Sesi 9. Efek Farmakologi Obat
Sesi 9. Efek Farmakologi Obat
BY MUHAMMAD AFQARY
PENDAHULUAN
Pada umumnya obat mempunyai lebih dari satu aksi
atau efek:
Efek obat yang diharapkan untuk menyembuhkan
penyakit disebut dengan efek terapi. Misalnya ketika
demam, kemudian diberikan parasetamol sehingga
demamnya hilang, maka efek terapi dari parasetamol
adalah menurunkan demam (antipiretik).
Manfaatnya:
1. Meningkatkan kepatuhan pasien
2. Efek terapi sama dengan obat tunggal
EFEK OBAT KOMBINASI
Efek adisi, efek penjumlahan dari efek masing2
obat
Efek sinergis, efek kombinasi yg sama dengan
jumlah dari kegiatan kedua zat (adisi) atau
melebihi jumlah tsb (potensiasi).
Efek potensiasi, timbulnya efek yg lebih besar
daripada jumlah efek kedua obat
Efek antagonis, yaitu efek yg berlawanan,
misalnya striknin dan barbital.
Interaksi Obat
INTERAKSI OBAT
Interaksi obat paling tidak melibatkan 2
jenis obat,
- Obat obyek, yakni obat yang aksinya atau
efeknya dipengaruhi atau diubah oleh obat
lain.
- Obat presipitan (precipitan drug), yakni
obat yang mempengaruhi atau mengubah
aksi atau efek obat lain.
PENGGOLONGAN INTERAKSI
MENURUT MEKANISMENYA
1. Interaksi farmasetik,
2. Interaksi famakokinetik,
3. Interaksi farmakodinamik
INTERAKSI FARMASETIK
Interaksi ini merupakan interaksi fisiko-kimiawi
di mana terjadi reaksi fisiko-kimiawi antara
obat-obat sehingga mengubah
(menghilangkan) aktifitas farmakologik obat
Contoh : reaksi antara obat-obat yang dicampur
dalam cairan secara bersamaan, misalnya
dalam infus atau suntikan . Misalnya campuran
penisilin (atau antibiotika beta-laktam yang lain)
dengan aminoglikosida dalam satu larutan tidak
dianjurkan.
PRECAUTION!
Jangan memberikan suntikan campuran
obat kecuali kalau yakin betul bahwa
tidak ada interaksi antar masing-masing
obat.
Dianjurkan sedapat mungkin juga
menghindari pemberian obat bersama-
sama lewat infus.
Selalu perhatikan petunjuk pemberian
obat dari pembuatnya (manufacturer
leaflet), untuk melihat peringatan pada
pencampuran dan cara pemberian obat
(terutama untuk obat-obat parenteral
misalnya injeksi, infus dan lain-lain)
Sebelum memakai larutan untuk pemberian infus,
intravenosa atau yang lain, perhatikan bahwa tidak ada
perubahan warna, kekeruhan, presipitasi dan lain-lain
dari larutan.
Siapkan larutan hanya kalau diperlukan saja. Jangan
menimbun terlalu lama larutan yang sudah dicampur,
kecuali untuk obat-obat yang memang sudah tersedia
dalam bentuk larutan seperti metronidazol , lidakoin
DLL.
Botol infus harus selalu diberi label tentang jenis
larutannya, obat-obat yang sudah dimasukkan,
termasuk dosis dan dan waktunya.
Jika harus memberi per infus dua macam obat, berikan
lewat 2 jalur infus, kecuali kalau yakin tidak ada
interaksi. Jangan ragu-ragu konsul apoteker RS.
INTERAKSI FARMAKOKINETIK
Interkasi farmakokinetik terjadi
bila obat presipitan
mempengaruhi atau mengubah
proses absorpsi, distribusi (ikatan
protein), metabolisme, dan
ekskresi dari obat-obat obyek.
INTERAKSI DALAM PROSES ABSORBSI
Perubahan (penurunan) motilitas gastrointestinal oleh
karena obat-obat seperti morfin atau senyawa-
senyawa antikolinergik dapat mengubah absorpsi obat-
obat lain.
Kelasi yakni pengikatan molekul obat-obat tertentu
oleh senyawa logam sehingga absorpsi akan
dikurangi, oleh karena terbentuk senyawa kompleks
yang tidak diabsorpsi. Misalnya kelasi antara tetrasiklin
dengan senyawa logam berat akan menurunkan
absorpsi tetrasiklin.
Makanan juga dapat mengubah absorpsi obat-obat
tertentu, misalnya: umumnya antibiotika akan menurun
absorpsinya bila diberikan bersama dengan makanan
INTERAKSI DISTRIBUSI
Interaksi dalam proses distribusi terjadi terutama
bila obat-obat dengan ikatan protein yang lebih kuat
menggusur obat-obat lain dengan ikatan protein
yang lebih lemah dari tempat ikatannya pada
protein plasma. Sehingga kadar obat bebas yang
tergusur ini akan lebih tinggi pada darah dengan
segala konsekuensinya, terutama terjadinya
peningkatan efek toksik.
Contoh, meningkatnya efek toksik dari antikoagulan
warfarin atau obat-obat hipoglikemik (tolbutamid,
kolrpropamid) karena pemberian bersamaan
dengan fenilbutason, sulfa atau aspirin.
INTERAKSI DALAM METABOLISME
1. Pemacuan enzim (enzyme induction)
Suatu obat (presipitan) dapat memacu metabolisme obat
lain (obat obyek) sehingga mempercepat eliminasi obat
tersebut. Kenaikan kecepatan eliminasi (pembuangan
atau inaktivasi) akan diikuti dengan menurunnya kadar
obat dalam darah dengan segala konsekuensinya. Obat-
obat yang dapat memacu enzim metabolisme obat
disebut sebagai enzyme inducer. Dikenal beberapa obat
yang mempunyai sifat pemacu enzim ini yakni:
- Rifampisin,
- Antiepileptika: fenitoin, karbamasepin, fenobarbital
2. Penghambatan enzim (enzyme inhibitor).
Penghambatan metabolisme obat mengakibatkan
meningkatnya kadar obat dalam darah dengan segala
konsekuensinya, oleh karena terhambatnya proses
eliminasi obat.
Obat-obat yang dikenal dapat menghambat aktifitas
enzim metabolisme obat adalah:
- kloramfenikol - eritromicin
- isoniazid - fenilbutazon
- simetidin - allopurinol
- propanolol
INTERAKSI DALAM EKSKRESI
Interaksi obat atau metabolitnya melalui
organ ekskresi terutama ginjal dapat
dipengaruhi oleh obat-obat lain. Yang
paling dikenal adalah interaksi antara
probenesid dengan penisilin melalui
kompetisi sekresi tubuli. Hal ini
menyebabkan kadar penisilin dapat
dipertahankan dalam tubuh.
INTERAKSI FARMAKODINAMIK
Pada interaksi farmakodinamik tidak
terjadi perubahan kadar obat obyek
dalam darah. Tetapi yang terjadi
adalah perubahan efek obat obyek
yang disebabkan oleh obat presipitan
karena pengaruhnya pada tempat
kerja obat
EFEK PENGULANGAN OBAT
1. Reaksi hipersensitif, merupakan suatu reaksi
alergi yaitu seatu respon abnormal terhadap
obat atau zat dimana pasien telah kontak atau
menggunakan obat tersebut yang
mengakibatkan timbulnya antibodi.
WASSALAM