Anda di halaman 1dari 12

Lampiran

Peraturan Direktur Rumah Sakit Wijaya Kusuma


Nomor : ../PERDIR/AP/RS.WK/I/2016
Tentang Panduan Pelayanan Tahap Terminal

PANDUAN PELAYANAN TAHAP TERMINAL

BAB 1
DEFINISI

1.1 Latar Belakang


Kehilangan dan kematian adalah peristiwa dari pengalaman manusia yang bersifat
universal dan unik secara individual.Hidup adalah seragkaian kehilangan dan
pencapaian.Dukacita adalah respon alamiah terhadap kehilangan. Penting artinya untuk
diperhatikan bahwa apapun yang dikatakan disini tentang proses dukacita dan kehilangan yang
terdapat dalam perspektif social dan historis mungkin berubah sepanjang waktu dan situasi.
Menjadi tua adalah proses alamiah yang akan dihadapi oleh setiap mahluk hidup dan meninggal
dengan tenang adalah dambaan setiap insan. Namun sering kali harapan dan dambaan tersebut
tidak tercapai. Kondisi terminal merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami sakit
atau penyakit yang tidak mempunyai harapan untuk sembuh dan menuju pada proses kematian
dalam 6 (enam) bulan atau kurang. Dalam masyarakat kita, umur harapan hidup semakin
bertambah dan kematian semakin banyak disebabkan oleh penyakit-penyakit degeneratif seperti
kanker dan stroke. Pasien dengan penyakit kronis seperti ini akan melalui suatu proses
pengobatan dan perawatan yang panjang. Jika penyakitnya berlanjut maka suatu saat akan
dicapai stadium terminal yang ditandai dengan oleh kelemahan umum, penderitaan, ketidak
berdayaan, dan akhirnya kematian.
Psoses terjadinya kematian diawali dengan munculnya tanda-tanda yaitu sakaratul maut dalam
istilah disebut dying. Untuk itu perlu adanya pendampingan terhadap pasien yang menghadapi
sakatarul maut ( Dying).
Pada tahap pelayanan terhadap pasien dalam kondisi terminal juga bisa dikondisikan
pasien dalam kondisi sakaratul maut sehingga seluruh aspek pelayanan dan perawatan pada
pasien berada dalam kondisi seperti ini dapat disamakan. Bimbinglah orang yang hendak mati
mengucapkan ( kalimat/perkataan) : Tiada Tuhan Selain Allah (HR. Muslim).
Angat penting diketahui untuk kita, sebagai tenaga kesehatan tentang bagaimana cara
menangani pasien yang menghadapi sakaratul maut. Inti dari penanganan pasien yang
menghadapi sakaratul maut adalah dengan memberikan perawatan yang tepat seperti
memberikan perhatian yang lebih terhadap pasien sehingga pasien dan keluaga lebih sabar dan
ikhlas dalam menghadapi kondisi sakaratul maut.
Untuk meningkatkan pelayanan akan kebutuhan yang unik ini rumah Sakit diperlukan
suatu Panduan. Buku panduan tersebut diharapkan dapat menjadi pegangan atau acuan dalam
memberikan pelayanan terhadap pasien tahap terminal secara komprehensip dan juga terhadap
pasien dalam kondisi sakaratul maut di RS Wijaya Kusuma Lumajang.

1.2 Tujuan
1.2.1 Menghargai nilai yang dianut pasien, agama, dan preferensi budaya.
1.2.2 Mengikutsertakan pasien dan keluarga dalam aspek pelayanan kesehatan.
1.2.3 Memberikan respon pada hal psikologis, emosional, spiritual, dan budaya dari pasien dan
keluarganya.
1.2.4 Diharapkan untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam kaitannya dengan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
1.2.5 Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : Cara Menangani
Pasien Yang Sakaratul Maut atau Hampir Meninggal.
1.3 Pengertian
1.3.1 Pelayanan pada tahap terminal adalah pelayanan yang diberikan untuk pasien yang
mengalami sakit atau penyakit yang tidak mempunyai harapan untuk sembuh dan menuju
pada proses kematian dalam 6 (enam) bulan atau kurang. Pasien yang berada pada tingkat
akhir hidupnya memerlukan pelayanan yang berfokus akan kebutuhannya yang unik.
Pasien dalam tahap ini dapat menderita gejala lain yang berhubungan dengan proses
penyakit atau terapi kuratif atau memerlukan bantuan berhubungan dengan faktor
psikososial, agama , dan budaya yang berhubungan dengan proses kematian. Keluarga
dan pemberi layanan dapat diberikan kelonggaranmelayani pasien tahap terminal dan
membantu meringankan rasa sedih dan kehilangan.
1.3.2 Penyakit terminal adalah suatu penyakit yang tidak bisa disembuhkan lagi.Kematian
adalah tahap akhir kehidupan. Kematian bisa datang tiba-tiba tanpa peringatan atau
mengikuti priode sakit yang panjang . Terkadang kematian menyerang usia muda tetapi
selalu menunggu yang tua.
1.3.3 Kondisi terminal adalah: Suatu proses yang progresif menuju kematian berjalan melalui
suatu tahapan proses penurunan fisik , psikososial dan spiritual bagi individu.
(Carpenito ,1995 )
1.3.4 Pasien Terminal adalah pasien pasien yang dirawat , yang sudah jelas bahwa mereka
akan meninggal atau keadaan mereka makin lama makin memburuk. (P.J.M. Stevens, dkk
,hal 282, 1999 )
1.3.5 Pendampingan dalam proses kematian adalah Suatu pendampingan dalam kehidupan
karena mati itu termasuk bagian dari kehidupan .Manusia dilahirkan, hidup beberapa
tahun, dan akhirnya mati. Manusia akan menerima bahwa itu adalah kehidupan, dan itu
memang akan terjadi, kematian adalah akhir dari kehidupan ( P.J.M. Stevens, dkk,
282,1999 ).
1.3.6 Sakaratul Maut (Dying) merupakan kondisi pasien yang sedang menghadapi kematian,
yang memiliki berbagai hal dan harapan tertentu untuk meninggal.
1.3.7 Kematian (death) merupakan kondisi terhentinya pernafasan, nadi, dan tekanan darah
serta hilangnya respons terhadap stimulus eksternal, ditandai dengan terhentinya aktifitas
otak atau terhentinya fungsi jantung dan paru secara menetap.
Selain itu, dr.H.Ahmadi NH,Sp.KJ juga mendefininisikan Death :
1. Hilangnya fase sirkulasi dan respirasi yang irreversible.
2. Hilangnya fase keseluruhan otak, termasuk batang otak.
Dying dan death merupakan dua istilah yang sulit untuk dipisahkan, serta merupakan
suatu fenomena tersendiri. Dying lebih ke arah suatu proses, sedangkan death merupakan
dari hidup. ( Eny Retna Ambarawati, 2010).
BAB 2
TATA LAKSANA

Pada tata laksana pelayanan pada pasien yang mengalami tahap terminal dan sakaratul
maut ini dapat dilihat hal-hal yang berkaitan seperti :
2.1 Diskripsi Rentang Pola Hidup Sampai Menjelang Kematian
Pandangan pengetahuan tentang kematian yang dipahami oleh seseorang berbeda-beda.
Adapun seorang ahli yang mengemukakan pendapatnya tentang deskripsi rentang pola hidup
sampai menjelang kematian adalah Martocchio. Menurut Martocchio, rentang pola hidup sampai
menjelang kematian sebagai berikut :
1. Pola Puncak dan lembah
Pola ini karakteristik periodik yang sangat tinggi (puncak) dan periode krisis (lemah).
Pada kondisi puncak, pasien benar-benar merasakan harapan yang tinggi atau besar.
Sebaliknya pada periode lemah, klien merasa sebagai kondisi yang menakutkan sampai bisa
menimbulkan depresi.
2. Pola dataran yang turun
Karakteristik dari pola ini adalah adanya sejumlah tahapan dari kemunduran yang terus
bertambah dan tidak terduga, yang terjadi selama atau setelah periode kesehatan yang stabil
serta berlangsung pada waktu yang tidak bisa di pastikan.
3. Pola tebing yang menurun
Karakteristik dari pola ini adalah adanya kondisi penurunan yang menetap atau stabil,
yang menggambarkan semakin buruknya kondisi. Kondisi ini dapat diramalkan dalam waktu
yang bisa diperkirakan baik dalam ukuran jam atau hari. Kondisi ini lazim ditemui di unit
Khusus (Intensive Care Unit).
4. Pola landai yang turun sedikit-sedikit
Karakteristik dari pola ini kehidupan yang mulai surut dan hampir tidak teramati sampai
akhirnya mengebat menuju maut.

2.2 Perkembangan Persepsi Tentang Kematian


Didalam kehidupan masyarakat dewasa, kematian adalah sesuatu yang sangat
menakutkan. Sebaliknya, pada anak-anak usia 0-7 tahun kematian itu adalah sesuatu hal yang
biasa saja, yang ada dipikirannya kematian adalah sesuatu hal yang hanya terjadi pada orang tua
yang sakit. Mereka sangat acuh sekali dengan kematian.
Seiring dengan perkembangan usianya menuju kedewasaan, mereka mengerti tentang apa
itu kematian. Karena itu berkembanglah klasifikasi tentang kematian menurut umur yang
didefinisikan oleh Eny Retna Ambarwati, yaitu :
1. Bayi 5 tahun
Tidak mengerti tentang kematian, keyakinan bahwa mati adalah tidur atau pergi yang
temporer.
2. 5-9 tahun
Mengerti bahwa titik akhir orang yang mati dapat dihindari.
3. 9-12 tahun
Mengerti bahwa mati adalah akhir dari kehidupan dan tidak dapat dihindari, dapat
mengekspresikan ide-ide tentang kematian yang diperoleh dari orang tua atau dewasa
lainnya.
4. 12-18 tahun
Mereka takut dengan kematian yang menetap, kadang-kadang memikirkan tentang kematian
yang dikaitkan dengan sikap religi.
5. 18-45 tahun
Memiliki sikap terhadap kematian yang dipengaruhi oleh religi dan keyakinan
6. 45-65 tahun
Menerima tentang kematian terhadap dirinya. Kematian merupakan puncak kecemasan
7. 65- tahun ke atas
Takut kesakitan yang lama. Kematian mengandung beberapa makna : terbebasnya dari rasa
sakit dan reuni dengan anggota keluarga yang telah meninggal.

2.3 Ciri-ciri pokok pasien yang akan meninggal


Pasien yang menghadapi sakaratul maut akan memperlihatkan tingkah laku yang khas antara
lain:
1. Penginderaan dan gerakan menghilang secara berangsur angsur yang dimulai pada
gerakan paling ujung khususnya pada ujung kaki, tangan, ujung hidung, yang terasa
dingin dan lembab.
2. Kulit nampak kebiru biruan kelabu atau pucat
3. Nadi mulai tak teratur lemah dan pucat
4. Terdengar suara mendengkur disertai gejala nafas cyene nokes
5. Menurunnya tekanan darah peredaran darah perifer menjadi terhenti dan rasa nyeri bila
ada biasanya menjadi hilang. Kesadaran dan tingkat kekuatan ingatan bervariasi dari
individu. Otot rahang menjadi mengendur, wajah pasien yang tadinya kelihatan cemas
tampak lebih pasrah menerima.
Tatalaksana kegiatan pelayanan pada tahap terminal akhir hidup di Rumah Sakit Wijaya Kusuma
Lumajang terdiri antara lain :
1. Menghormati keputusan dokter untuk tidak melanjutkan pengobatan dengan persetujuan
pasien dan atau keluarganya
2. Melakukan asesmen dan pengelolaan yang sesuai terhadap pasien dalam tahap terminal.
Problem yang berkaitan dengan kematian antara lain:
- problem fisik berkaitan dengan kondisi atau penyakit terminalnya
- problem psychology, ketidakberdayaan, kehilangan kontrol, ketergantungan, dan
kehilangan diri dan harapan.
- Problem sosial isolasi dan perpisahan
- problem spiritual
- ketidak sesuaian antara kebutuhan dan harapan dengan perlakuan yang didapat
( dokter, perawat, keluarga dan sebagainya )
- memberikan pelayanan dan perawatan pada pasien tahap terminal dengan hormat dan
respect
- melakukan intervensi untuk mengurangi rasa nyeri, secara primer atau sekunder serta
memberikan pengobatan sesuai permintaan pasien dan keluarga
- menyediakan akses terapi lainnya yang secara realistis diharapkan dapat
memperbaiki kualitas hidup pasien, yang mencakup terapi alternatif atau terapi non
tradisional
- melakukan intervensi dalam masalah keagamaan dan aspek budaya pasien dan
keluarga.
- Melakukan asesmen status mental terhadap keluarga yang ditinggalkan serta edukasi
terhadap mekanisme penanganannya.
- Peka dan tanggap terhadap harapan keluarganya
- menghormati hak pasien untuk menolak pengobatan atau tindakan medis lainnya.
- Mengikutsertakan keluarga dalam pemberian pelayanan

Layanan tahap akhir di rumah sakit dilakukan di instalasi gawat darurat dan di unit rawat inap.
Adapun proses operasional pelayanan ini atau asesmen pasien tahap terminal dilakukan oleh
perawat /bidan dengan kualifikasi lulusan d3 / D4 / S1 keperawatan atau kebidanan yang
mempunyai surat tanda registrasi ( STR ) dan bekerja di Rumah Sakit Wijaya Kusuma Lumajang
minimal 6 bulan, yang meliputi intervensi atau mengurangi rasa sakit, gejala primer, dan atau
sekunder, mencegah gejala dan komplikasi sedapat mungkin intensitas dalam hal masalah
psikologis, pasien dan keluarga, masalah emosional dan kebutuhan spiritual mengenai kematian
dan kesusuhan, intervensi dalam masalah keagamaan dan aspek budaya pasien dan keluarga,
serta mengikutsertakan pasien dan keluarga dalam pemberian pelayanan.
Instalasi Gawat Darurat Fasilitas Pelayanan pada tahap terminal meliputi :
Fasilitas yang ada :
1. Monitor
2. ECG
3. Defibrilator
4. Ambubag (VSM)
5. Masker oksigen & Tabung Oksigen
6. Suction set
7. Endoctracheal tube
8. Kateter
9. Pipa endotracheal
10. Nasogastric tube (NGT)
11. Disposible Spuit
12. Alkohol swab
13. Injeksi Plug
14. Wing niddle
15. Infus set
16. Injeksi analgesic
17. Obat-obatan resusitasi (adrenalin, dopamin, sulfas atropin, dan lain-lain)

Unit Rawat Inap (termasuk ICU)


Fasilitas yang ada :
1. Monitor (ICU)
2. ECG
3. Defibrilator
4. Ventilator (ICU)
5. Ambubag (VSM)
6. Masker oksigen dan tabung oksigen
7. Suction set
8. Endotrakeal tube
9. Kateter
10. Pipa endotracheal
11. Nasogastric tube (NGT)
12. Disposible spuit
13. Alkohol swab
14. Injeksi Plug
15. Wing niddle
16. Infus set
17. Injeksi Analgesik
18. Obat-obatan resusitasi (adrenalin, dopamin, sulfas atropin, dan lain-lain).

Unit rawat inap lainnya :


Bila kondisi pasien yang terminal atau sakratul maut menempati ruang biasa seperti zaal, maka
pasien ditempatkan pada bagian pinggir dekat jendela, dan ditemani oleh keluarga dan dimonitor
oleh perawat sebagai penanggung jawab untuk mengontrol kondisi pasien, dan bila sewaktu-
waktu mengalami perubahan kondisi dan melaporkan pada Dokter Penanggung Jawab Pasien
atau dokter jaga IGD untuk memastikan kondisi pasien.
Bila pasien meninggal dunia, maka dilakukan tindakan perawatan pasien setelah meninggal
dunia atau perawatan jenazah, dengan tujuan : Membersihkan dan merapikan jenazah,
memberikan penghormatan terakhir dan rasa puas kepada sesama insani.
Peralatan yang diperlukan :
1. Celemek atau Skort
2. Verban atau kassa gulung
3. Sarung tangan
4. Gunting perban
5. Bengkok atau piala ginjal 1
6. Baskom 2
7. Waslap 2
8. Kantong plastik kecil (tempat perhiasan)
9. Gelang identitas pasien
10. Kain Kafan
11. Kasa berminyak dalam kom

Prosedur :
1. Memberitahukan pada keluarga pasien
2. Mempersiapkan peralatan dan dekatkan ke jenazah
3. Mencuci tangan
4. Memakai celemek atau skort
5. Memakai hands scoon
6. Melepas perhiasan dan benda-benda berharga lain diberikan kepada keluarga pasien
(dimasukkan dalam kantong plastik).
7. Melepaskan peralatan invasif (selang, kateter, NGT tube dan lain-lain)
8. Mengikat dagu dari bawah dagu sampai ke atas kepala dengan verban gulung.
9. Menurunkan selimut sampai ke bawah kaki
10. Membuka pakaian bagian atas jenazah, taruh dalam kantong plastik kuning.
11. Melipat tangan dan mengikat pada pergelangan tangan dengan verban gulung
12. Membuka pakaian bagaian bawah, taruh dalam kantong plastik kuning
13. Mengembalikan ke posisi semula
14. Mengikat kaki dibagian lutut jenazah, pergelangan kaki, dan jari-jari jempol dengan
menggunakan verban gulung
15. Jenazah di rapikan dan dipindahkan ke brankart
16. Alat-alat tenun dilepas dan dimasukkan ke dalam kantong plastik kuning dan
memasukkan ke tempat linen infeksius
17. Merapikan alat
18. Melepas hand scoon
19. Melepaskan celemek
20. Mencuci tangan

Setelah selesai perawatan jenazah, kemudian jenazah dibawa ke kamar jenazah dan setelah
mencapai 2 jam, boleh dibawa pulang oleh keluarga, dengan serah terima antar perawat dan
keluarga, gelang identitas dilepas.
BAB 3
DOKUMENTASI

1. Status rawat jalan emergency (Instalasi Gawat Darurat) RM


2. Status rawat inap RM . / Catatan Pelayanan antar profesi kesehatan
3. Format asesmen pasien tahap terminal
4. Format pelayanan kerohanian
5. Buku catatan pelayanan kerohanian
6. Surat kematian.
BAB 4
PENUTUP

Pelayanan tahap terminal merupakan bagian dari pelayanan kesehatan paripurna di rumah
sakit, yang terkait dengan keenam dasar fungsi RS, yaitu peningkatan, pencegahan,
penyembuhan, pemulihan, pendidikan, dan penelitian. Dengan pelayanan Tahap terminal yang
tepat dan berhasil guna akan membantu pasien dan keluarganya dalam melewati fase kritisnya.
Perawatan kepada pasien yang menghadapi sakaratul maut (dying) oleh petugas
kesehatan dilakukan dengan cara memberi pelayanan khusus jasmaniah dan rohaniah sebelum
pasien meninggal. Perawat memiliki peran untuk memenuhi kebutuhan biologis, sosiologis,
psikologis, dan spiritual pasien sakaratul maut dengan memperhatikan moral, etika serta
menumbuhkan sikap empati dan caring kepada pasien. Penanganan pasien perlu dukungan
semua pihak yang terkait, terutama keluarga pasien dan perlu tindakan yang tepat dari perawat.
Panduan Pelayanan Tahap Terminal ini merupakan panduan bagi pelaksana pelayanan pada tahap
terminal yang diselenggarakan di Rumah Sakit Wijaya Kusuma. Dengan ini , diharapkan
pelayanan pada tahap terminal yang diselenggarakan dapat terlaksana dengan baik dan dapat
ditingkatkan seiring dengan kemajuan Rumah Sakit Wijaya Kusuma Lumajang.

Ditetapkan di :Lumajang
Pada tanggal : Januari 2016

DIREKTUR
RS. WIJAYA KUSUMA LUMAJANG

dr. H. Koeswandono, M.Kes


DAFTAR PUSTAKA
Sharon, Brehm. Sharon Saul Kassin (1991). Social Psychology : Understanding Human
Interaction.
Gladding T. Samuel (2000). Conseling L a Comprehensive Professio. New Jersey : Prentice hall.
Inc.
Kubler-Rose, E. (1998). On Death and Dying (Kematian sebagai bagian dari kehidupan).
Jakarta PT. Gramedia Pustaka Utama.
Herlin Megawe. (1998). Addult Development Psychology and Aging. USA : Mc. Graw Hill
Company.

Anda mungkin juga menyukai