NABATI
Disusun Oleh:
Kelompok I
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2011
1
Daftar Isi
Kata pengantar
Daftar isi
BAB I PENDAHULUAN
I. 1 Latar Belakang
I. 2 Rumusan Masalah
I. 3 Tujuan penulisan
BAB II PEMBAHASAN
II. 1 Pengertian Minyak Nabati
II. 2 Klasifikasi Minyak Nabati
II. 3 Karakterstik Minyak Nabati
II. 4 Kerusakan Lemak atau Minyak
II. 5 Proses Pengilangan Minyak Nabati
II. 6 Produk dan Kegunaan
BAB III PENUTUP
III. 1 Kesimpulan
III. 2 Saran
Daftar Pustaka
Lampiran
2
BAB I
PENDAHULUAN
I. 1 Latar Belakang
Minyak nabati adalah sejenis minyak yang terbuat dari
tumbuhan.Digunakan dalam makanan dan memasak.Beberapa jenis minyak nabati
yangbiasa digunakan ialah minyak kelapa sawit, jagung, zaitun kedelai,
bungamatahari dll (Wikipedia, 2009).
Berdasarkan kegunaannya, minyak nabati terbagi menjadi dua
golongan.Pertama, minyak nabati yang dapat digunakan dalam industri makanan
(edibleoils) dan dikenal dengan nama minyak goreng meliputi minyak kelapa,
minyakkelapa sawit, minyak zaitun, minyak kedelai, minyak kanola dan
sebagainya.Kedua, minyak yang digunakan dalam indutri non makanan (non
edible oils) misalnya minyak kayu putih, minyak jarak, dan minyak
intaran.Minyak goreng adalah hasil akhir (refined oils) dari sebuah
prosespemurnian minyak nabati (golongan yang bias dimakan) dan terdiri dari
beragamjenis senyawa trigliserida. Untuk menganalisa karakteristik dari suatu
minyakgoreng maka jumlah kandungan asam lemak inilah yang dipakai sebagai
tolokukur(Ketaren, 1986).
.2 Batasan Masalah
Berkenaan dengan banyaknya permasalahan yang timbul dengan judul
makalah ini, maka penulis membatasi makalah ini pada:
1. Bagaimanakah klasifikasi minyak nabati?
2. Bagaimanakah karakteristik minyak nabati?
3. Apa sajakah produk-produk hasil dari oleofood?
. 3 Tujuan Penulisan
Makalah ini dibuat dengan tujuan sebagai berikut:
1. Mengetahui pengklasifikasian minyak nabati
2. Mengetahui karakteristik minyak nabati
3. Mengenal dan mengetahui berbagai macam produk dari oleofood
BAB II
PEMBAHASAN
3
a) Pengertian Minyak nabati
Minyak nabati adalah sejenis minyak yang terbuat dari
tumbuhan.Digunakan dalam makanan dan memasak.Beberapa jenis minyak nabati
yang biasa digunakan ialah minyak kelapa sawit, jagung, zaitun kedelai, bunga
matahari dll.
b) Klasifikasi Minyak Nabati
a. Berdasarkan Sumber Minyak Nabati
1) Biji-bijian palawija
Cth: minyak jagung, biji kapas, kacang, rape seed, wijen, kedelai, dan
bunga matahari.
2) Kulit buah tanaman tahunan
Cth: minyak zaitun dan kelapa sawit.
3) Biji-bijian dari tanaman tahunan
Cth: kelapa, cokelat, inti sawit, babassu, cohune, dan sebagainya.
b. Berdasarkan Sifat Mudah Mengering
1) Minyak tidak mengering
Cth: minyak zaitun, kelapa, inti zaitun, kacang tanah, almond, inti alpukat,
inti plum, jarak rape, dan mustard.
2) Minyak setengah mengering
Cth: minyak dari biji kapas, kapok, jagung, gandum, biji bunga matahari,
croton, dan urgen.
3) Minyak mengering
Cth: minyak kacang kedelai, safflower, argemone, hemp, walnut, biji
poppy, biji karet, perilla, tung, linseed, dan candle nut.
4
(semi drying oil) Minyak dari biji kapas, kapok, jagung,
c. Mengering (drying gandum, biji bunga matahari, eroton dan
oil) urgen.
Minyak kacang kedelai, safflower,
argemone, walnut, biji poppy, biji karet,
penilla, lin seed dan candle nut.
5
Bobot jenis ditentukan oleh temperatur kamar (25OC)
10. Indeks bias
Adalah derajar penyimpangan yang dilewatkan pada suatu medium yang
cerah.Ini digunakan untuk pengujian kemurniaan minyak.
11. Titik asap, titik nyala, titik api.
Titik asap adalah temperatur pada saat minyak atau lemak menghasilkan
asap pada pemanasan, titik nyala adalah temperatur pada saat campuran
uap dari minyak dengan udara mulai terbakar. Sedangkan titik api adalah
temperatur pada saat dihasilkan pembakaran yang terus menerus
12. Titik kekeruhan
Ditetapkan dengan cara mendinginkan campuran minyak atau lemak
dengan pelarut lemak.
e. Sifat kimia
1. Hidrolisa
Dalam reaksi hidrolisa, minyak atau lemak akan berubah menjadi asam
lemak bebas dan gliserol. Hal ini dapat merusak minyak karena
terdapatnya sejumlah air dalam minyak atau lemak yang mengakibatkan
ketengikan.
2. Oksidasi
Oksidasi dapat berlangsung bila terjadi kontak antara sejumlah oksigen
dengan lemak atau minyak, hal ini akan menyebabkan bau tengik pada
lemak atau minyak.
3. Esterifikasi
Proses esterifikasi bertujuan untuk asam-asam lemak bebas dari
trigliserida,menjadi bentuk ester. Reaksi esterifikasi dapat dilakukan
6
melalui reaksi kimia yang disebut interifikasi atau penukaran ester yang
didasarkan pada prinsip transesterifikasi Fiedel-Craft.
4. Penyabunan
5. Pembuatan keton
Keton dihasilkan melalui penguraian dengan cara hidrolisa ester.
7
Ketengikan (rancidity) merupakan kerusakan atau perubahan bau dan flavor
dalam lemak atau bahan pangan berlemak. Kemungkinan hal tersebut terjadi
karena 4 faktor, yaitu: 1). Absorbsi bau oleh lemak. 2). Aksi oleh enzim dalam
jaringan bahan mengandung lemak. 3). Aksi mikroba. 4). Oksidasi oleh oksigen
udara atau kombinasi dari dua atau lebih penyebab kerusakan tersebut di atas.
8
Banyak di antara bahan pangan ddibungku dengan pembungkus yang dapat
mencegah kehilanagan air, misalnya kertas berlilin (waxed paper) namun tidak
memadai untuk mencegah pencemaran oleh uap (bau).Kertas timah (metallic foil)
secara praktis bersifat tidak permiabelterhadap semua gas atau zat menguap yang
berbau tetapi bahan pembungkus ini relatif mahal, sedangkan kertas kulit yang
dilapisi kertas timah relatif lebih murah dan efektif.
Destruksi uap atau zat berbau menggunakan gas ozon dapat dilakukan untuk
membersihkan udara ruangan yang telah dicemari oleh bau dari suatu bahan yang
disimpan, sehingga dapat digunakan untuk menyimpan bahan-bahan
berlemak.Gas ozon ini biasanya juga digunakan dalam jumlah terbatas selama
penyimpanan.
9
Minyak nabati hasil ekstraksi biji-bijian atau buah yag disimpan dalam
jangka panjang dan terhindar dari proses oksidasi, ternyata mengandung bilangan
asam tinggi. Hal ini terutama disebabkan akibat kombinasi kerja enzim lipase
dalam jaringan dan enzim yang dihasilkan oleh kontaminasi mikroba.
Pengaruh Asam Lemak Bebas Terhadap Flavor
Asam lemak bebas yang dihasilkan oleh proses hidrolisa dan oksidasi
biasanya bergabung dengan lemak netral dan pada konsentrasi sampai 15 persen,
belum menghasilkan flavor yang tidak disenangi.
Lemak dengan kadar asam lemak bebas lebih besar dari 1 persen, jika
dicicipi akan terasa membentuk film pada permukaan lidah dan tidak berbau
tengik, namun intensitasnya tidak bertambah dengan bertambahnya asam lemak
bebas. Asam lemak bebas, walaupun berada dalam jumlah kecil mengakibat rasa
tidak lezat.Hal ini berlaku pada lemak mengandung asam lemak tiak dapat
menguap, dengan jumlah atom C lebih besar dari 14 (C > 14).
Asam lemak yang dapat menguap dengan atom karbon C4, C6, C8, dan
C10, menghasilkan bau tengik dan rasa tidak enak dalam bahan pangan berlemak.
Asam lemak ini pada umumnya terdapat dalam lemak susu dan minyak nabati,
misalnya minyak inti sawit. Asam lemak bebas juga dapat mengakibatkan karat
dan warna gelap jika lemak dipanaskan di wajan besi.
10
Bahan pangan berlemak dengan kadar gula yang tinggi lebih mudah
ditumbuhi ragi dibandingkan dengan bakteri, dan juga ragi tersebut dapat tumbuh
dalam laruan garam, asam, dan pada bahan berkadar air rendah. Bakteri juga dapat
menyerang bahan pangan, namun sebagian aktiviasnya terhambat dalam suasana
asam, media bertekanan osmosis tinggi dan suhu rendah.
Oksidasi Lemak
Bentuk kerusakan, terutama ketengikan yang paling penting disebabkan
oleh aksi oksigen udara erhadap lemak. Dekomposisi lemak oleh mikroba hanya
dapat terjadi jika terdapat air, senyawa nitrogen dan garam mineral, sedangkan
oksidasi oleh oksigen udara terjadi secara spontan jika bahan yang mengandung
lemak dibiarkan kontak dengan udara, sedangkan kecepatan proses oksidasinya
tergantung dari tipe lemak dan kondisi penyimpanan.
Oksidasi spontan ini tidak hanya terjadi pada bahan pangan berlemak, tetapi
dapat terjadi terhadap persenyawaan lain yang memegang peranan penting dalam
kegiatan biologis dan industri. Contoh persenyawaan selain lemak, yang dapat
dioksidasi antara lain hidrokarbon, aldehida, eter, senyawa sulfidril, fenol, amine,
dan senyawa sulfit.
Penjernihan
Pemucatan
Pemucatan deodorisasi
Deodorisasi interesterifikasi
Plasticizing pemurnian
a. Ekstraksi
11
Ekstraksi adalah suatu cara untuk mendapatkan minyak atau lemak dari
bahan yang di duga mengandung minyak atau lemak. Proses ekstraksi minyak
atau lemak terbagi atas tiga metode,yaitu:
1. Metode rendering.
Rendering merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak dari bahan
yang diduga mengandung minyak atau lemak dengan kadar air yang tinggi.Pada
semua cara rendering,penggunaan panas adalah sesuatu yang spesifik,yang
bertujuan untuk menggumpalkan protein pada dinding sel bahan dan untuk
memecahkan dinding sel tersebut sehingga mudah ditembus oleh minyak atau
lemak yang terkandung didalamnya. Menurut pengerjaannya rendering dibagi
dengan dua cara,yaitu :
a) Wet rendering
Wet rendering adalah proses rendering dengan penambahan
sejumlah air selama berlangsungnya proses tersebut.Cara ini
dikerjakan pada ketel yang terbuka atau tertutup dengan menggunakan
temperature yang tinggi serta tekanan 40 sampai 60 pound tekanan uap
(40-60psi).Penggunaan temperature rendah pada wet rendering
dilakukan jika diinginkan flavor netral dari minyak atau lemak.Bahan
yang akan diekstraksi ditempatkan pada ketel yang diperlengkapi
dengan alat pangaduk,kemudian air ditambahkan dan campuran
dipanaskan perlahan-lahan sampai suhu 50C sambil diaduk.Minyak
yang terekstraksi akan naik keatas akan naik keatas dan kemudian
dipisahkan.Proses wet rendering dengan menggunakan temperature
rendah kurang begitu popular,sedangkan proses wet rendering dengan
mempergunakan temperature yang tinggi disertai dengan tekanan uap
air,dipergunkan untuk menghasilkan minyak atau lemak dalam jumlah
yang besar.Peralatan yang digunakan adalah autoclave atau
digester.Air dan bahan yang akan diekstraksi dimasukan kedalam
12
digester dengan tekanan uap air sekitar 40 sampai 60 pound selama 4-6
jam.
b) Dry rendering
Dry rendering adalah proses rendering tanpa penambahan air
selama proses berlangsung.Dry rendering dilakukan dalam ketel yang
terbuka dan dilengkapi dengan steam jacket serta alat pengaduk
(agitator).Bahan yang diperkirakan mengandung minyak atau lemak
dimasukkan kedalam ketel tanpa penambahan air.Bahan tadi
dipanaskan sambil diaduk.Pemanasan dilakukan pada suhu 220F
sampai 230F (105C-110C).Ampas bahan yang telah diambil
minyaknya akan diendapkan pada dasar ketel.Minyak atau lemak yang
dihasilkan dipisahkan dari ampas yang telah mengendap dan
pengambilan minyak dilakukan dari bagian atas ketel.
13
Gambar.1 hydraulic press
Bahan yang
perajang penggiling
mengandung minyak
an an
Minyak
kasar
pengepres Pemasakan
an /
Ampas/bung pemanasa
kilGambar.2 Skema cara memperoleh minyak dengan pengepresan
14
Cara lain dalam mengekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang diduga
mengandung minyak atau lemak adalah gabungan dari proses wet rendering
dengan pengepresan secara mekanik atau dengan sentrifusi.
Prinsip dari proses ini adalah ekstraksi dengan melarutkan minyak dalam
pelarut minyak dan lemak.Pada cara ini dihasilkan bungkil dengan kadar minyak
yang rendah yaitu sekitar 1 persen atau lebih rendah,dan mutu minyak kasar yang
dihasilkan cenderung menyerupai hasil dari expeller pressing,karena sebagian
fraksi bukan minyak akan ikut terekstraksi.Pelarut minyak atau lemak yang biasa
digunakan dalam proses ekstraksi dengan pelarut menguap adalah petroleum
eter,gasoline carbon disulfide,karbon tetra klorida,benzene dan n-heksan.Perlu
perhatikan bahwa jumlah pelarut menguap atau hilang tidak boleh lebih dari 5
persen.Bila lebih,seluruh system solvent extraction perlu diteliti lagi.
Salah satu contoh solvent extraction ini adalah metode sokletasi. Ekstraksi
yang dilakukan menggunakan metoda sokletasi, yakni sejennis ekstraksi dengan
pelarut organik yang dilakukan secara berulang ulang dan menjaga jumlah pelarut
relatif konstan dengan menggunakan alat soklet. Minyak nabati merupakan suatu
senyawa trigliserida dengan rantai karbon jenuh maupun tidak jenuh. Minyak
nabati umumnya larut dalam pelarut organik, seperti heksan dan benzen. Untuk
mendapatkan minyak nabati dari bahagian tumbuhannya, dapat dilakukan dengan
metoda sokletasi menggunakan pelarut yang sesuai.
15
Metode sokletasi menggunakan suatu pelarut yang mudah menguap dan
dapat melarutkan senyawa organik yang terdapat pada bahan tersebut, tapi tidak
melarutkan zat padat yang tidak diinginkan.
16
5. Mengurangi kehilangan minyak pada tahap netralisasi
Ada 6 tipe proses deguming dalam industri minyak nabati. Perbedaan dari
masing-masing tipe dalah pada metoda dari prosesnya, penggunaan bahan kimia
dan kandungan dari phospatida dalam crude minyak nabati. Tipe-tipe degumming
adalah:
a) Dry Degumming
Proses dry degumming melibatkan pembuangan gum melalui proses
presipitasi dalam kondisi asam. Proses ini menggunakan minyak rendah
phospatida dan cocok untuk persiapan minyak untuk physical refining.
b) Water Degumming
Water degumming adalah proses dari pembuangan gum melalui proses
presipitasi menggunakan hidrasi air murni crude oil melalui pemisahan sentrifus.
Metoda ini digunakan untuk mengesktrak gum untuk produk lecithin, minyak
kedelai dan crude oil yang mengandung phospor dengan konsentrasi 200 ppm.
Dalam proses ini air digunakan sebagai bahan utama untuk menghilangkan
phospatida yang dapat terhidrasi dari minyak nabati serta dapat dilakukan pada
kedaan batch atau continous tergantung pada tipe minyak yang akan dilakukan
proses degumming atau jumlah minyak yang akan diproses. Pada proses water
degumming ini efek dari penambahan air dan perbedaan level temperatur
(pemanasan) akan sangat berpengaruh pada kualitas pemurnian.
c) Acid Degumming
Dalam proses ini gum dipresipitasi dengan prose beberapa kondisi asam
dan dihilangkan dengan pemisahan dengan metoda sentrifus. Pada metoda ini
gum bisa dihidrasi pada suhu tinggi dari 40C. Dlam proses kilang organik asam
sitrat sering digunakan dan pembuangan phospatida sisa melaui bleaching
menggunakan silika hydrogel.
d) Enzymatic Degumming
Enzymatic degumming adalah degumming khusus yang dipertinggi dengan
menggunakan beberapa enzim makanan. Tipe minyak yang digunakan pada
proses ini adalah minyak kacang kedelai dan minyak lobak. Keuntungan dari
17
enzymatic degumming tidak ada busa yang terbentuk sehingga tidak ada minyak
yang hilang yang melalui pemisahan busa.
e) EDTA-degumming
EDTA degumming proses kimia-fisika degumming. Proses ini melibatkan
pemisahan sempurna phospatida dengan bahan pengkelat yaitu ethylene diamine
tetra acetic acid(EDTA).
f) Membran degumming
Proses membran degumming biasanya digunakan dalam industri ekstraksi.
Pemisahan dengan membran merupakan pemisahan ukuran eklusi dan tekanan.
Proses ini membagi komponen-komponen yang berbeda menurut berat
molekulnya atau ukuran partikel serta bergantung pada interaksi dengan
permukaan membran dengan campuran komponen minyak. Phospatida dapat
dibuang dari trigleserida di dalam bentuk miscell menggunakan membran
permeabel yang sesuai dengan proses degumming.
Proses ini umumnya digunakan Phospatida, protein, karbohidrat dan
komponen koloid memiliki pengaruh buruk untuk menjaga kemurnian minyak.
Bahan-bahan tersebut merupakan senyawa-senyawa yang tidak diinginkan dalam
suatu kilang. Ada 2 jenis phospatida yaitu yang dapat dihidrasi dan yang tidak
dapat dihidrasi. Phospatida yang dapat dihidrasi bisa dihilangkan dengan mudah
dengan menambahkan air pada proses dengan menggunakan aliran cepat pada
suhu yang terus meningkat atau aliran lambat pada suhu rendah.
18
Blok diagram untuk proses diatas adalah :
Gums
19
c. Netralisasi
Netralisasi adalah suatu proses untuk memisahkan asam lemak bebas (ALB)
dari minyak atau lemak, dengan cara mereaksikan asam lemak bebas dengan basa
atau pereaksi lainnya sehinggga membentuk sabun (soap stock) dengan tujuan
memurnikan minyak.
Netralisasi dengan Kaustik Soda (NaOH)
Sabun yang terbentuk dapat membantu pemisahan zat warna dan kotoran
seperti fosfatida dan protein, dengan cara membentuk emulsi sabun atau emulsi
yang terbentuk dapat dipisahkan dari minyak dengan cara sentrifuce.
Dengan cara hidrasi dan dibantu dengan proses pemisahan sabun secara
mekanis maka netralisasi dengan menggunakan kaustik soda dapat
menghilangkan fosfatida, protein, resin , dan suspensi dalam minyak yang tidak
dapat dihilangkan dengan proses pemisahan gum. Komponen minor dalam
minyak berupa sterol, khlorofil, vitamin E, dan karotenoid hanya sebagian kecil
dapat dikurangi dengan netralisasi.
20
Efisiensi netralisasi dinyatakan dalam refining factor, yaitu perbandingan
antara kehilangan total karena netralisasi dan jumlah asam lemak bebas dalam
lemak kasar. Sebagai contoh ialah netralisasi minyak kasar yang mengandung 3
persen asam lemak bebas, menghasilkan minyak netral dengan rendemen sebesar
94 persen, maka kana mengalami kehilangan total (total loss) sebesar (100-94)
persen = 6 persen
kehilangan total( ) 6
Refining factor = asamlemak bebas dalam minyak ( ) = 3 =2
Makin kecil nilai refining factor, maka efisiensi netralisasi makin tinggi.
21
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih konsentrasi
larutan alkali yang digunakan dalam netralisasi adalah sebagai berikut :
22
Netralisasi menggunakan natrium karbonat biasanya disusul dengan
pencucian menggunakan kaustik soda encer, sehingga memperbaiki mutu
terutama warna minyak. Hal ini akan mengurangi jumlah adsorben yang
dibutuhkan pada proses pemucatan.
Pada pemanasan asam karbonat yang terbentuk akan terurai menjadi gas
CO2 dan H2O. Gas CO2 yang dibebaskan akan membentuk busa dalam sabun
yang terbentuk dan mengapung partikel sabun di atas permukaan minyak. Gas
tersebut dapat dihilangkan dengan cara mengalirkan uap panas atau dengan cara
menurunkan tekanan udara di atas permukaan minyak dengan pompa vakum.
Cara Netralisasi :
23
Minyak dalam sabun yang telah mengendap dapat dipisahkan dengan cara
menyaring menggunakan filter press. Asam lemak bebas yang telah membentuk
sabun (soap stock) dapat diperoleh kembali jika sabun tersebut direaksikan
dengan asam mineral.
24
Cara netralisasi ini digunakan pada minyak yang diekstrak dengan
menggunakan pelarut menguap (solvent extraction). Hasil ekstraksi merupakan
campuran antara pelarut dan minyak disebut miscella.
Etanol amin dan amonia dapat digunakan untuk netralisasi asam lemak
bebas. Pada proses ini asam lemak bebas dapat dinetralkan tanpa menyabunkan
trigliserida, sedangkan amonia yang digunakan dapat diperoleh kembali dari soap
stock dengan cara penyulingan dalam ruangan vakum.
25
Di sepanjang dasar ketel terdapat pipa-pipa berlubang tempat
menginjeksikan uap air ke dalam minyak yang sudah dipanaskan pada suhu
kurang lebih 2400C.
26
Pada umumnya kadar asam lemak bebas dalam minyaj setelah
penyulingan kira-kira 0,1-0,2 persen, sedangkan hasil kondensasi masih
mengandung kira-kira 5 persen trigliserida. Jadi penggunaan uap pada proses
penyulingan akan membawa sejumlah kecil fraksi trigliserida.
Perbedaan kelarutan antara asam lemak bebas dan trigliserida dalam pelarut
organik digunakan sebagai dasar pemisahan asam lemak bebas dari minyak.
Pelarut yang paling baik digunakan untuk memisahakan asam lemak bebas adalah
furfural dan propane.
Piridine merupakan pelarut minyak dan jika ditambahkan air dalam jumlah
kecil, maka trigliserida akan terpisah. Trigliserida tidak larut dalam piridine,
sedangkan asam lemak bebas tetap larut sempurna. Minyak dapat dipisahkan dari
pelarut dengan cara dekantasi, sedangkan pelarut dipisahkan dari asam lemak
bebas dengan cara penyulingan. Dengan menggunakan alkohol sebagai pelarut,
maka kelarutan trigliserida dalam alkohol akan bertambah besar dengan
bertambahnya kadar asam lemak bebas, sehingga pemisahan antara asam lemak
bebas dari trigliserida lebih sukar dilakukan.
d. Bleaching
Pemucatan (bleaching) adalah suatu tahap proses pemurnian untuk
menghilangkan zat-zat warna yang tidak disukai dalam minyak. Pemucatan ini
dilakukan dengan cara fisika yang menggunakan berbagai absorben, seperti tanah
serap (fuller earth), lempung aktif (activated clay) dan arang aktif atau dapat juga
menggunakan bahan kimia. Selain warna, pemucatan juga berperan mengurangi
komponen minor lainnya seperti aroma, senyawa bersulfur dan logam-logam
berat. Selain itu, pemucatan juga dapat mengurangi produk hasil oksidasi lemak
27
seperti peroksida, aldehida dan keton. Pada proses pemucatan hanya sedikit
komponen yang dihilangkan. Biasanya pemucatan dilakukan setelah proses
pemurnian alkali.
Macam-macam Adsorben:
Adsorben yang biasa digunakan untuk memucatkan minyak terdiri dari bleaching
clay, arang dan arang aktif.
28
a. Bleaching Clay (bleaching earth)
Bleaching Clay pertama kali ditemukan pada abad ke-19 di Inggris dan
Amerika. Dalam perdagangan Bleaching Clay mempunyai nama dan komposisi
kimia yang berbeda. Sebagai contoh ialah Bleaching Clay yang berasal dari Rusia,
Kanada dan Jepang dikenal dengan nama gluchower kaolin.
Bahan pemucat ini merupakan sejenis tanah liat dengan komposisi utama
terdiri dari SiO2, Al2O3, air terikat serta ion kalsium, magnesium oksida dan besi
oksida. Perbandingan komposisi antara 2 jenis bleaching. Perbandingan komposisi
antara dua jenis Bleaching Clay dapat dilihat pada tabel 2.1
Tabel 2.1. Komposisi kimia adsorben landau raw clay dan florida clay
Daya pemucat bleaching clay disebabkan karena ion Al3+ pada permukaan
partikel adsorben, yang dapat mengadsorbsi partikel zat warna. Daya pemucat
tersebut tergantung dari perbandingan komponen SiO2 dan Al2O3 dalam bleaching
clay. Adsorben yang terlalu kering menyebabkan daya kombinasinya dengan air
telah hilang, sehingga mengurangi daya penyerapan terhadap zat warna.
29
Aktivitas adsorben dengan asam mineral (HCl atau H2SO4) akan mempertinggi
daya pemucat karena asam mineral tersebut larut atau bereaksi dengan komponen
berupa tar, garam Ca dan Mg yang menutupi pori-pori adsorben. Disamping itu
asam mineral melarutkan Al2O3 sehingga dapat menaikkan perbandingan jumlah
SiO2 dan Al2O3 dari (2-3) : 1 menjadi (5-6) : 1.
1. Mula-mula asam akan melarutkan komponen Fe2O3, Al2O3, CaO, dan MgO
yang mengisi pori-pori adsorben. Hal ini ,mengakibatkan terbukanya pori-pori
yang tertutup sehingga menambah luas permukaan adsorben.
2. Selanjutnya ion-ion Ca2+ dan Mg2+ yang berada pada permukaan kristal
adsorben secara berangsur-aangsur diganti oleh ion H+ dari asam mineral.
3. Sebagian ion H+ yang telah menggantikan ion Ca2+ dan Mg2+ akan ditukar oleh
ion Al3+ yang telah larut dalam asam, dan reaksi yang terjadi sebagai berikut:
2H+ Al3+
2H+ H+
Gambar 2.1 Penukaran ion pada bleaching clay yang menggunakan absorben
Daya penyerapan terhadap warna akan lebih efektif jika adsorben tersebut
mempunyai bobot jenis yang rendah, kadar air tinggi, ukuran partikel halus dan
pH adsorben mendekati netral.
30
Pemakaian asam mineral untuk mengaktifkan adsorben bleaching clay
menimbulkan bau lapuk pada minyak, tetapi bau lapuk tersebut akan hilang pada
proses deodorisasi. Disamping itu activated clay yang bersifat asam akan
menaikkan kadar asam lemak bebas dalam minyak dan mengurangi daya tahan
kain saring yang digunakan untuk memisahkan minyak dari adsorben.
Air 9,9 -
Sumber lain dari arang berasal dari bahan nabati atau hewani antara lain
serbuk gergaji, ampas tebu, tempurung, tongkol jagung, dan tulang. Pada
umumnya pengarangan dilakukan pada suhu 300-500 C. Suhu pengarangan pada
ruangan tanpa udara dilakukan pada suhu 600-700 C. Pada proses pengarangan
akan terjadi penguapan air disusul dengan pelepasan gas CO 2 dan selanjutnya
terjadi peristiwa eksotermis yang merupakan tahap permulaan proses
pengarangan. Pengarangan dianggap sempurna jika asap tidak terbentuk lagi, dan
arang yang bermutu baik adalah arang yang mengandung kadar karbon tinggi.
31
Aktivasi karbon bertujuan untuk memperbesar luas permukaan arang dengan
membuka pori-pori yang tertutup, sehingga memperbesar kapasitas adsorbsi
terhadap zat warna. Pori-pori dalam arang biasanya diisi oleh tar, hidrokarbon dan
zat-zat organik lainnya yang terdiri dari fixed carbon,abu,air, persenyawaan yang
mengandung nitrogen dan sulfur. Bahan kimia yang dapat digunakan sebagai
pengaktif adalah HNO3, H3PO4, sianida, Ca(OH)2, CaCl2, Ca3(PO4)2, NaOH,
Na2SO4, SO2, ZnCl2, Na2CO3, dan uap air pada suhu tinggi.
Mutu arang aktif yang diperoleh tergantung dari luas permukaan partikel,
ukuran partikel, volume dan luas penampang kapiler, sifat kimia permukaan
arang, sifat arang secara alamiah, jenis bahan pengaktif yang digunakan dan kadar
air.
32
Efisiensi adsorbsi oleh arang tergantung dari perbedaan muatan listrik antara
arang dan zat atau ion yang diserap. Bahan yang mempunyai muatan listrik positif
akan diserap lebih efektif oleh arang dalam larutan yang bersifat basa dan
sebaliknya, sedangkan penyerapan terhadap bahan non-elektrolit tidak
dipengaruhi oleh keasaman atau sifat kebasaan arang sebagai adsorben. Jumlah
arang aktif yang digunakan untuk menyerap warna berpengaruh terhadap jumlah
warna yang diserap (gambar 2.2).
Perbandingan daya pemucat antara arang aktif dan activated clay pada proses
pemucatan minyak kelapa seperti tercantum dalam gambar 2.3. Dari gambar
tersebut dapat diketahui bahwa daya pemucat arang aktif lebih baik dari activated
clay, karena arang aktif dapat menyerap zat warna sebanyak 95-97 persen dari
total zat warna yang terdapat dalam minyak.
Arang aktif
33
Jumlah warna yang diserap (%)
Adsorben yang telah bercampur dengan minyak dapat dipisahkan dengan cara
penyaringan menggunakan filter press. Biasanya dalam filter press terdapat dua
macam kain saring, yaitu kain goni (jute) pada bagian bawah dan kain katun
(kapas) atau nilon pada bagian atas filter, dengan tekanan dalam filter press
kurang lebih 3,0-3,5 kg/cm2.
Pemucatan dengan bahan kimia pada umumnya dibagi atas dua macam reaksi
pemucatan, yaitu:
34
a. Pemucatan dengan cara oksidasi
Oksidasi terhadap zat warna akan mengurangi kerusakan trigliserida, akan
tetapi asam lemak tidak jenuh cenderung membentuk peroksida atau drying oil
karena proses oksidasi dan polimerisasi. Bahan kimia yang digunakan sebagai
bahan pemucat adalah persenyawaan peroksida dikromat, ozon, klorin dan klorin
dioksida.
Hidrogen peroksida dapat bereaksi dengan ion logam, sehingga wadah yang
digunakan pada proses pemucatan harus dilapisi dengan email, aluminium, atau
stainless steel. Jenis peroksida yang sering digunakan ialah natrium peroksida,
kalsium peroksida atau benzoil peroksida.
35
minyak untuk tujuan pembuatan sabun. Tangki pemucat yang terbuat dari logam
harus diberi pelapis anti karat, karena pereaksi tersebut dapat menimbulkan karat
pada logam.
36
Gambar 2.4 Skema dari Proses Bleaching
e. Deodorisasi
Deodorisasi adalah suatu tahap proses pemurnian minyak yang bertujuan
untuk menghilangkan bau dan rasa (flavor) yang tidak enak dalam minyak.
Prinsip proses deodorisasi yaitu penyulingan minyak dengan uap panas dalam
tekanan atmosfir atau keadaan vakum.
37
untuk mengangkut senyawa yang dapat menguap. Jika masih ada uap air yang
tertinggal dalam minyak setelah pengaliran uap selesai, maka minyak tersebut
perlu divakumkan pada tekanan yang turun lebih rendah.
Pada suhu yang lebih tinggi, komponen yang menimbulkan bau dalam
minyak akan lebih mudah menguap, sehingga komponen tersebut diangkut dari
minyak bersama-sama uap panas. Penurunan tekanan selama proses deodorisasi
akan mengurangi jumlah uap yang digunakan dan mencegah hidrolisa minyak
oleh uap air.
38
Asam lemak bebas yang dapat menguap dan peroksida akan berkurang dan
jumlah yang tertinggal lebih kurang 0,015 0,030 persen. Fraksi tidak
tersabunkan yang terdiri dari klorofil, vitamin E, hidrokarbon (terutama sequalene
dan sterol) akan berkurang sebanyak kira-kira 60 persen dari jumlah fraksi tidak
tersabunkan.
Kerusakan minyak yang telah mengalami proses deodorisasi dapat disebakan
oleh proses oksidasi, hidrolisa, mikroba, dan ion logam seperti Cu, Mg, Zn yang
merupakan katalisator dalam proses oksidasi minyak. Logam tersebut dapat
membentuk persenyawaan kompleks dengan hasil oksidasi asam lemak ddan
berubah menjadi radikal bebas, dengan reaksi sebagai berikut:
Gambar 2.7
Persenyawaan Kompleks
Dengan Hasil Oksidasi Asam Lemak
(Anderse C.J dan P.N Wiliam, 1962)
Dengan menambahkan metal inactivator seperti asam sitrat, asam tartarat dan
asam fosfat, maka akan terbentuk kompleks dengan ion logam, sehingga logam
tidak dapat aktif dalam proses pembentukan radikal bebas.
39
(Anderse C.J dan P.N Wiliam, 1962)
BPO dari tahap Bleaching dimasukkan ke dalam heat exchanger dengan suhu
awal 80-120 oC menjadi 210-250oC. Setelah itu masuk ke dalam deodorizer,
dilakukan dengan status tinggi. Setelah itu di masukkan kedalam kolom vakum
pad suhu 240-280oC dengan tekanan dibawah 10 torr, Panas bleaching minyak
terjadi pada temperatur ini melalui perusakan termal pigmen karotenoid.
Penggunaan steam langsung (direct steam) menjamin pembuangan residu FFA,
aldehida dan keton yang tidak diharapkan rasa dan baunya. Berat molekul yang
lebih rendah dari fatty acid yang teruapkan naik ke kolom dan tertarik keluar oleh
sistem yang vakum. Lalu dihasilkan minyak nabti yang telah hilang rasa dan
baunya.
Hasil minyak yang telah dimurnikan sedapat mungkin dijaga agar tidak
banyak mengalami kerusakan dengan memperhatikan faktor-faktor suhu, cara
penanganan dan kemasan yang dipakai.
f. Hidrogenasi
Hidrogenasi adalah proses pengolahan minyak atau lemak dengan jalan
menambahkan hidrogen pada ikatan rangkap dari asam lemak, sehingga akan
mengurangi ketidakjenuhan minyak atau lemak, dan membuat lemak bersifat
plastis. Proses hidrogenasi bertujuan untuk menjenuhkan ikatan rangkap dari
rantai karbon asam lemak pada minyak atau lemak. Adanya penambahan
hydrogen pada ikatan rangkap minyak dan lemak akan mengakibatkan kenaikan
titik cair. Juga dengan hilangnya ikatan rangkap, akan menjadikan minyak atau
lemak tersebut tahan terhadap proses oksidasi. Proses hidrogenasi dilakukan
dengan menggunakan hydrogen murni dan ditambahkan serbuk nikel sebagai
katalisator.
40
Mekanisme proses Hidrogenasi adalah sebagai berikut:
41
minyak nabati sering memiliki kandungan lemak (minyak) tak-jenuh-tunggal
(mono-unsaturated) dan tak-jenuh-majemuk (polyunsaturated) yang tinggi,
olehnya itu minyak-minyak nabati berwujud cair pada suhu kamar. Kandungan
lemak dan minyak yang tinggi ini membuat minyak-minyak nabati mudah
tersebar tidak beraturan pada bahan makanan seperti roti, dan tidak cocok
digunakan untuk pemanggangan kue (baking powder).
Minyak bisa dikeraskan (ditingkatkan titik lebur) dengan cara
menghidrogenasinya dengan bantuan katalis nikel. Beberapa kondisi (seperti suhu
yang tepat, atau lamanya waktu hidrogen dilewatkan ke dalam minyak) harus
dikontrol dengan hati-hati sehingga beberapa (tidak harus semua) ikatan karbon-
karbon rangkap mengalami hidrogenasi. Prosedur ini menghasilkan sebuah
"minyak yang terhidrogenasi parsial" atau "lemak yang terhidrogenasi parsial".
Untuk memperoleh tekstur akhir yang diinginkan, anda perlu menghidrogenasi
cukup banyak ikatan. Akan tetapi, ada manfaat kesehatan yang mungkin diperoleh
ketika memakan lemak atau minyak tak-jenuh-tunggal atau tak-jenuh-majemuk
ketimbang lemak atau minyak yang jenuh, sehingga semua ikatan karbon-karbon
rangkap yang ada dalam minyak tersebut tidak perlu dihidrogeasi semuanya.
Proses hidrogenasi pada minyak juga bertujuan untuk menstabilkan minyak
sehingga masa simpannya lebih panjang. Proses oksidasi pada minyak terjadi
karena aksi oksigen dari udara terhadap minyak. Dalam bahan yang mengandung
minyak/lemak, konstituen yang paling mudah mengalami oksidasi adalah asam
lemak tidak jenuh. Semakin tinggi suhu pemanasan maka terjadinya oksidasi
minyak akan semakin cepat. Selain itu oksidasi juga akan dipercepat oleh adanya
radiasi misalnya oleh panas atau cahaya, adanya katalis atau bahan pengoksidasi
seperti peroksida, perasid, ozon, asam nitrat dan beberapa senyawa organic nitro
dan aldehid aromatic.
Diagram alir berikut menunjukkan proses hidrogenasi sempurna dari
sebuah minyak tak-jenuh-tunggal yang sederhana.
42
Kekurangan hidrogen sebagai sebuah bahan untuk mengeraskan lemak dan
minyak
g. Winterisasi
Winterisasi adalah proses pemisahan bagian gliserida jenuh atau bertitik cair
tinggi dari trigliserida bertitik cair rendah. Winterisasi merupakan bentuk dari
43
fraksinasi atau pemindahan materi padat pada suhu yang diatur. Hal ini termasuk
pemindahan jumlah kecil dari materi terkristalisasi dari minyak yang dapat
dimakan dengan filtrasi untuk mencegah cairan fraksi mengeruh pada suhu
pendinginan. Minyak didinginkan secara perlahan pada suhu sekitar 6oC selama
24 jam. Pendinginan dihentikan dan minyak atau campuran kristal didiamkan
selama 6-8 jam. Kemudian minyak disaring sehingga akan menghasilkan 75-80%
minyak dan produk stearine yang akan digunukan untuk shortening pada industri.
Keterangan :
D= deodorization, W= winterization, S= solidification, H2= hydrogenation
44
Pada pengolahan minyak jagung, fungsi winterisasi adalah proses untuk
menghilangkan lilin yang mungkin terdapat di dalam minyak jagung kasar dengan
jalan mendinginkan karena lilin akan membeku lebih dahulu kemudian lilinnya
diambil dengan cara penyaringan.
h. Interesterifikasi
Interesterifikasi dapat digambarkan sebagai pertukaran gugusan antara dua
buah ester dimana hal ini hanya dapat terjadi apabila terdapat katalis. Katalis yang
sering digunakan untuk reaksi ini adalah logam natrium atau kalium dalam bentuk
metoksilat atau etoksilat. Dalam reaksi ini ion logam natrium atau kalium akan
menyebabkan terbentuknya ion enolat yang selanjutnya diikuti dengan pertukaran
gugus alkil. Interesterifikasi banyak digunakan oleh industri untuk menggantikan
proses hidrogenasi dalam menurunkan asam lemak trans.
45
Gambar 10. Proses Interesterifikasi
Ester asam lemak dialam terdapat dalam bentuk ester antara gliserol dengan
asam lemak ataupun terkadang ada gugus hidroksilnya yang teresterkan tidak
dengan asam lemak tetapi dengan phospat seperti pada phospolipid. Disamping
itu ada juga ester antara asam lemak dengan alkoholnya yang membentuk
monoester seperti terdapat pada minyak jojoba Ester asam lemak sering
dimodifikasi baik untuk bahan makan maupun untuk bahan surfaktan, aditif,
detergen dan lain sebagainya.
46
dalam bentuk esternya. Ester yang masih terikat dengan gliserol pada posisi C2
biar bagaimanapun panjang rantainya tetap dapat diserap oleh tubuh sebagai
sumber energi, sedangkan asam lemak bebas hasil hidrolisa pada posisi C1 dan C3
apabila berantai panjang sulit terabsorbsi oleh tubuh.
Dalam hubungan ini telah disintesis trigiliserida yang pada posisi C1 dan C3
berupa asam lemak rantai pendek seperti C8 dan C10 yang banyak terdapat pada
minyak kelapa. Lipida seperti ini disebut sebagai Medium Chain Triglicerides
(MCT), yang mana dapat digunakan untuk mengobati pasien pengidap penyakit
HIV, gagal pencernaan, liver ataupun bagi seseorang yang dalam proses
penyembuhan dari pembedahan serta dapat juga digunakan untuk orang yang
memiliki permasalahan alergi terhadap bahan makan tertentu.
47
temperatur 110 1600C, maka gugusan asam lemak dapat berubah posisi. Dengan
interesterifkasi ini ,maka asam lemak jenuhnya dapat diubah menjadi asam lemak
tak jenuh.
48
5. Asam lemak yang stabil
6. Jenis minyak yang digunakan sebagai bahan baku harus banyak terdapat
disuatu daerah. (Ketaren, 1986)
kegunaan margarine :
1. Bidang pangan :
tekstur dan menambah cita rasa pangan.
bahan pelapis misalnya pada roti yang bersifat plastis dan segera
mencair didalam mulut (Winarno, 1991).
2. Minyak Goreng
Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau hewan
yang dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar dan biasanyadigunakan untuk
menggoreng bahan makanan (Wikipedia, 2009). Minyak goreng berfungsi sebagai
pengantar panas, penambah rasa gurih, dan penambah nilai kalori bahan pangan.
Penggunaan dan Mutu Minyak Goreng
Setiap minyak goreng tidak boleh berbau dan sebaiknya beraroma netral.
Berbeda dengan lemak yang padat, dalam bentuk cair minyak merupakan penghantar
panas yang baik. Makanan yang digoreng tidak hanya menjadi matang, tetapi menjadi
cukup tinggi panasnya sehingga menjadi cokelat. Suhu penggorengan yangdianjurkan
biasanya berkisar antara 1770C sampai 2010C.
49
BAB III
KESIMPULAN
50
Karakteristik minyak nabati dapat ditinjau dari sifat fisik seperti warna, bau,
titik didih, kelarutan, dan sifat kimianya seperti hidrolisis, oksidasi, esterifikasi,
penyabunan dan pembuatan keton
Minyak nabati yang telah diolah dari sumber yang bermacam-macam, dapat
menghasilkan bermacam-macam minyak pula, antara lain, minyak kacang tanah,
minyak wijen, minyak kedelai dan lain-lain.
Produk oleofood dari minyak nabati antara lain margarine dan minyak goreng.
DAFTAR PUSTAKA
Baileys, Alton E.,1951.Industrial Oil and Fat Product. 4th edition. Intersince
Publisher. New York.
51
F.G. Winarno.1991.Kimia Pangan dan Gizi. P.T Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
52