Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

FILSAFAT PENDIDIKAN
“REKONSTRUKSIONISME”

DISUSU OLEH :

SRI DEVI A 251 16 068

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TADULAKO

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT. yang telah melimpahkan

rahmat, taufik serta hidayah-Nya kepada saya, sehingga saya mampu

menyelesaikan tugas makalah Filsafat Pendidikan yang berjudul “Filsafat

Pendidikan Rekonstruksionisme”, sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi kita,

yaitu Nabi Muhammad SAW. yang telah membawa kita dari alam kebodohan

menuju alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti saat sekarang ini.

Saya menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini terdapat banyak

kesalahan dan kekurangan. Maka dari itu saya mohon saran dan kritik yang

membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Palu, 06 Juli 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 2
1.3 Tujuan ................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan latar belakang munculnya aliran


rekonstruksionisme..............................………………………………… 3
2.2 Prinsip-prinsip pemikiran aliran rekonstruksionisme ............................ …4
2.3 Pandangan-pandangan dalam aliran rekonstruksionisme …………........7
2.4 Teori pendidikan dalam aliran rekonstruksionisme................................9
2.5 Tokoh-tokoh dalam aliran rekonstruksionisme.....................................10

BAB III Penutup

3.1 Kesimpulan………………………………………………………….......12
3.2 Saran...................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan banyaknya problem-problem yang ada di dunia ini, maka banyak pula

pemikiran-pemikiran yang menawarkan berbagai penyelesaian dalam banyak bidang. Contohnya

dalam filsafat, terdapat banyak aliran yang menawarkan solusi dari masalah-masalah yang

sedang bermunculan, khususnya dalam bidang pendidikan. Salah satu aliran filsafat pendidikan

adalah aliran filsafat pendidikan rekonstruksionisme.

Aliran rekonstruksionisme merupakan aliran dalam filsafat pendidikan yang berawal dari

adanya krisis kebudayaan modern yang dipelopori oleh tokoh bernama George Count dan Harold

pada tahun 1930-an. Aliran filsafat rekonstruksionisme adalah aliran filsafat yang berusaha

merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak

modern. Aliran filsafat pendidikan ini menganggap bahwa pendidikan adalah salah satu bidang

yang sangat berperan penting dalam menghadapi permasalahan dunia. Karena dengan

pendidikan maka akan tercipta orang-orang yang berfikir dan memiliki pemikiran yang dapat

mengubah dunia.

Aliran rekonstruksionisme muncul sebagai reaksi dari adanya pemahaman dalam aliran

perenialisme maupun aliran progresivisme, sehingga keduanya tidak dapat dipisahkan, karena

upaya aliran rekonstruksionisme dalam mengembangkan pendidikan diawali oleh keprihatinan

para rekonstruksionis terhadap kehidupan manusia modern atau dengan kata lain menyebutkan

adanya krisis kebudayaan modern.

1
1.2 Rumusan masalah

Dari latar belakang yang telah dikemukakan , maka diambil topik pembahasan yang

dirumuskan dalam rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa pengertian dan sejarah munculnya aliran rekonstruksionisme?

2. Bagaimana prinsip-prinsip pemikiran aliran rekonstruksionisme?

3. Bagaimana pandangan-pandangan yang ada dalam aliran rekonstruskionisme ?

4. Bagaimana teori pendidikan dalam aliran rekonstruksionisme?

5. Siapakah tokoh-tokoh dari aliran rekonstruksionisme ?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari rumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengertian dan sejarah munculnya aliran rekonstruksionisme

2. Untuk mengetahui prinsip-prinsip pemikiran aliran rekonstruksionisme

3. Untuk mengetahui pandangan-pandangan yang ada dalam aliran rekonstruskionisme

4. Untuk mengetahui teori pendidikan dalam aliran rekonstruksionisme

5. Untuk mengetahui siapa saja tokoh-tokoh dari aliran rekonstruksionisme

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Latar belakang munculnya Aliran Rekontruksionisme

A. Pengertian Rekontruksionisme

Rekonstruksionisme berasal dari kata reconstruct, yaitu gabungan dari kata re- yang

artinya kembali dan construct yang artinya membangun atau menyusun. Maka, secara etimologis

reconstruct diartikan menyusun kembali. Sedangkan, dalam konteks filsafat pendidikan, aliran

rekonstruksionisme adalah aliran yang berusaha merombak tata susunan lama dalam pendidikan

dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak Aliran rekonstruksionisme

berusaha membina konsensus yang paling luas dan mungkin tentang tujuan utama dan tertinggi

dalam kehidupan manusia. Dari jalan pikiran dan upaya yang berusaha ditempuh oleh aliran

rekonstruksionisme, maka dapat dilihat juga bahwa aliran ini tidak terlepas dari prinsip

pemikiran aliran progresifisme yang mengarah kepada tuntutan kehidupan modern. Hal tersebut

sesuai dengan pandangan Count bahwa apa yang diperlukan pada masyarakat yang memiliki

perkembangan teknologi yang cepat adalah rekonstruksi masyarakat dan pembentukan serta

perubahan tata dunia baru.

B. Latar Belakang Kemunculan Aliran Filsafat Rekonstruksionisme

Rekonstruksionisme berasal dari kata reconstruct yang berarti menyusun kembali.

Dalam konteks filsafat pendidikan, aliran rekonstruksionisme adalah suatu aliran yang berusaha

merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak

modern .

Aliran ini timbul karena pada tahun 1930an dunia telah mengalami krisis, sampai-sampai

di negara bagian Eropa dan Asia mengalami totalitarianisme yaitu hilangnya nila-nilai

3
kemanusiaan dalam sosial. Dunia pada saat itu mengalami kebangkrutan yang sangat besar,

mulai dari maraknya terorisme, kesenjangan global, nasionalisme sempit, banyaknya manusia

yang berperilaku amoral, dan masih banyak lagi.

Aliran ini dipelopori oleh George S. Count dan Harold Rugg. Count menawarkan pidato-

pidato provokatifnya yang intinya bahwa sekolah harus membangun sebuah tatanan sosial baru,

Count mengatakan bahwa sekolah atau lebih sempitnya para pendidik untuk mengorganisasi diri

dari tingkat TK sampai Perguruan Tinggi.

Karena pemikiran tersebut maka bermunculan sebuah kebalikan dari peran tradisional

sekolah menuju peran sebagai agen reformasi kemasyarakatan yang bersifat aktif. Aliran

rekonstruksionis bertujuan untuk menjadikan masyarakat sebagai agen perubahan sosial melalui

pendidikan, karena pada zaman dahulu mereka menganggap bahwa pendidikan telah

menjauhkan mereka dari masyarakat, maka dari itu, aliran ini ingin mengubah pandangan

tersebut dan melalui pendidikan maka kita akan dekat dengan masyarakat.

2.2. Prinsip-Prinsip Pemikiran Aliran Rekonstruksionisme

1. Masyarakat dunia sedang dalam kondisi krisis

Krisis dunia yang sedang dialami saat ini antara lain persoalan-persoalan tentang

kependudukan, sumber daya alam yang terbatas, kesenjangan global dalam distribusi penyebaran

kekayaan, prolefirasi nuklir, rasisme, nasionalisme sempit, dan pengunaan teknologi yang

‘sembrono’ dan tidak bertanggung jawab. Persoalan-persoalan tadi, menurut kalangan

rekonstruksionis, berjalan seiring dengan tantangan totalitarianisme modern,yakni hilangnya

nilai-nilai kemanusiaan dalam masyarakat luas dan meningkatnya ‘kedunguan’ fungsional

penduduk dunia.

4
2. Penciptaan tatanan sosial yang menjagat

Kerjasama dari semua bangsa adalah satu-satunya harapan bagi penduduk dunia yang

berkembang terus yang menghuni dunia dengan segala keterbatasan sumber daya alamnya. Era

teknologi telah memunculkan saling ketergantungan dunia, di samping juga kemajuan-kemajuan

di bidang sains. Di sisi lain, kita sedang didera kesenjangan budaya dalam beradaptasi dengan

tatanan dunia baru. Kita sedang berupaya hidup di ruang angkasa dengan sebuah sistem nilai dan

mentalitas politik yang dianut di era kuda dan andong.Menurut rekonstruksionisme, umat

manusia sekarang hidup dalam masyarakat dunia yang mana kemampuan teknologinya dapat

membinasakan kebutuhan-kebutuhan material semua orang.

Dalam masyrakat ini, sangat mungkin muncul penghayal karena komunitas internasional

secara bersama-sama bergelut dari kesibukan menghasilkan dan mengupayakan kekayaan

material menuju ke tingkat dimana kebutuhan dan kepentingan manusia dianggap paling penting.

Dunia semasa itu, orang-orang berkonsentrasi untuk menjadi manusia yang lebih baik (secara

material) sebagai tujuan akhir.

3. Pendidikan formal dapat menjadi agen utama dalam rekonstruksi tatanan sosial

Sekolah-sekolah yang merefleksikan nilai-nilai sosial dominan, menurut

rekonstruksionisme hanya akan mengalihkan penyakit-penyakit politik, sosial, dan ekonomi

yang sekarang ini mendera umat manusia. Sekolah dapat dan harus mengubah secara mendasar

peran tradisionalnya dan menjadi sumber inovasi baru. Tugas mengubah peran pendidikan

amatlah urgen, karena kenyataan bahwa manusia sekarang mempunyai kemampuan

memusnahkan diri. Kalangan rekontruksionis di satu sisi tidak memandang sekolah sebagai

memiliki kekuatan untuk menciptakan perubahan sosial seorang diri. Di sisi lain, mereka melihat

5
sekolah sebagai agen kekuatan utama yang menyentuh kehidupan seluruh masyarakat, karena ia

menyantuni anak-anak didik selama usia mereka yang paling peka. Dengan demikian, ia dapat

menjadi penggerak utama pencerahan problem-problem sosial dan agitator utama perubahan

sosial.

4. Metode-metode pengajaran

Metode-metode pengajaran harus didasarkan pada prinsip-prinsip demokratis yang

bertumpu pada kecerdasan ‘asali’ jumlah mayoritas untuk merenungkan dan menawarkan solusi

yang paling valid bagi persoalan-persoalan umat manusia. Dalam pandangan kalangan

rekonstruksionisme, demokrasi adalah sistem politik yang terbaik karena sebuah keharusan

bahwa prosedur-prosedur demokratis perlu digunakan di ruangan kelas setelah para peserta didik

diarahkan kepada kesempatan-kesempatan untuk memilih di antara keragaman pilihan-pilihan

ekonomi, politik, dan sosial.

Brameld menggunakan istilah pemihakan defensif untuk mengungkapkan posisi

(pendapat) guru dalam hubungannya dengan item-item kurikuler yang kontroversial. Dalam

menyikapi ini, guru membolehkan uji pembuktian terbuka yang setuju dan yang tidak setuju

dengan pendapatnya, dan ia menghadirkan pendapat-pendapat alternatif sejujur mungkin. Di sisi

lain, guru jangan menyembunyikan pendirian-pendiriannya. Ia harus mengungkapkan dan

mempertahankan pemihakannya secara publik. Di luar ini, guru harus berupaya agar pendirian-

pendiriannya diterima dalam skala seluas mungkin. Tampaknya telah diasumsikan oleh kalangan

rekonstruksionis bahwa persoalan-persoalan itu sedemikian clear-cut (jelas-tegas) sehingga

sebagian besar akan setuju terhadap persoalan-persoalan dan solusi-solusi jika dialog bebas dan

demokratis diizinkan.

6
5. Jika pendidikan formal adalah bagian tidak terpisahkan dari solusi sosial dalam krisis

dunia sekarang, maka ia harus secara aktif mengajarkan perubahan sosial.

Pendidikan harus memunculkan kesadaran peserta didik akan persoalan-persoalan sosial

dan mendorong mereka untuk secara aktif memberiakan solusi. Kesadaran sosial kiranya dapat

ditumbuhkan jika peserta didik dibuat berani untuk mempertanyakan status quo dan untuk

mengkaji isu-isu kontroversial dalam agama, masyarakat, ekonomi, politik dan pendidikan.

Kajian dan diskusi kritis akan membantu peserta didik melihat ketidakadilan dan ketidakfungsian

beberapa aspek sistem sekarang ini dan akan membantu mereka mengembangkan alternatif-

alternatif bagi kebijaksanaan konvensional. Peran pendidikan adalah mengungkapkan lingkup

persoalan budaya manusia dan membangun kesepakatan seluas mungkin tujuan-tujuan pokok

yang akan menata umat manusia dalam tatanan budaya dunia. Masyarakat dunia yang ideal,

menurut rekonstrusionisme, haruslah “berada di bawah kontrol mayoritas warga masyarakat

yang secara benar menguasai dan menentukan nasib mereka sendiri”.

2.3 Pandangan-Pandangan dalam Aliran Rekonstruksionisme

a. Pandangan secara Ontologi

Dengan ontologi, dapat diterangkan tentang bagaimana hakikat dari segala sesuatu.

Aliran rekonstruksionisme memandang bahwa realita itu bersifat universal, yang mana realita itu

ada di mana dan sama di setiap tempat. Untuk mengerti suatu realita beranjak dari suatu yang

konkrit dan menuju kearah yang khusus menam pakkan diri dalam perwujudan sebagaimana

yang kita lihat dihadapan kita dan ditangkap oleh panca indra manusia seperti bewan dan

tumbuhan atau benda lain disekeiling kita, dan realita yang kita ketahui dan kita badapi tidak

terlepas dari suatu sistem, selain substansi yang dipunnyai dan tiap-tiap benda tersebut, dan dapat

dipilih melalui akal pikiran.

7
b. Pandangan Aksiologi

Dalam proses interaksi sesama manusia, diperlukan nilai-nilai. Tetapi, secara umum

ruang lingkup (scope) tentang pengertian “nilai” tidak terbatas. Menurut Imam Barbadib, aliran

rekonstruksionisme memandang masalah nilai berdasarkan asas asas supernatural yakni

menerima nilai natural dan universal, yang abadi berdasarkan prinsip nilai teologis. Hakikat

manusia adalah emanasi yang potensial dari dan dipimpin oleh Tuhan dan atas dasar inilah

tinjauan tentang kebenaran dan keburukan dapat diketahuinya. Kemudian manusia sebagai

subjek telah memiliki potensi potensi kebaikan dan keburukan sesuai dengan kodratnya.

Kebaikan itu akan tetap tinggi nilainya bila tidak dikuasai oleh hawa nafsu belaka, karena itu

akal mempunyai peran untuk memberi penentuan.

c. Pandangan Epistemologis

Kajian epsitemologis aliran ini lebih merujuk pada pendapat aliran pragmatisme

(progressive) dan perenialisme. Berpijak dari pola pemikiran bahwa untuk memahami realita

alam nyata memerlukan suatu azas tahu dalam arti bahwa tidak mungkin memahami realita ini

tanpa melalui proses pengalaman dan hubungan dengan realita terlebih dahulu melalui penemuan

suatu pintu gerbang ilmu pengetahuan. Karenanya, baik akal maupun rasio sama-sama berfungsi

membentuk pengetahun, dan akal di bawa oleh panca indera menjadi pengetahuan dalam yang

sesungguhnya. Aliran ini juga berpendapat bahwa dasar dari suatu kebenaran dapat dibuktikan

dengan self evidence, yakni bukti yang ada pada diri sendiri, realita dan eksistensinya.

Pemahamannya bahwa pengetahuan yang benar buktinya ada di dalam pengetahuan ilmu itu

sendiri.

8
2.4 Teori Pendidikan Dalam Aliran Rekonstruksionisme

Menurut Brameld (kneller,1971) teori pendidikan rekonstruksionisme ada 5 yaitu:

1) Pendidikan harus di laksanakan di sini dan sekarang dalam rangka menciptakan tata

sosial baru yang akan mengisi nilai-nilai dasar budaya kita, dan selaras dengan yang

mendasari kekuatan-kekuatan ekonomi, dan sosial masyarakat modern.

2) Masyarakat baru harus berada dalam kehidupan demokrasi sejati dimana sumber dan

lembaga utama dalam masyarakat dikontrol oleh warganya sendiri.

3) Anak, sekolah, dan pendidikan itu sendiri dikondisikan oleh kekuatan budaya dan sosial.

Menurut rekonstruksionalisme, hidup beradab adalah hidup berkelompok, sehingga

kelompok akan memainkan peran yang penting di sekolah. Untuk menghasilkan

pembelajaran yang harmonis di dalam kelas antara guru, peserta didik dan subjek-subjek

pendidikan lainnya maka mereka harus memahami kebudayaan mereka masing-masing,

sehingga mereka akan saling menghargai.

4) Guru harus menyakini terhadap validitas dan urgensi dirinnya dengan cara bijaksana

dengan cara memperhatikan prosedur yang demokratis. Guru harus menyakini terhadap

validitas dan urgensi dirinnya dengan cara bijaksana dengan cara memperhatikan

prosedur yang demokratis. Seorang guru atau pendidik harus memiliki sikap percaya diri

dan merasa bahwa ia mampu untuk membimbing peserta didiknya, dengan begitu

seorang pendidi akan berhasil dalam membimbing peserta didiknya dan ia tidak akan

diremehkan oleh peserta didik.

5) Cara dan tujuan pendidikan harus diubah kembali seluruhnya dengan tujuan untuk

menemukan kebutuhan-kebutuhan yang berkaitan dengan krisis budaya dewasa ini, dan

untuk menyesuaikan kebutuhan dengan sains sosial yang mendorong kita untuk

9
menemukan nilali-nilai dimana manusia percaya atau tidak bahwa nilai-nilai itu bersifat

universal.

2.5 Tokoh-tokoh dalam Aliran Rekonstruksionisme

 Brubacger (1950)mengelompokkan filsafat pendidikan pada dua kelompok besar, yaitu

filsafat pendidikan “progresif” dan filsafat pendidikan “konservatif”

 Menurut Brameld (kneller,1971) teori pendidikan rekonstruksionisme ada 5 yaitu :

a) Pendidikan harus di laksanakan di sini dan sekarang dalam rangka menciptakan tata

sosial baru yang akan mengisi nilai-nilai dasar budaya kita, dan selaras dengan yang

mendasari kekuatan-kekuatan ekonomi, dan sosial masyarakat modern.

b) Masyarakat baru harus berada dalam kehidupan demokrasi sejati dimana sumber dan

lembaga utama dalam masyarakat dikontrol oleh warganya sendiri.

c) Anak, sekolah, dan pendidikan itu sendiri dikondisikan oleh kekuatan budaya dan

sosial. Menurut rekonstruksionalisme, hidup beradab adalah hidup berkelompok,

sehingga kelompok akan memainkan peran yang penting di sekolah. Untuk

menghasilkan pembelajaran yang harmonis di dalam kelas antara guru, peserta didik

dan subjek-subjek pendidikan lainnya maka mereka harus memahami kebudayaan

mereka masing-masing, sehingga mereka akan saling menghargai.

d) Guru harus menyakini terhadap validitas dan urgensi dirinnya dengan cara bijaksana

dengan cara memperhatikan prosedur yang demokratis. Guru harus menyakini

terhadap validitas dan urgensi dirinnya dengan cara bijaksana dengan cara

memperhatikan prosedur yang demokratis. Seorang guru atau pendidik harus

memiliki sikap percaya diri dan merasa bahwa ia mampu untuk membimbing peserta

10
didiknya, dengan begitu seorang pendidi akan berhasil dalam membimbing peserta

didiknya dan ia tidak akan diremehkan oleh peserta didik.

e) Cara dan tujuan pendidikan harus diubah kembali seluruhnya dengan tujuan untuk

menemukan kebutuhan-kebutuhan yang berkaitan dengan krisis budaya dewasa ini,

dan untuk menyesuaikan kebutuhan dengan sains sosial yang mendorong kita untuk

menemukan nilali-nilai dimana manusia percaya atau tidak bahwa nilai-nilai itu

bersifat universal.

 George Count berpandangan bahwa apa yang diperlukan pada masyarakat yang memiliki

perkembangan teknologi yang cepat adalah rekonstruksi masyarakat dan pembentukan

serta perubahan tata dunia baru.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Rekonstruksionisme berasal dari bahasa inggris Reconstruct yang berarti menyusun

kembali. Dalam konteks filsafat pendidikan aliran rekonstruksionisme adalah suatu aliran yang

berusaha merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang

bercorak modern. maka dari itu rekonstruksionisme berusaha mencari kesepakatan semua orang

mengenai tujuan utama yang dapat mengatur tata kehidup manusia dalam suatu tatanan baru

seluruh lingkungannya, maka melalui lembagai dan proses pendidikan. Rekonstruksionisme

ingin merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang sama

sekali baru.

3.2 Saran

Saya sebagai penulis apabila dalam penulisan dan penyusunan ini terdapat kekurangan dan

kelebihan maka kritik dan saran dari pembaca dan pembimbing sangat saya harapkan sehingga

dalam pembuatan makalah yang selanjutnya lebih baik dari yang sebelumnya saya hanyalah

manusia biasa yang tidak lepas dari kesalahan sehingga tanpa dukungan dan saran pembimbing

sangat jauh bagi saya untuk mencapai kesempurnaan.

Dan harapan saya, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita khususnya bagi para

pembaca, Aamiin.

12
DAFTAR PUSTAKA

Mudyahardjo, Redja. 1995. Pengantar Pendidikan, Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Jalaludin, 2010. Filsafat Dan Pendidikan, Yogyakarta: Ar-ruzz.

Teguh Wangsa Gandhi HW., 2011. Filsafat Pendidikan, Jogjakarta : Ar-Ruz Media.

13

Anda mungkin juga menyukai