi air pengencer 90 mL. kemudian botol I dikocok dan diambil
sebanyak 10 mL lagi dengan pipet volume steril dan dipindahkan ke botol II yang berisi air
pengencer 90 mL. Untuk botol ke III dan ke IV melakukan hal yang sama, namun volume air
yang dipipet dari botol ke botol hanya 1 mL, kemudian setelah selesai tiap botol dipipet 1 mL
dan dimasukkan kedalam cawan petri yang steril dengan pipet volume steril dan diratakan,
kemudian media NA yang masih hangat (belum memadat) dituang ke dalam cawan petri
yang berisi air tadi, dan dilakukan secara aseptik (didekat api), karena hal ini mempengaruhi
hasil percobaan yang didapat.
Setelah media memadat, cawan petri disimpan dengan kondisi terbalik untuk mencegah
jatuhnya uap air akibat terkondensasi pada media dan diinkubasi selama 24 jam dengan suhu
37oC, kemudian masing cawan akan ditumbuhi koloni mikroba yang terdapat pada sampel
air. Aturan metode standard plate count yakni koloni yang tumbuh antara 30-300 koloni.
Bila setiap pengenceran terdapat koloni < 30 koloni, maka menggunakan pengenceran
terendah (10x), namun apabila terdapat koloni > 300 koloni menggunakan pengenceran
tertinggi (106x), kemudian bila terdapat lebih dari 1 pengenceran yang memenuhi syarat 30-
300 maka dilakukan pembagian antara jumlah koloni terbanyak dengan jumlah koloni
terendah, apabila hasil bagi < 2 maka dilakukan rata-rata namun jika > 2 maka diambil
pengenceran tertinggi (106x)
Hasil pengamatan dari 5 cawan petri diperoleh 159 koloni pada pengenceran 100x dan
101 koloni pada pengenceran 10000x. Hal ini sesuai dengan teori untuk pengenceran serial
yakni semakin tinggi pengenceran maka jumlah koloni akan semakin menurun, hal ini
ditunjukkan dari data yang didapat dari setiap kenaikan tingkat pengenceran maka jumlahnya

14
semakin sedikit. Faktor kesalahan yang mempengaruhi hasil adalah, teknik pemindahan yang
dilakukan tidak aseptis ( tidak dilakukan di dekat api)
Keragaman koloni yang tumbuh dapat dilihat dari bentuk koloni dan letak dari koloni
yang tumbuh pada media NA, sehingga dapat disimpulkan bakteri yang tumbuh
dikategorikan sebagai bakteri aerob dan anaerob fakultatif, hal ini terlihat dari hasil
pengamatan pada cawan dengan pengenceran yang cukup rendah yakni 10x, 100x, dan
10000x, dan tidak ada pada cawan dengan pengenceran tertinggi.

15
BAB IV
KESIMPULAN
1. Pengenceran yang digunakan adalah pengenceran serial yakni pengenceran secara
bertahap untuk mengetahui jumlah koloni pada berbagai tingkat pengenceran,
sehingga memudahkan dalam pengamatan dan perhitungan jumlah bakteri dari
sampel yang diuji.
2. Hasil jumlah bakteri dalam air minum kemasan merk Mojo Trans dengan metode
standard plate count 13.000 koloni / 10 mL sampel

16
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Data Baku Mutu Air Minum.
http://bima.ipb.ac.id/tml_atsp/baku_mutu.html. Diakses tanggal : 11 April 2017
http://air-minum.org/2015/10/02/syarat-air-minum-yang-layak-konsumsi/. Diakses 3
April 2017
Dwidjoseputro, D. 2005. Dasar-dasar Mikrobiologi. Djambatan : Jakarta
Hadioeomo, R. S., 1993, Mikrobiologi Dasar dalam Praktek: Teknik dan Prosedur Dasar
Laboratorium, halaman 70-78, PT. Gramedia, Jakarta
Irianto, Koes. 2007. Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme Jilid 1. CV Yarma
Widya : Bandung
Waluyo, Lud. 2004. Mikrobiologi. Universitas Muhammadiah Malang : Malang
Zuhri, S. 2009. Pemeriksaan Mikrobiologis Air Minum Isi Ulang di Kecamatan Jebres
Kota Surakarta. Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.

17

Anda mungkin juga menyukai