Anda di halaman 1dari 31

KELARUTAN II

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia

tertentu, zat terlarut (solute), untuk larut dalam suatu pelarut (solvent).

Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut

dalam suatu pelarut pada kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan

jenuh. Zat-zat tertentu dapat larut dengan perbandingan apapun

terhadap suatu pelarut (Martin 1993 h. 559).

Kelarutan mempunyai peranan yang sangat penting dalam dunia

farmasi, antara lain dapat membantu para ahli farmasi dalam

menentukan medium pelarut yang paling baik untuk obat atau kombinasi

obat, dapat membantu mengatasi kesulitan-kesulitan tertentu yang timbul

pada waktu pembuatan larutan farmasetis dan lebih jauh lagi dapat

bertindak sebagai standar uji kemurnian. Pengetahuan yang lebih

mendetail mengenai kelarutan dan sifat-sifat yang berhubungan dengan

itu juga dapat memberikan informasi mengenai struktur obat dan gaya

antarmolekul obat.

Kelarutan dari suatu senyawa tidak hanya bergantung pada sifat

kimia dan fisika zat terlarut dan pelarut, tetapi juga bergantung pada

factor temperatur, tekanan, pH dan untuk jumlah yang lebih kecil

MUHAMMAD AZHARI. S MUSDALIFAH AMIR


15020160076
KELARUTAN II

bergantung pada hal terbaginya zat terlarut. Dalam percobaan ini akan

dilakukan uji kelarutan parasetamol dalam pengaruh penambahan

surfaktan dan pengaruh tingkat derajat keasaman (pH).

B. Maksud Percobaan

Adapun maksud dari praktikum ini adalah untuk mengetahui

pengaruh pH terhadap kelarutan suatu zat dan pengaruh surfaktan

terhadap kelarutan suatu zat.

C. Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan

pengaruh pH terhadap kelarutan suatu zat dan menentukan pengaruh

surfaktan terhadap kelarutan suatu zat.

MUHAMMAD AZHARI. S MUSDALIFAH AMIR


15020160076
KELARUTAN II

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Umum

Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia

tertentu, zat terlarut (solute), untuk larut dalam suatu pelarut (solvent).

Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut

dalam suatu pelarut pada kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan

jenuh. Zat-zat tertentu dapat larut dengan perbandingan apapun

terhadap suatu pelarut (Martin 1993, h. 559).

Secara kuantitatif, kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai suatu

konsentrasi zat terlarut di dalam larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan

tertentu. Kelarutan dinyatakan dalam satuan mililiter pelarut yang dapat

melarutkan satu gram zat. Misalnya 1 gr asam salisilat akan larut dalam

550 ml air. Suatu kelarutan juga dapat dinyatakan dalam satuan

molalitas, molaritas dan persen. Pelepasan zat aktif dari suatu bentuk

sediaannya sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat kimia dan fisika zat

tersebut serta formulasinya (Lachman 1994, h. 258).

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat antara

lain adalah pengaruh pH dan penambahan zat lain (Surfaktan): (Martin

1993, h. 570)

1. Pengaruh pH
Zat aktif yang sering digunakan di dalam dunia pengobatan

umumnya adalah Zat organik yang bersifat asam lemah, dimana

kelarutannya sangat dipengaruhi oleh pH pelarutnya. Kelarutan

MUHAMMAD AZHARI. S MUSDALIFAH AMIR


15020160076
KELARUTAN II

asam-asam organik lemah seperti barbiturat dan sulfonamide

dalam air akan bertambah dengan naiknya pH karena terbentuk

garam yang mudah larut dalam air. Sedangkan basa-basa organik

lemah seperti alkoholida dan anastetika lokal pada umumnya

sukar larut dalam air. Bila pH larutan diturunkan dengan

penambahan asam kuat maka akan terbentuk garam yang mudah

larut dalam air.


2. Pengaruh penambahan zat-zat lain (Surfaktan)
Surfaktan adalah suatu zat yang sering digunakan untuk menaikan

kelarutan suatu zat. Molekul surfaktan terdiri atas dua bagian yaitu

bagian polar dan non polar apabila didispersikan dalam air pada

konsentrasi yang rendah, akan berkumpul pada permukaan

dengan mengorientasikan bagian polar ke arah air dan bagian non

polar kearah udara, surfaktan mempunyai kecenderungan

berasosiasi membentuk agregat yang dikenal sebagai misel.

Konsentrasi pada saat misel mulai terbentuk disebut konsentrasi

misel kritik (KMK).


Kelarutan zat pada suhu tertentu didefinisikan sebagai konsentrasi

zat pelarut yang berada dalam kesetimbangan dengan fase zat terlarut.

Dalam larutan jenuh, tingkat dimana molekul-molekul atau ion

meninggalkan permukaan kristal adalah sama dengan tingkat di mana

molekul atau ion dilarutkan kembali dan menjadi bagian dari kristal padat.

pada suhu tertentu kelarutan atau konsentrasi zat terlarut dalam larutan

MUHAMMAD AZHARI. S MUSDALIFAH AMIR


15020160076
KELARUTAN II

adalah konstan, tetapi karena situasi dinamis, molekul yang identik atau

ion zat terlarut tidak terus-menerus ada (Parrot 1971, h. 377).


Dapar adalah senyawa-senyawa atau campuran senyawa yang

dapat meniadakan perubahan pH terhadap penambahan sedikit asam

atau basa. Peniadaan perubahan pH tersebut dikenal sebagai aksi dapar.

Kombinasi asam lemah dengan basa konjugasinya yaitu garamnya, atau

basa lemah dengan asam konjugasinya bertindak sebagai dapar (Martin

1993, h. 443).
Suatu larutan dikatakan dapar jika dapat menahan perubahan

aktifitas ion pada penambahan senyawa yang diharapkan mengubah

aktivitas ion tersebut. Kapasitas dapar berhubungan dengan jumlah

bahan yang mungkin ditambahkan ke dalam larutan tanpa menyebabkan

perubahan aktivitas ion yang berarti. Didefinisikan sebagai perbandingan

asam atau basa yang ditambahkan (dalam gram ekuivalen per liter) untuk

mengubah pH (dalam satuan pH). Kapasitas larutan dapar diatur

terhadap kondisi penggunaan, biasanya dengan pengaturan kadar

senyawa dapar (Ditjen POM 1995 h.62).


Dalam memilih pH lingkungan untuk kelarutan yang memadai, ada

beberapa faktor lain yang harus dipertimbangkan. pH yang memenuhi

persyaratan kelarutan tidak harus bertentangan dengan persyaratan

produk lain. Pemilihan suatu dapar harus konsisten dengan kriteria

berikut (Lachman 1994, h. 259) :


1. Dapar harus memenuhi kapasitas memadai dalam kisaran pH yang

diinginkan.
2. Dapar harus aman secara biologis untuk penggunaan yang dimaksud.

MUHAMMAD AZHARI. S MUSDALIFAH AMIR


15020160076
KELARUTAN II

3. Dapar hanya mempunyai sedikit atau tidak mempunyai efek merusak

terhadap stabilitas produk akhir.


4. Dapar harus memberikan rasa dan warna yang dapat diterima pada

produk.
Larutan dapar umumnya digunakan larutan dapar fosfat, larutan

dapar borat dan larutan dapar lain yang mempunyai kapasitas dapar

rendah. Jika disebutkan pH dalam paparan obat jadi, pengaturan pH

dilakukan dengan penambahan asam, basa (Ditjen POM 1979, h. 63).


Faktor yang mempengaruhi pH larutan dapar yaitu, penambahan

garam-garam netral ke dalam larutan dapar mengubah pH larutan

dengan berubahnya kekuatan ion. Perubahan kekuatan ion dan pH dapar

dapat disebabkan oleh pengenceran. Temperatur juga berpengaruh

terhadap larutan-larutan dapar. Kolthoff dan Tekelenburg menyatakan

isitilah koefisien temperatur pH yaitu penambahan pH akibat pengaruh

temperatur (Lachman 1994 h. 460).

B. Uraian Bahan
1. Aquades (Ditjen POM, 1979)

Nama Resmi : AQUA DESTILLATA

Sinonim : Air Suling

Rumus Molekul : H 2O

Rumus Struktur :H O H

MUHAMMAD AZHARI. S MUSDALIFAH AMIR


15020160076
KELARUTAN II

Pemerian :.Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,

tidak mempunyai rasa

Berat Molekul : 18,02 gr/mol

Kegunaan : Pelarut
2. Paracetamol (Ditjen POM, 1995)
Nama Resmi : PARACETAMOLUM
Nama Lain : Acetaminophenum
Berat Molekul : 151,16
Rumus Molekul : C8H9O2
Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian
etanol (95%), dalam 13 bagian aseton,
dalam 40 bagian gliserol dan dalam 9
bagian propilenglikol larut dalam 9
alkali hidroksida
Pemerian : Hablur atau serbuk hablur putih, tidak
berbau, rasa pahit.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari
cahaya
Kegunaan : Sebagai sampel
3. Tween 80 (Ditjen POM, 1979)
Nama Resmi : POLYSORBATUM 80
Nama Lain : Polisorbat 80
Pemerian : Cairan kental seperti minyak, jernih,
kuning, bau asam lemak, khas
Kekentalan : Lebih kurang 600 cp
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Penggunaan : Zat tambahan
4. Kalium Dihidrogen Fosfat (Ditjen POM, 1979)
Nama Resmi : Kalium Dihidrogen Fosfat
Berat Molekul : 136,09
Rumus Molekul : KH2PO4
Pemerian : Serbuk hablur, putih
Kelarutan : Mudah larut dalam air
5. Dikalium Hidrogen Fosfat (Ditjen POM, 1979)
Nama Resmi : Dikalium Hidrogen Fosfat
Rumus Molekul : K2HPO4
Pemerian : Serbuk hablur putih
Kelarutan : Larut dalam air

MUHAMMAD AZHARI. S MUSDALIFAH AMIR


15020160076
KELARUTAN II

BAB III
METODE KERJA
A. Alat Praktikum

Adapun alat yang digunakan yaitu Erlenmeyer, gelas kimia, gelas

ukur, pipet tetes, stirer, timbangan analitik, dan vial.

B. Bahan Praktikum

Adapun bahan yang digunakan yaitu aquadest, dikalium hidrogen

fosfat, kalium dihidrogen fosfat, parasetamol dan tween 80.

C. Cara Kerja
a. Pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat

Dibuat larutan tween 80 dengan konsentrasi : 0,1; 0,5; 1,0; 5,0;

10,0 dan 100 g/100ml, lalu ditambahkan 100 mg parasetamol ke

dalam masing-masing larutan, kemudian dikocok larutan dengan stirer

selama 2 jam. Jika ada endapan yang larut selama pengocokan

tambahkan lagi sejumlah tertentu parasetamol sampai diperoleh

larutan yang jenuh kembali, setelah itu disaring larutan dan ditentukan

kadar parasetamol yang larut, kemudian dibuat kurva antara kelarutan

parasetamol dengan konsentrasi tween 80 yang digunakan dan

ditentukan konsentrasi misel kritik (KMK) tween 80.

b. Membuat larutan dapar

MUHAMMAD AZHARI. S MUSDALIFAH AMIR


15020160076
KELARUTAN II

Dihitung jumlah asam dan garamnya atau basa dan garamnya

yang digunakan untuk membuat larutan dapar 6, 8 dan 10, setelah itu

dibuat dapar sesuai perhitungan diatas, kemudian diukur pH dari

larutan yang dibuat.

c. Pengaruh pH terhadap kelarutan suatu zat

Dibuat 25 ml larutan dapar fosfat dengan pH 6, 8 dan 10, lalu

Masing-masing larutan ditambahkan 100 mg parasetamol ke

dalamnya, setelah itu dikocok larutan dengan stirer selama 2 jam. Jika

ada endapan yang larut selama pengocokan tambahkan lagi sejumlah

tertentu parasetamol sampai diperoleh larutan yang jenuh kembali,

kemudian disaring larutan dan ditentukan kadar parasetamol yang

terlarut dalam masing-masing larutan dapar dengan cara

spektofotometri UV pada panjang gelombang 236 nm. Bila konsentrasi

larutan terlalu pekat encerkan dulu dengan larutan dapar yang sesuai,

setelah itu dibuat kurva hubungan antara konsentrasi zat yang

diperoleh dengan pH larutan.

MUHAMMAD AZHARI. S MUSDALIFAH AMIR


15020160076
KELARUTAN II

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
a. Tabel pengamatan larutan baku surfaktan

Ppm Absorbansi
8 0,260
10 0,322 Untuk :
12 0,395
14 0,462 a = -0,0102
16 0,526
b = 0,0336

r = 0,999

Konsentrasi Absorbansi Volume sampel


0,1 0,537
200 m
0,5 0,444
200 m
0,1 0,626

5 0,723
150 m
10 0,725
150 m
20 0,505

100 m

50 m

MUHAMMAD AZHARI. S MUSDALIFAH AMIR


15020160076
KELARUTAN II

Kurva surfaktan

10
9
8
7
6
5 konsentrasi
4 absorbansi
3
2
1
0
1
2
3
4

2. Tabel pengamatan larutan baku pH

Ppm absorbansi
Untuk :
4 0,228
6 0,371
8 0,505 a = 0,0378
10 0,637
12 0,77 b = 0,0615

r = 0,996

Konsentrasi Absorbansi Volume sampel


6 0,503
50 m
6 0,467
50 m
8 0,443

10 0,241
50 m

150 m

Kurva pH

MUHAMMAD AZHARI. S MUSDALIFAH AMIR


15020160076
KELARUTAN II

10

6
konsentrasi
4 absorbansi

0
1
2
3
4

1. Kelompok 1
Perhitungan baku surfaktan (konsentrasi 0,1 & 0,5)
Konsentrasi 0,1

Y = a+bx

y a
x = b x Fp

V . dit 100 mg
untuk Fp = V . sampel = 0,2 mL = 500

0,537(0,0102)
X2 = 0,0336 x 500

0,5472
= 0,0336 x 500= 8142,85 Ppm

8142,85
X2 = 1000 mL x 100 mL = 814,285 mg
814,285mg
X2 = 1000 g = 0,814 g

100 mL
Kelarutan = 0,814 g = 122,850 mL/g (Sukar larut)

Konsentrasi 0,5
Y = a+bx

MUHAMMAD AZHARI. S MUSDALIFAH AMIR


15020160076
KELARUTAN II

y a
x = b x Fp

V . dit 100 mg
untuk Fp = V . sampel = 0,2 mL = 500

0,444(0,0102) 0,4542
X1 = 0,0336 = 0,0336 x 500 = 6758,92 Ppm

6758,92
X = 1000 x 100 mL = 675,89 mg
675,89 mg
X = 1000 g = 0,675 g

100 mL
Kelarutan = 0,675 = 148,148 mL/g (Sukar larut)

Perhitungan Baku pH (pH 6)

Y = a+bx
y a
x = b x Fp

V . dit 100 mg
untuk Fp = V . sampel = 0 ,05 mL = 2000
0,503 0,0378
X1 = 0,0615 x 2000

0,4652
= 0,0615 x 2000 = 1512,845 Ppm

1512,845 mg
X = 1000 mL x 25 ml= 37,82 mg

37,82 mg
X = 1000 g = 0,03782 g

25 mL
Kelarutan = 0,03782 g = 661,02 (Sukar larut)

MUHAMMAD AZHARI. S MUSDALIFAH AMIR


15020160076
KELARUTAN II

2. Kelompok 2
Perhitungan Baku Surfaktan (Konsentrasi 1,0 dan 5,0)
Konsentrasi 1,0

Y = a+bx

y a
x = b x Fp

V . dit 100 mg
untuk Fp = V . sampel = 0,15mL = 666,67

0,626(0,0102)
X1 = 0,0336 x 666,67

0,6362
= 0,0336 x 666,67

0424
= 0,0336 = 12619 Ppm
12619 mg
X1 = 1000 mL x 100 ml= 1261,9 mg
1261,9
X1 = 1000 g = 1,2619 gram

100 mL
Kelarutan = 1,2619 g = 79,2455 mL/g (Agak sukar larut)

Konsentrasi 5,0

Y = a+bx

y a
x = b x Fp

V . dit 100 mg
untuk Fp = V . sampel = 0,15mL = 666,67

MUHAMMAD AZHARI. S MUSDALIFAH AMIR


15020160076
KELARUTAN II

0,723(0,0102)
X1 = 0,0336 x 666,67

0,733
= 0,0336 x 666,67

488,66
= 0,0336 = 14543,45 Ppm
14543,45 mg
X1 = 1000 mL x 100 ml= 1454,34 mg

1454,34 mg
X1 = 1000 g = 1,455 gram

100 mL
Kelarutan = 1,455 g = 68,728 mL/g (Agak sukar larut)

Perhitungan Baku pH (pH 8)

Y = a+bx

y a
X = b x Fp

V . dit 100 mg
untuk Fp = V . sampel = 0 ,05 mL = 2000

0, 443 0,0378
X = 0,0615 x 2000

0,4052
= 0,0615 x 2000

810,4
= 0,0615 = 13177,235 Ppm
13177,235 mg
X = 1000 mL x 25 mL = 329,43 mg

MUHAMMAD AZHARI. S MUSDALIFAH AMIR


15020160076
KELARUTAN II

329,43
X = 1000 g = 0,32943 gram
25 mL
Kelarutan = 0,32943 g = 75,88 mL/g (Agak sukar larut)

3. Perhitungan klp 3
Perhitungan Baku Surfaktan (Konsentrasi 10)

Y = a+bx

y a
x = b x Fp

V . dit 100 mL
untuk Fp = V . sampel = 0,1mL = 1000

0,725 (0,0102)
X = 0,0336 x 1000

0,7352
= 0,0336 x 1000

735,2
= 0,0336 = 21880,95 Ppm
21880,95 mg
X = 1000 mL x 100 mL

= 2188,095 mg
Perhitungan Baku pH 10
Y = a+bx
y a
x = b x Fp

V . dit 100 mg
untuk Fp = V . sampel = 0 ,15 mL = 666,67
0,241 0,0378
X = 0,0615 x 666,67

MUHAMMAD AZHARI. S MUSDALIFAH AMIR


15020160076
KELARUTAN II

0,2032
= 0,0615 x 666,67= 2.202,72 Ppm

2.202,72 Ppm
X = 1000 mL x 25 ml= 55,068 mg

4. Kelompok 4

Perhitungan surfaktan(Konsentrasi 20)


Y = a+bx

y a
x = b x Fp

V . dit 100 mg
untuk Fp = V . sampel = 0,05mL = 2000

0,505(0,0102)
X = 0,0336 x 2000

0,5152
= 0,0336 x 2000 = 3066,67 Ppm

3066,67 mg
X = 1000 mL x 100 ml = 306,67 mg
306,67 mg
X = 1000 g = 0,30667 g

PerhitunganpH (pH 6)
Y = a+bx
y a
x = b x Fp

V . dit 100 mg
untuk Fp = V . sampel = 0 ,05 mL = 2000
0,467 0,0378
X = 0,0615 x 2000

0,4292
= 0,0615 x 2000= 13957,72 Ppm

MUHAMMAD AZHARI. S MUSDALIFAH AMIR


15020160076
KELARUTAN II

13957,72 mg
X = 1000 mL x 25 ml= 348,94 mg

348,94 mg
X = 1000 g = 0,348 g

B. Pembahasan

Larutan adalah campuran homogen antara zat pelarut dan zat

terlarut. Kelarutan adalah kemampuan suatu zat melarut dalam pelarut

tertentu. Larutan pada umumnya dibagi menjadi tiga yaitu larutan jenuh

adalah larutan yang zat terlarutnya dapat melarut dalam zat pelarutnya

dalam konsentrasi yang maksimal. Larutan lewad jenuh terjadi pada saat

zat terlarut sudah melewati batas maksimal zat pelarut untuk

melarutkannya yang biasanya ditandai dengan terbentuknya endapan.

Lautan tak jenuh terjadi saat zat terlarut belum mencapai batas

maksimal zat pelarut untuk melarutkannya.

Dapar adalah senyawa-senyawa atau campuran senyawa yang

dapat meniadakan perubahan pH terhadap penambahan sedikit asam

atau basa. Peniadaan perubahan pH tersebut dikenal sebagai aksi dapar.

Kombinasi asam lemah dengan basa konjugasinya yaitu garamnya, atau

basa lemah dengan asam konjugasinya bertindak sebagai dapar (Martin

1993, h. 443).
Suatu larutan dikatakan dapar jika dapat menahan perubahan

aktifitas ion pada penambahan senyawa yang diharapkan mengubah

MUHAMMAD AZHARI. S MUSDALIFAH AMIR


15020160076
KELARUTAN II

aktivitas ion tersebut. Kapasitas dapar berhubungan dengan jumlah

bahan yang mungkin ditambahkan ke dalam larutan tanpa menyebabkan

perubahan aktivitas ion yang berarti. Didefinisikan sebagai perbandingan

asam atau basa yang ditambahkan (dalam gram ekuivalen per liter) untuk

mengubah pH (dalam satuan pH). Kapasitas larutan dapar diatur

terhadap kondisi penggunaan, biasanya dengan pengaturan kadar

senyawa dapar (Ditjen POM 1995 h. 62).


Mekanisme kerja dapar pospat yaitu bertindak sebagai larutan

penyangga dengan pH tertentu larutan dapar dapat mempertahankan pH

walaupun ditambahkan asam dan basa tidak akan mempengruhi pH

larutan dapar tersebut , Komposisi Dapar yaitu terdiri asam dan garam

atau basa dan garamnya tergantung pH yang ingin dibuat.

Faktor yang mempengaruhi pH larutan dapar yaitu, penambahan

garam-garam netral ke dalam larutan dapar mengubah pH larutan

dengan berubahnya kekuatan ion. Perubahan kekuatan ion dan pH dapar

dapat disebabkan oleh pengenceran. Temperatur juga berpengaruh

terhadap larutan-larutan dapar. Kolthoff dan Tekelenburg menyatakan

isitilah koefisien temperatur pH yaitu penambahan pH akibat pengaruh

temperatur (Lachman 1994 h. 460).

Surfaktan terdiri dari dua bagian yaitu bagian polar dan non polar,

bila didispersikan dalam air pada konsentrasi rendah akan berkumpul

pada permukaan. Percobaan ini menggunakan stirer dalam

MUHAMMAD AZHARI. S MUSDALIFAH AMIR


15020160076
KELARUTAN II

pengerjaannya dimana paracetamol dikocok dengan stirer selama 1 jam.

Hal ini dimaksudkan agar didapatkan campuran yang homogen.

Surfaktan yang digunakan pada percobaan ini adalah tween-80

dengan berbagai konsentrasi yang akan meningkatkan kelarutan

paracetamol. Hubungan suatu surfaktan mempengaruhi kelarutan

paracetamol yaitu dimana surfaktan adalah suatu zat yang sering

digunakan untuk menaikkan kelarutan suatu zat. Oleh karena surfaktan

mempunyai kecenderungan berasosiasi membentuk agregat yang

dikenal dengan misel dimana misel ini dapat menaikkan kelarutan

paracetamol yang larut dalam 70 bagian air . Dengan penambahan

surfaktan terdiri dua bagian yaitu bagian polar dan non polar, bila

didispersikan dalam air pada konsentrasi rendah, akan berkumpul pada

permukaan dengan mengorientasikan bagian polar ke arah bagian air.

Pada percobaan pengaruh pH dilakukan dengan mengambil 25 mL

larutan dapar posfat dengan beberapa pH tertentu lalu dilarutkan dengan

parasetamol dan dikocok dengan stirrer selama 1 jam sampai terbentuk

larutan jenuh, sama dengan percobaan sebelumnya jika selama

pengocokan belum didapatkan endapan yang larut maka ditambahkan

lagi sejumlah parasetamol berlebih sampai didapatkan endapan larut

yang terbentuk, itu bertujuan untuk mendapatkan larutan yang jenuh atau

lewat jenuh. Setelah itu, disaring dan ditentukan kadarnya pada alat

spektrofotometri.

MUHAMMAD AZHARI. S MUSDALIFAH AMIR


15020160076
KELARUTAN II

Pada percobaan ini alat dan bahan yang digunakan penting untuk

dijaga kebersihan dan kemurniannya karna dapat mempengaruhi hasil

akhir.

Aplikasi dari materi percobaan ini sangat penting dalam bidang

farmasi, sebab dapat membantu para farmasis untuk memilih medium

pelarut yang paling baik untuk obat atau kombinasi obat, membantu

mengatasi kesulitan-kesulitan tertentu yang timbul pada waktu

pembuatan larutan farmasetis dan lebih jauh lagi, dapat bertindak

sebagai standar atau uji kemurnian.

Faktor yang mempengaruhi pH larutan dapar yaitu, penambahan

garam-garam netral ke dalam larutan dapar mengubah pH larutan

dengan berubahnya kekuatan ion. Perubahan kekuatan ion dan pH dapar

dapat disebabkan oleh pengenceran. Temperatur juga berpengaruh

terhadap larutan-larutan dapar. Kolthoff dan Tekelenburg menyatakan

isitilah koefisien temperatur pH yaitu penambahan pH akibat pengaruh

temperatur (Lachman, 1994).

MUHAMMAD AZHARI. S MUSDALIFAH AMIR


15020160076
KELARUTAN II

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang didapat berdasarkan pengukuran

kelarutan paracetamol pada alat spektrofotometer adalah Kelarutan

paracetamol pada pada masing- masing surfaktan, yaitu kelarutan

paracetamol pada surfaktan konsentrasi 0,1 adalah 122,850 g/mL,

konsentrasi 0,5 adalah 148,148 g/mL, konsentrasi 1,0 adalah 79,2455

g/mL, konsentrasi 5,0 adalah 68,728 g/mL, konsentrasi 10,0 adalah 71,16

g/mL, dan untuk 100 mg/100 mL air adalah 62,66 g/mL. Kelarutan

paracetamol pada pada masing masing larutan dapar pH 6, 8, dan 10,

kelarutan paracetamol adalah 661,02 g/mL, 75,88 g/mL, dan 84,00 g/mL.

5.2 Saran

Sebaiknya dalam praktikum dikerjakan bersama-sama dan teliti

agar semua praktikan bisa mengetahui cara pengerjaannya tidak dipisah-

pisahkan dan sebaiknya asisten selalu mendampingi praktikan dalam

melakukan percobaan agar tidak terjadi kesalahan.

DAFTAR PUSTAKA

MUHAMMAD AZHARI. S MUSDALIFAH AMIR


15020160076
KELARUTAN II

Ditjen POM 1979, Farmakope Indonesia edisi III, Jakarta, Depkes RI

Ditjen POM 1995, Farmakope Indonesia edisi IV, Jakarta, Depkes RI

Lachman L dkk 1994, Teori dan Praktek Farmasi Industri II, Edisi III, UI Press,

Jakarta.

Martin A 1993, Farmasi Fisik, Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Parrot LE 1971, Pharmaceutical Technologi, Mineapolish, Burgess Publishing

Company.

LAMPIRAN

MUHAMMAD AZHARI. S MUSDALIFAH AMIR


15020160076
KELARUTAN II

SKEMA KERJA

A. Pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat


Buatlah larutan tween 80 dengan konsentrasi 0,1; 0,5; 1,0; 5,0; 10,0

dan 100 g/100 ml



Tambahkan 100 mg parasetamol kedalam masing-masing larutan

Kocok larutan dengan stirer selama 1,5 jam

Saring larutan dan tentukan kadar parasetamol yang larut

Buatlah kurva antara kelarutan parasetamol dengan konsentrasi tween

80 yang digunakan

Tentukan konsentrasi misel kritik (KMK) tween 80

B. Membuat larutan dapar


Hitung jumlah asam dan garamnya atau basa dan garamnya yang

digunakan untuk membuat larutan dapar 6, 8 dan 10



Buatlah dapar perhitungan diatas

Ukur pH larutan yang dibuat
C. Pengaruh Ph terhadap kelarutan suatu zat
Buatlah 25 ml larutan dapar fosfat dengan pH 6, 8 dan 10

Masing-masing larutan ditambahkan 100 mg parasetamol ke

dalamnya

MUHAMMAD AZHARI. S MUSDALIFAH AMIR
15020160076
KELARUTAN II

Kocok larutan dengan stirer selama 1,5 jam



Saring larutan dan tentukan kadar parasetamol yang terlarut dalam

masing-masing larutan dapar dengan cara spektofotometri UV pada

panjang gelombang 236 nm.



Bila konsentrasi larutan terlalu pekat encerkan dulu dengan larutan

dapar yang sesuai



Buatlah kurva hubungan antara konsentrasi zat yang diperoleh dengan

pH larutan

LAMPIRAN PERHITUNGAN
1. Untuk dapar pH 6
[ garam ]
a) pH = pKa + log [ asam ]

[ garam ]
6 = 7,21 + log [ asam ]

MUHAMMAD AZHARI. S MUSDALIFAH AMIR


15020160076
KELARUTAN II

[ garam ]
=
log [ asam ] 6 7,21 = -1,21

[ garam ]
= anti log 1,21
log [ asam ]
[ garam ]
[ asam ] = 0,062
[ garam ] = 0,062 [ asam ]
2
HPO4

2
HPO4
b) = 2,3 C x
Ka [ )



Ka

6,16 108 106
0,01 = 2,3 C x ( 6,16 108 +106 )
2

6,16 1014
0,01 = 2,3 C x ( 0,0616 106 +106 )
2

14
6,16 10
0,01 = 2,3 C x ( 1,0616 106 )
2

6,16 1014
0,01 = 2,3 C x 1,0616 1012
0,01 = 2,3 C x 5,47 x 10-2
0,01 = 12,581 x 10-2 C
0,01
=0,079
C = 12,581 102

c) C = [ garam ] + [ asam ]

0,079 = 0,062 [ asam ] + [ asam ]

0,079 = 1,062 [ asam ]

MUHAMMAD AZHARI. S MUSDALIFAH AMIR


15020160076
KELARUTAN II

0,079
[ asam ] = =0,074
1,062

[ garam ] = 0,062 x [ asam ]


= 0,062 x 0,074
= 4,6 x 10-3 mol
gram( X ) 1000 ml
d) Untuk asam = Berat Molekul V

X 1000 ml

0,074 = 174,174 10 ml

12,88 = 100 X
12,88
X = 100 = 0,13 gram atau 130 mg.

gram( X ) 1000 ml
e) Untuk garam =
Berat Molekul V
X 1000ml

4,6 x 10-3 = 136,09 100 ml

X = 6,26014 x 10-3

X = 0,00626014 gram atau 6 mg

2. Untuk dapar pH 8
[ garam ]
a) pH = pKa + log [ asam ]
[ garam ]
8 = 7,21 + log [ asam ]
[ garam ]
=
log [ asam ] 6 7,21 = 1,21

[ garam ]
[ asam ] = 16,218
[ garam ] = 16,218 [ asam ]

MUHAMMAD AZHARI. S MUSDALIFAH AMIR


15020160076
KELARUTAN II

2
HPO4

2
HPO4
b) = 2,3 C x
Ka [ )



Ka

8 6
6,16 10 10
0,01 = 2,3 C x ( 6,16 108 +106 )
2

6,16 1014
0,01 = 2,3 C x ( 0,0616 106 +106 )
2

14
6,16 10
0,01 = 2,3 C x ( 1,0616 106 )
2

6,16 1014
0,01 = 2,3 C x 1,0616 10
12

0,01 = 2,3 C x 5,47 x 10-2


0,01 = 12,581 x 10-2 C
0,01
=0,079
C = 12,581 102

c) C = [ garam ] + [ asam ]

0,079 = 16,218 [ asam ] + [ asam ]

0,079 = 17,218 [ asam ]


0,079
[ asam ] = =4,588
x 10-3
17,218

[ garam ] = 16,218 x 4,588 x 10-3


= 74, 408 x 10-3
gram( X ) 1000 ml
d) Untuk asam = Berat Molekul V

X 1000 ml

0,074 = 174,174 10 ml

MUHAMMAD AZHARI. S MUSDALIFAH AMIR


15020160076
KELARUTAN II

12,88 = 100 X
12,88
X = 100 = 0,13 gram atau 130 mg.

gram( X ) 1000 ml
e) Untuk garam =
Berat Molekul V
X 1000ml

74,408 x 10-3 = 136,09 10 ml
X
100 mL
74,408 x 10-3 = 136,09

10, 126 x 184 x 10-3 = 100 gram


gram = 101, 261 x 10-3
massa = 0,101 gram
3. Untuk dapar pH 10

[ garam ]
a). pH = pKa + log [ asam ]

[ garam ]
10 = 12,67 + log [ asam ]
[ garam ]
=
log [ asam ] 10 12,67 = -2,67

[ garam ]
-3
[ asam ] = 2,137 x 10
[ garam ] = 2,137 x 10-3 [ asam ]

2
HPO4

2
HPO4
b . = 2,3 C x
Ka [ )



Ka

MUHAMMAD AZHARI. S MUSDALIFAH AMIR


15020160076
KELARUTAN II
13 6
2,13 x 10 10
0,01 = 2,3 C x ( 2,13 x 1013+106 )
2

2,13 x 1019
0,01 = 2,3 C x ( 0,000000213 106 +106 )
2

19
2,13 x 10
0,01 = 2,3 C x ( 0,000000213 106 )
2

2,13 x 1019
0,01 = 2,3 C x 1,000000213 1012

2,13 x 1019
0,01 = 2,3 C x 1,000000436 1012
0,01 = 2,3 C x 2,129 x 10-7
0,01 = 4,896 x 10-7 C
0,01
C = 4,896 x 107

= 2,0424 x 10-3 x 107


= 2, 0424 x 104
= 20,424

c). C = [ garam ] + [ asam ]

20,424 = [ asam ] + [ asam ]


2,13 x 1013

20,424 = 0,002137 [ asam ]


20,424
[ asam ] = =20.380,4
0,002137

[ garam ] = 2,137 x 10-3 x 20.380,4


= 43, 552

gram( X ) 1000 ml
d). Untuk asam =
Berat Molekul V

X 1000 ml
20.380,4
= 174,174 10 ml

MUHAMMAD AZHARI. S MUSDALIFAH AMIR


15020160076
KELARUTAN II

3.549.735,7= X 100

X = 35.497,357
gram( X ) 1000 ml
e). Untuk garam = Berat Molekul V

X 1000ml

43,552 = 136,09 10 ml

5.926,991= 100 x gram


gram = 59,269
massa = 59,269 gram

MUHAMMAD AZHARI. S MUSDALIFAH AMIR


15020160076

Anda mungkin juga menyukai