Anda di halaman 1dari 13

1

PEMBERDAYAAN EKONOMI PERDESAAN MELALUI


PENGEMBANGAN KIMDES
(KAWASAN INDUSTRI MILIK MASYARAKAT DESA)

Oleh:
Prof DR Ir Soemarno MS
UNIBRAW, Malang

BAB I.
EKONOMI PERDESAAN DAN PERANAN PEMERINTAH

Pembangunan sektor-sektor perdesaan (= tradisional; agrokompleks) dapat


mendorong pertumbuhan sektor industri melalui penyediaan bahan pangan yang
cukup, tenaga kerja, pemanfaatan sumberdaya lahan dan modal. Pola
pembangunan pertanian (seperti di Jepang ) dapat menganut pola Rural Sector-
Led Growth. Peningkatan produktivitas sektor-sektor perdesaan dapat
memberikan rangsangan bagi pengembangan produksi industri barang-barang
konsumsi. Ada dua unsur penting yang berperan dalam konteks ini. Pertama,
pemanfaatan teknologi berlandaskan kemajuan llmu pengetahuan (change from
resource base to science agricultural development), yang didukung oleh
pengembangan kapital dalam bentuk prasarana irigasi dan transportasi, kredit
pertanian, pengembangan industri pupuk, lembaga penyuluhan dan pemasaran.
Ke dua, kebijakan nilai tukar petani yang memadai. Pengembangan industri
memerlukan akumulasi kapital, yang terjadi karena peningkatan produktivitas
sektor-sektor agrokompleks melalui inovasi teknologi padat karya (labor intensive
innovation). Interaksi sektor pertanian (pedesaan) dengan sektor industri
(perkotaan) bukan saja ditandai oleh arus modal, tetapi juga arus perpindahan
tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri.
Pembangunan ekonomi Indonesia telah menimbulkan dampak serius, yaitu
antara lain kesenjangan pembangunan antara sektor perkotaan dan perdesaan
atau sektor modern dengan sektor tradisional (sektor-sektor kerakyatan). Untuk
mengatasi maslaah ini, harus diprioritaskan upaya-upaya untuk memperkuat
sektor-sektor tradisional dan kerakyatan dan pemerintah menjadi fasilitator
penggeraknya. Sektor-sektor ini harus terbuka dan tanggap terhadap perubahan-
perubahan dan kesempatan-kesempatan domestik dan global.
2

Dalam rangka mencapai sasaran tersebut di atas, maka sektor-sektor


kerakyatan (tradisional dan pedesaan) harus menjadi kuat; dan untuk itu
sangatlah dibutuhkan pemerintahan yang kuat. Hal ini berarti pemerintah perlu
menyusun rencana yang rasional, dan mempunyai daya gerak fasilitatif yang kuat
untuk pelaksanaannya. Dalam hubungan ini sangat diperlukan situasi stabil yang
dinamis untuk berlangsungnya pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Pada
tahap awal campur tangan pemerintah cukup besar sehingga terlihat seperti
otoriter. Tetapi sesuai dengan perkembangan sosial ekonomi, negara akan
menjadi semakin lebih demokratis. Keadaan semacam ini memang diperlukan
karena proses transformasi dalam kondisi proses globalisasi tidak dapat hanya
didasarkan pada kebijaksanaan mekanisme pasar saja.
Dalam sistem perekonomian Indonesia, proses transformasi berlangsung
dalam situasi ketidak-seimbangan dan respon unit-unit ekonomi tidak begitu
fleksibel terhadap insentif harga karena sumberdaya tidak dapat bergerak cepat
(peculiary immobile), terutama tenaga kerja. Dengan demikian untuk menjaga
keseimbangan pembangunan, maka diperlukan campur tangan pemerintah.
Apabila pembangunan daerah berlangsung tanpa adanya campur tangan
pemerintah secara memadai, maka tingkat pembangunan akan menjadi tidak
seimbang karena di daerah tertinggal lebih banyak kendala daripada faktor
pendorongnya.
STRATEGI pemberdayaan sistem perekonomian harus didukung oleh
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mobilisasi sumber keuangan (financial resources mobilization). Untuk
mendorong akumulasi modal di perdesaan, maka perlu dibangun lembaga
ekonomi rakyat yang mengakar dan mandiri. Lembaga ini digunakan bagi
peningkatan tabungan masyarakat dan investasi untuk diversifikasi ekonomi
rakyat di pedesaan. Lembaga ini dikelola secara amanah dan profesional
oleh tenaga-tenaga muda desa, yang didampingi oleh supervisor tenaga
terdidik perbankan. Peranan pemerintah adalah pendidikan dan pelatihan
tenaga-tenaga muda perbankan, bekerja-sama dengan lembaga -lembaga
perbankan. Untuk memberdayakan kelembagaan ekonomi ini diperlukan
kebijakan publik yang memihak kepada rakyat banyak.
2. Nilai Tukar Desa (Terms of trade). Nilai tukar desa yang tinggi perlu
diupayakan pemerintah melalui keterpaduan ekonomi pedesaan ke dalam
reformasi nasional dan internasional. Untuk itu perlu ketersediaan
prasarana komunikasi dan teknologi tepat guna. Upaya lainnya ialah
peningkatan kelancaran arus barang dan jasa. Untuk itu alokasi dana
pembangunan perlu ditekankan pada pembangunan prasarana fisik dan
3

perbaikan sistem transportasi ke wilayah perdesaan yang langsung berkaitan


dengan kegiatan ekonomi rakyat. Sasarannya adalah rendahnya biaya
transpor dan peningkatan keuntungan yang diterima oleh pengusaha-
pengusaha di desa.
3. Program Paritas Pendapatan (Income Parity Program). Maksud dari
kebijaksanaan sektor-sektor perdesaan ini adalah menjaga kesetimbangan
tingkat pendapatan antara perdesaan dan perkotaan. Program ini terdiri
atas: (a). pengembangan struktur ekonomi pedesaan untuk mencapai skala
ekonomi. (b). perluasan sistem produksi secara selektif, yang sesuai dengan
perubahan permintaan. (c) kebijaksanaan harga pangan untuk pemantapan
nilai tukar produk-produk perdesaan.
4. Peningkatan kemampuan teknologi tepat guna. Kemampuan teknologi
perlu diarahkan untuk pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam di
pedesaan. Alokasi dana dan anggaran pembangunan untuk biaya penelitian
(research and development) teknologi desa perlu mendapat prioritas. Pola
penelitian partisipatif perlu dikembangkan, bekerjasama dengan lembaga-
lembaga penelitian pemerintah dan swasta.
5. Pemberdayaan kelompok-kelompok fungsional masyarakat di wilayah
perdesaan menjadi Receiving Systems yang mampu mengakses dan
mengadopsi berbagai peluang inovasi dari berbagai sumber inovasi yang
umumnya berada di wilayah perkotaan.

BAB II.

KOPERASI PRODUK UNGGULAN DESA

2.1. Produk Unggulan Wilayah Desa


Komoditas unggulan wilayah merupakan produk hasil usaha masyarakat
desa yang memiliki peluang pemasaran yang tinggi dan menguntungkan bagi
masyarakat desa. Produk unggulan wilayah ini dapat berupa komoditi pertanian,
pertambangan, peternakan, perikanan, kehutanan, kerajinan/industri kecil, dan
lainnya.

2.2. Koperasi Pengelola Produk Unggulan


Pengembangan produk-produk unggulan wilayah dalam rangka untuk
memberdayakan ekonomi rakyat setempat dapat dilakukan melalui pendekatan
4

pemberdayaan Koperasi Pengelola Produk Unggulan Desa sebagai LEMBAGA


EKONOMI RAKYAT YANG MENGAKAR & MANDIRI. Koperasi seperti ini dapat
dikembangkan dari lembaga-lembaga ekonomi tradisional yang telah ada, atau
melalui rekayasa sosial yang sesuai. Konsep pemberdayaan Koperasi ini dapat
diabstraksikan dalam bagan berikut.

Sumber Sumber Birokrasi


Informasi Modal/Kapital

TOKOH PANUTAN / KEPERCAYAAN RAKYAT


-------------------------------------------------------
MANAJEMEN PROFESIONAL
RAKYAT RAKYAT

KOPERASI PRODUK UNGGULAN


UNIT
PERMODALAN

UNIT USAHA UNIT LEMBAGA


PRODUKTIF: DISTRIBUSI:
- Agribisnis Perkebunan - Waserda
- Agroindustri (KUBA) - Grosir SEMBAKO
- Industri RT / kerajinan - Pengecer

PENDAMPING PROFESIONAL

2.3. Strategi Pengembangan Sentra Produksi


Beberapa macam kendala dalam pemberdayaan ekonomi rakyat di
wilayah pedesaan ialah (1) keterbatasan kapabilitas sumberdaya alam, (2) masih
5

adanya lokasi yang terisolir dan terbatasnya sarana dan prasarana fisik, (3)
keterbatasan penguasaan modal dan teknologi, (4) lemahnya kemampuan
kelembagaan penunjang pembangunan di tingkat perdesaan, dan (5) masih
rendahnya akses masyarakat terhadap peluang-peluang bisnis. Berdasarkan
faktor pembatas & kendala tsb disusunlah konsep strategi pemberdayaan sbb:

FENOMENA KEMISKINAN MASYARAKAT

Faktor Penyebab:

KAPABILITAS ISOLASI LOKASI PENGUASAAN MODAL KELEMBAGAAN PE- AKSES MASYA-


SBDY ALAM SARANA DAN PRASA- DAN TEKNOLOGI NUNJANG PEMBA- RAKAT PEDE-
RENDAH RANA PERHUBUNGAN SANGAT TERBATAS NGUNAN SANGAT SAAN MASIH
SANGAT TERBATAS LEMAH TERBATAS

R U RAL M O N E TAT I O N
(Bantuan, Subsidi, Kredit, Pinjaman, Modal bergulirdll)

KIMDES
KOPERASI - KUBA

KEBUN TEKNOLOGI TEPAT GUNA


PUSAT INFORMASI DAN PELAYANAN TEKNOLOGI DESA
(POSYANTEKDES)

Program Umum:

Sistem Usahatani Sistem perhubung Transfer Kelembagaan Kelembagaan


Konservasi an Inter-region modal , perkreditan, sosial di
Rehabilitasi SDA Intra-region teknologi pemasaran, pedesaan:
Sistem Produksi tepatguna inovasi tekno- -perilaku
Cash-commodity dan infor - logi di Desa -ketrampilan
masi pasar

Justifikasi program Umum:


Kawasan Industri Milik Masyarakat Perdesaan (KIMDES)

2.4. Kelompok sasaran dan Lingkup Kegiatan

Kelompok sasaran:
6

a. Kelembagaan sosial -tradisional yang ada di masyarakat, seperti koperasi,


kelompok tani, kelompok peternak, Paguyuban dan lainnya
b. Kelompok-kelompok fungsional yang telah ada di masyarakat.
c. Warung pengecer bahan pokok, baik milik perorangan, kelompok (pra
koperasi), maupun waserda milik koperasi untuk diberdayakan /
dikembangkan usahanya.
d. Pengusaha dan Pengusaha Kecil, baik perorangan maupun kelompok,
terutama jama'ah masjid/Kopontren yang bersangkutan yang bergerak di
bidang produksi agribisnis/agroindustri dan sektor lainnya untuk
diberdayakan/dikembangkan, sehingga pada gilirannya dapat memperluas
kesempatan kerja (menyerap tenaga kerja).
e. Tenaga Kerja Terampil untuk dilatih dan ditempatkan sebagai pendamping
dan atau tenaga profesional / pengelola unit-unit usaha.

Lingkup Kegiatan:

a. Sosialisasi konsep pemberdayaan ekonomi rakyat dan identifikasi kelompok


sasaran yang akan mengembangkan unit usaha produk unggulan,
b. Rekruitmen tenaga terampil terdidik (yang nganggur ) untuk dijadikan
petugas pendamping lapangan (PPL)
c. Pelaksanaan kegiatan pelatihan dengan thema:
(a) Pengembangan KUBA pengelola usaha produk unggulan wilayah
(b) Pra-koperasi simpan-pinjam pola perkreditan sederhana
(c) Usaha di berbagai sektor riil seperti agribisnis/agroindustri,
d. Penyaluran modal bergulir dan pendampingan untuk: (a) unit simpan-pinjam;
(b) modal kerja penyalur (grosir dan sub grosir) dan (c) modal kerja untuk
mendukung usaha masyarakat di berbagai sektor riil, terutama kelompok
usaha bersama Agribisnis/agroindustri (KUBA).
e. Penyaluran dana, sesuai dengan tahapan pelaksanaan program, dilakukan
langsung pengelola KUBA melalui Bank yang ditunjuk setelah persetujuan
diberikan oleh Tim Pembina atas usulan tim teknis daerah.
f. Tim Pembina dan Tim Teknis melaksanakan koordinasi perencanaan,
pelaksanaan dan pemantauan program dan menyampaikan laporan kemajuan
program secara periodik (bulanan dan triwulanan).

2.5. RANCANGAN KEBUN TEKNOLOGI:


PUSAT INFORMASI DAN PELAYANAN TEKNOLOGI DESA
(POSYANTEKDES)
7

Penerapan teknologi tepat guna diharapkan dapat membantu


pengembangan usaha produksi produk unggulan di wilayah pedesaan dan
sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa. Beberapa kriteria yang
dikemukakan oleh para pakar agar supaya suatu teknologi dapat disebut TEPAT
GUNA adalah:
1. Mampu menciptakan lapangan kerja atau kesempatan kerja
2. Menggunakan lebih banyak tenaga manusia
3. Pemeliharaannya mudah
4. Menggunakan lebih banyak bahan baku lokal
5. Pemanfaatan modal setempat
6. Pemanfaatan teknologi menengah/madya
7. Tidak boros sumberdaya alam dan tidak mengganggu lingkungan hidup.

Proses alih teknologi yang efektif mensyaratkan beberapa hal penting, a.l.:
1. Peran-serta secara aktif semua instansi terkait dan masyarakat
penerima/pengguna untuk menghadapi dan mengatasi kendala yang ada
2. Kerjasama dan komunikasi yang terprogram dalam suatu forum dialogis yang
melibatkan semua komponen yang terkait
3. Tersedianya wadah bagi forum dialogis antara masyarakat, pembawa, dan
sumber teknologi yang berada dekat dengan masyarakat dan mudah diakses
oleh segenap masyarakat.
4. Adanya kelembagaan yang akomodatif dan partisipatif, didukung oleh adanya
iklim inovatif dan tenaga yang terlatih, serta dilengkapi dengan fasilitas
penunjang dan sistem informasi yang memadai.
5. Adanya tokoh panutan masyarakat yang mampu menggalang segenap potensi
masyarakat untuk diarahkan dan disiapkan untuk mengadopsi teknologi.

Berdasarkan berbagai pertimbangan di atas, tampaknya keberadaan


POSYANTEKDES di bawah kendali Koperasi Produk Unggulan dan bermitra
dengan Instansi teknis / Perguruan Tinggi mampu menjadi wahana yang efektif
dalam proses alih teknologi tepat guna di wilayah pedesaan. Kebun Teknologi ini
dapat berfungsi ganda sebagai:
(1). Pusat Pendidikan dan Pelatihan Teknologi Tepat-guna, yang dapat diakses
oleh para anggaota dan oleh masyarakat sekitar
(2). Pusat Penyuluhan, DEMOPLOT Ujicoba Penerapan Teknologi, dan Kaji
Tindak
(3). Pusat Pelayanan dan Informasi IPTEK yang mampu menjalin hubungan
dengan jaringan informasi IPTEk yang lebih luas..
8

POSYANTEKDES ini secara operasional berada di bawah koordinasi dari


Lembaga KOPERASI PRODUK UNGGULAN yang ada di wilayah.
POSYANTEKDES ini dapat melibatkan beberapa divisi penting seperti
MISALNYA:

I. DIVISI TEKNOLOGI BENIH DAN BIBIT UNGGUL

Lingkup Kerja Divisi ini adalah:


1. Teknik-teknik penanganan/ penyimpanan benih/ bibit
2. Teknologi perbanyakan benih
3. Teknologi pembibitan dengan cara grafting dll
4. Teknologi penanaman benih dan bibit
5. Teknologi pengelolaan kebun bibit dan kebun induk/koleksi.

II. DIVISI AGROTEKNOLOGI DAN AGROBISNIS /AGROINDUSTRI/Kerajinan

Lingkup Kerja Divisi ini adalah:


1. Teknologi budidaya tanaman/ Silvikultur
2. Teknologi Proses Manufaktur Kerajinan
3. Teknologi Perancangan produk kerajinan rakyat / industri kecil
4. Teknologi Pengemasan
5. Teknologi pemasaran dan promosi produk olahan pedesaan

III. DIVISI TEKNOLOGI PASCAPANEN DAN MAKANAN TRADISIONAL

Lingkup Kerja Divisi ini adalah:


1. Teknologi penanganan panen dan pasca panen
2. Teknologi pengolahan pangan nabati
3. Teknologi pengolahan pangan hewani dan ikani
4. Teknologi mekanisasi pertanian
5. Teknologi pengemasan hasil panen dan hasil pangan.

IV. DIVISI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK DAN PAKAN TERNAK


Lingkup Kerja Divisi ini adalah:
1. Teknologi inseminasi buatan/kawin suntik
2. Teknologi perkandangan
3. Teknologi produksi unggas dan ruminansia
4. Teknologi ransum pakan alternatif
5. Teknik perawatan kesehatan ternak
6. Teknologi pengawetan/pengolahan pakan

V. DIVISI TEKNOLOGI LIMBAH DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN


Lingkup Kerja Divisi ini adalah:
9

1. Teknologi penyediaan air bersih, pembuangan dan pengelolaan limbah


domestik rumahtangga
2. Teknologi jamu /obat tradisional/TOGA
3. Teknologi daur ulang/pemanfaatan limbah pertanian
4. Teknologi pengolahan pangan dengan nilai gizi tinggi
5. Teknologi penyuluhan kesehatan yang efektif
6. Teknologi pemutusan rantai penularan penyakit, dan lainnya

VI. DIVISI TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN MANAJEMEN INFORMASI

Lingkup Kerja Divisi ini adalah:


1. Teknik komunikasi massal
2. Teknologi komputer / komputasi dan informatika
3. Teknik rekayasa sosial
4. Manajemen sistem informasi
5. Teknik dokumentasi dan publikasi.

VII. DIVISI TEKNOLOGI AKUNTANSI DAN MANAJEMEN KEUANGAN


Lingkup Kerja Divisi ini adalah:
1. Teknik pembukuan keuangan sederhana
2. Teknik analisis usaha agribisnis/agroindustri
3. Teknik penyusunan kelayakan proyek/kegiatan produktif
4. Perkreditan & Kontrak bisnis
5. Baitul Maal/Perkoperasian/kelompok usaha bersama.
10

KOPERASI PRODUK UNGGULAN


UNIT USAHA POSYANTEKDES

ANGGOTA MASYARAKAT

LITBANG
DEPT. POSYANTEKDES PERG.
BPPT
BLK-BLK DIVISI-DIVISI TEKNOLOGI TINGGI
SUASTA

POKMAS ANGGOTA KUBA


KOPERASI
11

BAB III. KONSEP DASAR PENDAMPINGAN

3.1. Hakekat Pendampingan

3.1.1. Kegagalan Pasar dan Nilai-Nilai Subjektivitas


Alasan utama perlunya intervensi pemerintah dalam hal memberikan
pemberdayaan masyarakat perdesaan / petani adalah adanya fenomena
kegagalan pasar (market failure). Kegagalan pasar membuat petani tidak dapat
berpartisipasi secara baik dalam struktur dan sistem yang ada.
Berdasarkan hal tersebut, maka pemberdayaan petani dalam bentuk
pendampingan patut dilakukan, karena apabila ini tidak dilakukan maka sistem
dan struktur pasar yang tercipta cenderung akan bias dari tujuan memberdayakan
petani sebagai stakeholder utama pembangunan pertanian. Apabila tidak
dilindungi dan diberikan perlakuan khusus, misalnya dalam bentuk
pendampingan, maka petani sebagai bagian terbesar rakyat Indonesia akan
tergilas oleh sistem ekonomi pasar yang bersaing secara sempurna.

3.1.2. Ketidak-berdayaan Aparatur dan Prasarana Penunjang


Pemberdayaan petani dalam bentuk kegiatan pendampingan adalah
tanggung jawab bersama pemerintah dan masyarakat. Kegiatan ini dilakukan
melalui lembaga pemerintah yang berada di tingkat pusat dan daerah bersama-
sama dengan lembaga-lembaga sosial-tradisional yang telah mengakar di
masyarakat.
Dengan kelembagaan yang ada saat ini, sudah seharusnya bahwa
kegiatan pembinaan dan pemberdayaan petani dapat berlangsung dengan baik.
Namun demikian karena keterbatasan tenaga atau sumberdaya manusia,
contohnya yaitu rendahnya jumlah dan mutu penyuluh pertanian, maka fungsi
manajemen pemerintah ini tidak dapat dilaksanakan dengan sempurna. Fungsi
ini makin sulit direalisasikan karena jumlah petani yang sangat banyak yang
tersebar di berbagai daerah yang kurang atau rendah fasilitas transportasi dan
komunikasi.

3.1.3. Ketidaksiapan Sistem Pengelolaan


Sistem formal pengelolaan pertanian belum tertata dengan baik dan juga
dapat dikatakan tidak antisipatif terhadap perubahan-perubahan. Lebih
banyaknya kegiatan proyek dari pada kegiatan rutin adalah salah contoh bahwa
memang pengelolaan pembangunan pertanian belum berkembang. Banyak
kegiatan yang seharusnya menjadi tugas rutin pemerintah serta lembaga dan
12

aparat pemerintahan akhirnya diproyekan (dijadikan kegiatan proyek) karena


secara rutin kegiatan-kegiatan itu tidak berjalan. Hal ini terjadi karena memang
lembaga dan aparat yang menanganinya tidak mampu melaksanakannya yang
pada dasarnya merupakan kelamahan sistem manajemen (pengelolaan).
Dalam kondisi dimana sistem pengelolaan belum dapat diandalkan ini
maka perlu ada upaya khusus untuk membina petani. Pembinaan tersebut dapat
dalam bentuk pendampingan terhadap petani.

3.2. Pokok-pokok Program Pendampingan


Salah satu cara untuk memberdayakan masyarakat adalah melalui
program pendampingan. Kegiatan pendampingan terhadap masyarakat lebih
banyak diawali oleh LSM melalui program-program pembangunan masyarakat.
Para pendamping (Community workers) tinggal dan bekerja di tengah
masyarakat sasaran dengan tujuan utama adalah mensukseskan program
pembangunan melalui pemberdayaan masyarakat. Dengan cara ini maka target
dan tujuan dapat dicapai pada waktunya dan bahkan dapat dipercepat.
Pemberdayaan masyarakat dengan cara ini memiliki kesan bahwa kelompok
sasaran (petani) dimanjakan. Kesan ini barangkali benar bila pendamping atau
pekerja masyarakat tidak konsisten dengan tujuan akhirnya. Namun kesan ini
akan dengan sendirinya hilang apabila pendamping menyadari bahwa apapun
yang dilakukan adalah dalam konteks tujuan akhir untuk memberdayakan
masyarakat .

3.2.1. Pendampingan Partisipasif dan Purna Waktu


Kegiatan pendampingan memang harus dilakukan terus menerus secara
partisipatif sehingga tujuannya dapat dicapai secara bertahap dan berkelanjutan.
Apabila ada teknologi inovatif yang diperkenalkan dan harus diadopsi oleh
petani, maka mekanisme pendampingan harus mampu memberdayakan petani
dan kelompok tani menjadi Receiving Systems yang layak.

3.2.2. Kejelasan Tujuan dan Sasaran


Kegiatan pendampingan baik sebagai rule atau discretion perlu memiliki
tujuan dan sasaran yang jelas. Tujuan dan sasaran bukan merupakan sesuatu
abstrak tapi sebaliknya adalah sesuatu yang dapat diukur. Dengan demikian
maka evaluasi pencapaian tujuan dan sasaran dapat dilakukan dengan akurat.
Kegiatan pencapaian tujuan dan sasaran akan lebih terarah apabila tujuan
dan sasaran dirumuskan secara berjenjang dan bertahap. Dengan cara ini maka
dengan mudah dapat dievaluasi apakah pendampingan memiliki kema-juan atau
13

malah stagnan dan tidak menunjukkan adanya dampak yang berarti. Supaya
kegiatan pendampingan dapat dievaluasi dengan baik maka paling tidak harus
dirumuskan tiga tujuan yaitu dasar, umum, dan operasional.

3.2.3. Jadwal kerja


Dengan jadwal program yang jelas maka kegiatan akan lebih terarah dan
yang lebih penting lagi yaitu dapat dipahami kapan program akan berakhir.
Jadwal pada hakekatnya menyatakan target atau sasaran yang ingin dicapai
pada kurun waktu tertentu, kegiatan apa yang harus dilakukan untuk pencapaian
target itu, serta apa saja yang harus dikorbankan atau dikeluarkan sebagai biaya

3.3. Kriteria dan Karakteristik Pendamping


Pekerjaan sebagai pendamping bukan merupakan suatu tugas yang
mudah. Pendampingan adalah suatu keahlian dan dapat dianggap sebagai suatu
misi. Tiga syarat pokok sebagai pendamping (facilitator) masyarakat desa
adalah : (1) Pendamping harus memiliki kompetensi dan kapasitas kognitif serta
pengetahuan yang dalam dan luas di bidangnya; (2) Pendamping memiliki
komitmen profesional, motivasi serta kematangan seperti yang ditujukan dalam
pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan sebelumnya; dan (3) Pendamping memiliki
kemauan yang sangat kuat untuk membagi apa yang dianggapnya baik bagi
sesamanya (orang lain).
Selain syarat-syarat ini, pendamping perlu memiliki kemampuan untuk
dapat berfungsi sebagai (1) pemrakarsa, (2) penunjuk jalan, (3) pendorong, (4)
pendamai, (5) pengumpul fakta, dan (6) pemberi fakta. Apabila mereka bekerja
dalam kelompok maka pendamping harus difasilitasi untuk dapat bekerjasama,
memiliki kesamaan persepsi tentang tugas dan tanggung jawab mereka. Supaya
fungsi sebagai fasilitator dapat berjalan dengan baik maka kemampuan berikut
perlu dimiliki: (1) mengumpulkan data, (2) analisis dan identifikasi masalah, (3)
melakukan interaksi atau membangun hubungan dengan setiap kalangan, (4)
kemampuan berorganisasi, (5) kemampuan menata proyek, dan (6) kemampuan
memberikan pelatihan.

Anda mungkin juga menyukai