Anda di halaman 1dari 14

Bab II

PEMBAHASAN

1. Metabolisme energi saat berolahraga

Pada awal suatu kegiatan olahraga, sumber energi terdapat pada adenosin trifosfat
(ATP) yang di sediakan oleh otot, Ketika fosfat dikeluarkan dari ATP energi yang disediakan
memungkinkan kemampuan otot pada tubuh untuk bergerak. Setiap proses atau kegiatan pada
olahraga selalu menggunakan ATP sebagai sumber energi utama. ATP dihidrolisis oleh enzim
yang disebut ATPase yang menghasilkan pembentukan adenosin difosfat (ADP). Kreatin
fosfat (PCR) dapat dengan cepat menggantikan ATP sebagai sumber energi berikutnya. Pada
anaerobik pemecahan glikogen dalam otot di glikolisis untuk pembentukan ATP dan asam
laktat setelah PCR mendominasi, sedangkan aerobik mendominasi sekitar 60s dan seterusnya.
Berikut ini merupakan mekanisme pemroduksi energi dan durasi latihan saat berlangsung.

Durasi latihan mulai dari 0 sampai 130 second atau menit dan proses energi yang di
sampaikan terdapat 0 sampai 100 sebagai energi maximal. Saat durasi latihan melebihi 0
menit energi dari ATP sebesar 50% dalam tubuh, setelah 10 menit energi di produksi dari
PCR, menit 50 energi yang berasal dari glikolisis anareobik. Dan sebagaiman yang di
jelaskan tadi 60s atau menit kemudian energi berasal dariproses aerobik.

Glikogen dalam otot merupakan penyedia bahan bakar yang paling penting untuk
olahraga intensitas tinggi dan kegiatan yang berkepanjangan. Glikogen merupakan

1
polisakarida yang terdiri dari sejumlah besar unit glukosa monosakarida bergabung
bersamaan dengan dua jenis ikatan obligasi. Ketika glikogen dalam otot terpecah untuk
menghasilkan energi melibatkan reaksi penghilangan molekul glukosa di bawah pengaruh
enzim glikogen dalam fosforilase. Proses pemutusan molekul glukosa dari glikogen yang
dikenal sebagai glikogenolisis. Produk glukosa awal adalah glukosa 1 fosfat yang kemudian
di ubah menjadi glukosa 6fosfat glikolisis rangkaian proses yang terjadi di sitoplasma sel
menghasilkan pembentukan dua molekul asam piruvat dan ATP. Jika aktivitas tersebut hebat
asam piruvat mengarah pada pembentukan asam laktat meskipun dalam keadaan latihan yang
sebagaian besar terbentuk asam piruvat melalui jalur aerobik untuk menghasilkan
karbondioksida dan air. Persediaan energi menggambarkan perubahan besar pada sumber
energinya untuk setiap fase saat latihan maksimal. Misalnya latihan selama 20 menit pada
intensitas maksimal sekitar 40% dari energi berasal dari PCR, 50% dari Glikolosis, dan 10%
dari aktivitas aerobik.

2. Mekanisme energi saat berolahraga

Mekanisme energi saat seseorang melakukan olahraga hal yang perlu di perhatikan
adalah pada regulasi metabolismenya, hormon dan siklik AMP dan yang ketrakhir efektor
allosterik dalam penyediaan energi dalam tubuhnya.

Regulasi metabolisme

Untuk memastikan bahwa ATP yang disediakan cepat atau lambat, harus ada regulasi
dari proses metabolisme. Ketentuan seperti ini pada umumnya di kontrol selama kondisi tetap
selama latihan dengan sirkulasi hormon disekresi oleh kelenjar endokrin seperti kelenjar
adrenal atau pankreas. Hormon yang disekresikan oleh kelenjar meliputi adrenalin
(epinefrin), noradrenalin (norepinefrin), glukagon, dan insulin, hormon tersebut memediasi
efek dengan cara pengaktifan enzim dalam sel. Namun dengan latihan intensitas cepat , tidak
ada peluang bagi hormon untuk mengatur aktivitas energi dalam hitungan detik. Dalam
proses ini pergantian energi dilakukan pada aktifitas sel.

Hormon dan Siklik AMP

2
Pada dasarnya ada tiga kelas hormon, hormon-hormon tersebut adalah amina sedang,
hormon peptida dan hormon steroid. Hormon amina termasuk adrenalin katekolamin
(epinefrin) dan noradrenalin (norepinefrin), hormon peptida termasuk glukagon dan insulin
,sedangkan hormon steroid termasuk seks hormon estrogen dan testosteron. Peptida dan
hormon amina mempengaruhi sel-sel target dengan melekat ke reseptor pada membran
plasma dan beralih pada produksi siklik AMP (cAMP).

Siklik AMP mana-mana dan dalam contoh pertama biasanya mengaktifkan


proteinkinase yang tidak aktif, yang pada gilirannya mengaktifkan berbagai enzim yang tidak
aktif dalam sel target. Setelah enzim tidak aktif telah diaktifkan, mereka melakukan peran
metabolisme mereka. Gambar.1 menggambarkan bagaimana adrenalin (epinefrin)
mengaktifkan glikogen fosforilasa enzim untuk memecah glikogen, sedangkan gambar. 2
menunjukkan bagaimana rincian persediaan trigliserida dalam jaringan adiposa juga diatur
oleh adrenalin (epinefrin) melalui produksi cAMP. Rincian trigliserida mengarah pada
pembentukan asam lemak dan gliserol, dan dikenal sebagai lipolisis. Hormon hormon utama
terkait dengan pengaturan metabolisme energi adalah hormon amina dan peptida, meskipun
kortisol,hormon steroid dan hormon pertumbuhan juga mempengaruhi proses metabolisme.
Hormon-hormon ini sebagai jaringan target mereka, baik otot, jaringan adiposa atau hati, dan
mengatur proses glikogenolisis, glikolisis, lipolisis, glukoneogenesis, dan glycogenesis,
serta degradasi protein dan sintesis. Tabel 1 menunjukkan proses apa yang dipengaruhi oleh
hormon dalam jaringan.

3
4
Efektor Allosterik

Proses metabolisme yang terliba dalam produksi energi dan penyimpanan diatur oleh
hormon. Pertanyaan yang muncul adalah apakah hormon mempengaruhi proses metabolisme
cukup cepat untuk menghasilkan ATP dalam waktu yang singkat, aktivitas intens. Dalam
keadaan seperti itu tidak mungkin bahwa hormon seperti adrenalin (epinefrin) dapat
menghidupkan glikogenolisis cukup cepat, sehingga ada kebutuhan untuk menyalakan
fosforilasa glikogen lebih cepat. Hal ini dicapai dengan pelepasan kalsium (Ca2 +) ion dari
retikulum sarkoplasma selama kontraksi otot, dan Ca2 + langsung mengaktifkan fosforilasa
glikogen. Seperti aktivasi (atau hambatan) dari enzim oleh produk sel adalah contoh
peraturan alosterik. Regulator alosterik termasuk ATP, ADP, amonia, asam sitrat, dan produk
dari proses yang sedang dikatalisis oleh enzim itu sendiri.

3. Metabolisme Aerobic dan Anaerobic

Olahraga akan terdiri dari kombinasi dua jenis aktivitas yaitu aktivitas yang bersifat
aerobik dan aktivitas yang bersifat anaerobik. Kegiatan atau jenis olahraga yang bersifat
ketahanan seperti jogging, marathon, triathlon dan juga bersepeda jarak jauh merupakan
jenis olahraga dengan komponen aktivitas aerobik yang dominan. Selanjutnya untuk kegiatan
olahraga yang membutuhkan tenaga besar dalam waktu singkat seperti angkat berat, push-up,
sprint atau juga loncat jauh merupakan jenis olahraga dengan komponen komponen aktivitas
anaerobik yang dominan.

A. Metabolisme Aerobik
Metabolisme aerobik akan memproduksi energi melalui ATP, yang terjadi
dalam mitokondria dan melibatkan pengaruh terhadap kerjasama 2 jalur
metabolisme : yang pertama siklus krebs, dan rangkaian transport elektron. Fungsi
utama dari siklus krebs selain memanggil siklus asam sitrat adalah untuk melengkapi
oxidasi (penghilangan hydrogen) dari karbohidrat ,lemak, atau protein menggunakan
NAD dan FAD sebagai pembawa hidrogen (energi). Pentingnya penghilangan
hidrogen adalah bahwa hidrogen melindungi energi potensial dari molekul makanan.
Energi tersebut dapa6t digunakan rangkaian transport elektron untuk menggabungkan
ADP + Pi untuk pembaruan energi dari ATP. Oksigen tidak berpartisipasi pada reaksi
dari siklus krebs, tetapi akhirnya hidrogen menerima akhir rangkaian elektron. Proses
dari aerobik memproduksi ATP disebut oxidative phorylation, memudahkan untuk
berfikir aerobic memproduksi ATP sebagai 3 tahap proses. Yang pertama generasi

5
kunci dua molekul carbon acetyl CoA, yang kedua oxidation dari acetyl CoAdalam
siklus krebs tahap yang ketiga proses dari oxidative phosporilasi. Pada rangkaian
elektron terlihat secara detail pada siklus krebs dan rangkaian elektron berikut.

B. Metabolisme Anaerobic

Sangat mudah dan oleh karena itu metode paling cepat memproduksi energi
pada ATP melibatkan donasi dari kelompok phospate dan kandungan energi dari PC to
ADP dari ATP. Reaksi tersebut (dari PC dan ADP ke ATP) di katalis oleh enzim
creatine kinase. Dengan cepat ATP dipecah menjadi ADP+Pi pada awal latihan. ATP
memperbaiki lewat reaksi dari PC. Meskipun sel otot menyediakan hanya jumlah
kecil untuk PC, dan dengan demikian jumlah total dari ATP yang dapat membentuk
reaksi yang terbatas. Combinasi penyediaan ATP dan PC disebut sistem ATP-PC atau
sistem phospagen yang menyediakan energi untuk kontraksi otot saat permulaan
latihan dan ketika latihan jangka pendek dan intensitas tinggi. Reformasi PC
membutuhkan ATP dan terjadi hanya selama istirahat saat latihan. Pengaruh dari
sistem ATP-PC pada atletik dapat menjadi pertimbangan jangka pendek intensitas
latihan seperti lari 50 meter, lompat tinggiangkat berat atau pada pemain sepak bola
yang lari melampaui 10 meter. Semua aktivitas memerlukan hanya beberapa detik
untuk komplit dan membutuhkan pesatnya persedian dari ATP. Sistem ATP-PC
penyedia sederhan satu reaksi enzim untuk menghasilkan ATP selama semua jenis
aktivitas. Kenyataannya bahwa proses dari PC mungkin menuju batasan latihan
jangka pendek . intensitas tinggi telah menyebabkan penelanan jumlah besar dari
creatin dapat memperbaiki penampilan saat latihan. Kedua saraf metabolik mampu
untuk memproduksi ATP dengan cepat tanpa melibatkan dari oksigen tanpa
melibatkan glykolisis. Glikolisis sendiri terlibat dalam penurunan dari glukosa atau
glykogen untuk membentuk 2 molekul asam pyruvic atau asam laktat yang telah
ditetapakan secara sederhana glykolisis dalam anaerobik. Saraf digunakan untuk
mengirim ikatan energi dari glukosa untuk menggabungkan P i ke ADP. Proses ini
melibatkan serangkaiaan enzimatis katalispenggabungan reaksi. Glykolisis terdapat
pada sarkoplasma di sel otot dan memproduksi penambahan dua molekul bersih dari
ATP dan dua molekul.

Reaksi antara glukosa dan pyruvat bisa dianggap 2 fase perbedaan, fase
investasi energi dan fase generasi energi. Pertama lima reaksi membentuk fase

6
investasi energi dimana penyimpanan ATP harus digunakan untuk pembentuk gula
phospate. Meskipun hasil akhir dari glykolisis adalah memproduksi energi. Glikolisis
harus dalam keadaan primaoleh penambahan dari ATP pada awal jalur. Tujuan dari
ATP formal adalah penambhan kelompok phospate untuk glukosa dan fruktosa
6phospate. Perhatian jika glykolisis dimulai dengan glikogen sebagai substrat hanya
diperlukan satu ATP. Glykogen tidak di perlukan fosforilasi oleh ATP, tapi
terfosforilasi oleh inorganik phospate. Reaksi yang terakhir dari glykolisis adalah
mewakili fase generasi energi dari glykolisis.

4. Metabolisme Karbohidrat dalam berolahraga


Karbohidrat merupakan sumber energi yang paling penting untuk olahraga yang
intens dan berkepanjangan, dan disimpan sebagai Glikogen di dalam otot sebagai sumber
energi. selain otot, pada hati glukosa didorong keluar ke dalam darah. Pada perbandingan
dengan persediaan lipid, karbohidrat terbatas dengan jumlah total kurang lebih 500g dalam
tubuh. Otot mengandung sekitar 300g glikogen, ketika otot memuat karbohidrat simpanan
glikogen meningkat 500 atau 600g. Sementara itu persediaan glikogen dalam hati sekitar
150g. Persediaan Glikogen dalam hati dipengaruhi dengan diet dan latihan sepanjang
persediaan persediaan dengan makan karbohidrat tinggi dan dipisahkan dengan salah satu
latihan atau puasa yang berlangsung sangat lama. Sesungguhnya, setelah puasa semalaman
persediaan glikogen dalam hati bisa menjadi sangat berkurang. Jumlah energi yang
terkandung dalam simpanan karbohidrat dapat diperkirakan dengan cara mengalikan jumlah
keseluruhan dengan 3,75 atau 16 gram, yang merupakan Kandungan energi dari karbohidrat
dalam kkal atau kJ masing masing. Karena itu 300g kandungan glikogen dalam otot berisi
1125 kkal atau 4800kj energi. Glikogen dihasilkan dari glukosa yang dibawa otot atau hati
dalam darah dan diatur oleh hormon insulin.proses ini muncul setelah menelan makanan yang
mengandung karbohidrat. Peningkatan tingkat sirkulasi darah insulin menghasilkan
peningkatan penyerapan glukosa dengan otot selanjutnya kemasan dari glukosa yang ada di
glikogen untuk membuat molekul glikogen yang lebih besar. Enzim kunci yang bertanggung
jawab untuk proses glycogenesis adalah glikogen sintesa.

7
5. Metabolisme Lemak dalam berolahraga

Persediaan metabolisme lemak berbeda dengan karbohidrat. Karena masing masing


mengandung molekul lemak sebesar 9 kkal (38kj) energi. Lebih dari dua kali energi yang
terkandung pada karbohidrat, dan berguna membuat lemak yang berguna sumber
penyimpanan kompak. Lemak di simpan sebagai trigliserida, yang pada dasarnya merupakan
molekul gliserol yang melekat pada tiga asam lemak. Persediaan utama dari trigleserida dapat
di temukan dalam jaringan adiposa, meskipun juga dapat di temukan dalam sel otot.
Trigleserida di produksi bila ada selisih antara jumlah asupan lemak atau apabila ada
kelibihan jumlah konsumsi karbohidrat. Asam lemak dari makanan yang di cerna menjadi
terikat ke molekul gliserol untuk menghasilkan trigliserida. Jika dalam konsumsi karbohidrat
berlebih, glukosa digunakan untuk menghasilkan baik gliserol dan asam lemak, yang bersama
sama membentuk sebuah molekul trigliserida. Untuk memperkirakan jumlah energi di
persediaan lemak pertama tama di perlukan untuk menentukan berapa banyak lemak yang
ada. Hal ini dilakukan dengan memperkirakan berapa persen lemak dalam tubuh baik
menggunakan langkah langkah lipatan kulit atau scan DEXA atau berat dalam air. Rata
rata lemak dalm tubuh anak laki laki muda bervariasi antara 10 sampai 20%, dan untuk
wanita 20-30%. Dalam aplikasinya jika mengambil contoh ada anak laki laki yang memiliki
berat badan 70 kg dengan lemak tubuh di perkirakan 15%, maka kandungan lemak yang di
milikinya adalah 10.5 kg( 15% dari berat badan). Untuk mengetahui kandungan energi perlu
memperbanyak asam lemak dalam gram oleh 9 atau 38 untuk mendapatkan nilai kkal atau Kj.
Kandungan energi sendiri adalah sebanyak 94.500 kkal atau 399.000 Kj limpahan persediaan
energi. Pada atlet dengan tubuh yang rendah lemak pada saat bersepeda mengandung nilai
lemak 5%dalam tubuhnya. Dan dapat mencukupi latihan dengan durasi yang lama.

6. Energi Untuk latihan dari beberapa dosis intensitas olahraga

Dosis olahraga berkaitan dengan metabolisme energi dalam tubuh, tubuh harus dapat
menyediakan energi untuk beberapa dosis intensitas yang berbeda. Antara lain intensitas
tinggi, berkepanjangan dan berselang. Berikut akan dibahas tentang pengaturan energi untuk
melakukan beberapa dosis intensitas saat latihan.

8
A.Latihan dengan intensitas tinggi

Latihan intensitas tinggi adalah latihan yang pelaksanaannya tidak tetap dan dengan
demikian cenderung akan dipertahankan lebih panjang anatra 5 menit sebelum terjadi
kelelahan. Sumber utama untuk latihan intensitas tinggi adalah dari ATP, PCR dan
glikogen otot. Dan sumber sumber energi tersebut berasal dari sitoplasma dan dapat
digunakan secara cepat dalam perolehan energi saat berada di sitoplasma. Sedangkan
lemak tidak dapat digunakan untuk intensitas seperti ini karena akan pecah dalam
mitokondria. Penelitian menggunakan otot biopsy sebagai sempel latihan intensitas tinggi
menunjukkan setelah dalam waktu 30 menit saat berlari 80% energi berasal dari sumber
energi anaerobik. Penelitian ini mengungkapkan bahwa durasi latihan dengan intensitas
selama 6 menit telah menghasilkan ATP, PCR dan glikogen pada otot yang habis sebesar
ATP= 9%, PCR= 35%, dan Glikogen otot= 17%. Sedangkan setelah 30 menit mengalami
penurunan ATP= 44%, PCR= 66%, dan Glikogen otot= 30%. Kelelahan yang dapat
didefinisikan sebagai ketidak mampuan dalam mempertahankan intensitas olahraga yang
dilakukan paling sering dianggap sebagai akumulasi asam laktat dan meningkatnya
keasaman dan pengurangan PH karena ion H+ . hal ini karena asam laktat memecah
menjadi ion laktat dan ion hidrogenyang dapat menurunkan PH.

B. Latihan dengan intensitas berkepanjangan

Intensitas latihan ini yang memungkinkan aktivitas berkepanjangan tergantung pada


tingkat pelatihan. Sumber energi utama selama latihan tersebut awalnya karbohidrat dari
glikogen otot dan glukosa darah, tetapi ketika latihan berlangsung ada ketergantungan lebih
besar pada asam lemak dari persedian intramuscular trigliserida dari jaringan adiposa.
Gambar 2 menunjukkan perubahan penggunaan lemak pada latihan berlangsung selama 60
menit, dan menunjukkan peralihan dari karbohidrat utamaterhadap oksidasi lemak yang
dominan sekitar 20 menit setelah latihan berlangsung. Waktunya lama karena kebutuhan
untuk merangsang lipolisis dan kemudian melepas asam lemak di bawah pengaruh hormon
adrenalin dan insulin.

9
C.Latihan berselang

Banyak olahraga yang mengharuskan atlet untuk terlibat dalam aktivitas berulang
dengan intensitas tinggi dengan aktivitas yang lebih rendah. Misalnya, sebuah permainan
sepak bola terdiri dari 1% berlari, 4% perpindahan tempat, 32% joging, 48% berjalan kaki
dan 15% berdiri. Dengan demikian olahraga sepak bola membutuhkan 95% sumber energi
dari aerobik dan 5 % dari anaerobik. Ini berarti bahwa mayoritas energi berasal dari
persediaan karbohidrat dan lemak. Keletihan selama latihan berselang hasil dari
hipoglikemia, penurunan glikogen otot, dan dehidrasi selama latihan berkepnjangan.
Walaupun di samping peningkatan secara bertahap dan berkelanjutan dalam konsentrasi asam
laktat saat fase aktivitas intens juga dapat menjadi salah satu penyebabnya. Untuk
menjelaskan poin pada glikogen pada otot yang mungkin menjadi faktor kelelahan saat
melakukan aktivitas latihan berselang. Penemuan dari hasil penelitian mengenai sepakbola
dapat dilihat pada tabel 1. Hal ini dapat dilihat bahwa para pemain sepak bola saat memulai
pertandingan kandungan glikogen pada otot sangat rendahuntuk jarak tempuh setengah
permainan sepak bola dan kemmpuan saat berlari sangat kurang.

10
11
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Saat seorang atlit atau seseorang yang akan melakukan aktivitas olahraga, energi
merupakan sarat wajib jika akan melakukan olahraga. Baik itu olahraga aerobik atau an
aerobik. Dalam tubuh sumber energi terdapat pada adenosin trifosfat atau ATP yang tersedia
pada otot. Saat melakukan olahraga ATP tidak selalu berperan sebagai sumber energi yang
kekal dalam penyediaannya, hal ini didasari jika ATP tidak dapat menghasilkan energi maka
kreatine fosfat (PCR) aka menggantikan sebagai sumber energi berikutnya. Saat melakukan
olahraga perlu di perhatikan regulasi metabolismenya, hormon dan siklik AMP dan efektor
allosteriknya. Pada regulasi hormon saat selama latihan dengan sirkulasi hormon disekresi
oleh kelenjar endokrin seperti kelenjar adrenal atau pankreas. Hormon akan disekresikan oleh
kelenjar meliputi adrenalin, noradrenalin, glukagon, dan insulin, hormon tersebut memediasi
efek dengan cara pengaktifan enzim dalam sel. Saat latihan dengan intensitas cepat , tidak ada
peluang bagi hormon untuk mengatur aktivitas energi dalam hitungan detik. Dalam proses ini
pergantian energi dilakukan pada aktifitas sel.
Sumber energi yang paling penting saat berolahraga antara lain karbohidrat dan
lemak. Pada karbohidrat simpanannya pada glikogen yang ada pada otot dan hati. Kandungan
karbohidrat pada otot sebanyak 500-600 gram pada hati 150 gram. Sedangkan lemak
disimpan di trigliserida , lemak merupakan molekul gliserol yang melekat pada tiga asam
lemak. Rata rata lemak dalam tubuh seorang anak laki laki muda bervariasi antara 10
sampai 20%, dan untuk wanita 20-30%. Setelah energi dari karbohidrat dan lemak, dalam
pengaturan Dosis olahraga berkaitan dengan metabolisme energi dalam tubuh, tubuh harus
dapat menyediakan energi untuk beberapa dosis intensitas yang berbeda. Antara lain
intensitas tinggi, berkepanjangan dan berselang.

12
3.2 SARAN

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah yang berjudul Metabolisme energi
dalam berolahraga ini masih belum sempurna. Tujuan dari penulisan makalah ini adalah
supaya seseorang pelaku olahraga dapat mengetahui pentingnya energi dalam tubuh,
bagaimana mekanisme persediaan energi pada tubuh, dan pengaturan dosis dan intensitas
serta pengaturan energinya. Semoga dengan adanya makalah ini, semua dapat memahaminya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Gedhe, H. 2007. Metabolisme anaerob,(Online),(


http://gedehace.blogspot.com/2007/05/metabolisme-anaerob_10.html )
Syachrul, S. 2009. Metabolisme energi tubuh dan olahraga, (Online),
(http://chalusport.blogspot.com/2010/03/metabolisme-energi-tubuh-dan-olahraga.html
.)

Syamsudin, E. 2010 Olahraga sehat sebagai terapi, (Online),


(http://flawlessimagine.blogspot.com/2010/03/olahraga-sebagai-terapi.html)

Pssp lab. 2006 Polton Sports & performance Lab, (Online), (


http://www.pssplab.com/journal/06.pdf)

Arief, B 2008. Manfaat Olahraga aerobik, (Online ) ,


(http://ariefboy.multiply.com/reviews/item/5)

K. Birch dkk. Sport and exercise physiology, 2005. Taylor & Francis e-Library,

14

Anda mungkin juga menyukai