Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN TENTANG KETERAMPILAN MENGAJAR MATEMATIKA

TERKAIT ETNOMATEMATIKA BERBASIS LINGKUNGAN

OLEH

FLESIA WELLY FERIANTI

F1042141029

B2

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas
segala rahmat, petunjuk, dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini
untuk memenuhi tugas Keterampilan Dasar Mengajar. Makalah ini dapat digunakan sebagai
sumber guna penambah pengetahuan, sebagai bahan diskusi, dan sebagai referensi tambahan
dalam belajar.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca untuk menambah pengetahuan
dan wawasan tentang Keterampilan Mengajar Matematika terkait Etnomatematika berbasis
Lingkungan. Semoga keberhasilan selalu berpihak pada kita semua.

Pontianak, 8 Februari 2017

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu realisasi pembelajaran kreatif dan bermakna dilaksanakan melalui
pembelajaran berbasis budaya. Hal itu sangat beralasan karena pembelajaran berbasis budaya
menjadikan pembelajaran bermakna kontekstual yang sangat terkait dengan komunitas budaya
dan pembelajaran berbasis budaya menjadikan pembelajaran menarik dan menyenangkan.
Apalagi pada Kurikulum 2006 dan Kurikulum 2013 yang menonjolkan peningkatan kemampuan
siswa terhadap budaya dan pembelelajaran yang berpusat pada siswa. Pembelajaran yang
menarik dan mudah dipahami dapat membantu agar siswa lebih memahami materi pelajaran.
Metode yang inovatif dalam proses pembelajaran dikombinasikan dengan kegiatan bermuatan
budaya membuat siswa menjadi lebih menyenangkan.
Pengaruh modernisasi terhadap kehidupan berbangsa tidak dapat dipungkiri lagi, hal ini
berdampak pada mengikisnya nilai budaya luhur bangsa kita. Terjadinya hal ini dikarenakan
kurangnya penerapan dan pemahaman terhadap pentingnya nilai budaya dalam masyarakat.
Kebudayaan dapat dipahami sebagai suatu sistem gagasan/ide yang dimiliki suatu masyarakat
lewat proses belajar dan dijadikan acuan tingkah laku dalam kehidupan sosial bagi masyarakat.
Pendidikan dan budaya adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari dalam kehidupan sehari-hari,
karena budaya merupakan kesatuan utuh dan menyeluruh yang berlaku dalam suatu masyarakat,
dan pendidikan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap inidividu dalam masyarakat.
Pendidikan dan budaya memiliki peran yang sangat penting dalam menumbuhkan dan
mengembangakan nilai luhur bangsa kita, yang berdampak pada pembentukan karakter yang
didasarkan pada nilai budaya yang luhur. Selama ini pemahaman tentang nilai-nilai dalam
pembelajaran matematika yang disampaikan para guru belum menyentuh keseluruh aspek.
Matematika dipandang sebagai alat untuk memecahkan masalah-masalah praktis dalam dunia
sains saja, sehingga mengabaikan pandangan matematika sebagai kegiatan manusia (Soedjadi,
2007). Pandangan itu sama sekali tidaklah salah, keduanya benar dan sesuai dengan
pertumbuhan matematika itu sendiri.
Nilai budaya yang merupakan landasan karakter bangsa merupakan hal yang penting
untuk ditanamkan dalam setiap individu, untuk itu nilai budaya ini perlu ditanamkan sejak dini
agar setiap individu mampu lebih memahami, memaknai, dan menghargai serta menyadari
pentingnya nilai budaya dalam menjalankan setiap aktivitas kehidupan. Penanaman nilai budaya
bisa dilakukan melalui lingkungan keluarga, pendidikan, dan dalam lingkungan masyarakat
tentunya. Hal ini senada dengan dikatakan oleh Eddy dalam Rasyid (2013) bahwa pelestarian
kebudayaan daerah dan pengembangan kebudayaan nasional melalui pendidikan baik pendidikan
formal maupun nonformal, dengan mengaktifkan kembali segenap wadah dan kegiatan
pendidikan. Pendidikan dan budaya adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari dalam kehidupan
sehari-hari, karena budaya merupakan kesatuan yang utuh dan menyeluruh, berlaku dalam suatu
masyarakat dan pendidikan merupakan
kebutuhan mendasar bagi setiap inidividu dalam masyarakat.
Masuknya matematika secara sadar maupun tidak sadar kedalam berbagai aspek
kehidupan tentunya menarik untuk dikaji, apakah kajian dalam aspek ekonomi, politik, sosial,
budaya, maupun aspek lainnya. Salah satu aspek yang menarik dikaji adalah aspek budaya. Pada
budaya manusia, umumnya matematika merasuk kedalam budaya tersebut namun manusia
jarang menyadari bahwa matematika telah merasuki budaya mereka. Oleh karena itu, kajian
mengenai matematika dalam budaya perlu dikembangkan sehingga dapat memberikan gambaran
pada masyarakat berbudaya mengenai peranan matematika dalam budayanya.
Salah satu yang dapat menjembatani antara budaya dan pendidikan khususnya
matematika adalah etnomatematika. Etnomatematika adalah bentuk matematika yang
dipengaruhi atau didasarkan budaya. Oleh sebab itu, jika perkembangan etnomatematika telah
banyak dikaji maka bukan tidak mungkin matematika diajarkan secara bersahaja dengan
mengambil budaya setempat. Jika ditinjau dari sudut pandang riset maka etnomatematika
didefinisikan sebagai antropologi budaya (cultural anropology of mathematics) dari matematika
dan pendidikan matematika. Melalui penerapan etnomatematika dalam pendidikan diharapkan
peserta didik dapat lebih memahami matematika dan budaya mereka, sehingga nilai budaya yang
merupakan bagian karakter bangsa tertanam sejak dini. Dengan demikian diharapkan siswa dapat
lebih mudah memahami konsep-konsep matematika bermuatan budaya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana keterampilan mengajar matematika terkait etnomatematika yang berbasis
lingkungan ?
C. Tujuan
1. Mengetahui keterampilan mengajar matematika terkait etnomatematika yang berbasis
lingkungan.

A.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Definisi Ethnomathematics
Pembelajaran ethnomathematics pertama kali digagas oleh DAmbrosio pada tahun 1985
dan Nunes pada tahun 1992. Definisi ethnomathematics berasal dari kata ethno yang
mengacu pada sosial konteks budaya yang terdiri dari bahasa, jargon, kode perilaku, mitos
dan simbol. Mathema berarti menjelaskan, mengetahui, memahami kegiatan seperti
penyandian, mengukur, mengelompokkan, menyimpulkan dan pemodelan. Tics berarti
teknik, dengan kata lain etno mengacu pada anggota kelompok di dalam lingkungan budaya
diidentifikasi oleh tradisi budaya mereka, kode simbol, mitos dan cara khusus yang
digunakan untuk berpikir dan untuk menyimpulkan. Ethnomathematics merupakan bidang
interdispliner yang meliputi antropologi budaya matematika, pendidikan matematika dan
kognisi matematika. Ethnomathematics merupakan irisan dari tiga himpunan disiplin ilmu:
matematika, antropologi budaya dan pemodelan model matematika.

2. Budaya dan Matematika


Definisi budaya adalah sebuah keseluruhan kompleks yang mencakup pengetahuan,
kepercayaan, seni, hukum, moral, adat, dan setiap kemampuan lain dan kebiasaan yang ada
oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Budaya menurut Koentjaraningrat (2002) sebagai
seluruh total dari pikiran, karya dan hasil karya manusia yang tidak berakal kepada nalurinya
dan hanya dicetuskan oleh manusia sesudah proses belajar.
Matematika adalah produk dari budaya yang berbasis kegiatan sosial manusia dan semua
masyarakat memiliki praktek-praktek matematika yang dianggap paling sesuai dengan
kehidupan sehari-hari dan budayanya. Sistem ini disebut sebagai ethnomathematics. Selain
itu, matematika diidentifikasi sebagai kegiatan budaya dalam masyarakat tradisional dan non
tradisional. Matematika dalam ethnomathematics dipandang sebagai suatu disiplin ilmu yang
terikat dengan budaya dan nilai-nilai sosial dalam kehidupan mahasiswa, jelas ini sangat
bertentangan dengan pendapat selama ini bahwa matematika adalah sebagai disiplin ilmu
yang bebas dari budaya dan nilai-nilai sosial. Schultes dan Shannon (1997) menemukan
bahwa banyak siswa telah mendapatkan penghargaan yang lebih besar untuk matematika
setelah mempelajari subjek materi dari perspektif. Budaya ini telah memberikan kontribusi
untuk siswa merasa lebih nyaman dan percaya diri tentang membahas konsep-konsep
matematika. Menurut Rosa dan Orey (2003), pendekatan matematika disajikan sebagai
tanggapan budaya terhadap kebutuhan siswa dengan membuat koneksi antara latar belakang
budaya dan matematika. Pendekatan ini mendukung pandangan bahwa "matematika
dipahami sebagai produk budaya yang telah dikembangkan sebagai hasil dari berbagai
kegiatan.
Pernyataan-pernyataan tersebut mengemukakan bahwa matematika dalam pembelajaran
ethnomathematics merupakan suatu produk atau hasil karya dari suatu budaya yang
dihasilkan oleh manusia dalam kehidupannya, sehingga matematika memiliki nilai-nilai
sosial dan terikat dengan budaya setempat. Sehingga pembelajaran matematika melalui
ethnomathematics dapat membentuk karakter mahasiswa yang memahami budayanya dengan
baik dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga kebudayaan kita secara
tidak langsung telah dilestarikan keberadaannya melalui pembelajaran matematika selama
proses belajar di kelas.

3. Pembelajaran Ethnomathematics
Davidson (2000), mengatakan bahwa ethnomathematics adalah seni atau teknik
menjelaskan, mengetahui dan memahami konteks budaya beragam. Ethnomathematics
menurut Ambrosio (2001), adalah suatu pendekatan pengajaran dan pembelajaran
matematika yang dibangun di atas pengetahuan siswa sebelumnya, latar belakang, peran
lingkungannya bermain dalam hal konten dan metode, dan pengalaman masa lalunya dan
lingkungan sekarang. Kurumeh (2004) pembelajaran ethnomathematics adalah sebuah
pendekatan dalam pembelajaran matematika yang digunakan untuk menjelaskan realitas
hubungan antara lingkungan budaya dan matematika saat mengajar.
Pembelajaran ethnomathematics sangat dipengaruhi oleh teori konstruktivis, pengetahuan
dikonstruksi secara sosial sehingga belajar merupakan tanggung jawab bersama antara dosen
dan mahasiswa di kelas. Perspektif pembelajaran konstruktivis meliputi: 1) pembangunan
pengetahuan individu, 2) pengaruh sosial terhadap konstruksi individu, 3) situasional dan
persyaratan konstruksi pengetahuan konstektual dan 4) konstruksi sosial dari realitas. Rosa
dan Orey (2007) berpendapat bahwa kurikulum matematika harus didasarkan pada sebuah
pendekatan konstruktivis untuk belajar dan berusaha untuk mengubah cara guru matematika
membangun lingkungan belajar.
Pembelajaran ethnomathematics memiliki beberapa karakter yaitu: a) penggunaan konsep
yang luas dari matematika, khususnya menghitung, menemukan, mengukur,
mendesain,bermain dan menjelaskan; b) penekanan dan analisis pengaruh faktor sosial-
budaya pada proses belajar, mengajar, dan pengembangan matematika; c) matematika
dianggap sebagai produk budaya. Setiap orang, setiap kebudayaan dan setiap subkultur
mengembangkan matematika khususnya sendiri.
Pembelajaran ethnomathematics dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu belajar
tentang budaya, belajar dengan budaya, dan belajar melalui budaya.
1. Belajar tentang budaya, menempatkan budaya sebagai bidang ilmu.
Proses belajar tentang budaya sudah dipelajari secara langsung oleh mahasiswa melalui
mata pelajaran kesenian dan kerajinan tangan, seni, dan sastra, melukis, serta
menggambar. Budaya dipelajari dalam satu mata pelajaran khususnya tentang budaya
untuk budaya. Produk budaya yang berlaku dalam sebuah masyarakat dapat digunakan
menjadi sebuah metode dalam pemecahan masalah matematika yang akan dilakukan oleh
mahasiswa dalam perkuliahan matematika.
2. Belajar dengan budaya.
Belajar dengan budaya bagi mahasiswa meliputi pemanfaatan beragam bentuk perwujudan
budaya. Budaya dan perwujudannya menjadi media pembelajaran atau konteks dalam proses
belajar di kelas.
3. Belajar melalui budaya
Belajar melalui budaya bagi mahasiswa yaitu dengan memberikan kesempatan dengan
menunjukkan pencapaian pemahaman atau makna yang diciptakannya dalam suatu mata
pelajaran melalui ragam perwujudan budaya. Belajar melalui budaya merupakan salah satu
bentuk multiple representation of learning assessment atau bentuk penilaian pemahaman
dalam beragam bentuk. Dengan menganalisa produk budaya yang diwujudkan mahasiswa,
dosen dapat menilai sejauh mana produk budaya yang diwujudkan mahasiswa, dosen dapat
menilai sejauh mana mahasiswa memperoleh pemahaman dalam sebuah topik mata kuliah
matematika. Belajar melalui budaya memungkinkan mahasiswa untuk memperhatikan kedalaman
pemikirannya, penjiwaannya terhadap konsep atau prinsip yang dipelajari.

4. Contoh Etnomatematika di lingkungan

Nenek-nenek kita di Bali mungkin tidak mengenal definisi lingkaran sebagai himpunan
titik-titik yang berjarak sama. Mereka juga bisa jadi tidak tahu bagaimana membuat gambar
lingkaran dengan menggunakan jangka seperti yang biasa kita lakukan. Mereka mungkin
tidak tahu jumlah sudut dalam lingkaran sebesar 3600. Tapi dengan jelas mereka bisa
membuat bentuk lingkaran dengan menggunakan peralatan sederhana, hanya dengan busung
(janur/daun kelapa yang masih muda), semat (lidi tajam yang berguna untuk merekatkan
bagian-bagian busung), dan pisau. Bagaimana caranya? Potong janur dalam ukuran yang
sama. Pertemukan tengahnya kemudian semat ujung-ujungnya.

Ilustrasinya begini:

Konsep kelipatan persekutuan dengan sangat baik diterapkan dalam perhitungan otonan
tersebut, dimana penanggalan kelahiran seseorang (menurut perhitungan wewaran dan
pawukon) akan berulang setiap 210 hari sekali. Belum lagi konsep modulo yang dapat kita
lihat daam sistem pemberian nama di Bali. Anak pertama memiliki nama yang mengandung
unsur Wayan/Putu, anak kedua Nengah/Made/Kadek, anak ketiga Nyoman/Komang, dan
anak keempat Ketut. Apabila seseorang memiliki anak lebih dari empat, pemberian namanya
akan berulang kembali dari satu, yaitu Wayan/Putu, dan seterusnya. Dengan kata lain,
pemberian nama di Bali memiliki dasar modulo 5, yang hanya memiliki 4 orang anggota.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Etnomatematika adalah bentuk matematika yang dipengaruhi atau didasarkan budaya.
Etnomatematika telah banyak dikaji dan diajarkan secara bersahaja dengan mengambil
budaya setempat. Melalui penerapan etnomatematika dalam pendidikan diharapkan peserta
didik dapat lebih memahami matematika dan budaya mereka, sehingga nilai budaya yang
merupakan bagian karakter bangsa tertanam sejak dini.

B. Saran
Pengenalan unsur budaya kepada siswa dapat dilakukan dengan mengintegrasikannya ke
dalam materi pembelajaran khususnya ke dalam mata pelajaran matematika dalam konteks
etnomatematika. Pembelajaran etnomatematika dapat dilaksanakan secara learning trajectory
di mana pembelajaran disesuaikan dengan tingkatan berpikir siswa. Hal tersebut dapat
dijadikan alternatif dalam memilih strategi pembelajaran. Di mana siswa menerapkan
pembelajaran kontekstual sekaligus mengenal budaya yang ada dengan suasana yang
menyenangkan dan siswa tidak merasa terbebani karena tingkatan berpikirnya sesuai.

Anda mungkin juga menyukai