Anda di halaman 1dari 10

Perekam Jejak Arus dan Gelombang Laut dengan HF

(High Frequency) Radar Pantai

Abstrak

Pemanfaatan High Frequency (HF) radar pantai sebagai salah satu inovasi terbaru penerapan
iptek kelautan, telah terbukti keunggulannya dalam memonitor lingkungan laut oleh karena
memiliki keakuratan dan effisiensi yang relatif tinggi. Teknologi HF radar pantai merupakan
teknologi alternatif yang sangat prospektif untuk dikembangkan di Indonesia oleh karena
mempunyai daya tarik tersendiri guna memonitor dan memetakan arus permukaan, gelombang
laut dan arah angin, baik secara keruangan dan waktu, dan sebagai pelengkap dari teknik
konvensional yang ada selama ini.

Pendahuluan

Dinamika pantai dan lautan, ditunjang dengan kondisi batimetri yang kompleks merupakan
tantangan bagi oseanografer, ahli teknik pantai, manajer pesisir dan angkatan laut. Oleh
karenanya, perilaku dinamika tersebut perlu dipahami dan diprediksi lebih lanjut. Namun
demikian, prediksi terhadap parameter lingkungan tersebut sangat rumit akibat adanya interaksi
antara angin, arus dan gelombang laut yang berkarakteristik unik, sehingga perlu pemahaman
dan pengukuran secara intensif baik secara keruangan dan waktu. Teknik konvensional yang
digunakan selama ini guna mengukur arus dan gelombang laut yakni dengan menggunakan
pengukur arus laut (current meter) dan gelombang laut (wave gauge) yang ditambatkan, yang
dikenal dengan teknik mooring. Teknik konvensional dimaksud di atas, mempunyai
keterbatasan secara keruangan dan waktu, apabila pengukuran dilakukan intensif dengan
daerah yang sulit dijangkau atau terbatas infrastruktur pendukung. Dengan kemajuan teknologi
HF (High Frequency ) radar pantai saat ini, maka kendala tersebut dapat diatasi, sebagai
alternative pemecahan solusi secara efektif dan effisien [5].

1
Metodologi

Teknik pengukuran HF radar pantai telah diperkenalkan sejak 1950 dengan perkembangan
yang pesat, ditandai dengan banyaknya produk tulisan baik berbentuk jurnal ilmiah ataupun
populer. Teknik terbaru ini dengan memanfaatkan spektrum gelombang elektromagnetik
dengan frekuensi, HF pada band 3-30 Mhz dengan panjang gelombang 10 -100 m. Prinsip
dasar teknik ini dengan memanfaatkan energi refleksi gelombang (backscatter) dari permukaan
air laut yang dipancarkan oleh stasiun pemancar sehingga memungkin spektrum energynya
diterima balik pada stasiun penerima. Proses-proses yang berlaku dengan memanfaatkan
resonansi gelombang tersebut, lebih dikenal dengan Bragg scattering. Pada tahun 1955,
Crombie adalah peneliti pertama kali yang mengidentifikasi resonansi gelombang tersebut
dengan menggunakan HF radar pantai, sehingga memungkin untuk dapat mengestimasi arus
dan gelombang laut. Inovasi baru ini, dapat mengatasi kendala yang dihadapi oleh keterbatasan
teknik pengukuran secara konvensional saat ini

Pada prinsipnya, gelombang laut terdiri dari berbagai komponen gelombang dengan frekuensi
dan arah propagasi yang berbeda. Dalam hal ini, spektrum Doppler, () , yang diperoleh dari
HF radar merupakan distribusi energi dari sinyal gelombang radio (radio backscattered) oleh
gelombang laut pada frekuensi sudut , dan dinyatakan dengan penjumlahan komponen orde
pertama (1) () , dan komponen orde kedua , ( 2) (), dan biasa diformulasikan sebagai:
() (1) () (2) ().

Hubungan antara spektrum Doppler dan spektrum gelombang laut pada kondisi laut dalam,
secara matematis dinyatakan dengan persamaan [2][4]:

(1) () 26 k 4
0
m1
S (2mk0 , 0) ( (1)
m B )

(2) () 26 k0 | |2 S (m
1 k
1 )S (m k
2 2
(2)
4
)
m1 ,m2 1

( m2 ) dpdq
m1
dimana k0 (k0 , 0) adalah nilai mutlak dari vektor bilangan gelombang k 0 dari gelombang radio,
sedangkan S (k) S (kx , ky ) merupakan jumlah gelombang spektrum dari gelombang laut, dan

2
3
(= ) adalah frekuensi sudut Bragg scattering. Sedangkan, variabel bebas, p dan q dari
B

integrasi tersebut merupakan titik koordinat yang masing-masing sejajar dengan sumbu dari
pancaran radar dan tegak lurus ke pancaran radar. Vektor jumlah gelombang untuk gelombang
laut k1 dan k2, dapat dinyatakan dengan variabel-variabel pada persamaan berikut:

k ( p k , q), 2 0

1 0 k ( p k , q) (3)

Selanjutnya, kondisi resonansi Bragg's (Bragg scattering) dapat dinyatakan dengan:

k k k
1 2 2 0 (4)

Sedangkan, derajat kontribusi dari komponen gelombang yang memiliki bilangan gelombang k1
dan k2 untuk distribusi energi orde kedua dari sinyal (radar backscattered) dinyatakan dengan
koefisien kopling, . Dalam hal ini, koefisien kopling dinyatakan oleh E , dimana E
merupakan efek hamburan elektromagnetik sedangkan dan H adalah efek hamburan

2gk0

4
gk21
hidrodinamik. Oleh karena komponen orde pertama (1) () dan komponen orde kedua (2) ()
muncul dalam frekuensi yang berbeda dalam spektrum Doppler () , maka besaran dari
kedua orde tersebut dapat dipisahkan. Dengan demikian, informasi oseanografi berharga, yakni
arus dan gelombang permukaan, dapat diperoleh dari komponen spektrum masing-masing.
Seperti yang ditunjukkan pada persamaan (1) dan persamaan (2) yang memiliki vektor bilangan
gelombang k1 dan k2.

Hingga dua dekade terakhir, perkembangan teknologi ini telah memberikan hasil yang cukup
menjanjikan, dengan keberhasilan yang tinggi. Sebagai gambaran pemanfaatan, aplikasi
teknologi ini dibidang riset ekologi, mampu memetakan pergerakan larva dan nutrient, serta
fenomena up welling di perairan Granite Canyon (3625.9'N, 121 55.0'W), California, Amerika,
(lihat gambar 1) [1]:

Gambar 1. Salah satu contoh hasil pengukuran arus permukaan dengan a single SeaSonde di
perairan Granite Canyon, CA., pada tanggal 15 Juli 1993 [1].

Khusus dalam memetakan arus laut dan gelombang laut, aplikasi teknologi HF radar pantai
telah dapat dimanfaatkan, antara lain oleh University of Sheffields yang dikenal dengan
program SCAWVEX (Surface Current and Wave Variability Experiment) di perairan North Sea,
Inggris bagian Timur, dengan tingkat keberhasilan dan akurasi relatif lebih unggul dibandingkan
dengan teknik secara konvensional.
Gambar 2. Aplikasi HF radar pantai yang dimiliki oleh Okinawa Subtropical Environment
Remote Sensing Center, National Institute of Information and Communications Technology) [6].
Selanjutnya di negara Jepang, dalam dua dekade terakhir, telah pula memanfaatkan
keunggulan aplikasi teknologi ini, dimana dioperasikan oleh Pusat Penelitian dan
Pengembangan Pengeinderaan Jauh Sub-Tropika di Okinawa (Okinawa Subtropical
Environment Remote Sensing Center, National Institute of Information and Communications
Technology) guna mendeteksi pola pergerakan arus panas dan gelombang laut di bagian barat-
utara Samudera Pasifik [6]. Demikian juga, negara tetangga Phillipina telah memanfaatkan pula
keunggulan teknologi radar pantai ini untuk diterapkan di perairan Timur Phillipina guna
memonitor arus Mindanao yang cukup signifikan keberadaannya dalam kontribusi pergerakan
massa air di Western Pacific Ocean

Mengingat rangkaian bencana di berbagai perairan Nusantara, misalnya musibah


tenggelamnya kapal motor penyeberangan akibat kondisi ekstrim di berbagai perairan yang
menelan banyak korban jiwa, atau pun adanya pola perubahan massa air panas dan dingin
yang relatif cepat terhadap perairan budidaya mutiara di perairan Lombok Utara sehingga
merugikan banyak petani dan pengusaha, sudah tentu dalam rangka mengurangi dampak
negatif yang ditimbulkan maka dengan dukungan teknoogi terkini HF radar pantai, kita dapat
minimalisir dengan ketersediaan sistem monitoring terpadu secara spasial dan temporal.
Ancaman bencana masih bertambah dengan aktivitas tektonik di wilayah Paparan Sunda dalam
bentuk tsunami akibat gempa bumi yang sering terjadi di wilayah ini. Adanya potensi bencana
yang besar, maka sebagai alternatif solusi pemecahannya sebagai sistem peringatan dini guna
mitigasi bencana di berbagai perairan merupakan hal yang mendesak dan perlu mendapat
perhatian serius dari pemerintah. Aplikasi teknologi HF radar pantai dengan implikasi menarik
ini memiliki potensi cakupan wilayah monitoring yang luas tergantung dari sistem yang
digunakan, untuk dapat membantu dalam riset manajemen pesisir dan lautan, pemulihan
terumbu karang dan peringatan tsunami, kontrol terhadap penyebaran tumpahan minyak serta
upaya pencarian dan penyelamatan kecelakaan kapal di laut.

Ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam pemanfaatan aplikasi teknologi baru
ini yakni baik aspek teknis dan institusi. Aspek teknis terkait dengan pengembangan sistem
aplikasi teknologinya, baik perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software),
termasuk penyiapan sumberdaya manusianya (brainware). Dalam hal ini, pengembangan
metode telah dan sementara dilakukan, misal Metode Lukijanto (2009) yang dikenal juga
dengan metode praktis estimasi spektrum gelombang laut dengan memanfaatkan HF radar
pantai dengan hasil yang cukup effisien [4][5]. Dalam penajaman dan penguatan kapasitas,
untuk dapat melaksanakan ini semua tentunya harus melibatkan semua unsur yang terkait dan
berperan sesuai dengan fungsi masing-masing. Antara lain, lembaga pemerintah yang terkait
sebagai penentu kebijakan, lembaga riset (LIPI, BPPT, Perguruan Tinggi dan Litbang
Kementerian terkait), serta peran swasta yang tertarik untuk mengembangkan dan
menggunakan aplikasi teknologi ini. Hal lain yang tidak kalah pentingnya, tentu perlu didukung
dengan aspek regulasi.

Dengan paparan di atas terlihat bahwa perkembangan pemanfaatan HF (High Frequency) radar
pantai sebagai salah satu inovasi terbaru di bidang iptek kelautan, terbukti keunggulannya dan
telah dapat diaplikasikan di berbagi wilayah Asia, Amerika dan Eropa. Memperhatikan
keakuratan dan effisiensi yang relatif tinggi, maka keunggulan yang dimiliki oleh HF (High
Frequency) radar pantai tersebut memungkinkan untuk dapat dimanfaatkan oleh para
pengguna (oseanografer, ahli teknik pantai, manajer pesisir dan angkatan laut) sebagai
alternatif sistem teknologi monitoring lingkungan laut terbaru sehingga dapat diaplikasikan di
perairan Indonesia.
Penutup

Pemanfaatan HF radar pantai sebagai salah satu inovasi terbaru penerapan iptek kelautan dan
perikanan, telah terbukti keunggulannya dalam merekam jejak arus aut dan gelombang laut
oleh karena memiliki keakuratan dan effisiensi yang relatif tinggi. Aplikasi teknologi HF (High
Frequency) radar pantai merupakan teknologi alternatif yang sangat prospektif untuk dapat
dimanfaatkan dan dikembangkan di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai