Anda di halaman 1dari 5

Dasar Dasar Teknologi TV

A. Prinsip Kerja Siaran TV Broadcast


Istilah Broadcasting berarti menyiarkan ke segala arah/jurusan. Modulator AM
berfungsi untuk menumpang sinyal video pada gelombang pembawa (fcv) secara AM
(Amplitudo Mudulation) sedangkan modulator FM berfungsi untuk menumpangkan
sinyal suara pada gelombang pembawa suara (fca). Output dari kedua modulator
tersebut kemudian ditransmisikan ke anten pemancar untuk diubah menjadi gelombang
elektromagnetik dan dipancarkan melalui media udara.
Antena penerima berfungsi untuk menangkap gelombang elektomagnetik yang
dikirimkan dari antena pesawat pamancar TV dan mengubahnya menjadi sinyal listrik
frekuensi tinggi. Sinyal listrik tersebut kemudian dimasukkan ke rangkaian detektor
untuk sinyal video dan audio. Sinyal viedo dimasukkan ke rangkaian video amplifier
untuk selanjutnya diubah menjadi gambar pada tabung gambar, sedangkan sinyal
audionya dimasukkan ke rangkaian audio amplifier dan loudspeaker untuk diubah
menjadi getaran suara.
Sebuah stasiun pemancar TV broadcasting menempati bidang frekuensi tertentu pada
daerah frekuensi VHF (Very Hight Frequency) dan UHF (Ultra Hight Frequency).
Bidang frekuensi yang ditempati oleh sebuah stasiun pemancar TV dinamakan kanal
(Chanel) / saluran TV.

Kanal Siaran TV
Band frekuensi yang dipakai untuk menyiarkan sinyal gambar dan sinyal suara
disebut kanal televisi. Setiap kanal stasiun televisi lebarnya 7 atau 8 MHz. Untuk
sistem televisi di indonesia, lebar kanal yang digunakan adalah 7 MHz, dimana
didalamnya terdapat sinyal gambar, sinyal pembawa warna dan sinyal suara.
Kanal-kanal TV yang dipakai di indonesia dapat dilihat pada tabel berikut:
FREKUENSI Frekuensi Frekuensi Frekuensi
Kanal (MHz) pembawa pembawa pembawa suara
gambar (fcv) warna (fcr) (fca)
Very Hight Frequency
(VHF Low = BAND
I)
1 43 50 44,25 48,68 49,75

2 54 61 55,25 59,68 60,75

3 61 68 62,25 65,68 67,75

Very Hight Frequency


(VHF Low = BAND
II)
4 174 181 175,25 179,68 180,75

5 181 188 182,25 186,68 187,75

6 188 195 189,25 193,68 194,75

7 195 202 196,25 200,68 201,75

8 202 209 203,25 207,68 208,75

9 209 216 210,25 214,68 215,75


10 216 223 217,25 221,68 222,75

11 223 - 230 223,25 227,68 228,75

Ultra Hight
Frequency (UHF)
21 470 478 417,25 475,68 476,75

22 478 486 479,25 483,68 484,75

23 486 494 487,25 491,68 492,75

24 494 502 495,25 499,68 500,75

25 502 510 503,25 507,68 506,75

26 510 518 511,25 515,68 516,75

27 518 526 519,25 523,68 524,75

28 526 534 527,25 531,68 532,75

29 534 542 535,25 539,68 540,75

30 542 550 543,25 547,68 548,75

31 550 558 551,25 555,68 556,75

32 558 566 559,25 563,68 564,75

33 566 574 567,25 571,68 572,75

34 574 582 575,25 579,68 580,75

35 582 590 583,25 587,68 588,75

36 590 598 591,25 595,68 596,75

.... .... .... .... ....

68 846 854 847,25 851,68 852,75

69 854 862 855,25 859,68 860,75

PENGETAHUAN BROADCASTING : MEMBUAT


NASKAH BERITA
1. Tips dan Cara Membuat Naskah Berita
1. Kalimat sederhana.
2. Kalimat-kalimat hendaklah pendek.
3. Hindari pemakaian kalimat terbalik ( inverted sentence )
4. Usahakan letak pokok kalimat berdekatan dengan sebutan kalimat.

2. Praktik Membuat Naskah Berita (SCRIPT WRITING)

1. Gunakan huruf kapital


2. Penggunaan tanda baca
tanda koma ( , ) diganti dengan garis miring satu ( / ) dan tanda titik ( . ) diganti
dengan garis miring dua ( // ) , kemudian pada akhir naskah diberi tanda garis miring
tiga ( /// )
3. Penulisan angka
Aturan 1 : 0 11 ditulis dengan huruf
Contoh : 5 orang tewas menjadi lima orang tewas
Aturan 2 : dari 12 999 cukup ditulis dengan angka.
Aturan 3 : diatas angka 999 ditulis dengan cara digabung.
Contoh : 499.900 ditulis menjadi 499 ribu 900
4. Penulisan singkatan
- Penulisan singkatan dan nama gelar akademik
Contoh 1 : DPR ditulis D-P-R
Contoh 2 : Prof.Dr.Ing BJ Habibi ditulis PROFESOR DOKTOR INGGENERING BJ
HABIBI
- Penulisan mata uang
Contoh:
1. Rp. 900.000 maka ditulis 900 Ribu Rupiah
2. US $ 500.000 ditulis 500 Ribu US Dollar Amerika

3. Naskah Berita Versi Pemula


1. Mencari tema berita yang menarik tetapi up to date.
2. Menyusun tema/ide berita ke dalam pertanyaan dengan rumus 5W + 1H
3. Membuat naskah kasar berdasarkan pertanyaan 5W + 1H
4. Melakukan riset/hunting lokasi
5. Mentranskrip atau menulis ulang semua hasil hunting
6. Membuat storyline (naskah 2 kolom)
7. Memastikan semua narasumber yang telah kita hunting benar-benar siap untuk kita
wawancarai sebagai narasumber.
8. Produksi atau shooting.

PENGETAHUAN BROADCASTING : BAHASA BERITA


A. Bahasa Berita
1. Bahasa formal dan informal
Bahasa formal adalah bahasa yang diartikan bahasa yang menganut tata aturan bahasa
indonesia atau EYD.
Bahasa Lisan yang tetap menganut bahasa indonesia yang baik dan benar atau EYD.
Untuk jurnalistik digunakan bahasa informal , kecuali pada naskah feature
menggunakan bahasa formal.
Bahasa untuk televisi:
Adalah transitory meneruskan isi pesan ringkasan tepat, jelas, sederhana, dan dapat
dipercaya (easy listening fang, 1971)
(easy listening, Fang, 1971)
Tiap kalimat tidak lebih dari 20 kata, tiga kata dalam bahasa inggris jika diucapkan
memakan waktu 1 detik.
Jika menyusunnya dalam naskah 2 kolom satu halaman penuh A4 berdurasi 1 menit
( Askurifai Baksin, 2006)

2. Bahasa Mubazir
Kata mubazir adalah kata dalam susunan kalimat jika dihilangkan tidak akan mengubah
makna dari kalimat tersebut.
Contoh 1 :
SEKIAN SIARAN BERITA PAGI INI DAN PADA PUKUL 15.00 WIB NANTI
AKAN KAMI SAMPAIKAN SIARAN BERITA PETANG, YANG AKAN
DISIARKAN SECARA SENTRAL DARI JAKARTA
Susunan kalimat ini lebih baik di baca apabila kata yang diberi tanda tebal dihilangkan.
Menjadi:
SEKIAN SIARAN BERITA PADA PUKUL 15.00 WIB KAMI SAMPAIKAN SIARAN
BERITA PETANG SECARA SENTRAL DARI JAKARTA.
Contoh 2 :
Formal : Bawang merah dan telor asin merupakan komoditas potensi kota Brebes
Informal : Bukan hanya bawang merah saja, ternyata telor asin pun merupakan
komoditas potensial kota Brebes.

3. Bahasa Jurnalistik
Askurifai baksin,2006.
Pertimbangan-pertimbangan menyusun naskah karya jurnalistik, yaitu:
Pilih kata yang tepat dan pendek (diksi)

Hilangkan kata yang mubazir

Gunakan kalimat aktif.


(contoh Kapolri Jendral Bambang Henfarto danuri, menjelaskan Jasad Noordin M Top
diketahui fari sidik jarinya)
Hindari penggunaan kata-kata yang asing.

Jangan menggunakan kalimat klise (kalimat yang maknanya sudah bersifat umum)
pada awal naskah.
Hindari penggunaan kata majemuk.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun bahasa tutur/informal :
1. Struktur kalimat informal.
2. Pilih kata yang sederhana.
3. Susunan kalimat ringkas dan sederhana.
4. Makna kata dan kalimat mudah dipahami.
5. Berpegang pada prinsip easy listening yang maknanya enak didengar, dan mudah
dipahami pada pendengaran pertama.

6. Tidak menyajikan isi pesan secara terperinci karena isi pesan hanya didengar sekilas
oleh khalayak.

Anda mungkin juga menyukai