Anda di halaman 1dari 45

EFEK OBAT

BY MUHAMMAD AFQARY
PENDAHULUAN
Pada umumnya obat mempunyai lebih dari satu aksi
atau efek:
Efek obat yang diharapkan untuk menyembuhkan
penyakit disebut dengan efek terapi. Misalnya ketika
demam, kemudian diberikan parasetamol sehingga
demamnya hilang, maka efek terapi dari parasetamol
adalah menurunkan demam (antipiretik).

Efek suatu obat yang tidak termasuk dalam kegunaan


terapi, efek tersebut dinamakan efek samping obat.
Contohnya CTM efek samping yaitu menidurkan.
PARAMETER FARMAKOLOGI
1. Farmakokinetik
Farmakokinetika merupakan aspek farmakologi
yang mencakup nasib obat dalam tubuh yaitu
absorbsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresinya
(ADME).
Obat yang masuk ke dalam tubuh melalui
berbagai cara pemberian umumnya mengalami
absorpsi, distribusi, dan pengikatan untuk sampai di
tempat kerja dan menimbulkan efek. Kemudian
dengan atau tanpa biotransformasi, obat diekskresi
dari dalam tubuh
a. Absorbsi
Absorpsi, merupakan proses penyerapan obat dari
tempat pemberian
b. Distribusi
Obat didistribusikan ke seluruh tubuh melalui sirkulasi
darah
c. Biotransformasi/Metabolisme
Proses perubahan struktur kimia obat dalam tubuh yg
dikatalisis oleh enzim. Molekul obat dibuat lebih polar
agar mudah diekskresi
d. Ekskresi
Obat dikeluarkan dari tubuh melalui berbagai organ
ekskresi dalam bentuk metabolit hasil biotransformasi
2. Farmakodinamik
Mempelajari efek obat terhadap fisiologi
dan biokimia berbagai organ tubuh serta
mekanisme kerjanya.

Tujuan Mempelajari Mekanisme Kerja


Obat:
a. Untuk meneliti efek utama obat
b. Mengetahui interaksi obat dengan sel
c. Mengetahui urutan peristiwa serta
spektrum efek dan respon yang terjadi
MEKANISME KERJA OBAT

Efek obat umumnya timbul karena


interaksi obat dengan reseptor pada
sel suatu organisme.

Interaksi obat dengan reseptornya ini


mencetuskan perubahan biokimiawi
dan fisiologi yang merupakan respons
khas untuk obat tersebut
OBAT TUNGGAL VS OBAT KOMBINASI

Basicly suatu penyakit dapat diobati oleh satu obat.


Obat harus ditetapkan dosis dan frekuensi
pemakaiannya dalam sehari sebab umumnya obat
digunakan untuk pemakaian berulang.
Frekuensi pemakaian ditetapkan berdasarkan
parameter farmakokinetiknya seperti tetapan
kecepatan eliminasi
Semakin kecil tetapan kecepatan eliminasi, maka
semakin berkurang frekuensi pemakaiannya
dibandingkan dengan obat yang mempunyai
tetapan kecepatan eliminasi yang lebih besar
Jika seseorang mendapatkan dua
jenis obat atau lebih yang
mempunyai waktu paruh biologis
berbeda maka frekuensi
pemakaiannya seharusnya berlainan

Aspek-aspek tersebut di atas


dipelajari di dalam ilmu
farmakokinetik
TUNGGAL VS KOMBINASI
CONTOH : OBAT FLU (TUNGGAL &KOMBINASI)

Obat flu tunggal mengandung satu macam zat


aktif yang mampu menghilangkan satu atau lebih
gejala flu.
Contoh, obat flu tunggal yang mengandung zat
aktif parasetamol atau asetaminofen dapat
mengatasi gejala pusing atau sakit kepala dan
demam.
CONTOH OBAT FLU TUNGGAL
Obat flu tunggal yang mengandung zat
aktif dekstrometorfan hanya akan
menghilangkan batuk saja (antitusif).

Obat flu yang hanya mengandung


bromheksin hanya mengencerkan dahak
saja sehingga mudah dikeluarkan
(ekspektoran)
OBAT FLU TUNGGAL
Dalam menjatuhkan pilihan
terhadap obat flu tunggal,
konsumen harus mengenali betul
gejala yang dirasakan saat itu
sehingga dapat dengan tepat
teratasi oleh zat aktif tunggal
dalam obat flu tersebut
OBAT FLU KOMBINASI
Sering kali konsumen menjatuhkan
pilihan pada obat flu tipe ini karena
dari kemasan tertera banyaknya
gejala yang dapat diatasi dengan
obat flu kombinasi ini sekalipun
terkadang penderita tidak
merasakan semua gejala tersebut
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
OBAT FLU KOMBINASI
KELEBIHAN: Dapat mengatasi beberapa gejala
sekaligus dengan satu kali penggunaan (praktis).

KEKURANGAN: Sering kali kombinasinya lebih


dari tiga zat aktif (polifarmasi) atau mengandung
lebih dari satu zat aktif yang aksi farmakologisnya
atau khasiatnya sama, tetapi tidak bekerja secara
sinergis sehingga tubuh penderita terpapar obat
berlebihan tanpa memberikan efek terapi yang
berbeda secara signifikan.
KOMBINASI YG DISARANKAN
Menurut American Medical
Association (AMA), kombinasi yang
disarankan adalah mengandung tidak
lebih dari tiga komponen zat aktif dari
golongan farmakologi yang berbeda,
atau tidak mengandung lebih dari
satu zat aktif dari setiap golongan
farmakologi yang sama
CONTOH
KOMPOSISI OBAT FLU
* Asetaminofen (demam, nyeri, atau pusing),
* Fenilpropanolamin HCl (pelega hidung),
* Levo-N-etilefedrina HCl (pelega
napas/bronkodilator),
* CTM (antialergi),
* Dekstrometorfan (antitusif/penekan batuk), dan
* Gliseril guaikolat (ekspektoran/pengencer dahak)
tertulis di kemasan "meredakan flu disertai batuk", Obat
ini relatif laris dibeli oleh penderita flu bahkan
yang tidak ada gejala batuk sama sekali
OBAT FLU TERSEBUT TEPAT????
1. Komposisi obat flu tersebut lebih dari tiga zat aktif tidak
direkomendasikan oleh AMA.
2. Belum tentu dari keenam komponen tersebut
semuanya dibutuhkan untuk meredakan gejala yang
dialami penderita saat itu.
3. Ada komponen yang punya aksi farmakologis yang
bertentangan (antagonistik), yaitu antitusif dan
ekspektoran
CONTOH LAIN
KOMPOSISI OBAT FLU
Kombinasi empat macam, yaitu
fenilpropanolamin, CTM, asetaminofen, dan
salisilamida

Kombinasi obat flu ini juga kurang sesuai karena


mengandung lebih dari tiga zat aktif dan terdapat
komponen dengan aksi farmakologis yang sama
(asetaminofen dan salisilamida). Pemilihan obat
dengan aksi yang berlebihan ataupun tanpa ada
indikasinya tentu akan relatif berbahaya bagi
tubuh
TINJAUAN FARMAKOKINETIK

Dari pustaka dan hasil penelitian sebelumnya


diketahui parasetamol memiliki waktu paruh
eliminasi antara 13 jam sedangkan
fenilpropanolamin hidroklorida memiliki waktu
paruh eliminasi antara 36 jam
Apabila kombinasi obat tersebut diberikan
secara berulang (misalnya tiga kali dalam
sehari) maka parasetamol dengan waktu paruh
elimasi 1 jam tidak akan menimbulkan akumulasi
tetapi fenilpropanolamin hidroklorida dengan
waktu paruh eliminasi 6 jam akan memiliki
indeks akumulasi (R) diatas 1
QUESTION:
OBAT KOMBINASI DILARANG??
Monoterapi tak cukup memberikan kontrol tekanan
darah yang efektif terhadap pasien dengan berbagai
faktor risiko seperti diabetes, stroke, penyakit jantung
koroner, pasien lanjut usia, dan gemuk
Kombinasi obat chloroquine dan artemisinin diyakini
lebih baik daripada obat tunggal dalam mengatasi
resistensi malaria terhadap obat
Kombinasi obat sukses saat digunakan untuk
kemoterapi pasien kanker serta berhasil
memperpanjang hidup pengidap HIV/AIDS
TERAPI KOMBINASI
APAKAH MERUGIKAN??
Pengobatan Hipertensi dengan kombinasi Obat
Telmisartan dan HCTZ sangat efektif menurunkan
tekanan darah sistolik pada lanjut usia dan pasien dengan
berbagai risiko (diabetes, stroke, penyakit jantung koroner,
dan kegemukan)
Keuntungan terapi kombinasi:
1. Adanya dua zat aktif dalam satu tablet hingga mudah
dan praktis dipakai.
2. Biaya terapi yang lebih rendah
3. Dosisnya lebih kecil daripada dosis monoterapi sehingga
efek samping yang terjadi relatif juga lebih rendah
KOMBINASI OBAT TUBERCULOSIS
Pasien TB harus meminum kombinasi obat-obat
TB paling tidak 12 tablet/kapsul sehari pada fase
intensif, yaitu kombinasi Isonizid (H), Rifampisin
(R), Pyrazinamide (Z) Ethambutol (E) 3 kali
sehari dengan lamanya pengobatan selama 2
bulan. 4 bulan selanjutnya merupakan fase
lanjutan dengan meminum paling tidak 6
tablet/kapsul dalam sehari berupa kombinasi RH
(atau EH selama 6 bulan) menyebabkan pasien
tidak patuh.
KEBIJAKAN WHO
WHO menganjurkan penggunaan kombinasi
2,3,4 obat anti TB dalam satu tablet. Untuk itu
sebagian besar negara mengganti sediaan
tunggal dengan sediaan fix dose combination
(FDC/KDT).

Manfaatnya:
1. Meningkatkan kepatuhan pasien
2. Efek terapi sama dengan obat tunggal
EFEK OBAT KOMBINASI
Efek adisi, efek penjumlahan dari efek masing2
obat
Efek sinergis, efek kombinasi yg sama dengan
jumlah dari kegiatan kedua zat (adisi) atau
melebihi jumlah tsb (potensiasi).
Efek potensiasi, timbulnya efek yg lebih besar
daripada jumlah efek kedua obat
Efek antagonis, yaitu efek yg berlawanan,
misalnya striknin dan barbital.
Interaksi Obat
INTERAKSI OBAT
Interaksi obat paling tidak melibatkan 2
jenis obat,
- Obat obyek, yakni obat yang aksinya atau
efeknya dipengaruhi atau diubah oleh obat
lain.
- Obat presipitan (precipitan drug), yakni
obat yang mempengaruhi atau mengubah
aksi atau efek obat lain.
PENGGOLONGAN INTERAKSI
MENURUT MEKANISMENYA
1. Interaksi farmasetik,

2. Interaksi famakokinetik,

3. Interaksi farmakodinamik
INTERAKSI FARMASETIK
Interaksi ini merupakan interaksi fisiko-kimiawi
di mana terjadi reaksi fisiko-kimiawi antara
obat-obat sehingga mengubah
(menghilangkan) aktifitas farmakologik obat
Contoh : reaksi antara obat-obat yang dicampur
dalam cairan secara bersamaan, misalnya
dalam infus atau suntikan . Misalnya campuran
penisilin (atau antibiotika beta-laktam yang lain)
dengan aminoglikosida dalam satu larutan tidak
dianjurkan.
PRECAUTION!
Jangan memberikan suntikan campuran
obat kecuali kalau yakin betul bahwa
tidak ada interaksi antar masing-masing
obat.
Dianjurkan sedapat mungkin juga
menghindari pemberian obat bersama-
sama lewat infus.
Selalu perhatikan petunjuk pemberian
obat dari pembuatnya (manufacturer
leaflet), untuk melihat peringatan pada
pencampuran dan cara pemberian obat
(terutama untuk obat-obat parenteral
misalnya injeksi, infus dan lain-lain)
Sebelum memakai larutan untuk pemberian infus,
intravenosa atau yang lain, perhatikan bahwa tidak ada
perubahan warna, kekeruhan, presipitasi dan lain-lain
dari larutan.
Siapkan larutan hanya kalau diperlukan saja. Jangan
menimbun terlalu lama larutan yang sudah dicampur,
kecuali untuk obat-obat yang memang sudah tersedia
dalam bentuk larutan seperti metronidazol , lidakoin
DLL.
Botol infus harus selalu diberi label tentang jenis
larutannya, obat-obat yang sudah dimasukkan,
termasuk dosis dan dan waktunya.
Jika harus memberi per infus dua macam obat, berikan
lewat 2 jalur infus, kecuali kalau yakin tidak ada
interaksi. Jangan ragu-ragu konsul apoteker RS.
INTERAKSI FARMAKOKINETIK
Interkasi farmakokinetik terjadi
bila obat presipitan
mempengaruhi atau mengubah
proses absorpsi, distribusi (ikatan
protein), metabolisme, dan
ekskresi dari obat-obat obyek.
INTERAKSI DALAM PROSES ABSORBSI
Perubahan (penurunan) motilitas gastrointestinal oleh
karena obat-obat seperti morfin atau senyawa-
senyawa antikolinergik dapat mengubah absorpsi obat-
obat lain.
Kelasi yakni pengikatan molekul obat-obat tertentu
oleh senyawa logam sehingga absorpsi akan
dikurangi, oleh karena terbentuk senyawa kompleks
yang tidak diabsorpsi. Misalnya kelasi antara tetrasiklin
dengan senyawa logam berat akan menurunkan
absorpsi tetrasiklin.
Makanan juga dapat mengubah absorpsi obat-obat
tertentu, misalnya: umumnya antibiotika akan menurun
absorpsinya bila diberikan bersama dengan makanan
INTERAKSI DISTRIBUSI
Interaksi dalam proses distribusi terjadi terutama
bila obat-obat dengan ikatan protein yang lebih kuat
menggusur obat-obat lain dengan ikatan protein
yang lebih lemah dari tempat ikatannya pada
protein plasma. Sehingga kadar obat bebas yang
tergusur ini akan lebih tinggi pada darah dengan
segala konsekuensinya, terutama terjadinya
peningkatan efek toksik.
Contoh, meningkatnya efek toksik dari antikoagulan
warfarin atau obat-obat hipoglikemik (tolbutamid,
kolrpropamid) karena pemberian bersamaan
dengan fenilbutason, sulfa atau aspirin.
INTERAKSI DALAM METABOLISME
1. Pemacuan enzim (enzyme induction)
Suatu obat (presipitan) dapat memacu metabolisme obat
lain (obat obyek) sehingga mempercepat eliminasi obat
tersebut. Kenaikan kecepatan eliminasi (pembuangan
atau inaktivasi) akan diikuti dengan menurunnya kadar
obat dalam darah dengan segala konsekuensinya. Obat-
obat yang dapat memacu enzim metabolisme obat
disebut sebagai enzyme inducer. Dikenal beberapa obat
yang mempunyai sifat pemacu enzim ini yakni:
- Rifampisin,
- Antiepileptika: fenitoin, karbamasepin, fenobarbital
2. Penghambatan enzim (enzyme inhibitor).
Penghambatan metabolisme obat mengakibatkan
meningkatnya kadar obat dalam darah dengan segala
konsekuensinya, oleh karena terhambatnya proses
eliminasi obat.
Obat-obat yang dikenal dapat menghambat aktifitas
enzim metabolisme obat adalah:
- kloramfenikol - eritromicin
- isoniazid - fenilbutazon
- simetidin - allopurinol
- propanolol
INTERAKSI DALAM EKSKRESI
Interaksi obat atau metabolitnya melalui
organ ekskresi terutama ginjal dapat
dipengaruhi oleh obat-obat lain. Yang
paling dikenal adalah interaksi antara
probenesid dengan penisilin melalui
kompetisi sekresi tubuli. Hal ini
menyebabkan kadar penisilin dapat
dipertahankan dalam tubuh.
INTERAKSI FARMAKODINAMIK
Pada interaksi farmakodinamik tidak
terjadi perubahan kadar obat obyek
dalam darah. Tetapi yang terjadi
adalah perubahan efek obat obyek
yang disebabkan oleh obat presipitan
karena pengaruhnya pada tempat
kerja obat
EFEK PENGULANGAN OBAT
1. Reaksi hipersensitif, merupakan suatu reaksi
alergi yaitu seatu respon abnormal terhadap
obat atau zat dimana pasien telah kontak atau
menggunakan obat tersebut yang
mengakibatkan timbulnya antibodi.

2. Reaksi kumulatif, adalah suatu fenomena


pengumpulan obat dalam badan sebagai hasil
pengulangan penggunaan obat, dimana obat
diekskresikan lebih lambat dari pada
absorbsinya.
3. Toleransi, ialah suatu fenomena berkurangnya besar
respon terhadap dosis yang sama dari obat, dosis harus
diperbesar untuk mendapatkan respon yang sama.
a. Toleransi farmakokinetika adalah perubahan
distribusi atau metabolisme suatu obat setelah pemberian
berulang, yang membuat dosis obat yang diberikan
menghasilkan kadar dalam darah yang semakin
berkurang dibandingkan dengan dosis yang sama pada
pemberian pertama kali.
Contohnya adalah obat golongan barbiturat yang
menstimulasi produksi enzim sitokrom P450 yang
memetabolisir obat, sehingga metabolismenya sendiri
ditingkatkan. Karenanya, seseorang akan membutuhkan
dosis obat yang semakin meningkat untuk mendapatkan
kadar obat yang sama dalam darah atau efek terapetik
yang sama
b.Toleransi farmakodinamika merujuk pada
perubahan adaptif yang terjadi di dalam
system tubuh yang dipengaruhi oleh obat,
sehingga respons tubuh terhadap obat
berkurang pada pemberian berulang. Hal
ini misalnya terjadi pada penggunaan obat
golongan benzodiazepine, di mana
reseptor obat dalam tubuh mengalami
desensitisasi, sehingga memerlukan dosis
yang makin meningkat pada pemberian
berulang untuk mencapai efek terapetik
yang sama.
c. Toleransi yang dipelajari (learned
tolerance) artinya pengurangan efek
obat dengan mekanisme yang diperoleh
karena adanya pengalaman terakhir.

Kebutuhan dosis obat yang makin


meningkat dapat menyebabkan
ketergantungan fisik, di mana tubuh telah
beradaptasi dengan adanya obat, dan
akan menunjukkan gejala putus
obat (withdrawal symptom) jika
penggunaan obat dihentikan
4. Resistensi, yaitu kemampuan mikroorganisme
untuk menahan efek obat yang mematikan
terhadap sebagian besar anggota spesiesnya
(bakteri menjadi kebal terhadap obat yang
diberikan).
5. Habituasi, adalah gejala ketergantungan
psikologis terhadap suatu obat.
6. Adiksi, adalah gejala ketergantungan
psikologis dan fisik terhadap suatu obat.
KESIMPULAN
1. Hindari semaksimal mungkin pemakaian
obat gabungan (polifarmasi), kecuali jika
memang kondisi penyakit yang diobati
memerlukan gabungan obat dan pengobatan
gabungan tersebut sudah diterima dan
terbukti secara ilmiah manfaatnya.

Misalnya: pengobatan tuberkulosis, malaria,


infeksi berat, dll
2. Jika memang harus memberikan obat gabungan
(lebih dari satu) bersamaan, yakinkan bahwa
tidak ada interaksi yang merugikan, baik secara
kinetik atau dinamik
3. Kenalilah sebanyak mungkin kemungkinan
interaksi yang timbul pada obat-obat yang
sering diberikan bersamaan dalam praktek
polifarmasi
4. Jika ada interaksi, tindakan-tindakan apa yang
perlu dilakukan? Apakah perlu pengurangan
dosis obat obyek? Atau dapatkah obat obyek
atau obat presipitan diganti?
5. Evaluasi efek sesudah pemberian
obat-obat secara bersamaan untuk
menilai ada tidaknya efek
samping/toksik dari salah satu atau
kedua obat.

6. Ikutilah sedini mungkin pemakaian obat


secara bersamaan bila ternyata ada
efek samping atau efek toksik yang
timbul.
THE END

WASSALAM

Anda mungkin juga menyukai