PENDAHULUAN
Masalah krisis energi yang mulai dirasakan pada saat ini mendorong manusia untuk
mencari alternatif sumber energi baru dan terbarukan. Energi surya merupakan salah satu sumber
energi yang tidak akan habis (terbarukan) dan menjadi salah satu energi alternatif karena
energinya yang besar dan dapat digunakan sebagai sumber energi terbarukan. Negara Indonesia
yang terletak di garis khatulistiwa memiliki penyinaran energi surya paling banyak.Pemanfaatan
sumber energi matahari yang tidak langsung menggunakan peralatan diantaranya adalah
menggunakan solar sel sebagai pembangkit listrik dan menggunakan kolektor surya sebagai
penghangat ruangan, pemanas air dan bahkan pendingin air [2].
Kolektor surya memanfaatkan bahan yang mampu menyerap panas dengan baik yang
kemudian panas tersebut digunakan untuk memanaskan air. Tingkat penyerapan panas dari
cahaya matahari dipengaruhi oleh bentuk dari pelat penerima cahaya matahari, dan intensitas
penyinaran cahaya matahari [12]. Penelitian tentang kolektor surya telah banyak dilakukan.
Phillip Kristanto dkk (2002) telah melakukan penelitian kolektor surya pelat datar dengan
memvariasikan ketebalan pelat yang menghasilkan efisiensi sirip 99,53% dengan ketebalan 1,2
mm [3]. Reza Ardiansyah (2010) telah melakukan penelitian studi eksperimental performansi
kolektor surya absorber gelombang tipe-v. Hasilnya diperoleh efisiensi kolektor tertinggi dicapai
pada pengujian dengan tingkat kecepatan fluida kerja 5m/s pada jam 11.00 dengan efisiensi
79,55% [4]. Yanuar Rizal Eka (2010) telah melakukan penelitian rancang bangun pemanas air
tenaga surya absorber gelombang tipe sinusoidal dengan penambahan honeycomb. Hasilnya
efisiensi kolektor surya dengan honeycomb sebesar 65,01% pada debit air 700 cc/menit pada
pukul 12.00 [5]. Berdasarkan penelitian telah terbukti bahwa kolektor surya dengan berbagai
variasinya mampu memberikan peluang yang besar sebagai alat untuk konversi energi dari
tenaga panas matahari. Makalah ini akan membahas mengenai penelitian tentang optimalisasi
kolektor surya untuk pemanas air dengan sensor cahaya dan variasi jarak kaca terhadap absorber.
1.2 Identifikasi Masalah
1. Bagaimana menghitung koefisien kerugian panas total yang terjadi antara pelat absorber
dengan tebal dan jarak kaca tetap terhadap absorber?
2. Bagimana pengaruh posisi pipa terhadap nilai rugi kalor?
3. Bagaimana menghitung efisiensi dan kolektor surya pelat bergelombang.?
kehilangan kalor.
2. Mengetahui unjuk kerja/efisiensi kolektor surya pelat bergelombang dengan pembebanan
air.
Bagian terpenting dari flat-plate solar collector adalah bagian hitam permukaan absorber
yang berfungsi untuk menyerap energi panas dari cahaya matahari dan mentransferkannya ke
fluida air. Dengan cover kaca yang melindungi, bagian belakang berwarna hitam dengan isolasi
untuk menjaga panas tetap terjaga, dan pelat absorber dengan bentuk bergelombang untuk
mengurangi heat loss . Flat-plate collector biasanya selalu ada diatas kerangka atau bangunan
yang berada dalam posisi stasioner (seperti bagian dinding atau atap). Dan menempatkannya di
tempat yang paling sering terkena sinar matahari, jika tidak menggunakan solar tracking [7].
Gambar 2.4 Skema kolektor surya pelat datar dengan absorber bergelombang
Merupakan kolektor surya hasil modifikasi dari kolektor surya pelat datar, yang
membedakan dengan pelat datar adalah bentuk dari pelat absorber yang bergelombang. Bentuk
dari pelat absorber yang bergelombang dengan bentuk sinusoidal menyebabkan cahaya datang
akan memantul ke bagian pelat lain sehingga penyerapan cahaya matahari lebih maksimal
dibandingkan dengan pelat absorber datar.
hubungan ketiganya adalah + +=1 , karena benda padat yang digunakan meneruskan
(refleksi) dalam kasus absorber sinusoidal mengalami proses pemantulan yang baur, tidak
seperti halnya pada pelat datar cahaya yang datang akan dipantulkan pada sudut tertentu secara
sempurna. Namun, pada kasus pelat bergelombang cahaya yang dipantulkan akan memiliki sudut
yang berbeda-beda dan mengakibatkan cahaya terpantul kembali ke bagian pelat absorber di
sekitarnya sehingga cahaya akan terserap lebih banyak dibandingkan absorber datar [9].
Dengan pendekatan perhitungan kolektor surya dapat digunakan [7]:
( a )ave 1.01 p (2.1)
Sehingga radiasi matahari yang terserap oleh permukaan pelat absorber (S) didefinisikan
sebagai :
S=( a )ave I T Watt /m2 (2.2)
2.3.2 Konduksi (Conduction)
Konduksi adalah proses perpindahan panas yang mengalir dari daerah yang
bertemperatur lebih tinggi ke daerah yang bertemperatur lebih rendah dalam suatu medium
tertentu atau bersinggungan tanpa disertai dengan berpindahnya medium tersebut. Energi
berpindah secara konduksi/hantaran dan bahwa laju perpindahan kalor itu berbanding dengan
greadien temperatur normal [9].
Koefisien konveksi antara pelat dengan kaca, hp-c dinyatakan dengan [7]:
m
( 2 K )
k Watt
h pc =Nu
L
(2.4)
Dengan besarnya Nusselt Number adalah merupakan satuan tak berdimensi yang
merupakan rasio perpindahan panas konveksi dan konduksi normal terhadap batas dalam kasus
perpindahan panas pada permukaan fluida, diperoleh dari persamaan berikut [7]:
(2.5)
Tanda pangkat (+) pada persamaan (2.6) menyatakan bilangan hanya berharga positif di dalam
kurung yang akan digunakan.
Besar nilai bilangan Nusselt dipengaruhi oleh nilai yang merupakan kemiringan
kolektor surya. Kemiringan pelat kolektor surya yang digunakan pada uji kinerja adalah sebesar
40 dengan kondisi alat menghadap ke utara. Kondisi tersebut digunakan karena solar kolektor
tidak menggunakan solar tracker untuk mengikuti arah dari posisi matahari, dengan demikian
posisi kolektor surya diusahakan tegak lurus dengan arah datangnya radiasi matahari.
Dan besarnya Rayleight Number yang merupakan bilangan tak berdimensi yang
menyatakan hubungan antara buoyancy dan viskositas fluida, atau dikenal sebagai konveksi
bebas atau natural convection dengan persamaan 2.7 berikut [7]:
g ' T L3
Ra=
v au
(2.6)
Dengan g merupakan konstanta grafitasi bumi, merupakan koefisien volumetrik
ekspansi, v adalah viskositas kinematic, u merupakan diffusifitas termal, L jarak antara pelat ke
kaca dan T =T pT c .
Koefisien konveksi angin, dengan V merupakan kecepatan angin dalam satuan m/s.
Menurut persamaan McAdams hw dinyatakan sebagai [7]:
m
( 2 K )
Watt
hw =(5.7+3.8 V )
(2.7)
Menurut Watmuff et al. (1977) memungkinkan efek dari konveksi bebas dan radiasi dimasukan
dalam persamaan, sehingga persamaan koveksi angin menjadi [10] :
m
( 2 K )
Watt (2.8)
hw =(2.8+3.0 V )
(2.9)
Koefisien radiasi dari kaca ke lingkungan (langit) :
2 2 Watt
hr ,ca= c (T c +T s )(T c + T s)
(m2 K )
(2.10)
Menurut Swinbank, temperatur langit (Ts) dinyatakan dengan [7]:
T s=0.0552 T 1.5
a
(2.11)
Dengan Ta merupakan T lingkungan (ambient).
Kerugian kalor terjadi pada bagian atas dan bagian bawah kolektor, masing-masing
disebut dengan kerugian kalor atas dan kerugian kalor bawah. Kalor yang hilang dari bagian atas
pelat penyerap disebabkan konveksi alam dan radiasi ke permukaan dalam dari pelat penutup
kaca. Panas ini dikonduksikan oleh pelat kaca ke permukaan luarnya untuk selanjutnya
dipindahkan ke atmosfir secara konveksi dan radiasi. Kerugian panas ini disebut dengan
kerugian panas bagian atas (top loss), QLt dan dinyatakan dengan [3]:
watt
Q =U t ( t pt a )
m
2 (2.12)
1
Ut=
[ 1
+
1
hw +hr ,ca h pc + hr , p c ] watt
m2 K
(2.13)
UA
edge (2.14)
U e =
ke
Dengan (UA)edge = Le x keliling kolektor (K) x e
(2.15)
Sedangkan untuk pengukuran dengan beban pemanas air digunakan persamaan:
1 watt
U b=
k b 2 m2 K
+
Lb h f
(2.16)
watt
U L=U t +U b +U e 2
m K
(2.17)
F=
tanh m ( wd
2 )
wd
m(
2 )
(2.18)
UL
Dengan m= k
Dan faktor efisiensi sirip kolektor [11]:
1/U L
F' =
w
[ 1
+
1
U L [ d + ( W d ) F ] dhf ]
(2.19)
Sedangkan besarnya faktor aliran kolektor (collector flow factor) adalah [11]:
F ' '=
mc p
Ac U L F '
1exp
[ (
A c U L F '
mc p )]
(2.20)
Maka, faktor pelepasan panas (FR) untuk kolektor surya pemanas tipe aliran dibawah absorber
dapat diperoleh sebagai berikut:
Energi berguna dari kolektor surya pemanas air dengan absorber bergelombang secara aktualnya
menurut hukum termodinamika adalah sebagai berikut :
Sedangkan energi berupa panas yang berguna dari kolektor surya pemanas air secara real adalah
sebagai berikut [12] :
Qu ,aktual = A p F R [ SU L (T iT a ) ] (2.23)
Energi yang berguna secara teori dan actual pada kolektor surya telah dapat terjelaskan.
Sedangkan efisiensi kolektor surya pemanas air adalah sebagai berikut [13] :
Qu
=
Ac I T
(2.24)
BAB III
METODE PERCOBAAN