PENDAHULUAN
3. Kemampuan kerja
Mesin CNC dapat memproduksi benda kerja secara terus menerus dengan
hasil yang baik, sehingga dapat meningkatkan produktivitas pengerjaan.
BAB II
DASAR TEORI
b. Eretan (support)
Eretan adalah gerak persumbuan jalannya mesin untuk mesin bubut CNC
TU-2A dibagi menjadi:
1. Eretan memanjang (sumbu z) dengan jarak 59.99 mm
2. Eretan melintang (sumbu x) dengan jarak 327.60 mm
c. Step Motor
Step motor adalah motor penggerak eretan. Masing-masing eretan memiliki
step motor sendiri-sendiri yaitu penggerak sumbu x dan sumbu z ukuran masing-
masing step motorsama.
Gambar 2.4 Step Motor
Sumber : Laboratorium Otomasi Manufaktur Universitas Brawijaya
e. Cekam (Chuck)
Digunakan untuk menjepit benda kerja pada waktu proses pemakanan benda
kerja berlangsung. Cekam ini dihubungkan langsung dengan spindle utama
dengan motor penggerak melalui sabuk chuck. Menggunakan transmisi sabuk
karena unttuk faktor safety, maksudnya pada saat terjadi kerusakan pada mesin,
sabuk (belt) akan dapat slip. Dengan demikian motor utama tidak terbakar, kalau
menggunakan rantai pada saat terjadi kemacetan mesin, maka tidak bisa slip
sehingga motor utama terbakar. Jenis chuck ini adalah chuck fixture yang
berfungsi menjepit benda kerja aga saat pembubutan menjadi presisi.
Gambar 2.6 Cekam (Chuck)
Sumber : Laboratorium Otomasi Manufaktur Universitas Brawijaya
1 1 2 13 7 6 9 1
16
1
1
5 4 3 1 8
Keterangan :
1. Saklar Utama
Adalah pintu masuk aliran listrik ke control pengendali CNC. Cara kerja
saklar utama adalah jika kunci saklar utama diputar ke posisi 1, arus listrik
masuk ke control CNC.
Gambar 2.10 Saklar Utama
Sumber : http://bse.ictcentre-llg.net
STA
RT
Gambar 2.21 Tombol Start
Sumber : Gambar Manual
12. Amperemeter
Digunakan sebagai display besarnya arus aktual yang dipakai dari motor
utama. Fungsi utamanya adalah mencegah beban berlebih pada motor utama.
REV
FW
D
Gambar 2.26 Tombol FWD
Sumber : Gambar Manual
D
3
B C
A(0,0) 1 4
Keterangan:
Misalnya bor berada pada titik B yang menjadi titik awal pergerakan bor,
kemudian bergerak menuju titik C. Selanjutnya bor ingin bergerak ke titik D
maka bor harus kembali ke titik B baru bergerak ke titik D. karena titik
referensinya adalah titik awal bor bergerak.
b) Sistem Inkremental
Pada sistem ini awal penempatan yang digunakan sebagai acuan adalah
selalu berpindah sesuai dengan titik awal yang dinyatakan terakhir
Contoh:
0 1 4
Keterangan:
Misanya bor berada pada titik A kemudian bergerak pada titik B. Selanjutnya
bor ingin bergerak pada titik C maka bor bisa langsung bergerak ke titik C tanpa
harus kembali lagi dari titik A. karena titik terakhir dari gerakan bor menjadi
titik awal gerakan bor pada tahap berikutnya.
G 00 : Gerakan cepat
N/ G 00 / x / z
G 01 : Interpolasi lurus
N/ G 01 / x / z / F
G 21 : Blok kosong
N/ G 21
G 24 : Pemrograman radius
N/ G 24
G 27 : Perintah melompat
N/ G 27 / L
G 33 : Pemotongan ulir
N/ G 33 / z/ k
G 65 : Pelayanan kaset
N/ G 65
G 66 : Pelayanan RS 232
N/ G 66
G 73 : Siklus pemboran dengan pemutusan tatal
N/ G 73 / z / F
G 78 : Siklus penguliran
N/ G 78 / x / z/ k
G 81 : Siklus pemboran
N/ G 81 / z/ F
G 85 : Siklus pereameran
N/ G 85 / z/ F
G 86 : Siklus pengeluaran
N/ G 86 / x / z/ F/ H
Fungsi M (Miscellaneous)
Adalah fungsi pembantu untuk mengontrol on/off function yang ada pada mesin
serta membantu melengkapi parintah dengan menggunakan kode
M 00 : Berhenti terprogram
N/ M 00
M 30 : Akhir program
N/ M 30
- Tanda-Tanda Alarm
A 00 : Salah perintah G, M
A 01 : Salah radius (M 99)
A 02 : Salah harga x
A 03 : Salah harga F
A 04 : Salah harga z
A 05 : Kurang perintah M 30
A 06 : Jumlah putaran sumbu utama terlalu tinggi
A 08 : Akhir pita pada perekaman
A 09 : Pemrograman tidak ditemukan
A 10 : Pemrograman kaset
A 11 : Salah memuat
A 12 : Salah pengecekan
A 13 : Pengalihan inchi/mm dengan memori penuh
A 14 : Salah satuan jalan pada program terbaca
A 15 : Salah harga H
A 17 : Salah sub program
- Tombol Kombinasi
+ = Menyisipkan 1 baris blok
INP
program
+ = Menghapus 1 baris blok
DEL
program
+ = Menghapus kembali ke awal
INP REV
program
+ = Eksekusi program berhenti
FWD INP
sementara
+ = Pengecekan program selain
START 1
dengan M
+ = Menghapus program
INP DEL
keseluruhan
Gambar 2.32 Hubungan Antara Jumlah Putaran, Diameter Benda Kerja Dan
Cutting Speed
Sumber : Buku Petunjuk Praktikum CNC Programing
Contoh:
- Diameter benda kerja : 40 mm
- Kecepatan potong : 150 m /menit
- Jumlah putaran : 1200 rpm
2. Mendapatkan kecepatan asutan dalam mm/menit.
Gambar 2.33 : Grafik Hubungan Antara Asutan, Jumlah Putaran Sumbu Utama
Dan Kecepatan Asutan
Sumber : Buku Petunjuk Praktikum CNC Programing
Contoh :
- Jumlah putaran : 1200 putaran/menit
- Asutan : 0.06 mm/putaran
- Kecepatan asutan : 70 mm/menit
3. Pahat Netral
Pahat ini digunakan untuk pembubutan memanjang menyudut dengan sudut
maksimal 60o dan sudut bebas 2,5o. untuk pembubutan bagian radius dengan
tangent busur lingkaran tidak boleh melebihi 60o.
Gambar 2.36 Pahat Netral
Sumber : Petunjuk pemrograman Emco TU-2A
4. Pahat ulir
Pahat bubut ulir memilki sudut puncak tergantung dari jenis ulir yang akan
dibuat, sudut puncak 55 adalah untuk membuat ulir jenis whitwhort. Sedangkan
untuk pembuatan ulir jenis metrik sudut puncak pahat ulirnya dibuat 60.
5. Pahat potong
Lebar mata pahat 3,5 mm
7. Pahat dalam
Dengan pemotongan maksimal pada pembubutan masuk 90o. Tetapi
dalamnya pemotongan maksimal hanya 0,3 mm dan sudut pemotongan pada
pembubutan keluar 30o.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Persiapan Praktikum
Sebelum praktikum, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan disiapkan
agar pelaksanaanya berjalan lancar :
1. Menyiapkan manuskrip program dan program harus sudah benar agar pada saat
pengetikan program tidak memakan waktu yang lama.
2. Menyiapkan alat bantu berupa alat tulis, kalkulator, dll.
3. Menyiapkan kaset untuk menyimpan program
4. Menyiapkan benda kerja.
5. Memeriksa kondisi mesin CNC.
6. Menyiapkan jangka sorong.
5. Tekan
DEL
6. Tekan
6 5 INP
7. Tekan +
DEL
8. Tunggu 10 detik
9. Tekan +
INP REV
b. Menyimpan program
1. Kaset dimasukkan
2. CNC mode
3. Tombol ditekan
DEL
4. Tekan
5. Tekan
FWD
6. Tekan
6 5 INP
7. Nomor program diketik
8. Tekan
INP
c. Memanggil program
1. Kaset dimasukkan
2. CNC mode
3. Tekan
4. Tekan
DEL
5. Tekan
6 5 INP
6. Tekan
INP
7. Nomor program diketik
8. Tekan
Pelayanan RS-232
a. Proses dikomputer.
1. Masukkan kaset.
2. Hubungkan kabel Rs-232 antara CPU dan mesin CNC yang akan
digunakan.
3. Nyalakan komputer/CNC.
4. Ketik DIR.
5. Ketik SER IN. INP
6. Memberi nama program.
b. Proses di CNC.
1. CNC mode
2. Tekan
3. Tekan
DEL
4. Tekan
6 6 INP
5. Tekan
FWD
c. Memanggil program.
1. Masukkan kaset.
2. Hubungkan kabel Rs-232 antara CPU dan mesin CNC yang akan
digunakan.
3. Nyalakan komputer/CNC.
4. Ketik DIR.
5. Pilih jenis program.
6. Ketik SER OUT.
3.3 Pengeplotan
Pengeplotan berfungsi untuk mengetahui apakah gerakan pahat atau
pemotongan sudah sesuai dengan gambar yang direncanakan. Langkah langkah
pengeplotan:
1. Catat waktu mulai
2. Pilih operasi ke manual, tekan H/C
3. Gerakan tool turret keposisi pada pemasangan plotter untuk eksekusi program
4. Pasang tangkai plotter dan atur posisi pena serta kertas
5. Tempelkan atau posisikan plotter pada saat start point
6. Pilih CNC mode, ganti feed menjadi >200
7. Panggil program dari kaset
8. Atur putaran spindle
9. Mulailah eksekusi program dengan plotter, tekan Start
10. Lakukan pengeplotan hingga selesai
11. Catat waktu mulai
12. Konsultasikan hasilnya dengan asisten
BAB IV
PERHITUNGAN DAN PEMROGRAMAN
b. Pahat Grooving
Pahat grooving ini digunakan untuk pembuatan celah setelah finishing
pembubutan benda sudah selesai.
c. Pahat Ulir
Pahat Ulir ini diigunakan untuk membuat ulir sesuai dengan benda yang
direncanakan. Pada praktikun ini saat yang tepat menggunakan pahat ulir
adalah proses paling akhir setelah proses grooving.
c= 16+16
c= 32
c=5,65685424949238
= ?
k
=
i
4
=
4
1
=tan 1
=45
= ?
2 2 2
5,65685424949238 =8,04 + 8,04 2.8,04 .8,04 cos
9,2832=129,2832cos
cos =0.752481374
=41,19421821
= ?
180
=
2
180 41,19421821
=
2
=69.40289089
=?
=180
=180 45 69.40289089
=65,59710911
i= ?
i=a . cos
i=3,32
k = ?
k =a . sin
k =8,04.sin 65,59710911
k =7,32
b. Pada manuskrip blok ke 67
c= 4 2 +4 2
c= 16+16
c= 32
c=5,65685424949238
= ?
k
=
i
4
=
4
1
=tan 1
=45
= ?
2 2 2
c =a + b 2 ab cos
246,48=278,48 cos
cos =0,885090491
=27,73734076
= ?
180
=
2
180 27,73734076
=
2
=76,13132962
=?
=180
=180 45 76,13132962
=58,86867038
x= ?
x=a . cos
x=11,8.cos 58,86867038
x=6,10
i=x+ 4
i=6,10+ 4
i=10,10
y= ?
y=a. sin
y=10,10
k = y4
k =10,104
k =6,10
c= 4 2 +4 2
c= 16+16
c= 32
c=5,65685424949238
= ?
k
=
i
4
=
4
=tan1 1
=45
= ?
96=128 cos
cos =0.75
=41,40962211
= ?
180
=
2
180 41,40962211
=
2
=69.29518894
=?
=180
=180 45 69.29518894
=65,70481106
i= ?
i=a . cos
i=3,29
k = ?
k =a . sin
k =8. sin65,70481106
k =7,29
c= 16+16
c= 32
c=5,65685424949238
= ?
k
=
i
4
=
4
1
=tan 1
=45
= ?
2 2 2
5,65685424949238 =12 + 12 2.12.12 cos
cos =0.8888888
=27,2660445
= ?
180
=
2
180 27,2660445
=
2
=76,36697777
=?
=180
=180 45 76,36697777
=58,63302223
x= ?
x=a . cos
x=6,25
i=x+ 4
i=6,25+ 4
i=10,25
y= ?
y=a. sin
y=10,25
k = y4
k =10,254
k =6,25
Aktual
a) Pahat kanan
F 50 mm
f= = =0,0714
n 700 putaran
b) Pahat grooving
F 50 mm
f= = =0,0714
n 700 putaran
c) Pahat ulir
F 76 mm
f= = =0,1085
n 700 putaran
Teoritis
a) Pahat kanan
F 50 mm
f= = =0,0416
n 1200 putaran
b) Pahat grooving
F 50 mm
f= = =0,0416
n 1200 putaran
c) Pahat ulir
F 76 mm
f= = =0,0633
n 1200 putaran
3. Kecepatan pemotongan
dn
Vs=
Kecepatan pemotongan dicari dengan rumus 1000
Aktual
a) Pahat kanan
dn 3,14 24 700
Vs= = =52,75 m/menit
1000 1000
b) Pahat grooving
dn 3,14 18 700
Vs= = =39,56 m/menit
1000 1000
c) Pahat ulir
dn 3,14 8 700
Vs= = =17,58 m/menit
1000 1000
Teoritis
a. Pahat kanan
3,14.36 .700 3,14.24 .1200
V= Vs= = 90,43 m/min
1000 1000
b. Pahat grooving
3,14.18 .1200
Vs= = 67,82 m/min
1000
c. Pahat ulir
3,14.8 .1200
Vs= = 30.15 m/min
1000
Penjelasan :
Berdasarkan tabel di atas, kami menyimpulkan adanya perbedaan hasil
eksekusi dengan ukuran pada gambar disebabkan oleh beberapa faktor yaitu;
- Adanya geram yang terbentuk saat proses pemotongan
Geram yang terbentuk saat proses pemotongan dapat mengganggu
jalannya pemotongan pada pahat. Pada saat pemakanan, geram akan ikut
mengikis bagian di sekitar pahat sehingga bagian yang seharusnya tidak
terkikis malah ikut terkikis dan menyebabkan hasil eksekusinya lebih besar
daripada ukuran pada gambarnya.
- Kurang presisinya penyetingan benda kerja
Kurang presisinya saat penyetingan benda kerja juga berpengaruh
terhadap perbedaan hasil eksekusi dengan ukuran pada gambar. Pada tabel
di atas terlihat hampir semua titik yang ditinjau mengalami perbedaan
ukuran, hal ini terjadi karena pada saat penyetingan titik nol benda kerja,
pahat yang diasumsikan sudah berada di titik nol benda kerja sebenarnya
belum tepat berada di titik nol benda kerja sehingga hasil eksekusinya tentu
berbeda dengan ukuran pada gambar.
- Kurang presisinya saat penyetingan pahat
Setting pahat menggunakan loop dimana penglihatan masing-
masing orang berbeda-beda dalam ketelitian mengatur posisi ujung pahat
pada garis sumbu loop. Oleh karena itu, hal ini dapat menyebabkan nilai
kompensasi pahat yang kurang akurat sehingga berpengaruh pada hasil
dimensi benda kerja.
cacat
Penyebab
Saat setting benda kerja memakai pemakanan langsung sehingga timbul
garis
Solusi
Saat setting benda kerja dengan menggunakan kertas dan tidak
melakukan pemakanan langsung pada benda kerja
5.3 Analisa Parameter Permesinan
1. Putaran spindle
Semakin cepat putaran spindle maka benda kerja yang dihasilkan
semakin halus sedangkan putaran spindel yang lambat akan menghasilkan
benda kerja yang kasar. Hal ini disebabkan karena pada putaran spindel yang
cepat terjadi pemakanan berulangulang pada benda kerja setiap satu
lingkararan penuh, apabila putarannya rendah hasil pemakanan kurang halus
karena setiap satu lingkaran penuh pengulangan pemakanannya lebih sedikit.
Adapun rumus dari putaran spindel adalah ;
dengan :
2. Kuat arus
a. Pengkasaran : 0,4 A
b. Grooving : 0,6 A
c. Penguliran : 0,9 A
Pada saat pemakanan lurus dengan pahat kanan, arus yang digunakan
adalah 0,4 A lebih kecil grooving dan penguliran. Hal ini disebabkan oleh
pada pemakanan lurus motor hanya makan lurus saja dan tidak terlalu dalam,
sehingga pembebanan motor lebih kecil dan arus yang ditimbulkan juga jauh
lebih kecil.
Pada grooving diperlukan arus 0,4 A, lebih besar dari pengkasaran
karena kedalaman saat grooving lebih besar sehingga diperlukan arus yang
lebih besar pula
Pada penguliran, diperlukan arus 0,9 A, lebih besar dari pengkasaran
serta grooving. Hal ini disebabkan oleh pada penguliran , sehingga
pembebanan motor lebih besar dan arus yang ditimbulkan juga jauh lebih
besar.
3. Depth of cut
Pada saat proses permesinan TU CNC2A, depth of cut yang
digunakan adalah 0,5 mm. Kedalaman ini digunakan agar beban dari mesin
tidak terlalu besar, hal ini dihubungkan dari rumus:
Pz =K t ' s m [kg f ]
Pz
Dimana adalah gaya pemotongan, yang didapat dari hasil
perkalian konstanta bahan (K), depth of cut (t) , dan feed motion (s)
dengan :
5. Kecepatan asutan
Sama halnya dengan kecepatan pemotongan, jika menggunakan
kecepatan asutan tinggi maka akan menghasilkan benda kerja yang kasar
begitu pula juga sebaliknya jika kcepatan asutannya rendah maka benda
kerjanya halus. Secara aktual kecepatan asutan aktual berbeda dengan
teoritisnya, misal untuk pahat kanan secara teoritis kecepatan asutannya
sebesar 0,0714 mm / putaran dan teoritisnya sebesar 0,0416 mm / putaran.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Pada proses pengerjaan benda kerja menggunakan 3 pahat yaitu pahat kanan,
pahat grooving, dan pahat ulir
2. Faktor yang mempengaruhi parameter selama proses permesinan.
Jenis pahat
Bahan benda kerja
Bentuk dan dimensi benda kerja
Spesifikasi mesin
3. Parameter parameter yang didapat selama proses permesinan
Bahan : Aluminium (Al)
Depth of cut : 0,5 mm
Feed motion : 50 mm/min
Putaran spindle : 700 rpm
Arus pengkasaran : 0,4 Ampere
Arus groving : 0,6 Ampere
Arus penguliran : 0,9 Ampere
4. Pengeplotan dilakukan dengan tujuan apakah terlihat adanya kesalahan pada
manuskrip yang menyebabkan tidak kesesuaian dengan perencanaan awal.
5. Dry run dilakukan untuk memastikan apakah tidak ada masalah dengan
program yang dibuat.
6. Lama tidaknya waktu dalam proses permesinan dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Diantaranya adalah jumlah sumbu yang digerakkan oleh mesin,
semakin banyak sumbu yang digerakkan oleh mesin, maka semakin lama
waktu permesinannnya demikian juga sebaliknya. Selain itu, kecepatan
pemakanan juga berpengaruh terhadap waktu permesinan, semakin cepat
kecepatan pemakanannya, maka semakin cepat pula waktu permesinannya
demikian juga sebaliknya.
7. Pada bagian analisa bentuk dan dimensi terdapat perbedaan antara hasil
eksekusi dengan ukuran pada gambar karena adanya geram, kurang presisinya
penyetingan pahat dan titik nol benda kerja. Selain itu terjadinya cacat
disebabkan pahat yang digunakan kurang baik kondisinya.
8. Pada parameter permesinan, semakin cepat putaran spindle maka benda kerja
yang dihasilkan semakin halus sedangkan putaran spindel yang lambat akan
menghasilkan benda kerja yang kasar. Arus yang dihasilkan oleh mesin
bergantung pada proses kerjanya, semakin berat proses kerjanya maka arusnya
semakin besar demikian pula sebaliknya. Selain itu, semakin dalam depth of
cut, maka pembebanan mesin akan bertambah sehingga pahat cepat aus.
Kecepatan asutan juga berpengaruh karena bila kita menggunakan kecepatan
asutan yang tinggi maka akan dihasilkan benda kerja yang kasar, apabilka
kecepatan asutan rendah maka akan menghasilkan benda kerja yang halus.
6.2 Saran
1. Diperlukan ketelitian pada saat setting pahat dan benda kerja agar hasil yang
didapat sesuai dengan bentuk yang direncanakan.
2. Diperlukan ketelitian dalam memasukan manuskrip karena akan berpengaruh
terhadap waktu yang dibentukkan dan hasil benda.
3. Dibutuhkan penguasaan program dan mesin yang memadai agar dapat
mempersingkat untuk proses pengerjaan.
4. Diharapkan laboratorium mengadakan training tentang CAD/CAM diluar
jadwal praktikum.
5. Praktikan seharusnya benar-benar menguasai tentang pengoprasian dan cara
pembuatan manuscript sebelum melakukan praktikum.
BAB I
PENDAHULUAN
3. Kemampuan kerja
Mesin CNC dapat memproduksi benda kerja secara terus menerus dengan
hasil yang baik, sehingga dapat meningkatkan produktivitas pengerjaan.
BAB II
DASAR TEORI
b. Eretan
Eretan adalah penggerak jalannya mesin 3 aksis yang memiliki dua fugsi
gerakkan kerja yaitu pada posisi vertikal dan posisi horizontal yang masing- masing
dibagi tiga bagian pergerakan.
c. Step Motor
Step motor adalah motor penggerak eretan, terdapat 2 step motor. Satu step
motor untuk penggerak sumbu x dan y dan satu step motor untuk penggerak sumbu
z. Identifikasi dari step motor ini adalah:
Jumlah 1 putaran 72 langkah
Momen putaran 0,5 Nm
Kecepatan gerak Variabel
Gerakan cepat maksimum = 100 mm/menit
Gerakan pengoperasian program = 2 499 mm/menit
2. Parallel Vise
Ragum dimana bagian yang bergerak adalah bagian depan.
3. Universal Vise
Ragum dimana bagian yang bergerak adalah bagian depan dan bagian
belakang.
1. Sakelar Utama
Sebagai pintu masuk aliran listrik ke kontrol pengendali (sakelar pada posisi 1
mesin ON, sakelar pada posisi 0 mesin OFF).
3. Tombol Darurat
Untuk memutus aliran listrik ke mesin, digunakan juga jika terjadi kesalahan
program.
6. Amperemeter
Menunjukkan pemakaian arus aktual dari motor penggerak alat potong mesin
milling CNC TU-3A. Arus maksimum yang digunakan pada motor penggerak
adalah 4A.
D
3
B C
A(0,0) 1 4
Keterangan:
Misalnya bor berada pada titik awal di B kemudian bergerak menuju titik C.
selanjutnya bor ingin bergerak menuju titik D maka titik acuannya dari titik B.
b) Sistem Incremental
Pada sistem ini titik awal penempatan yang digunakan sebagai acuan adalah
selalu berpindah sesuai dengan titik actual yang dinyatakan terakhir. Untuk
mesin bubut maupun mesin frais diberlakukan cara yang sama. Setiap kali suatu
gerakan pada proses pengerjaan benda kerja berakhir, maka titik akhir dari
gerakan alat potong itu dianggap sebagai titik awal gerakan alat potong pada
tahap berikutnya.
CC
33
AA B
Keterangan:
0 1 4
Misalnya bor berada pada titik awal di A kemudian bergerak menuju titik B.
Selanjutnya bor ingin bergerak menuju titik C maka titik acuannya dari titik B.
Karena titik terakhir bor menjadi titik acuan awal.
Kombinasi tombol
Pemboran
Gambar 2.34 Grafik Pemboran
Sumber : Buku Panduan Praktikum CNC Programing
4. Face Mill adalah jenis tool yang digunakan untuk milling permukaan.
Gambar 2.39 Face cutter
Sumber : en.wikipedia.org (2012)
5. Lollipop Mill adalah jenis tool yang digunakan dalam operasi 5-axis
simultan.
6. Thread Mill adalah jenis tool yang digunakan untuk membuat ulir dalam atau
luar.
5. Tekan
DEL
6. Tekan
6 5 INP
7. Tekan +
DEL
8. Tunggu 10 detik
9. Tekan +
INP REV
e. Menyimpan program
1. Kaset dimasukkan
2. CNC mode
3. Tombol ditekan
DEL
4. Tekan
5. Tekan
FWD
6. Tekan
6 5 INP
7. Nomor program diketik
8. Tekan
INP
f. Memanggil program
1. Kaset dimasukkan
2. CNC mode
3. Tekan
4. Tekan
DEL
5. Tekan
6 5 INP
6. Tekan
INP
7. Nomor program diketik
8. Tekan
INP
Pelayanan RS-232
d. Proses dikomputer.
7. Masukkan kaset.
8. Hubungkan kabel Rs-232 antara CPU dan mesin CNC yang akan
digunakan.
9. Nyalakan komputer/CNC.
10. Ketik DIR.
11. Ketik SER IN.
12. Memberi nama program.
e. Proses di CNC.
6. CNC mode
7. Tekan
8. Tekan
DEL
9. Tekan
6 6 INP
10. Tekan
FWD
f. Memanggil program.
7. Masukkan kaset.
8. Hubungkan kabel Rs-232 antara CPU dan mesin CNC yang akan
digunakan.
9. Nyalakan komputer/CNC.
10. Ketik DIR.
11. Pilih jenis program.
12. Ketik SER OUT.
3.3 Pengeplotan
Pengeplotan berfungsi untuk mengetahui apakah gerakan pahat atau
pemotongan sudah sesuai dengan gambar yang direncanakan. Langkah langkah
pengeplotan:
13. Catat waktu mulai
14. Pilih operasi ke manual, tekan H/C
15. Gerakan tool turret keposisi pada pemasangan plotter untuk eksekusi program
16. Pasang tangkai plotter dan atur posisi pena serta kertas
17. Tempelkan atau posisikan plotter pada saat start point
18. Pilih CNC mode, ganti feed menjadi >200
19. Panggil program dari kaset
20. Atur putaran spindle
21. Mulailah eksekusi program dengan plotter, tekan Start
22. Lakukan pengeplotan hingga selesai
23. Catat waktu mulai
24. Konsultasikan hasilnya dengan asisten
Setting pahat pada mesin CNC TU-3A meliputi dua langkah, yaitu setting
manual dan Tool offset
Setting pahat manual : setting ini adalah pemasangan pahat pada rumah alat
potong
Tool offset : pengambilan data kompensasi pahat, setting ini bertujuan untuk
mencari nilai kompensasi pahat terhadap benda kerja dimana nantinya nilai
kompensasi ini juga berfungsi unutk menggeser pahat berikutnya yang akan
dipakai dalam proses permesinan CNC TU-3A
Langkah-langkahnya:
Langkah-langkahnya:
Proses ini dilakukan untuk melihat apakah gerakan pahat membahayakan atau
tidak. Hal ini dalam artian membahayakan bagi pahat itu sendiri ataupun ragum (pahat
mengenai ragum). Perbedaan dengan plotter disini adalah ketika plotter menggunakan
speed eksekusi dan pen plotter, maka pada dry run menggunakan pahat langsung dan
speednya dirubah.
Langkah-langkahnya:
Proses ini dilakukan setelah tahap pengeplotan dan dry run selesai dengan
menaruh pahat di rumah alat potong dan benda kerja diragum. Langkahnya sebagai
berikut :
1. Benda kerja dipasang pada ragum, kemudian Setting start point tool.
2. CNC mode.
3. Kecepatan spindle diatur.
4. Arahkan kursor ke N00.
5. Main Spindle Switch pada CNC.
6. Klik tombol START.
7. Waktu dicatat.
8. Selama operasi, tekan INP+FWD bersamaan jika terjadi gerakan pahat yang
membahayakan.
BAB IV
PERHITUNGAN DAN PEMROGRAMAN
b. Pahat kantong 6 mm
Pahat kantong 6 mm digunakan untuk mengebor dan membuat alur pada
benda kerja.
Gambar 4.2 Pahat kantong 6 mm
Sumber : Lab Otomasi Manufaktur Universitas Brawijaya
c. Pahat kantong 4 mm
Pahat kantong 4 mm digunakan untuk mengebor dan membuat alur pada
benda kerja.
c= 18,862 +252
c= 355,69+625
c= 980,69
c=31,31597037
= ?
c 2 = a2 +b 22 a b cos
= ?
= 900
= 90o _ 74,05958289o
= 15,94041711o
i = ?
i = 26 sin
i = 26 sin 15,94041711o
i = 7,14 mm
j = ?
j = 26 cos
j = 26 cos 15,94041711o
j = 25 mm
Kecepatan Asutan
Prosedur :
1) Pilih parameter diameter pahat pada diagram kedalaman
pemotongan asutan berupa garis miring
2) Tentukan Depth of cut pada sumbu vertical
3) Potongkan kedua garis dan tarik garis kebawah maka
didapatkan kecepatan asutan
0,1 100x
0,3 = x250
x= 137,5 mm/min
= 0,0714 mm/min
b) Pahat kantong d = 6 mm
Pada interpolasi lurus
F 50 10
f 2= = mm/min mm/min = 0,0714 mm/min
n 700 700
c) Pahat kantong d = 4 mm
Pada interpolasi lurus
F 50 10
f 2= = mm/min mm/ min = 0,0714 mm/min
n 700 700
2. Kecepatan potong
a. Kecepatan potong teoritis
4050 900n x
=
3040 n x 1500
10 900nx
=
10 n x 1500
10 (n x 1500)=10 (900nx )
20 n x =900015000
n x =1200
d. Untuk facing dengan pahat facing 40 mm, putaran spindle (rpm) = 700
Diameter (mm) Vs (m/min) Putaran Spindle (rpm)
D1 = 12 25 700
Dx = 40 x 700
D2 = 60 144 700
D x D1 25x
D2 Dx = x144
4012 25x
6040 = x144
28 25x
20 = x144
x = 94,41 m/min
Untuk pahat facing dengan 40 mm putaran spindle (rpm) = 700
rpm tidak mungkin melakukan perhitungan karena terbatasnya grafik
kecepatan putar yang digunakan jauh dibawah batas aman.
d = Diameter pahat
n = putaran /menit
a) Pahat facing d = 40 mm
3,14.40 .700
V s=
1000 = 87,92 m/min
b) Pahat kantong d = 6 mm
3,14.6 .700
V s=
1000 = 13,188 m/min
c) Pahat kantong d = 4 mm
3,14.4 .700
V s=
1000 = 8,792 m/min
Putaran spindle (n)
Untuk bahan benda kerja alumunium, kecepatan pemotongan dianjurkan
konstan sehingga nilai putaran spindle (n) actual pahat adalah 700 rpm.
3. Pemboran pahat kantong
Pengeboran dengan pahat kantong 4 mm, bahan alumunium
Diameter (mm) Kecepatan Asutan
D1 = 6 Vs1 = 150
d = Diameter pahat
n = putaran /menit
Pahat kantong d = 6 mm
3,14.6 .700
V S= = 13,188 m/min
1000
Prosedur :
1) Pilih diameter pahat grafik berupa sumbu vertical
2) Pilih bahan pahat
3) Potongkan kedua garis dan tarik garis kebawah maka
didapatkan kecepatan pemotongan
D x D1 V S 1V Sx
D2 Dx = V Sx V S 2
54 400x
42,5 = x200
1 400x
1,5 = x200
x = 320 m/min
Untuk pahat kantong 4 mm tidak memungkinkan perhitungan
karena keterbatasanya grafik penentuan pemboran yang jauh dibawah
batas aman.
d = Diameter pahat
n = putaran /menit
Pahat kantong d = 4 mm
3,14.4 .700
V S= = 8,792 m/min
1000
Secara garis besar bentuk hasil benda kerja setelah proses permesinan dengan mesin
CNC TU 3A sudah sesuai dengan gambar rancangan kerja akan tetapi ada
beberapakekurangan pada dimensi dari rancangan benda kerja. Perbandigan hasil benda
kerja dengan rancangan benda dari segi dimensi bisa dilihat pada tabel perbandingan:
B-B 50 mm 50,5 mm
D-D 4 mm 4,2 mm
G-G 3 mm 3,3 mm
H-H 3 mm 3,1 mm
I-I 6 mm 6,7 mm
J-J 4 mm 4,1 mm
K-K 4 mm 4 mm
L-L 10 mm 10 nmm
Q-Q 4 mm 3,9 mm
Penyebab
Setting benda kerja tidak tepat, sehingga pada saat pemakanan terdapat
daerah yang belum termakan pahat
Solusi
Lebih teliti pada saat menentukan setting benda kerja, sehingga pada
saat pemakanan bisa sesuai dan menghasilkan benda kerja yang sesuai
dengan desain.
5.3 Analisa Pemilihan Parameter Permesinan (feed, speed, depth of cut, dan
putaran spindle) Terhadap Benda Kerja yang Dibuat
Pada saat eksekusi digunakan, parameter permesinan yang digunakan
berbeda-beda tergantung jenis pahat yang digunakan. Parameter-parameter
terrsebut adalah sebagai berikut :
1. Kecepatan Asutan
Kecepatan asutan ditentukan berdasarkan pahat yang digunakan. Pada
penggunaan pahat facing 40 mm, dipilih f=50 mm/menit. Sedangkan
penggunaan kantong 6 mm pada saat interpolasi lurs dipilih f=30 mm/menit,
pada saat pengeboran dipilih f=10 mm/menit,dan pahat kantong 4 mm pada
saat interpolasi lurus dipilih f=30 mm/menitpada saat pengeboran dipilih f=10
mm/menit. Pengambilan kecepatan asutan yang lebih kecil pada saat
praktikum dimaksudkan agar benda hasil pengerjaan bisa lebih halus.
Dengan kecepatan asutan yang tinggi, pergerakan pergeseran pahat yang
cepat menyebabkan ada bagian yang tidak termakan sempurna, hal ini yang
mengakibatkan hasil benda kerja yang kasar. Bila asutan rendah maka akan
menghasilkan benda kerja yang halus dikarenakan pergesaran pahat yang
pelan sehingga benda kerja termakan lebih rata.
Perbedaan penggunaan kecepatan asutan antara pahat 40 mm pahat
6dan pahat 4 mm dikarenakan pahat dengan diameter besar lebih cepat
menahan atau lebih kuat jika digunakan nilai f yang lebih besar. Jika pahat
dengan diameter yang kecil kemungkinan akan patah, jika digunakan nilai f
yang besar, kecepatan asutan juga berpengaruh pada lamanya waktu
permesinan. Dimana jika nilai f kecil, maka waktu pengerjaan lebih lama jika
dibandingkan menggunakan nilai f yang besar.
6.1 Kesimpulan
1. Pada proses pengerjaan benda kerja praktikum TU-3A kelompok kami
menggunakan dua jenis pahat, yaitu pahat facing 40 mm dan pahat kantong
4 mm.
2. Parameter permesinan pada saat eksekusi
Depth of cut : 0,5 mm
Putaran spindle : 700 rpm
Feed untuk facing : 50 mm/rev
Feed untuk pemakanan : 30 mm/rev
Feed untuk pengeboran : 10 mm/rev
3. Semakin kecil nilai Feed dan semakin besar depth of cut maka waktu yang
digunakan semakin lama.
4. Bila asutan yang dipakai maka putaran spindle yang dipilih tinggi agar dapat
diperoleh pemakanan benda kerja yang halus.
5. Dengan kecepatan pemotongan yang kecil dapat menyebabkan hasil permukaan
pahat benda kerja tersebut termakan.
6. Depth of cut yang kecil akan cepat aus karena beban yang diterima pahat lebih
kecil.
7. Semakin luas bidang kontak antara pahat dengan benda kerja maka semakin
besar arus yang dihasilkan.
6.2 Saran
1. Diperlukan pengamatan yang lebih tinggi terhadap jalannya pahat pada proses
dry run agar tidak terjadi kesalahan terutama pada kedalaman pemakanan
2. Diharapkan laboraturium dapat mengadakan training tantang CAD/CAM diluar
jadwal praktikum.
3. Praktikan seharusnya benar-benar menguasai tentang proses pengoperasian dan
cara pembuatan manuskrip sebelum melakukan praktikum.