Anda di halaman 1dari 13

1

DAFTAR ISI

Kata pengantar............................................................................................1

Daftar isi......................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG...........................................................................3
B. RUMUSAN MASALAH......................................................................5
BAB II ISI...............................................................................................6-11

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN..................................................................................... 11
B. SARAN.................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...13
2

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat sehingga Makalah dengan judul Universal precautions ini dapat terselesaikan
pada waktunya, makalah ini di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah tugas yang
ditetapkan oleh dosen.
Makalah Ini tidak akan terwujud tanpa bantuan beberapa pihak yang sedianya siap
membantu dan memberi support dan dorongan pada saat proses pembuatan makalah
Universal precautions, Akhir kata, semoga apa yang telah kami kerjakan ini dapat
bermanfaat bagi siapa saja yang membaca makalah ini .

Sorong, Agustus 2016

Penyusun
3
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Universal precautions merupakan pedoman pengendalian infeksi yang


dilaksanakan oleh seluruh petugas pelayanan kesehatan terhadap semua pasien, pada
setiap tindakan dan dilakukan di semua tempat pelayanan kesehatan yang bertujuan
untuk mengendalikan infeksi secara konsisten serta mencegah penularan bagi pasien
maupun petugas kesehatan . Pedoman ini bertujuan untuk melindungi petugas kesehatan
dan pasien dari transmisi mikroorganisme serta mengurangi kemungkinan penularan
penyakit infeksi. Universal Precautions merupakan suatu pedoman internasional yang
sangat penting dan serius untuk dilaksanakan oleh semua petugas kesehatan ( dokter,
perawat, bidan, petugas laborat, petugas radiologi, petugas kebersihan, petugas
pengelolaaan linen, dan petugas pegelolaan instrument bedah) pasien serta pengunjung
yang beresiko terpapar cairan serta darah atau terinfeksi penyakit di lingkungan RSUP .
Petugas kesehatan khususnya perawat kamar bedah harus menggunakan prinsip ini tanpa
memandang penyakit atau diagnosanya dengan asumsi bahwa setiap pasien yang dirawat
atau dilakukan tindakan pembedahan memiliki resiko menularkan penyakit.

Tindakan universal precautions dilakukan di semua tempat pelayanan pasien di


rumah sakit seperti di instalasi gawat darurat, instalasi rawat inap, instalasi sterilisasi,
laboratorium, instalasi rawat jalan, dan unit pencucian linen. Salah satu tempat pelayanan
pasien yang memiliki resiko tinggi untuk terjadinya penularan virus hepatitis B, virus
hepatitis C, dan HIV/AIDS adalah pelayanan keperawatan di Instalasi Bedah Sentral.
Instalasi Bedah Sentral merupakan tempat yang beresiko tinggi terjadinya penularan
penyakit infeksi karena perawat selalu
4

bersinggungan dengan darah, cairan tubuh pasien dan penggunaan benda tajam yang
berpotensi terjadinya perlukaan.

Universal precautions dirancang dan diterapkan secara rutin dalam perawatan


seluruh pasien di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, baik pasien
sudah terdiagnosa infeksi, diduga infeksi atau kolonisasi. Universal precautions juga
diterapkan ketika petugas kesehatan kontak dengan cairan infeksius seperti darah, cairan
sekresi, ekskresi (kecuali keringat), luka pada kulit, selaput lendir, cairan semen, cairan
sendi, cairan amnion, cairan vagina, cairan serebrospinal, ASI dan cairan perikardium.
Kegiatan utama universal precautions meliputi tindakan mencuci tangan untuk mencegah
infeksi silang, pemakaian alat pelindung diri (sarung tangan, apron, masker, kacamata ),
pengelolaan benda tajam, pengelolaan sampah, pengelolaan alat kesehatan habis pakai
dan pengelolaan sanitasi ruangan. Menghindari terjadinya resiko kerja terpapar kuman
pathogen pada petugas pelayanan kesehatan perlu adanya suatu strategi tindakan
pencegahan yang menyeluruh.

Universal precautions sangat direkomendasikan seperti penggunaan sarung


tangan, sepatu pelindung kaki, masker, scort, dan kacamata pelindung saat berhubungan
dengan darah atau cairan lendir yang mengandung darah atau elemen darah sebagai
antisipasi. Universal precautions merekomendasikan bahwa sangat tidak mungkin untuk
mengetahui semua pasien yang positif terkena HIV, HBV, HCV. Semua pasien dianggap
potensial memiliki kuman pathogen . Pelaksanaan universal precautions relatif telah
menunjukkan pengurangan angka penularan dan resiko infeksi.

Penerapan universal precautions diharapkan akan mendapat perlindungan


maksimal dari infeksi yang telah didiagnosis maupun yang belum diketahui. Universal
precautions juga berguna untuk menurunkan transmisi infeksi saluran kemih, infeksi luka
operasi, pneumonia, sepsis, dan phlebitis pada individu dan tenaga kesehatan sehingga
dapat diterapkan di semua unit pelayanan kesehatan maupun perorangan. Universal
precautions juga diharapkan dapat melindungi petugas dari resiko terpajan oleh infeksi,
begitu sebaliknya dapat melindungi klien yang mempunyai kecenderungan rentan
terhadap segala infeksi yang mungkin terbawa oleh petugas.
5

2. Rumusan Masalah

Universal Precautions merupakan upaya yang dilakukan oleh seluruh tenaga


kesehatan untuk mengendalikan dan mengurangi resiko penyebaran infeksi pada saat
melakukan setiap tindakan dan dilakukan disemua tempat pelayanan kesehatan tanpa
memandang status infeksi pasien . Permasalahan yang terjadi pada tenaga kesehatan
adalah tidak melaksanakan universal precautions dengan baik. Faktor yang
mempengaruhi perilaku universal precautions adalah supervisi. Pentingnya universal
precautions yang bertujuan untuk mengendalikan serta mengurangi resiko infeksi bagi
petugas kesehatan dan pasien namun masih banyak perawat yang belum melaksanakan
universal precautions secara menyeluruh, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah apakah terdapat hubungan antara supervisi dengan perilaku universal
precautions pada perawat di Instalasi Bedah SentraL.
6
BAB II

ISI

A. Pengertian
Universal Precaution (Kewaspadaan universal) adalah langkah sederhana pencegahan infeksi
yang mengurangi resiko penularan dari patogen yang ditularkan melalui darah atau cairan tubuh
diantara pasien dan pekerja kesehatan.

Universal precautions (Kewaspadaan Universal) merujuk pada praktek, dalam kedokteran,


menghindari kontak dengan cairan tubuh pasien, dengan cara pemakaian barang seperti sarung
tangan medis, kacamata, dan perisai wajah. Praktek ini diperkenalkan pada 1985-88. [1] [2]
Pada tahun 1987, praktek Universal precautions telah disesuaikan dengan seperangkat aturan
yang dikenal sebagai isolasi zat tubuh. Pada tahun 1996, kedua praktik tersebut diganti dengan
pendekatan terbaru yang dikenal sebagai kewaspadaan standar (perawatan kesehatan). Saat ini
dan di isolasi, praktek Universal precautions memiliki makna sejarah.

B. Sejarah pentingnya Universal precautions


Di bawah Universal precautions semua pasien dianggap pembawa kemungkinan patogen
melalui darah. Pedoman yang direkomendasikan memakai sarung tangan ketika mengambil atau
penanganan darah dan cairan tubuh yang terkontaminasi dengan darah, memakai perisai hadapi
ketika ada bahaya percikan darah pada selaput lendir dan membuang semua jarum dan benda
tajam dalam wadah tahan tusukan.
Universal precautions dirancang untuk dokter, perawat, pasien, dan pekerja perawatan kesehatan
dukungan yang diperlukan untuk datang ke dalam kontak dengan pasien atau cairan tubuh. Ini
termasuk staf dan orang lain yang mungkin tidak datang ke dalam kontak langsung dengan
pasien.

C. Penggunaan
Universal precautions yang biasanya dilakukan dalam lingkungan di mana para pekerja terkena
cairan tubuh, seperti:
1. Darah
2. Semen
3. Sekresi vagina
7
4. synovial cairan
5. cairan ketuban
6. Cerebrospinal cairan
7. cairan pleura
8. peritoneal cairan
9. perikardial cairan

Cairan Tubuh yang tidak memerlukan tindakan pencegahan seperti:


1. Tinja
2. Nasal sekresi
3. Urine
4. Muntahan
5. Keringat
6. Dahak
7. Air liur

Universal precautions adalah teknik pengendalian infeksi yang dianjurkan mengikuti wabah
AIDS di tahun 1980-an. Setiap pasien diperlakukan sebagai jika tindakan pencegahan terinfeksi
dan karena itu dilakukan untuk meminimalkan risiko.
Pada dasarnya, Universal precautions kebiasaan kebersihan yang baik, seperti mencuci tangan
dan penggunaan sarung tangan dan hambatan lainnya, penanganan yang tepat pada jarum suntik
dan pisau bedah, dan teknik aseptik.

Peralatan
Pakaian pelindung seperti:
1. Gaun
2. Sarung tangan
3. Eyewear (kacamata)
4. Perisai wajah

D. Tambahan tindakan pencegahan


Pencegahan tambahan digunakan selain untuk kewaspadaan universal untuk pasien yang
diketahui atau diduga memiliki kondisi menular, dan bervariasi tergantung pada pengendalian
infeksi diperlukan pasien tersebut. Tindakan pencegahan tambahan tidak diperlukan untuk
infeksi melalui darah, kecuali ada komplikasi. Kondisi menunjukkan tindakan pencegahan
tambahan:
8
1. Prion penyakit (misalnya, penyakit Creutzfeldt-Jakob)
2. Penyakit dengan transmisi udara ditanggung (misalnya, TBC)
3. Penyakit dengan transmisi tetesan (misalnya, gondok, rubella, influenza, pertusis)
4. Transmisi melalui kontak langsung maupun tidak langsung dengan kulit kering (misalnya,
kolonisasi dengan MRSA) atau permukaan yang terkontaminasi atau kombinasi di atas.

E. Standard Kewaspadaan
1. Cuci tangan
2. Pakai sarung tangan saat menyentuh cairan tubuh, kulit tak utuh dan membran mukosa
3. Pakai masker, pelindung mata, gaun jika darah atau cairan tubuh mungkin memercik
4. Tutup luka dan lecet dengan plester tahan air
5. Tangani jarum dan benda tajam dengan aman
6. Buang jarum dan benda tajam dalam kotak tahan tusukan dan tahan air
7. Proses instrumen dengan benar
8. Bersihkan tumpahan darah dan cairan tubuh lain segera dan dengan seksama
9. Buang sampah terkontaminasi dengan aman

F. Prosedur pencegahan infeksi


1. Cuci tangan
Cuci tangan adalah cara pencegahan infeksi yang penting. Cuci tangan harus dilakukan dengan
benar , sebelum melakukan tindakan.
Sarana untuk cuci tangan :
a. Air mengalir
b. Sabun dan detergan
c. Larutan anti septic

Langkah Cuci Tangan

2. Alat pelindung diri (APD)


Adalah peralatan yang dirancang untuk melindungi pekerja dari kecalakaan atau penyakit yang
serius ditempat kerja akibat kontak dengan potensi bahaya. Jenis pelindung APD antara lain : sarung
tangan,masker (pelindung wajah), kacamata (pelindung mata), penutup kepala (kap), gaun
pelindung, alas kaki (pelindung kaki).

3. Pengelolaan alat bekas pakai


Bertujuan untuk mencegah penyebaran infeksi melalui alat kesehatan, atau untuk menjamin alat
9
tersebut dalam kondisi steril dan siap pakai. Penatalaksanaan pengelolaan alat bekas pakai melalui 4
tahap kegiatan yaitu : dekontaminasi, pencucian, sterilisasi atau DTT, dan penyimpanan.

4. Pengelolaan alat tajam


Penyebab utama HIV adalah terjadinya kecelakaan kerja seperti tertusuk jarum atau alat tajam yang
tercemar.

Membuang benda tajam


1. Buang jarum dan spuit segera setelah digunakan diwadah benda tajam yang tahan tusukan
2. Jangan isi wadah melebihi ketinggian tiga perempat penuh
3. Insinerasi wadah pembuang benda tajam

5. Pengelolaan limbah
Limbah rumah sakit atau di pelayanan kesehatan adalah limbah yang dihasilkan oleh seluruh
kegiatan rumah sakit dan limbah yang terbanyak adalah limbah infeksium yang memerlukan
penerangan khusus.

6. Dalam Universal Precaution Tidak direkomendasikan


a. Sterilisasi panas kering karena tergantung listrik & waktu yang lama
b. Sterilisasi kimia karena waktu yang lama & glutaraldehid-beracun
c. Merebus instrument karena merupakan bentuk dari DTT
d. Menyimpan instrumen dalam antiseptik cair karena tidak efektif
e. Membakar instrument tidak efektif

Pencegahan HIV Dalam Kondisi Darurat

Penyuntikan yang aman


1. Minimalkan kebutuhan menangani jarum dan spuit
2. Gunakan spuit dan jarum steril sekali pakai untuk setiap penyuntikan
3. Tangani spuit dan jarum dengan aman
4. Tata ruang kerja untuk mengurangi risiko cedera
5. Gunakan vial dosis tunggal sebagai ganti vial multi dosis
6. Jika vial adalah untuk multi dosis, hindari meninggalkan jarum di karet penutup vial
7. Setelah dibuka, simpan vial multi dosis di kulkas
10
8. Jangan menutup kembali jarum
9. Posisikan dan peringatkan pasien dengan benar untuk penyuntikan
10. Praktekkan pembuangan limbah tajam medis yang aman

Paparan Kerja: PPPK


1. Luka akibat jarum atau benda tajam yang sudah dipakai dan kulit terluka
a. Jangan dipijat atau digosok
b. Segera cuci dengan air dan sabun atau cairan chlorhexidine gluconate
c. Jangan gunakan cairan yang keras. Pemutih atau yodium akan mengiritasi luka
2. Percikan darah atau cairan tubuh pada kulit yang luka
a. Cuci segera. Jangan gunakan desinfektan yang kuat
3. Percikan pada mata
a. Airi mata segera dengan air atau normal saline
b. Miringkan kepala ke belakang dan minta teman menuangkan air atau normal saline
c. Jangan gunakan sabun atau desinfektan pada mata
4. Percikan pada mulut
a. Ludahkan segera
b. Basuh mulut dengan menyeluruh menggunakan air atau saline. Ulang beberapa kali
c. Jangan gunakan sabun atau desinfektan pada mulut
d. Laporkan kejadiaan dan minum PEP jika ada indikasi.
Memastikan transfusi darah aman dan rasional
1. Mengumpulkan darah hanya dari Donor sukarela yang tidak dibayar dengan risiko rendah terkena
infeksi yang ditularkan lewat transfusi (TTI) dan kriteria donor darah yang ketat
2. Memeriksa semua darah yang didonorkan untuk TTI, golongan darah dan kompatibilitas;
3. Pemakaian darah yang sesuai secara klinis dan pemakaian alternatif dan obat untuk
meminimalkan transfusi yang tidak perlu
4. Praktek Transfusi aman di tempat tidur dan pembuangan kantung, jarum dan tabung darah yang
aman.
11

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis yang telah diuraikan diatas sebelumnya, maka pada bagian akhir
ini penulis dapat membuat beberapa kesimpulan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku dalam menerapkan universal precaution di Pusat Layanan Kesehatan Qatar, yaitu:

1. Sebagian besar perawat Indonesia yang bekerja di Qatar adalah laki laki dengan prosentase 84,6 % ,
sedangkan perawat perempuan sebanyak 15,4%.

2. Sebagian besar perawat Indonesia berusia kurang dari 40 tahun, dengan prosentase 65,4 %,,
sedangkan responden yang berusia diatas 40 tahun sebanyak 34,6%.

3. Sebagian besar Perawat Indonesia berpendidikan DIII, sebanyak 65,4%, kemudian perawat
berpendidikan SPK sebanyak 23,1%, sedangkan yang berpendidikan sarjana 11,5%.

4. Ditinjau dari pengalaman kerja, secara umum perawat Indonesia sudah memiliki pengalaman kerja
yang cukup lama, yaitu 11,5% masa kerja 6 10 tahun, dan 88,5% dengan masa kerja > 10 tahun.

5. Perawat Indonesia yang bekerja di pusat layanan kesehatan Qatar tersebar di beberapa lokasi kerja,
seperti ; 13,5% bekerja di ambulans, 25,0% bekerja di klinik, 7,7% bekerja di rumah sakit,
sedangkan sebagian besar (53,8%) bekerja di ambulans dan klinik.

6. Terdapat hubungan antara ketersediaan sarana dan prasarana dengan perilaku perawat Indonesia
dalam menjalankan prosedur tindakan pencegahan universal di lingkungan kerja.

7. Tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan perawat tentang prosedur tindakan pencegahan
universal terhadap perilaku perawat Indonesia dalam menjalankan prosedur tindakan pencegahan
universal di pusat layanan kesehatan.

8. Tidak terdapat hubungan antara sikap perawat terhadap penerapan prosedur tindakan pencegahan
universal dengan perilaku perawat Indonesia dalam menjalankan prosedur tindakan pencegahan
universal di pusat layanan kesehatan.
9. Tidak terdapat hubungan antara motivasi perawat terhadap penerapan prosedur tindakan pencegahan
universal dengan perilaku perawat Indonesia dalam menjalankan prosedur tindakan pencegahan
universal di lingkungan kerja
12
B. Saran

Berdasarkan hasil pembahasan diatas, penulis mencoba memberikan saran yang


diharapkan dapat meningkat perilaku dalam menerapkan universal precaution dalam praktek
keperawatan sehari hari lebih baik lagi. Saran tersebut diantaranya:

1. Perawat professional dalam menjalankan peran dan fungsinya disarankan untuk secara konsisten
dalam menerapkan universal precaution secara tepat sesuai kondisi pasien yang dihadapi

2. Untuk organisasi perawat Indonesia di Qatar untuk mempertahankan standard mutu perawat
Indonesia, dengan cara mengadakan seminar dan diskusi ilmiah. Institusi tempat bekerja, senantiasa
menjaga ketersedian sarana dan prasarana guna menunjang perawat dalam menerapkan universal
precaution secara tepat.

3. Pengalaman penelitian ini dapat menjadikan pemicu bagi peneliti untuk bekerja lebih baik lagi dan
dapat mengaplikasikan ilmu yang telah didapat selama kuliah.

4. Sedangkan bagi peneliti selanjutnya, hasil ini dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya
dengan memperluas subjek penelitian, merubah atau menambahkan variable yang lainnya seperti
tingkat pendidikan, tingkat pengalaman kerja, persepsi, sumber dana dan lain-lain.
13
DAFTAR PUSTAKA

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/141/jtptunimus-gdl-wansuzusin-7018-4-babv.pdf

http://curhatnisa.blogspot.co.id/2011/05/universal-precaution.html

Anda mungkin juga menyukai