Anda di halaman 1dari 12

SEJARAH ALJABAR

1. Pengertian Aljabar

Aljabar berasal dari Bahasa Arab al-jabr yang berarti pertemuan, hubungan atau
perampungan) adalah cabang matematika yang dapat dicirikan sebagai generalisasi dan
perpanjangan aritmatika. Aljabar juga merupakan nama sebuah struktur aljabar abstrak, yaitu
aljabar dalam sebuah bidang[1][1].

Aljabar adalah cabang matematika yang mempelajari struktur, hubungan dan kuantitas. Untuk
mempelajari hal-hal ini dalam aljabar digunakan simbol (biasanya berupa huruf) untuk
merepresentasikan bilangan secara umum sebagai sarana penyederhanaan dan alat bantu
memecahkan masalah. Contohnya, x mewakili bilangan yang diketahui dan y bilangan yang
ingin diketahui.

2. Asal Usul Aljabar

Asal mula Aljabar dapat ditelusuri berasal dari Babilonia Kuno yang mengembangkan system
matematika yang cukup rumit, dengan hal ini mereka mampu menghitung dalam cara yang mirip
dengan aljabar sekarang ini. Dengan menggunakan sistem ini, mereka mampu mengaplikasikan
rumus dan menghitung solusi untuk nilai yang tak diketahui untuk kelas masalah yang biasanya
dipecahkan dengan menggunakan persamaan Linier, persamaan Kuadrat dan Persamaan Linier
tak tentu. Sebaliknya, bangsa Mesir dan kebanyakan bangsa India, Yunani, serta Cina dalam
melenium pertama belum masehi, biasanya masih menggunakan metode geometri untuk
memecahkan persamaan seperti ini, misalnya seperti yang disebutkan dalam the Rhind
Mathematical Papyrus, Sulba Sutras, Eucilids Elements dan The Nine Chapters on the
Mathematical Art. Hasil bangsa Yunani dalam Geometri, yang tertulis dalam kitab elemen,
menyediakan kerangka berpikir untuk menggeneralisasi formula metematika di luar solusi
khusus dari suatu permasalahan tertentu ke dalam sistem yang lebih umum untuk menyatakan
dan memecahkan persamaan, yaitu kerangka berpikir logika Deduksi.

Seperti telah disinggung di atas istilah aljabar berasal dari kata Arab al-jabr yang berasal dari
kitab Al-Kitab aj-jabr wa al-Muqabala (yang berarti The Compendious Book on Calculation
by Completion and Balancing) Yang ditulis oleh matematikawan Persia Muhammad ibn Musa
Al-Khawarizmi. Kata Al-Jabr sendiri sebenarnya berarti penggabungan (reunion).
Matematikawan Yunani di zaman Hllenisme, Diophantus, secara tradisional dikenal sebagai
Bapak Aljabr, walaupun sampai sekarang masih diperdebatkan, tetapi ilmuwan yang bernama
R Rashed dan Angela Armstrong dalam karyanya bertajuk The Development of Arabic
Mathematics, menegaskan bahwa Aljabar karya Al-Khawarizmi memiliki perbedaan yang
signifikan dibanding karya Diophantus, yang kerap disebut-sebut sebagai penemu Aljabar.
Dalam pandangan ilmuwan itu, karya Khawarizmi jauh lebih baik di banding karya Diophantus.

Al-Khawarizmi yang pertama kali memperkenalkan aljabar dalam suatu bentuk dasar yang dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan konsep aljabar Diophantus lebih cenderung
menggunakan aljabar sebagai alat bantu untuk aplikasi teori bilangan.
Para sajarawan meyakini bahwa karya al-Khawarizmi merupakan buku pertama dalam sejarah di
mana istilah aljabar muncul dalam konteks disiplin ilmu. Kondisi ini dipertegas dalam
pembukuan, formulasi dan kosakata yang secara teknis merupakan suatu kosakata baru.

Ilmu pengetahian aljabar sendiri sebenarnya merupakan penyempurnaan terhadap pengetahuan


yang telah dicapai oleh bangsa Mesir dan Babylonia. Kedua bangsa tersebut telah memiliki
catatan-catatan yang berhubungan dengan masalah aritmatika, aljabar dan geometri pada
permulaan 2000 SM. Dalam buku Arithmetica of Diophantus terdapat beberapa catatan tentang
persamaan kuadrat. Meskipun demikian persamaan yang ada belum terbentuk secara sistematis,
tetapi terbentuk secara tidak sengaja melalui penyempurnaan kasus-kasus yang muncul. Karena
itu, sebelum masa al-Khawarizmi, aljabar belum merupakan suatu objek yang secara serius dan
sistematis dipelajari[2][2].

Muammad bin Ms al-Khawrizm (Arab: ) adalah seorang ahli


matematika, astronomi, astrologi, dan geografi yang berasal dari Persia. Lahir sekitar tahun 780
di Khwrizm (sekarang Khiva, Uzbekistan) dan wafat sekitar tahun 850. Hampir sepanjang
hidupnya, ia bekerja sebagai dosen di Sekolah Kehormatan di Baghdad
Buku pertamanya, al-Jabar, adalah buku pertama yang membahas solusi sistematik dari linear
dan notasi kuadrat. Sehingga ia disebut sebagai Bapak Aljabar. Translasi bahasa Latin dari
Aritmatika beliau, yang memperkenalkan angka India, kemudian diperkenalkan sebagai Sistem
Penomoran Posisi Desimal di dunia Barat pada abad ke 12. Ia merevisi dan menyesuaikan
Geografi Ptolemeus sebaik mengerjakan tulisan-tulisan tentang astronomi dan astrologi.
Kontribusi beliau tak hanya berdampak besar pada matematika, tapi juga dalam kebahasaan.
Kata Aljabar berasal dari kata al-Jabr, satu dari dua operasi dalam matematika untuk
menyelesaikan notasi kuadrat, yang tercantum dalam buku beliau. Kata logarisme dan logaritma
diambil dari kata Algorismi, Latinisasi dari nama beliau. Nama beliau juga di serap dalam bahasa
Spanyol Guarismo dan dalam bahasa Portugis, Algarismo yang berarti digit.BiografiSedikit yang
dapat diketahui dari hidup beliau, bahkan lokasi tempat lahirnya sekailpun. Nama beliau
mungkin berasal dari Khwarizm (Khiva) yang berada di Provinsi Khurasan pada masa kekuasaan
Bani Abbasiyah (sekarang Xorazm, salah satu provinsi Uzbekistan). Gelar beliau adalah Ab
Abd Allh (Arab: ) atau Ab Jafar.
Sejarawan al-Tabari menamakan beliau Muhammad bin Musa al-Khwrizm al-Majousi al-
Katarbali (Arab: ) . Sebutan al-Qutrubbulli mengindikasikan
beliau berasal dari Qutrubbull, kota kecil dekat Baghdad.
Tentang agama al-Khawrizm, Toomer menulis:
Sebutan lain untuk beliau diberikan oleh al-abar, al-Majs, dapat dilihat mengindikasikan ia
adalah pengikut Zoroaster.Ini mungkin terjadi pada orang yang berasal dari Iran]]. Tetapi,
kemudian buku Al-Jabar beliau menunujukkan beliau adalah seorang Muslim Ortodok,jadi
sebutan Al-Tabari ditujukan pada saat ia muda, ia beragama Majusi.
Dalam Kitb al-Fihrist Ibnu al-Nadim, kita temukan sejarah singkat beliau, bersama dengan
karya-karya tulis beliau. Al-Khawarizmi menekuni hampir seluruh pekerjaannya antara 813-833.
setelah Islam masuk ke Persia, Baghdad menjadi pusat ilmu dan perdagangan, dan banyak
pedagang dan ilmuwan dari Cina dan India berkelana ke kota ini, yang juga dilakukan beliau.
Dia bekerja di Baghdad pada Sekolah Kehormatan yang didirikan oleh Khalifah Bani Abbasiyah
Al-Mamun, tempat ia belajar ilmu alam dan matematika, termasuk mempelajari terjemahan
manuskrip Sanskerta dan Yunani.KaryaKarya terbesar beliau dalam matematika, astronomi,
astrologi, geografi, kartografi, sebagai fondasi dan kemudian lebih inovatif dalam aljabar,
trigonometri, dan pada bidang lain yang beliau tekuni. Pendekatan logika dan sistematis beliau
dalam penyelesaian linear dan notasi kuadrat memberikan keakuratan dalam disiplin aljabar,
nama yang diambil dari nama salah satu buku beliau pada tahun 830 M, al-Kitab al-mukhtasar fi
hisab al-jabr wal-muqabala (Arab ) atau: Buku Rangkuman
untuk Kalkulasi dengan Melengkapakan dan Menyeimbangkan, buku pertama beliau yang
kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada abad ke-12.
Pada buku beliau, Kalkulasi dengan angka Hindu, yang ditulis tahun 825, memprinsipkan
kemampuan difusi angaka India ke dalam perangkaan timur tengah dan kemudian Eropa. Buku
beliau diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, Algoritmi de numero Indorum, menunjukkan kata
algoritmi menjadi bahasa Latin.
Beberapa kontribusi beliau berdasar pada Astronomi Persia dan Babilonia, angka India, dan
sumber-sumber Yunani.
Sistemasi dan koreksi beliau terhadap data Ptolemeus pada geografi adalah sebuah penghargaan
untuk Afrika dan Timur Tengah. Buku besar beliau yang lain, Kitab surat al-ard (Pemandangan
Bumi;di terjemahkan oleh Geography), yang memperlihatkan koordinat dan lokalisasi yang
diketahui dasar dunia, dengan berani mengevaluasi nilai panjang dari Laut Mediterania dan
lokasi kota-kota di Asia dan Afrika yang sebelumnya diberikan oleh Ptolemeus.
Ia kemudian mengepalai konstruksi peta dunia untuk Khalifah Al-Mamun dan berpartisipasi
dalam proyek menentukan tata letak di Bumi, bersama dengan 70 ahli geografi lain untuk
membuat peta yang kemudian disebut ketahuilah dunia. Ketika hasil kerjanya dikopi dan di
transfer ke Eropa dan Bahasa Latin, menimbulkan dampak yang hebat pada kemajuan
matematika dasar di Eropa. Ia juga menulis tentang astrolab dan sundial.

Quote:

Pic : al-khawarizmi-penemu-aljabar-dan-algoritma/
3. Tokoh-tokoh Dalam Mengembangkan Aljabar

a. Muhammad Ibn Musa Al-Khawarizmi, Ia adalah yang pertama kali yang mencetus Al-
Jabar dalam bukunya dengan judul Al-kitab al-jabr wa-l-Muqabala kitab ini merupakan karya
yang sangat monumental pada abad ke-9 M. ia merupakan seorang ahli matematika dari Persia
yang dilahirkan pada tahun 194 H/780 M, tepatnya di Khawarizm, Uzbeikistan.

b. Al-Qalasadi dalam mengembangkan matematika sungguh sangat tak ternilai. Ia sang


matematikus Muslim di abad ke-15, kalau tanpa dia boleh jadi dunia dunia tak mengenal simbol-
simbol ilmu hitung. Sejarang mencatat, al Qalasadi merupakan salah seorang matematikus
Muslim yang berjasa memperkenalkan simbol-simbol Aljabar. Symbol-simbol tersebut pertama
kali dikembangkan pada abad 14 oleh Ibnu al-Banna kemudian pada abad 15 dikembangkan oleh
al-Qalasadi, al-Qalasadi memperkenalkan symbol-simbol matematika dengan menggunakan
karakter dari alphabet Arab[3][3].

Ia menggunakan wa yang berarti dan untuk penambahan (+), untuk pngurangan (-), al-
Qalasadi menggunakan illa berarti kurang. Sedangkan untuk perkalian (x), ia menggunakan fi
yang berarti kali. Simbol ala yang berarti bagi digunakan untuk pembegian (/).

c. Nikolai Ivanovich Lobachevsky (1 Desember 1792 24 Februari 1856) adalah


matematikawan Rusia. Ia terutama dikenal sebagai orang yang mengembangkan geometri non-
Euclides (independen dari hasil karya Jnos Bolyai) yang diumumkannya pada 23 Februari 1826,
serta metode hampiran akar persamaan aljabar yang dikenal dengan nama Metode Dandelin-
Grffe

d. Sharaf al-Dn al-Muaffar ibn Muammad ibn al-Muaffar al-s (1135-1213) adalah
matematikawan dan astronom Islam dari Persia. Sharif al-Din mengajar berbagai topik
matematika, astronomi dan yang terkait, seperti bilangan, tabel astronomi, dan astrologi. Al-Tusi
menulis beberapa makalah tentang aljabar. Dia memberikan metode yang kemudian dinamakan
sebagai metode Ruffini-Horner untuk menghampiri akar persamaan kubik. Meskipun
sebelumnya metode ini telah digunakan oleh para matematikawan Arab untuk menemukan
hampiran akar ke-n dari sebuah bilangan bulat, al-Tusi adalah yang pertama kali yang
menerapkan metode ini untuk memecahkan persamaan umum jenis ini. Dalam Al-Muadalat
(Tentang Persamaan), al-Tusi menemukan solusi aljabar dan numerik dari persamaan kubik dan
yang pertama kali menemukan turunan polinomial kubik, hasil yang penting dalam kalkulus
diferensial

e. Omar Khayyam, ilmuwan yang berasal dari Persia ini membangun Aljabar Geometri dan
menemukan bentuk umum geometri dari persamaan kubik.

f. Kowa Seki ilmuwan yang berasal dari Jepang pada abad 17, ia mengambangkan tentang
determinan.

g. Robert Recorde adalah seorang yang memperkenalkan tanda = yang terdapat dalam
bukunya yang berjudul The Whetstone of Witte pada tahun 1557.[4][4]
4. Klasifikasi dari Aljabar

Aljabar secara garis besar dapat dibagi dalam beberapa kategori berikut ini:

a. Aljabar Elementer, yang mempelajari sifat-sifat operasi pada bilangan riil direkam dalam
symbol sebagai konstanta dan variabel, dan aturan yang membangun ekspresi dan persamaan
matematika yang melibatkan simbol-simbol. (bidang ini juga mencakup materi yang biasanya
diajarkan di sekolah menengah)

Aljabar Elementer adalah bentuk paling dasar dari Aljabar, yang diajarkan pada siswa yang
belum mempunyai pengetahuan Matematika apapun selain daripada Aritmatika Dasar. Meskipun
seperti dalam Aritmatika, di mana bilangan dan operasi Aritmatika (seperti +, -, x, ) muncul juga
dalam aljabar, tetapi disini bilangan seringkali hanya dinotasikan dengan symbol (seperti a, x,
y, ). Hal ini sangat penting sebab: hal ini mengijinkan kita menurunkan rumus umum dari aturan
Aritmatika (seperti a + b = b + a untuk semua a dan b), dan selanjutnya merupakan langkah
pertama untuk penelusuran yang sistematik terhadap sifat-sifat sitem bilangan riil.

Dengan menggunakan symbol, alih-alih menggunakan bilangan secara langsung, mengijinkan


kita untuk membangun persamaan matematika yang mengandung variable yang tidak diketahui
(sebagai contoh Carilah bilangan x yang memenuhi persamaan 3x+1=10) . Hal ini juga
mengijinkan kita untukmembuat relasi fungsional dari rumus-rumus matematika tersebut
(sebagai contoh Jika anda mnjual x tiket, kemudian anda mendapat untung 3x -10 rupiah, dapat
dituliskan sebagaif(x) = 3x 10, dimana f adalah fungsi dan x adalah bilangan dimana fungsi f
bekerja)[5][5]

b. Aljabar Abstrak, kadang-kadang disebut Aljabar Modern, yang mempelajari Stuktur Aljabar
semacam Grup, ring dan Medan (fields) yang didefinisikan dan diajarkan secara aksiomatis.

c. Aljabar Linier, yang mempelajari sifat-sifat khusus dari Ruang Vektor (termasuk Matrik)

d. Aljabar Universal, yang mempelajari sifat-sifat bersama dari semua Stuktur aljabar.

Sejarah matematika dapat dilihat dari segi geografis :

1. Mesopotamia
Menentukan system bilangan pertama kali
Menemukan system berat dan ukur
Tahun 2500 SM system desimal tidak lagi digunakan dan lidi diganti oleh notasi berbentuk
baji

2. Babilonia
Menggunakan sitem desimal dan =3,125
Penemu kalkulator pertama kali
Mengenal geometri sebagai basis perhitungan astronomi
Menggunakan pendekatan untuk akar kuadrat
Geometrinya bersifat aljabaris
Aritmatika tumbuh dan berkembang baik menjadi aljabar retoris yang berkembang
Sudah mengenal teorema Pythagoras

3. Mesir Kuno
Sudah mengenal rumus untuk menghitung luas dan isi
Mengenal system bilangan dan symbol pada tahun 3100 SM
-Mengenal tripel Pythagoras
Sitem angka bercorak aditif dan aritmatika
Tahun 300 SM menggunakan system bilangan berbasis 10

4. Yunani Kuno
Pythagoras membuktikan teorema Pythagoras secara matematis (terbaik)
Pencetus awal konsep[ nol adalah Al Khwarizmi
Archimedes mencetuskan nama parabola, yang artinya bagian sudut kanan kerucut
Hipassus penemu bilangan irrasional
Diophantus penemu aritmatika (pembahasan teori-teori bilangan yang isinya merupakan
pengembangan aljabar yang dilakukan dengan membuat sebuah persamaan)
Archimedes membuat geometri bidang datar
Mengenal bilangan prima

5. India
Brahmagyupta lahir pada 598-660 Ad
Aryabtha (4018 SM) menemukan hubungan keliling sebuah lingkaran
Memperkenalkan pemakaian nol dan desimal
Brahmagyupta menemukan bilangan negatif
Rumus a2+b2+c2 telah ada pada Sulbasutra
Geometrinya sudah mengenal tripel Pythagoras,teorema Pythagoras,transformasi dan segitiga
pascal

6. China
Mengenal sifat-sifat segitiga siku-siku tahun 3000 SM
Mengembangkan angka negatif, bilangan desimal, system desimal, system biner, aljabar,
geometri, trigonometri dan kalkulus
Telah menemukan metode untuk memecahkan beberapa jenis persamaan yaitu persamaan
kuadrat, kubikdan qualitik
Aljabarnya menggunakan system horner untuk menyelesaikan persamaan kuadrat

Penggunaan Statistika sudah dikenal sebelum abad 18, pada saat itu negara-negara
Babilon, Mesir dan Roma mengeluarkan catatan tentang nama, usia, jenis kelamin,
pekerjaan dan jumlah anggota keluarga. Kemudian pada tahun 1500, pemerintahan
Inggris mengeluarkan catatan mingguan tentang kematian dan tahun 1662,
dikembangkan catatan tentang kelahiran dan kematian. Baru pada tahun 1772 1791, G.
Achenwall menggunakan istilah statistika sebagai kumpulan data tentang negara.
Tahun 1791 1799, Dr .E.A.W Zimmesman mengenalkan kata statistika dalam bukunya
Statistical Account of Scotland. Tahun 1981 1935 R. Fisher mengenalkan analisa
varians dalam literatur statistiknya.

Di Indonesia Pengantar Statistika telah dicantumkan dalam kurikulum matematika


Sekolah Dasar sejak tahun 1975. Hal itu disebabkan karena sekitar lingkungan kita
berada selalu berkaitan dengan Statistik. Misalnya di kantor kelurahan kita mengenal
statistik desa, di dalamnya memuat keadaan penduduk mulai dari banyak penduduk,
pekerjaannya, banyak anak, dan sebagainya.

Kegiatan yang berkaitan dengan statistika dijumpai dalam kehidupan sehari-hari,


misalnya suatu perusahaan ingin mengetahui seberapa disiplin pegawainya dengan
mengumpulkan data kedatangan dan kepulangan pegawai, seorang ibu rumah tangga
ingin mengetahui menu masakan sehari-hari selama beberapa waktu, seorang guru
menarik kesimpulan bahwa siswanya telah menguasai mata pelajaran IPS dari rata-rata
nilai ulangan harian, nilai mid semster, nilai pekerjaan rumah serta nilai ulangan akhir
semester serta ibu Ketua PKK RT ingin mengetahui mengapa beberapa warga RT-nya
terkena penyakit Demam Berdarah dengan mengumpulkan tentang adanya jentik-jentik
nyamuk dalam bak mandi dari warga RT selama beberapa bulan. Contoh-contoh di atas
sebenarnya contoh nyata penggunaan statistika yaitu satu kegiatan yaitu kegiatan
pengumpulan data serta penarikan kesimpulan.

Gambaran sejarah purbakala dari Matematika

Pada mulanya di zaman purbakala banyak bangsa-bangsa yang bermukim sepanjang sungai-
sungai besar. Bangsa Mesir sepanjang sungai Nil di Afrika, bangsa Babilonia sepanjang sungai
Tigris dan Eufrat, bangsa Hindu sepanjang sungai Indus dan Gangga, bangsa Cina sepanjang
sungai Huang Ho dan Yang Tze. Bangsa-bangsa itu memerlukan keterampilan untuk
mengendalikan banjir, mengeringkan rawa-rawa, membuat irigasi untuk mengolah tanah
sepanjang sungai menjadi daerah pertanian untuk itu diperlukan pengetahuan praktis, yaitu
pengetahuan teknik dan matematika bersama-sama.
Sejarah menunjukkan bahwa permulaan Matematika berasal dari bangsa yang bermukim
sepanjang aliran sungai tersebut. Mereka memerlukan perhitungan, penanggalan yang bisa
dipakai sesuai dengan perubahan musim. Diperlukan alat-alat pengukur untuk mengukur persil-
persil tanah yang dimiliki. Peningkatan peradaban memerlukan cara menilai kegiatan
perdagangan, keuangan dan pemungutan pajak. Untuk keperluan praktis itu diperlukan bilangan-
bilangan.

Awal Bilangan

Bilangan pada awalnya hanya dipergunakan untuk mengingat jumlah, namun dalam
perkembangannya setelah para pakar matematika menambahkan perbendaharaan simbol dan
kata-kata yang tepat untuk mendefenisikan bilangan maka matematika menjadi hal yang sangat
penting bagi kehidupan dan tak bisa kita pungkiri bahwa dalam kehidupan keseharian kita akan
selalu bertemu dengan yang namanya bilangan, karena bilangan selalu dibutuhkan baik dalam
teknologi, sains, ekonomi ataupun dalam dunia musik, filosofi dan hiburan serta banyak aspek
kehidupan lainnya.
Bilangan dahulunya digunakan sebagai symbol untuk menggantikan suatu benda misalnya
kerikil, ranting yang masing-masing suku atau bangsa memiliki cara tersendiri untuk
menggambarkan bilangan dalam bentuk simbol diantaranya :

Simbol bilangan bangsa Babilonia:

Simbol bilangan bangsa Maya di Amerika pada 500 tahun SM:

Simbol bilangan menggunakan huruf Hieroglif yang dibuat bangsa Mesir Kuno:

Simbol bilangan bangsa Arab yang dibuat pada abad ke-11 dan dipakai hingga kini oleh umat
Islam di seluruh dunia:

Simbol bilangan bangsa Yunani Kuno:

Simbol bilangan bangsa Romawi yang juga masih dipakai hingga kini:

Dalam perkembangan selanjutnya, pada abad ke-X ditemukanlah manuskrip Spanyol yang
memuat penulisan simbol bilangan oleh bangsa Hindu-Arab Kuno dan cara penulisan inilah yang
menjadi cikal bakal penulisan simbol bilangan yang kita pakai hingga saat ini, seperti yang
tampak dalam gambar berikut:

I. Perkembangan Teori Bilangan

Teori Bilangan Pada suku Babilonia

Matematika Babilonia merujuk pada seluruh matematika yang dikembangkan oleh bangsa
Mesopotamia (kini Iraq) sejak permulaan Sumeria hingga permulaan peradaban helenistik.
Dinamai Matematika Babilonia karena peran utama kawasan Babilonia sebagai tempat untuk
belajar. Pada zaman peradaban helenistik, Matematika Babilonia berpadu dengan Matematika
Yunani dan Mesir untuk membangkitkan Matematika Yunani. Kemudian di bawah Kekhalifahan
Islam, Mesopotamia, terkhusus Baghdad, sekali lagi menjadi pusat penting pengkajian
Matematika Islam.
Bertentangan dengan langkanya sumber pada Matematika Mesir, pengetahuan Matematika
Babilonia diturunkan dari lebih daripada 400 lempengan tanah liat yang digali sejak 1850-an.
Lempengan ditulis dalam tulisan paku ketika tanah liat masih basah, dan dibakar di dalam
tungku atau dijemur di bawah terik matahari. Beberapa di antaranya adalah karya rumahan.
Bukti terdini matematika tertulis adalah karya bangsa Sumeria, yang membangun peradaban
kuno di Mesopotamia. Mereka mengembangkan sistem rumit metrologi sejak tahun 3000 SM.
Dari kira-kira 2500 SM ke muka, bangsa Sumeria menuliskan tabel perkalian pada lempengan
tanah liat dan berurusan dengan latihan-latihan geometri dan soal-soal pembagian. Jejak terdini
sistem bilangan Babilonia juga merujuk pada periode ini.
Sebagian besar lempengan tanah liat yang sudah diketahui berasal dari tahun 1800 sampai 1600
SM, dan meliputi topik-topik pecahan, aljabar, persamaan kuadrat dan kubik, dan perhitungan
bilangan regular, invers perkalian, dan bilangan prima kembar. Lempengan itu juga meliputi
tabel perkalian dan metode penyelesaian persamaan linear dan persamaan kuadrat. Lempengan
Babilonia 7289 SM memberikan hampiran bagi 2 yang akurat sampai lima tempat desimal.
Matematika Babilonia ditulis menggunakan sistem bilangan seksagesimal (basis-60). Dari sinilah
diturunkannya penggunaan bilangan 60 detik untuk semenit, 60 menit untuk satu jam, dan 360
(60 x 6) derajat untuk satu putaran lingkaran, juga penggunaan detik dan menit pada busur
lingkaran yang melambangkan pecahan derajat. Juga, tidak seperti orang Mesir, Yunani, dan
Romawi, orang Babilonia memiliki sistem nilai-tempat yang sejati, di mana angka-angka yang
dituliskan di lajur lebih kiri menyatakan nilai yang lebih besar, seperti di dalam sistem desimal

II. SEJARAH ALJABAR MASA BABILONIA

Kalau sudah berhadapan dengan masalah pendidikan, pasti tidaklah lepas dari ilmu yang kita
peroleh disekolah. Menurut penulis dan kebanyakan pelaku pendidikan secara umum, ilmu
hitung semacam Matematika merupakan ilmu yang pasti sulit untuk dipahami. Salah satu ilmu
itu pasti sudah tidak asing di telinga kita adalah Ilmu Aljabar. Hampir setiap ada pelajaran yang
ada hubungannya dengan materi Aljabar, penulis pribadi lebih sering tidak mengerti dari pada
paham.

Tapi pernah kah kita berfikir dari mana asal ilmu Aljabar itu. Penulis sungguh-sungguh ingin
mengetahuinya. Mungkin juga sebagian dari pembaca memiliki rasa penasaran yang sama
dengan penulis. Kalau diingat kembali, ketika penulis masih duduk dibangku sekolah dasar,
seorang guru bahasa Indonesia pernah bercerita didepan penulis dan teman teman penulis lain.
Guru bahasa Indonesia itu intinya berkata, kalau ketika kelak penulis telah duduk dibangku SMP,
maka nanti penulis akan menemukan sebuah teori yang selalu dipakai di pelajaran Matematika,
namanya teori Aljabar. Kemudian guru itu juga menambahkan kalau penemu teori itu adalah
orang islam keturunan Arab.

Dari segi nama mungkin masuk akal kalau dia adalah dari arab, karena teorinya memiliki nama
yang terkesan menggunakan bahasa Arab . Tetapi yang masih penulis bingung, apakah benar
penemunya orang keturunan Arab. Mengingat dari sebagian besar ilmuwan yang telah di akui
sekarang, kebanyakan berasal dari Benua Biru Eropa. Ditambah lagi sepengetahuan penulis,
bangsa Asia Barat memang terkenal tidak memiliki peradaban Ilmu yang baik, masih bersifat
Bar- Bar dan tradisional.

Untuk itu setelah 5 tahun lamanya memendam rasa penasaran ini, akhirnya penulis berusaha
mencari tahu teori yang paling banyak membikin bingung kebanyakan kalangan saat ini.

Asal mula Aljabar dapat ditelusuri berasal dari bangsa Babilonia Kuno yang mengembangkan
sistem aritmatika yang cukup rumit, dengan hal ini, bangsa Kuno ini mampu menghitung dalam
cara yang mirip dengan aljabar sekarang ini. Dengan menggunakan sistem ini, mereka mampu
mengaplikasikan rumus dan menghitung solusi untuk nilai yang tak diketahui untuk kelas
masalah yang biasanya dipecahkan dengan menggunakan persamaan Linier, Persamaan Kuadrat
dan Persamaan Linier tak tentu.

Kemudian Bangsa Mesir, dan kebanyakan bangsa India, Yunani, serta Cina dalam milenium
pertama sebelum masehi, Lebih sering menggunakan metode geometri untuk memecahkan
persamaan seperti ini, misalnya seperti yang disebutkan dalam the Rhind Mathematical
Papyrus, Sulba Sutras, Euclids Elements, dan The Nine Chapters on the Mathematical Art.

Hasil karya bangsa Yunani dalam Geometri, yang tertulis dalam kitab Elemen, menyediakan
kerangka berpikir untuk menggeneralisasi formula matematika di luar solusi khusus dari suatu
permasalahan tertentu ke dalam sistem yang lebih umum untuk menyatakan dan memecahkan
persamaan, yaitu kerangka berpikir logika Deduksi.

Sekitar tahun 300 S.M seorang sarjana Yunani kuno Euclid menulis buku yang berjudul
Elements. Dalam buku itu ia mencantumkan beberapa rumus aljabar yang benar untuk semua
bilangan yang ia kembangkan dengan mempelajari bentuk-bentuk geometris. Perlu diketahui,
orang-orang Yunani kuno menuliskan permasalahan-permasalahan secara lengkap jika mareka
tidak dapat memecahkan permasalahan-permasalahan tersebut dengan menggunakan geometri.
Metode inilah yang kemudian menjadikan kemampuan mereka untuk memecahkan
permasalahan-permasalahan yang mendetail menjadi terbatasi.

Seiring dengan perkembangan zaman, Pada abad ke-3, Diophantus of Alexandria (250 M)
menulis sebuah buku berjudul Aritmetika, dimana ia menggunakan simbol-simbol untuk
bilangan-bilangan yang tidak diketahui dan untuk operasi-operasi seperti penambahan dan
pengurangan. Sistemnya tidak sepenuhnya dalam bentuk simbol, tetapi berada diantara sistem
Euclid dan apa yang digunakan sekarang ini.

PENGARUH PENJAJAHAN ISLAM

Ketika Agama Islam mulai mucul abad ke 6 masehi, Peperangan atas nama agama untuk
menundukkan daerah daerah Yahudi, Daerah Khatolik dan daerah tempat para umat Nasrani
tinggal mulai gencar dilakukan oleh para pengikut muhammad. Sehingga pada tahun 641 M,
bangsa Arab berhasil menguasai Alexandria dan menutup sekolah Yunani kuno terakhir. Namun
ide-ide bangsa Yunani tetap dipertahankan bahkan dikembangkan, dan kemudian dibawa ke
Eropa Barat setelah menduduki Spanyol pada tahun 747 M.

Bangsa arab yang sebelumnya belum pernah mendapatkan harta berupa Ilmu yang berlimpah di
daerah jajahan, kemudian mulailah Bangsa Arab pertama kali mempertemukan ilmu yang berupa
ide tersebut. Ketika mereka bertemu dengan dokter-dokter Yunani yang bekerja di kota-kota
Arab.. Dua orang sarjana yang terkenal itu adalah Brahmagupta (598 660) dan Arya-Bhata
(475 550). Brahmagupta adalah seorang astronom yang banyak menemukan ciri-ciri untuk luas
dan volume benda padat. Sedangkan Arya-Bhata adalah seorang ilmuwan yang menciptakan
tabel sinus (rasio-rasio istimewa) dan mengembangkan sebuah bentuk aljabar sinkopasi seperti
sistem yang dibuat Diophantus.

Lambat laun bangsa Arab mulai mengenal teori yang dimiliki negara jajahan tersebut. Kemudian
munculah tokoh yang sekarang ini dianggap sebagai penemu teor Aljabar, dialah Al-
Khawarizmi , seorang muslim keturunan Usbekistan dan lahir pada tahun 780 masehi atau 194
Hijriah menurut kalender islam. Dibidan pendidikan, telah dibuktikan bahwa ialah seorang tokoh
Islam yang berpengetahuan luas. Pengetahuan dan kemahiran al-Khawarizmi bukan hanya
meliputi bidang syariat tetapi juga dalam bidang falsafah, logika, aritmetik, geometri, musik,
sastra, sejarah Islam dan ilmu kimia. Keahlian dirinya pada ilmu matematika telah membawa
dirinya menciptakan pemakaian Secans dan Tangens dalam penyelidikan trigonometri dan
astronomi. Dalam usia muda ia telah bekerja di bawah pemerintahan Khalifah al-Mamun,
daerah Bayt al-Hikmah di Baghdad. al-Khawarizmi bekerja dalam sebuah observatory atau
tempat ilmu matematik dan astronomi yang ia gali lebih dalam. Al-Khawarizmi juga dipercayai
memimpin perpustakaan khalifah.

Sumbangsih terbesar al-Khawarizmi adalah karyanya yang terangkum dalam buku bukunya yang
berjudul sebagai berikut.

Al-Jabr wal Muqabalah : Penciptaan pemakaian secans dan tangens dalam penyelidikan
trigonometri dan astronomi.

Hisab al-Jabr wa al-Muqabalah : Sebuah buku yang merangkum pemecahan dari


permasalan masalah matematika yang sebagian telah dikemukakan bangsa Babilonia
kuno. Dan Kebenarannya diakui oleh al-Khawarizmi .

Sistem Nombor : Beliau telah memperkenalkan konsep sifat dan ia penting dalam sistem
nombor pada zaman sekarang.

Antara cabang yang diperkanalkan oleh al-Khawarizmi seperti geometri, algebra, aritmetik dan
lain-lain. Geometri merupakan cabang kedua dalam matematik yang dijabarkan oleh al-
Khawarizmi lebih lanjut. Isi kandungan yang diperbincangkan dalam cabang kedua ini ialah
asal-usul geometri yang mengacu pada Kitab al-Ustugusat[The Elements] hasil karya Euclid .
Dari segi ilmu yang dimiliki geometri adalah ilmu yang mengkaji hal yang berhubung dengan
magnitud dan sifat-sifat ruang. Ilmu Geometri inipada awalnya dipelajari sejak zaman firaun
[2000SM]. Kemudian Thales Miletus memperkenalkan geometri Mesir kepada Grik sebagai satu
sains dedukasi dalam kurun ke 6 SM. Seterusnya sarjana Islam seperti al-Khawarizmi telah
menekuni kaedah sains dedukasi ini lebih jauh, terutamanya pada abad ke9M. Algebra/aljabar
merupakan nadi untuk matematik algebra.

Sebelum munculnya karya yang berjudul Hisab al-Jibra wa al Muqabalah yang ditulis oleh al-
Khawarizmi pada tahun 820 Masehi itu, kata aljabar tidak pernah digunakan.

istilah Aljabar sendiri sebenarnya berasal dari kata arab al-jabr yang berasal dari kitab Al-
Kitab al-Jabr wa-l-Muqabala (yang berarti The Compendious Book on Calculation by
Completion and Balancing), yang ditulis oleh Matematikawan Muhammad ibn Musa al-
Kwarizmi.

Kata Al-Jabr sendiri sebenarnya berarti penggabungan (reunion).


Bahkan jika dilihat dari historisnya, Matematikawan Yunani pada zaman Hellenisme,
Diophantus, secara tradisional telah mengenal konsep konsep aljabar, hanya saja mereka tidak
menggunakan istilah tersebut untuk teori yang mereka miliki.

PERTENTANGAN
walaupun sampai sekarang masih diperdebatkan siapa sebenarnya yang berhak atas sebutan
tersebut . Mereka yang mendukung Al-Khwarizmi menunjukkan fakta bahwa hasil karyanya
pada prinsip reduksi masih digunakan sampai sekarang ini dan ia juga memberikan penjelasan
yang rinci mengenai pemecahan persamaan kuadratik. Sedangkan mereka yang mendukung
Diophantus menunjukkan Aljabar ditemukan dalam Al-Jabr adalah masih sangat elementer
dibandingkan Aljabar yang ditemukan dalam Arithmetica, karya Diophantus. Matematikawan
Persia yang lain, Omar Khayyam, membangun Aljabar Geometri dan menemukan bentuk
umum geometri dari persamaan kubik. Matematikawan India Mahavira dan Bhaskara, serta
Matematikawan Cina, Zhu Shijie,juga berhasil memecahkan berbagai macam persamaan kubik,
kuartik, kuintik dan polinom tingkat tinggi lainnya.

Peristiwa lain yang penting adalah perkembangan lebih lanjut dari aljabar, terjadi pada
pertengahan abad ke-16. Ide tentang determinan yang dikembangkan oleh Matematikawan
Jepang Kowa Seki di abad 17, diikuti oleh Gottfried Leibniz sepuluh tahun kemudian, dengan
tujuan untuk memecahkan Sistem Persamaan Linier secara simultan dengan menggunakan
Matriks. Gabriel Cramer juga menyumbangkan hasil karyanya tentang Matriks dan Determinan
di abad ke-18. Aljabar Abstrak dikembangkan pada abad ke-19, mula-mula berfokus pada teori
Galois dan pada masalah keterkonstruksian (constructibility).

PENUTUP

Setelah membaca tulisan ini, akhirnya kita dapat menghasilkan beberapa kesimpulan diantaranya
bahwa istilah Aljabar yang sekarang telah meluas di dunia Matematika secara internasional
tersebut ternyata dasar dasarnya telah dikembangkan bahkan sebelum al-Kwarizmi lahir.

Sehingga pada intinya Ilmuwan islam bernama al-Kwarizmi ini bukan berhasil menemukan
metodologi baru, akan tetapi berhasil mengumpulkan metodologi yang dipakai dalam ilmu
matematika pada masa sebelum dirinya lahir. Dan yang terpenting dirinya berhasil pula dalam
memecahkan masalah masalah metodologi matematika yang belum terpecahkan pada waktunya
serta berhasil meyakinkan teori yang telah ada untuk kalangan luas dimasanya bahkan hingga
sekarang.

Anda mungkin juga menyukai