Anda di halaman 1dari 20

Laporan konseling pada keluarga

Stikes nusantara lasinrang pinrang

Tahun 2016 / 2017

OLEH :

SITTI DWI WIDIASTUTI

S.13045

Mengetahui,

Dosen Pembimbing

Ns.Sukri, S.Kep.M.Kep

PENDIDIKAN S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NUSANTARA LASINRANG PINRANG
2016
BAB I

PENDAHULUAN

A. DEFENISI HOME CARE


Perawatan kesehatan di rumah merupakan salah satu jenis dari perawatan
jangka panjang (Long term care) yang dapat diberikan oleh tenaga profesional
maupun non profesional yang telah mendapatkan pelatihan. Perawatan
kesehatan di rumah yang merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan
adalah suatu komponen rentang pelayanan kesehatan yang berkesinambungan
dan komprehensif diberikan kepada individu dan keluarga di tempat tinggal
mereka yang bertujuan untuk meningkatkan, mempertahankan atau memulihkan
kesehatan serta memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalkan akibat
dari penyakit termasuk penyakit terminal. Pelayanan yang sesuai dengan
kebutuhan pasien individual dan keluarga, direncanakan, dikoordinasi dan
disediakan oleh pemberi pelayanan yang diorganisir untuk memberi home care
melalui staf atau pengaturan berdasarkan perjanjian atau kombinasi dari
keduanya (Warhola C, 1980).

Sherwen (1991) mendefinisikan perawatan kesehatan di rumah sebagai bagian


integral dari pelayanan keperawatan yang dilakukan oleh perawat untuk
membantu individu, keluarga dan masyarakat mencapai kemandirian dalam
menyelesaikan masalah kesehatan yang mereka hadapi.

Sedangkan Stuart (1998) menjabarkan perawatan kesehatan di rumah sebagai


bagian dari proses keperawatan di rumah sakit, yang merupakan kelanjutan dari
rencana pemulangan (discharge planning), bagi klien yang sudah waktunya
pulang dari rumah sakit. Perawatan di rumah ini biasanya dilakukan oleh perawat
dari rumah sakit semula, dilaksanakan oleh perawat komunitas dimana klien
berada, atau dilaksanakan oleh tim khusus yang menangani perawatan di
rumah.

Menurut American of Nurses Association (ANA) tahun 1992 pelayanan keseatan


di rumah adalah perpaduan perawatan kesehatan masyarakat dan ketrampilan
teknis yang terpilih dari perawat spesialis yang terdiri dari perawat komunitas,
perawat gerontologi, perawat psikiatri, perawat maternitas dan perawat medikal
bedah. Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan perawatan kesehatan di
rumah adalah :
Suatu bentuk pelayanan kesehatan yang komprehensif bertujuan memandirikan
klien dan keluarganya.Pelayanan kesehatan diberikan di tempat tinggal klien
denganmelibatkan klien dan keluarganya sebagai subyek yang ikut
berpartisipasi merencanakan kegiatan pelayanan,

Pelayanan dikelola oleh suatu unit/sarana/institusi baik aspekadministrasi


maupun aspek pelayanan dengan mengkoordinir berbagai kategori tenaga
profesional dibantu tenaga non profesional, di bidang kesehatan maupun non
kesehatan (Depkes, 2002).

B. PELAYANAN HOME CARE MELIPUTI

Pelayanan keperawatan yang diberikan meliputi pelayanan primer, sekunder


dan tersier yang berfokus pada asuhan keperawatan klien melalui kerjasama
dengan keluarga dan tim kesehatan lainnya. Perawatan kesehatan di rumah
adalah spektrum kesehatan yang luas dari pelayanan sosial yang ditawarkan pada
lingkungan rumah untuk memulihkan ketidakmampuan dan membantu klien yang
menderita penyakit kronis (NAHC, 1994).

C. PERKEMBANGAN PERWATAN KESEHATAN DIRUMAH


Sejauh ini bentuk-bentuk pelayanan kesehatan yang dikenal masyarakat dalam
sistem pelayanan kesehatan adalah pelayanan rawat inap dan rawat jalan. Pada
sisi lain banyak anggota masyarakat yang menderita sakit karena berbagai
pertimbangan terpaksa dirawat di rumah dan tidak dirawat inap di institusi
pelayanan kesehatan. Faktor-faktor yang mendorong perkembangan perawatan
kesehatan di rumah adalah :
Kasus-kasus penyakit terminal dianggap tidak efektif dan tidakefisien lagi
apabila dirawat di institusi pelayanan kesehatan. Misalnya pasien kanker stadium
akhir yang secara medis belum ada upaya yang dapat dilakukan untuk mencapai
kesembuhan,
Keterbatasan masyarakat untuk membiayai pelayanan kesehatan padakasus-
kasus penyakit degeneratif yang memerlukan perawatan yang relatif lama.
Dengan demikian berdampak pada makin meningkatnya kasus-kasus yang
memerlukan tindak lanjut keperawatan di rumah. Misalnya pasien pasca stroke
yang mengalami komplikasi kelumpuhan dan memerlukan pelayanan rehabilitasi
yang membutuhkan waktu relatif lama,
Manajemen rumah sakit yang berorientasi pada profit, merasakanbahwa
perawatan klien yang sangat lama (lebih 1 minggu) tidak menguntungkan
bahkan menjadi beban bagi manajemen.
Banyak orang merasakan bahwa dirawat inap di institusi pelayanankesehatan
membatasi kehidupan manusia, karena seseorang tidak dapat menikmati
kehidupan secara optimal karena terikat dengan aturan-aturan yang
ditetapkan,Lingkungan di rumah ternyata dirasakan lebih nyaman bagi
sebagianklien dibandingkan dengan perawatan di rumah sakit, sehingga dapat
mempercepat kesembuhan (Depkes, 2002).

D. TUJUAN PERAWATAN HOME CARE


Perawatan kesehatan di rumah bertujuan :
1. Membantu klien memelihara atau meningkatkan status kesehatan dan kualitas
hidupnya,
2. Meningkatkan keadekuatan dan keefektifan perawatan pada anggota keluarga
dengan masalah kesehatan dan kecacatan,
3. Menguatkan fungsi keluarga dan kedekatan antar keluarga,

4. Membantu klien tinggal atau kembali ke rumah dan mendapatkan perawatan


yang diperlukan, rehabilitasi atau perawatan paliatif,

5. Biaya kesehatan akan lebih terkendali.

E. RUANG LINGKUP HOME CARE


Secara umum lingkup perawatan kesehatan di rumah dapat di kelompokkan
sebagai berikut :
1. Pelayanan medik dan asuhan keperawatan
2. Pelayanan sosial dan upaya menciptakan lingkungan yang terapeutik
3. Pelayanan rehabilitasi dan terapi fisik
4. Pelayanan informasi dan rujukan
5. Pendidikan, pelatihan dan penyuluhan kesehatan
6. Higiene dan sanitasi perorangan serta lingkungan
7. Pelayanan perbaikan untuk kegiatan sosial
Menurut Rice R (2001) jenis kasus yang dapat dilayani pada perawatan
kesehatan di rumah meliputi kasus-kasus yang umum pasca perawatan di rumah
sakit dan kasus-kasus khusus yang di jumpai di komunitas.
Kasus umum yang merupakan pasca perawatan di rumah sakit adalah:
Klien dengan penyakit obstruktif paru kronis
Klien dengan penyakit gagal jantung
Klien dengan gangguan oksigenasi
Klien dengan perlukaan kronis
Klien dengan diabetes
Klien dengan gangguan fungsi perkemihan
Klien dengan kondisi pemulihan kesehatan atau rehabilitasi
Klien dengan terapi cairan infus di rumah
Klien dengan gangguan fungsi persyarafan
Klien dengan HIV/AIDS
Sedangkan kasus dengan kondisi khusus, meliputi :
Klien dengan post partum
Klien dengan gangguan kesehatan mental
Klien dengan kondisi usia lanjut
Klien dengan kondisi terminal

F. PEMBIAYAAN DAN POLA TARIF

Kebijaksanaan Tarif dalam Perawatan Kesehatan di rumah Mengacu pada


prinsip-prinsip yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan sebagaiberikut:
Pemerintah dan masyarakat bertanggung jawab dalam memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Tarif pelayanan kesehatan Perawatan Kesehatan di Rumah harus


memperhatikan kemampuan keuangan dan keadaan sosial ekonomi
masyarakat.
Penetapan tarif pelayanan kesehatan Perawatan Kesehatan di Rumah meskipun
dimungkinkan untuk mencari laba namun harus secara seimbang
memperhatikan kepentingan masyarakat berpenghasilan rendah dengan azas
gotong royong.Tarif pelayanan kesehatan Perawatan Kesehatan di Rumah untuk
golongan masyarakat yang pembayarannya dijamin oleh pihak penjamin
(asuransi kesehatan, JPKM,dll) ditetapkan atas dasar saling membantu melalui
suatu ikatan tertulis.Tarif pelayanan kesehatan Perawatan Kesehatan di Rumah
harus mencakup seluruh unsur pelayanansecara proporsional.
Jenis Pelayanan yang dikenakan tarif dalam Perawatan Kesehatan di Rumah
Selain memperhatikan kebijakan yang telah disebutkan, penetapan tarif
ditetapkan berdasarkan pertimbangan antara lain kategori tindakan dari yang
sederhana sampai dengan yang kompleks/canggih. Selain itu pertimbangan
klasifikasi pelayanan dari yang biasa atau sederhana sampai dengan yang dapat
dikategorikan mewah. Semua itu dapat dijadikan pertimbangan dalam
memperhitungkan tarif yang layak.Jenis Pelayanan yang dikenakan tarif meliputi:
Jasa pelayanan kesehatan dan non kesehatan.Adalah imbalan yang diterima
pelaksanaan pelayanan atas jasa yang diberikan kepada klien dalam rangka
pelayanan meliputi :

1). Pelayanan medik meliputi : konsultasi dan tindakan medik

2). Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan meliputi konsultasi asuhan dan


tindakan keperawatan serta tindakan medik yang dilimpahkan.

3). Pelayanan Penunjang Medik (Laboratorium, Radiologi, Fisioterapis, Terapi


wicara, refraksionis, dll) meliputi konsultasi dan tindakan penunjang medik.

4). Pelayanan Penunjang Non Medik meliputi konsultasi oleh petugas sosial
profesional dan pelayanan psikologi dan jiwa.

Jasa pelayanan sarana/prasarana adalah imbalan-imbalan yang diterima oleh


pengelola atas pemakaian sarana, fasilitas, alat kesehatan, obat dan bahan
habis pakai yang digunakan langsung terhadap klien baik dengan sistem sewa
maupun membeli. Kegiatannya meliputi sewa peralatan medik, peralatan
keperawatan dan alat kesehatan lainnya, transportasi klien, konsultasi per
telepon dan sarana komunikasi lainnya, tindakan perbaikan lingkungan dalam
rangka menciptakan lingkungan terapeutik
Contoh daftar tarif jasa perawatan

TINDAKAN TARIF 1 X TINDAKAN

1. Rawat luka 45.000 60.000


2. Nebulizier 35.0000
3. Angkat jahit 45.000
4. Penanganan nyeri 50.000
5. Pemantauan KKP 50.000
6. Pemantauan Hipertensi 35.000
7. Pemantauan CVA 50.000
8. Pemantauan DM 30.000 50.000

Contoh daftar tarif transport

No Transport Tarif

1. Dalam kota Pasuruan 5.000 25.000


2. Luar Kota Pasuruan 30.000/km

G. JENIS INSTITUSI PELAYANAN HOME CARE


Ada beberapa jenis institusi yang dapat memberikan layanan homecare antara
lain Institusi pemerintah Di Indonesia pelayanan home care yang telah lama
berlangsung dilakukan adalah dalam bentuk perawatan kasus/keluarga resiko
tinggi (baik ibu, bayi, balita maupun lansia) yang dilaksanakan oleh tenaga
keperawatan puskesmas (digaji oleh pemerintah). Klien yang dilayani oleh
puskesmas biasanya adalah kalangan menengah ke bawah. Di Amerika hal ini
dilakukan oleh visiting nurse. Institusi sosial yang melaksanakan pelayanan
home care dengan sukarela dan tidak memungut biaya Biasanya dilakukan oleh
LSM atau organisasi keagamaan dengan penyandang dananya dari donatur,
misalnya bala keselamatan yang melakukan kunjungan rumah kepada keluarga
yang membutuhkan sebagai wujud pengabdian pada Tuhan. Institusi swasta
dalam bentuk praktik mandiri baik perorangan maupun kelompok yang
menyelenggarakan pelayanan home care dengan menerima imbalan jasa baik
secara langsung dari klien maupun pembayaran melalui pihak ketiga (asuransi).
Sebagaimana layaknya layanan kesehtan swasta tentu tidak berorientasi not for
profit services.Hospital home care. Merupakan perawatan lanjutan pada klien
yang telah dirawat di rumah sakit, keluarga masih memerlukan bantuan layanan
keperawatan, maka dilanjutkan di rumah.

H. BAGAIMANA MERENCANAKAN INSTITUSI HOME CARE SWASTA


Bagaimana Merencanakan Institusi Homecare Swasta
Institusi home care swasta baik didirikan secara individu maupun kelompok, baik
untuk satu jenis layanan maupun layanan yang bervariasi.. Untuk itu diperlukan
perencanaan yang berdasarkan kebutuhan pasar. Perencanaan berdasarkan
kebutuhan pasar mengharuskan kita untuk melakukan analisa eksternal dan
internal.

Analisa eksternal memperhitungkan kecenderungan kebutuhan pasar


mengharuskan kita untuk melakukan analisa eksternal dan internal.
Analisa eksternal memperhitungkan kecenderungan kebutuhan pasar baik jenis
maupun jumlahnya. Misalnya bila kita berada di daerah yang penduduknya
kebanyakan berusia produktif, maka sudah dapat diperkirakan bahwa pasar
membutuhkan layanan keperawatan yang berhubungan dengan masalah
reproduksi, bayi serta balita. Analisa eksternal juga harus melihat pesaing yang
ada di sekitar daerah tersebut baik jumlah, jenis maupun kondisinya.

Analisa internal memperhitungkan tentang ketersediaan sumber (alam, manusia,


dana ) baik yang aktual maupun potensial. Selain ketersediaan dana juga perlu
dianalisa komitmen personal yang ada terhadap rencana pembentukan institusi
home care. Komitmen personal merupakan persyaratan mutlak yang harus
dimiliki untuk mengawali suatu bisnis baru. Agar pelanggan loyal terhadap suatu
institusi home care maka home care harus memperhatikan hal berikut :

1. Kemudahan meliputi kemudahan untuk dihubungi, untuk mendapatkan


informasi, dan kemudahan untuk membuat janji.

2. Selalu tepat janji, sangat penting untuk membina hubungan saling percaya
antara masyarakat dengan institusi home care swasta

3. Sesuai standar yang telah ditetapkan. Hal ini merupakan ciri profesional
Bersifat responsif terhadap keluhan, kebutuhan dan harapan klien.

4. Mengembangkan hubungan kerjasama secara internal dan eksternal untuk


memperbaiki kualitas layanan.

I. MEKANISME PERAWATAN KESEHATAN DI RUMAH


Pasien/ klien yang memperoleh pelayanan keperawatan di rumah dapat
merupakan rujukan dari klinik rawat jalan, unit rawat inap rumah sakit, maupun
puskesmas . namun pasien/ klien dapat langsung menghubungi agensi
pelayanan keperawatan di rumah atau praktek keperawatan per orangan untuk
memperoleh pelayanan.
Mekanisme yang harus di lakukan adalah sebagai berikut:
1. Pasien / klien pasca rawat inap atau rawat jalan harus diperiksa terlebih
dahulu oleh dokter untuk menentukan apakah secara medis layak untuk di
rawat di rumah atau tidak.
2. Selanjutnya apabila dokter telah menetapkan bahwa klien layak dirawat
di rumah, maka di lakukan pengkajian oleh koordinator kasus yang
merupakan staf dari pengelola atau agensi perawatan kesehatan dirumah,
kemudian bersama-sama klien dan keluarga, akan menentukan
masalahnya, dan membuat perencanaan, membuat keputusan, membuat
kesepakatan mengenai pelayanan apa yang akan diterima oleh klien,
kesepakatan juga mencakup jenis pelayanan, jenis peralatan, dan jenis
sistem pembayaran, serta jangka waktu pelayanan.
3. Selanjutnya klien akan menerima pelayanan dari pelaksana pelayanan
keperawatan dirumah baik dari pelaksana pelayanan yang dikontrak atau
pelaksana yang direkrut oleh pengelola perawatan dirumah. Pelayanan
dikoordinir dan dikendalikan oleh koordinator kasus, setiap kegiatan yang
dilaksanakan oleh tenaga pelaksana pelayanan harus diketahui oleh
koordinator kasus.
4. Secara periodic koordinator kasus akan melakukan monitoring dan
evaluasi terhadap pelayanan yang diberikan apakah sudah sesuai dengan
kesepakatan.
J. FASE FASE KEPERAWATAN HOME CARE
1.fase persiapan
Struktur organisasi, yang didalamnya ada pimpinan home care, manager
administrasi, manager pelayanan, koordinator kasus dan pelaksana
pelayanan,Perizinan.
Mekanisme perizinan pendirian home care sebagai berikut :
Berbadan hukum yg ditetapkan dlm akte notaris Mengajukan ijin usaha Home
care kpd Dinkes Kab/Kota setempat dg melampirkan :
a. Rekomendasi dari PPNI
b. Ijin lokasi bangunan
c. Ijin lingkungan
d. ijin usaha
e. Persyaratan tata ruang bangunan meliputi : ruang direktur, ruang
anajemen,gudang sarana dan peralatan, sarana komunikasi, saranan
transportasi.
f. Ijin persyaratan tenaga meliputi ijin praktek profesi dan sertifikasi home
care
Daftar tarif dibuat berdasarkan dengan memperhatikan standar harga di
wilayah tempat berdirinya home care dengan memperhatikan golongan
ekonomi lemah Sarana dan Prasarana, meliputi set alat yang sering
dipakai seperti perawatan luka, perawatan bayi, nebulizier, aksigen,
suction dan juga peralatan komputer dan perlengkapan kantor.
Format askep, meliputi format register, pengkajian, tindakan, rekap
alat/bahan yang terpakai, evaluasi dari perawat ataupun dari
pasien/keluarga.
Form informed consent, meliputi persetujuan tindakan dari pasien dan
keluarga, persetujuan pembiayaan dan keikutsertaaan dalam perawatan.
Surat Perjanjian kerjasama antara profesi lain seperti misalnya fisioterapi,
dokter, laboratorium, radiologi dan juga dinas sosial.Transportasi terutama
untuk perawat home care dan juga transportasi pasien bila sewaktu-waktu
perlu rujukan ke rumah sakit atau tempat pelayanan lainnya. Sistem
gaji/upah personil home care. Sistem ini harus lebih berorientasi pada
kepentingan perawat pelaksana bukan keuntungan manajemen semata.
Sistem penggajian bisa dalam bentuk bulanan atau dibuat dalam setiap
kali selesai merawat pasien.
2. Fase implementasi
Case manager menugaskan surveyor untuk melakukan pengkajian
kebutuhan klien dan perawat pelaksana untuk merawat klien. Hasil pengkajian
awal sebagai referensi untuk merencanakan kebutuhan klien selanjutnya dan
dibuat kesepakatan dengan keluarga (waktu, biaya dan sistem perawatan yg
dipilih). Surveyor memantau pelaksanaan pelayanan keperawatan oleh perawat
pelaksana.
3.Fase terminasi
Perawat menyelesaikan tugas sesuai kontrak yg disepakati surveyor
menyerahkan rekap peralatan dan biaya selama perawatan. Kolektor melak
kunjungan ke klg untuk penyelesaian administrasi.
4. Fase pasca kunjungan
Evaluasi pelayanan home care pada pasien/keluarga dengan
angket
pertelepon
lewat email
Kunjungan
Mengenai : pely perawtan, komunikasi, sarana, dll

BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN HOME CARE PADA KASUS HIPERTENSI

1. DEFENISI HIPERTENSI
Hipertensi adalah peningkatan abnormal pada tekanan sistolik 140 mm Hg
atau lebih dan tekanan diastolic 120 mmHg (Sharon, L.Rogen, 1996).

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHG
dan tekanan darah diastolic lebih dari 90 mmHG (Luckman Sorensen,1996).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah
sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolic 90 mmHg atau
lebih. (Barbara Hearrison 1997)

Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa hipertensi adalah


peningkatan tekanan darah yang abnormal dengan sistolik lebih dari 140
mmHg dan diastolic lebih dari 90 mmHg.

2. ETIOLOGI
Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi
terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan
perifer

Namun ada beberapa factor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:


a. Genetik: Respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau
transport Na.
b. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan
tekanan darah meningkat.
c. Stress Lingkungan
d. Hilangnya Elastisitas jaringan and arterisklerosis pada orang tua serta
pelabaranpembuluh darah.

Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:

a. Hipertensi Esensial (Primer)


Penyebab tidak diketahui namun banyak factor yang mempengaruhi seperti
genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, system
rennin angiotensin, efek dari eksresi Na, obesitas, merokok dan stress.
b. Hipertensi Sekunder
Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vakuler renal. Penggunaan
kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin dll.

3. PATOFISIOLOGI
Menurunnya tonus vaskuler meransang saraf simpatis yang diterukan ke
sel jugularis.Dari sel jugalaris ini bias meningkatkan tekanan darah. Dan apabila
diteruskan pada ginjal, maka akan mempengaruhi eksresi pada renin yang
berkaitan dengan Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada
angiotensinogen II berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada pembuluh
darah, sehingga terjadi kenaikan tekanan darah.Selain itu juga dapat
meningkatkan hormon aldosteron yang menyebabkan retensi natrium. Hal
tersebut akan berakibat pada peningkatan tekanan darah. Dengan Peningkatan
tekanan darah maka akan menimbulkan kerusakan pada organ organ seperti
jantung.

4. MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah meningkanya
tekanan darah > 140/90 mmHg, sakit kepala, epistaksis, pusing/migrain, rasa
berat ditengkuk, sukar tidur, mata berkunang kunang, lemah dan lelah, muka
pucat, suhu tubuh rendah.

5. KOMPLIKASI
Organ organ tubuh sering terserang akibat hipertensi anatara lain mata
berupa perdarahan retina bahkan gangguan penglihatan sampai kebutaan, gagal
jantung, gagal ginjal, pecahnya pembuluh darah otak.

6. PENATALAKSANAAN MEDIK
Penanggulangan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi dua jenis
penatalaksanaan:

a.Penatalaksanaan Non Farmakologis.

1. Diet

Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat


menurunkantekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin dalam
plasma dan kadaradosteron dalam plasma.

2. Aktivitas.
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan
dengan batasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan, jogging,
bersepedaatau berenang.
b. Penatalaksanaan Farmakologis.
Secara garis besar terdapat bebrapa hal yang perlu diperhatikan dalam

Pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:

1. Mempunyai efektivitas yang tinggi.


2. Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.
3. Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
4. Tidak menimbulakn intoleransi.
5. Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.
6. Memungkinkan penggunaan jangka panjang.
Golongan obat obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi
seperti golongan diuretic, golongan betabloker, golongan antagonis kalsium,
golongan penghambat konversi rennin angitensin.
Test diagnostic.

a. Hb/Ht: untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan


(viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko seperti : hipokoagulabilitas,
anemia.
b. BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.
c. Glucosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan
oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
d. Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada
DM.
e. CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
f. EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang
P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
g. IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal, perbaikan
ginjal.
h. Foto dada : Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup, pembesaran
jantung.

7. ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI


a. Pengkajian
Aktivitas/ Istirahat.
Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda :Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,
takipnea.
Sirkulasi
Gejala :Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung
koroner/katup dan penyakit cerebrovaskuler, episode palpitasi.
Tanda :Kenaikan TD, Nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis,
radialis, tikikardi,murmur stenosis valvular, distensi vena
jugularis,kulit pucat, sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer)
pengisian kapiler mungkin lambat/ bertunda.

Integritas Ego.
Gejala :Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress
multiple hubungan,keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan.
Tanda :Letupan suasana hat, gelisah, penyempitan continue
perhatian, tangisan meledak, otot muka tegang, pernafasan
menghela, peningkatan pola bicara.
Eliminasi

Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau


riwayat penyakit ginjal pada masa yang lalu.)

Makanan/cairan
Gejala: Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi
garam, lemak serta kolesterol, mual, muntah dan perubahan BB
akhir akhir ini (meningkat/turun) Riwayat penggunaan diuretic
Tanda: Berat badan normal atau obesitas,adanya edema,
glikosuria.
Neurosensori
Gejala: Keluhan pening pening/pusing, berdenyu, sakit kepala,
subojksipital (terjadisaat bangun dan menghilangkan secara
spontan setelah beberapa jam) Gangguan penglihatan (diplobia,
penglihatan kabur, epistakis).
Tanda: Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi
bicara, efek, proses pikir, penurunan kekuatan genggaman tangan.
Nyeri/ ketidaknyaman
Gejala: Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan jantung),sakit
kepala.
Pernafasan
Gejala: Dispnea yang berkaitan dari kativitas/kerja takipnea,
ortopnea,dispnea, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum,
riwayat merokok.
Tanda: Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan
bunyi nafas tambahan (krakties/mengi), sianosis.
Keamanan
Gejala: Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural.
Pembelajaran/Penyuluhan
Gejala: Faktor resiko keluarga: hipertensi, aterosporosis, penyakit
jantung, DM.
Faktor faktor etnik seperti: orang Afrika-amerika, Asia Tenggara,
penggunaan pil KB atau hormone lain, penggunaan alcohol/obat.
Rencana pemulangan : bantuan dengan pemantau diri
TD/perubahan dalam terapi obat.

b. Diagnosa , Kriteria Hasil dan Intervensi


Diagnosa I

Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi


pembuluh darah.

Kriteria Hasil :

Klien berpartisifasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah / beban


kerja jantung , mempertahankan TD dalam rentang individu yang dapat
diterima, memperlihatkan norma dan frekwensi jantung stabil dalam rentang
normal pasien.

Intervensi

1. Observasi tekanan darah (perbandingan dari tekanan memberikan gambaran


yang lebih lengkap tentang keterlibatan / bidang masalah vaskuler).
2. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer (Denyutan
karotis,jugularis, radialis dan femoralis mungkin teramati / palpasi.
Dunyut pada tungkai mungkin menurun, mencerminkan efek dari vasokontriksi
(peningkatan SVR) dan kongesti vena).
3. Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas. (S4 umum terdengar pada
pasien hipertensi berat karena adanya hipertropi atrium, perkembangan S3
menunjukan hipertropi ventrikel dan kerusakan fungsi, adanya krakels,
mengi dapat mengindikasikan kongesti paru sekunder terhadap terjadinya
atau gagal jantung kronik).
4. Amati warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa pengisian kapiler.
(adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa pengisian kapiler lambat
mencerminkan dekompensasi / penurunan curah jantung).
5. Catat adanya demam umum / tertentu. (dapat mengindikasikan gagal
jantung, kerusakan ginjal atau vaskuler).
6. Berikan lingkungan yang nyaman, tenang, kurangi aktivitas / keributan
ligkungan, batasi jumlah pengunjung dan lamanya tinggal. (membantu untuk
menurunkan rangsangan simpatis, meningkatkan relaksasi).
7. Anjurkan teknik relaksasi, panduan imajinasi dan distraksi. (dapat
menurunkan rangsangan yang menimbulkan stress, membuat efek tenang,
sehingga akan menurunkan tekanan darah).
8. Kolaborasi dengan dokter dlam pembrian therapi anti
hipertensi,deuritik. (menurunkan tekanan darah).

Diagnosa II

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidak


seimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.

Kriteria Hasil :

Klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan / diperlukan,


melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur.

Intervensi

1. Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas dengan menggunkan parameter :


frekwensi nadi 20 per menit diatas frekwensi istirahat, catat peningkatan
TD, dipsnea, atau nyeri dada, kelelahan berat dan kelemahan, berkeringat,
pusig atau pingsan. (Parameter menunjukan respon fisiologis pasien
terhadap stress, aktivitas dan indicator derajat pengaruh kelebihan kerja
/ jantung).
2. Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh : penurunan kelemahan
/ kelelahan, TD stabil, frekwensi nadi, peningkatan perhatian pada
aktivitas dan perawatan diri. (Stabilitas fisiologis pada istirahat
penting untuk memajukan tingkat aktivitas individual).
3. Dorong memajukan aktivitas / toleransi perawatan diri. (Konsumsi
oksigen miokardia selama berbagai aktivitas dapat meningkatkan jumlah
oksigen yang ada. Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan
tiba-tiba pada kerja jantung).
4. Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi mandi,
menyikat gigi / rambut dengan duduk dan sebagainya. (teknik penghematan
energi menurunkan penggunaan energi dan sehingga membantu keseimbangan
suplai dan kebutuhan oksigen).
5. Dorong pasien untuk partisipasi dalam memilih periode aktivitas.
(Seperti jadwal meningkatkan toleransi terhadap kemajuan aktivitas dan
mencegah kelemahan).

Diagnosa III

Gangguan rasa nyaman nyeri : sakit kepela berhubungan dengan


peningkatan tekanan vaskuler cerebral.

Kriteria Hasil :

Melaporkan nyeri / ketidak nyamanan tulang / terkontrol, mengungkapkan


metode yang memberikan pengurangan, mengikuti regiment farmakologi yang
diresepkan.

Intervensi

1. Pertahankan tirah baring selama fase akut. (Meminimalkan stimulasi /


meningkatkan relaksasi).
2. Beri tindakan non farmakologi untuk menghilangkan sakit kepala,
misalnya : kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher serta teknik
relaksasi. (Tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler serebral dengan
menghambat / memblok respon simpatik, efektif dalam menghilangkan sakit
kepala dan komplikasinya).
3. Hilangkan / minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan
sakit kepala : mengejan saat BAB, batuk panjang,dan membungkuk. (Aktivitas
yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala pada adanya
peningkatkan tekanan vakuler serebral).
4. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan. (Meminimalkan penggunaan
oksigen dan aktivitas yang berlebihan yang memperberat kondisi klien).
5. Beri cairan, makanan lunak. Biarkan klien itirahat selama 1 jam setelah
makan. (menurunkan kerja miocard sehubungan dengan kerja pencernaan).
6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik, anti ansietas,
diazepam dll. (Analgetik menurunkan nyeri dan menurunkan rangsangan saraf
simpatis).

Diagnoasa IV

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


intake nutrisi tidak adekuat, keyakinan budaya, pola hidup monoton.

Kriteria Hasil :

klien dapat mengidentifikasi hubungan antara hipertensi dengan kegemukan,


menunjukan perubahan pola makan, melakukan / memprogram olah raga yang
tepat secara individu.
Intervensi

1. Kaji pemahaman klien tentang hubungan langsung antara hipertensi dengan


kegemukan. (Kegemukan adalah resiko tambahan pada darah tinggi, kerena
disproporsi antara kapasitas aorta dan peningkatan curah jantung berkaitan
dengan masa tumbuh).
2. Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan
lemak,garam dan gula sesuai indikasi.
3. Tetapkan keinginan klien menurunkan berat badan. (motivasi untuk
penurunan berat badan adalah internal. Individu harus berkeinginan untuk
menurunkan berat badan, bila tidak maka program sama sekali tidak
berhasil).
4. Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet. (mengidentivikasi
kekuatan / kelemahan dalam program diit terakhir. Membantu dalam
menentukan kebutuhan inividu untuk menyesuaikan / penyuluhan).
5. Tetapkan rencana penurunan BB yang realistic dengan klien, Misalnya :
penurunan berat badan 0,5 kg per minggu. (Penurunan masukan kalori
seseorang sebanyak 500 kalori per hari secara teori dapat menurunkan berat
badan 0,5 kg / minggu. Penurunan berat badan yang lambat mengindikasikan
kehilangan lemak melalui kerja otot dan umumnya dengan cara mengubah
kebiasaan makan).
6. Dorong klien untuk mempertahankan masukan makanan harian termasuk kapan
dan dimana makan dilakukan dan lingkungan dan perasaan sekitar saat
makanan dimakan. (memberikan data dasar tentang keadekuatan nutrisi yang
dimakan dan kondisi emosi saat makan, membantu untuk memfokuskan
perhatian pada factor mana pasien telah / dapat mengontrol perubahan).
7. Intruksikan dan Bantu memilih makanan yang tepat , hindari makanan
dengan kejenuhan lemak tinggi (mentega, keju, telur, es krim, daging dll)
dan kolesterol (daging berlemak, kuning telur, produk kalengan,jeroan).
(Menghindari makanan tinggi lemak jenuh dan kolesterol penting dalam
mencegah perkembangan aterogenesis).
8. Kolaborasi dengan ahligizi dalam memenuhi kebutuhan diet individu.

Diagnosa V
Tidak efektifnya koping individu berhubungan dengan mekanisme
koping tidak efektif, harapan yang tidak terpenuhi, persepsi tidak realistic.

Kriteria Hasil :

Mengidentifikasi perilaku koping efektif dan konsekkuensinya, menyatakan


kesadaran kemampuan koping / kekuatan pribadi, mengidentifikasi potensial
situasi stress dan mengambil langkah untuk menghindari dan mengubahnya.

Intervensi
1. Kaji keefektipan strategi koping dengan mengobservasi perilaku,
Misalnya : kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan
berpartisipasi dalam rencana pengobatan. (Mekanisme adaptif perlu untuk
megubah pola hidup seorang, mengatasi hipertensi kronik dan
mengintegrasikan terafi yang diharuskan kedalam kehidupan sehari-hari).
2. Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan
konsentrasi, peka rangsangan, penurunan toleransi sakit kepala, ketidak
mampuan untuk mengatasi / menyelesaikan masalah. (Manifestasi
mekanisme koping maladaptive mungkin merupakan indicator marah yang
ditekan dan diketahui telah menjadi penentu utama TD diastolic).
3. Bantu klien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan kemungkinan
strategi untuk mengatasinya. (pengenalan terhadap stressor adalah
langkah pertama dalam mengubah respon seseorang terhadap stressor).
4. Libatkan klien dalam perencanaan perwatan dan beri dorongan partisifasi
maksimum dalam rencana pengobatan.dan dapat menigkatkan kerjasama
dalam regiment teraupetik.
5. Dorong klien untuk mengevaluasi prioritas / tujuan hidup.
6. Bantu klien untuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan perubahan
hidup yang perlu. Bantu untuk menyesuaikan ketibang membatalkan
tujuan diri / keluarga. (Perubahan yang perlu harus diprioritaskan secara
realistic untuk menghindari rasa tidak menentu dan tidak berdaya).

Diagnosa VI

Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakitnya berhubungan dengan


kurang informasi .

Kriteria hasil

Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regiment pengobatan.


Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi yang
perlu diperhatikan. Mempertahankan TD dalam parameter normal.

Intervensi

1. Bantu klien dalam mengidentifikasi factor-faktor resiko kardivaskuler


yang dapat diubah, misalnya : obesitas, diet tinggi lemak jenuh, dan
kolesterol, pola hidup monoton, merokok, dan minum alcohol (lebih dari 60
cc / hari dengan teratur) pola hidup penuh stress. (Faktor-faktor resiko
ini telah menunjukan hubungan dalam menunjang hipertensi dan penyakit
kardiovaskuler serta ginjal).
2. Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar termasuk orang terdekat.
(kesalahan konsep dan menyangkal diagnosa karena perasaan sejahtera yang
sudah lama dinikmati mempengaruhi minimal klien / orang terdekat untuk
mempelajari penyakit, kemajuan dan prognosis. Bila klien tidak menerima
realitas bahwa membutuhkan pengobatan kontinu, maka perubahan perilaku
tidak akan dipertahankan).
3. Kaji tingkat pemahaman klien tentang pengertian, penyebab, tanda dan
gejala, pencegahan, pengobatan, dan akibat lanjut. (mengidentivikasi
tingkat pegetahuan tentang proses penyakit hipertensi dan mempermudahj
dalam menentukan intervensi).
4. Jelaskan pada klien tentang proses penyakit hipertensi
(pengertian,penyebab,tanda dan gejala,pencegahan, pengobatan, dan akibat
lanjut) melalui penkes. (Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan klien
tentang proses penyakit hipertensi).

8. EVALUASI KEPERAWATAN
Resiko penurunan jantung tidak terjadi, intoleransi aktivitas dapat
teratasi, rasa sakit kepala berkurang bahkan hilang, klien dapat
mengontrol pemasukan / intake nutrisi, klien dapat menggunakan mekanisme
koping yang efektif dan tepat, klien paham mengenai kondisi penyakitnya.

9. RENCANA PERAWATAN HOME CARE HIPERTENSI


a) Fase Persiapan
Struktur organisasi

Pimpinan homecare : ...


Manajer adminstrasi : ...
Manajer Pelayanan : ...
Koordinator kasus : ...
Pelaksana Pelayanan : ...

Format askep home care

No register :
Nama pasien : ... ...
Umur : ... ...

Pengakajian
Aktivitas/ Istirahat.
Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda :Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,
takipnea.
Sirkulasi
Gejala :Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung
koroner/katup dan penyakit cerebrovaskuler, episode palpitasi.
Tanda :Kenaikan TD, Nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis,
radialis, tikikardi,murmur stenosis valvular, distensi vena
jugularis,kulit pucat, sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer)
pengisian kapiler mungkin lambat/ bertunda.

Integritas Ego.
Gejala :Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress
multiple hubungan,keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan.
Tanda :Letupan suasana hat, gelisah, penyempitan continue
perhatian, tangisan meledak, otot muka tegang, pernafasan
menghela, peningkatan pola bicara.
Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau
riwayat penyakit ginjal pada masa yang lalu.)

Makanan/cairan
Gejala: Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi
garam, lemak serta kolesterol, mual, muntah dan perubahan BB
akhir akhir ini (meningkat/turun) Riwayat penggunaan diuretic
Tanda: Berat badan normal atau obesitas,adanya edema,
glikosuria.
Neurosensori
Gejala: Keluhan pening pening/pusing, berdenyu, sakit kepala,
subojksipital (terjadisaat bangun dan menghilangkan secara
spontan setelah beberapa jam) Gangguan penglihatan (diplobia,
penglihatan kabur, epistakis).
Tanda: Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi
bicara, efek, proses pikir, penurunan kekuatan genggaman tangan.
Nyeri/ ketidaknyaman
Gejala: Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan jantung),sakit
kepala.
Pernafasan
Gejala: Dispnea yang berkaitan dari kativitas/kerja takipnea,
ortopnea,dispnea, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum,
riwayat merokok.
Tanda: Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan
bunyi nafas tambahan (krakties/mengi), sianosis.
Keamanan
Gejala: Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural.
Pembelajaran/Penyuluhan
Gejala: Faktor resiko keluarga: hipertensi, aterosporosis, penyakit
jantung, DM.
Faktor faktor etnik seperti: orang Afrika-amerika, Asia Tenggara,
penggunaan pil KB atau hormone lain, penggunaan alcohol/obat.
Rencana pemulangan : bantuan dengan pemantau diri
TD/perubahan dalam terapi obat.

Rekapan Alat / Bahan Terpakai


Alat TTV (Tensimeter , dll )
Stetostkop
Timbangan BB
Infus set
Cairan RL,Dex
Spoit
Obat obatan
Alat tulis
Set O2
Pemeriksa kolestrol,GDS
Dll
Evaluasi
Evaluasi Perawat
Evaluasi keluarga pasien
Format Inform Concent
Persetujuan dari pasien dan keluarga
Persetujuan pembiayaan dan keikutsertaaan dalam perawatan
Persetujuan sistem gaji/upah personil home care.

b) Fase Implementasi
Rencana kebutuhan klien
Waktu :
Biaya :

Pemantauan Hipertensi 20.000 1 x tindakan


Daftar tarif sewa alat
Set hipertensi 15.000 20.000
Set oksigen + isi 1 m3 60.000
Penanganan nyeri 30.000

Tarif transportasi
Dalam kota Enrekang 10.00 - 15.000
Luar Kota Enrekang 20.000 50.000/km

DAFTAR PUSTAKA

http://www.mitrahomecare.com/2009/04/asuhan-keperawatanpada-klien-
dengan.html

Anda mungkin juga menyukai