Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN KEJANG DEMAM

DI RUANGAN PERAWATAN ANAK


RSU LASINRANG PINRANG

OLEH:
Rusly
A1.12.0523

CI Lahan CI Institusi

STIKES MARENDENG MAJENE


TAHUN AKADEMIK 2015/2016
KONSEP MEDIS

1. Pengertian
Kejang demam (febrile convulsion) ialah bangkitan kejang yang terjadi pada
kenaikan suhu tubuh yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakraniuma. (Taslim.
1989)
Kejang Demam (KD) adalah kejang yang terjadi pada suhu badan yang
tinggi. Suhu badan yang tinggi ini disebabkan oleh kelainan ekstrakranial.
(Livingston, 1954)

2. Etiologi
Penyebab kejang demam menurut Buku Kapita Selekta Kedokteran belum
diketahui dengan pasti, namun disebutkan penyebab utama kejang demam ialah
demam yag tinggi. Demam yang terjadi sering disebabkan oleh :

a. Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA)


b. Gangguan metabolik
c. Penyakit infeksi diluar susunan saraf misalnya tonsilitis, otitis media, bronchitis.
d. Keracunan obat
e. Faktor herediter
f. Idiopatik. (Arif Mansjoer. 2000)

3. Patofisiologi
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel / organ otak diperlukan
energi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak
yang terpenting adalah glucose,sifat proses itu adalah oxidasi dengan perantara
pungsi paru-paru dan diteruskan keotak melalui system kardiovaskuler.
Berdasarkan hal diatas bahwa energi otak adalah glukosa yang melalui
proses oxidasi, dan dipecah menjadi karbon dioksidasi dan air. Sel dikelilingi
oleh membran sel. Yang terdiri dari permukaan dalam yaitu limford dan
permukaan luar yaitu tonik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat
dilalui oleh ion NA + dan elektrolit lainnya, kecuali ion clorida.
Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi NA+
rendah. Sedangkan didalam sel neuron terdapat keadaan sebaliknya,karena itu
perbedaan jenis dan konsentrasi ion didalam dan diluar sel. Maka terdapat
perbedaan membran yang disebut potensial nmembran dari neuron. Untuk
menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan
enzim NA, K, ATP yang terdapat pada permukaan sel.
Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah dengan perubahan
konsentrasi ion diruang extra selular, rangsangan yang datangnya mendadak
misalnya mekanis, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya. Perubahan dari
patofisiologisnya membran sendiri karena penyakit/keturunan. Pada seorang
anak sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh dibanding dengan orang
dewasa 15 %. Dan karena itu pada anak tubuh dapat mengubah keseimbangan
dari membran sel neuron dalam singkat terjadi dipusi di ion K+ maupun ion
NA+ melalui membran tersebut dengan akibat terjadinya lepasnya muatan
listrik.
Lepasnya muatan listrik ini sedemikian besarnya sehingga dapat meluas
keseluruh sel maupun membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang
disebut neurotransmitter sehingga mengakibatkan terjadinya kejang. Kejang
yang yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak
meninggalkan gejala sisa.
Tetapi kejang yang berlangsung lama lebih 15 menit biasanya disertai
apnea, NA meningkat, kebutuhan O2 dan energi untuk kontraksi otot skeletal
yang akhirnya terjadi hipoxia dan menimbulkan terjadinya asidosis.

4. Manifestasi klinik

a. Suhu anak tinggi.


b. Anak pucat / diam saja
c. Mata terbelalak ke atas disertai kekakuan dan kelemahan.
d. Umumnya kejang demam berlangsung singkat.
e. Gerakan sentakan berulang tanpa didahului kekauan atau hanya sentakan
atau kekakuan fokal.
f. Serangan tonik klonik ( dapat berhenti sendiri )
g. Kejang dapat diikuti sementara berlangsung beberapa menit
h. Seringkali kejang berhenti sendiri.

5. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan cairan cerebrospinal dilakukan untuk menyingkirkan


kemungkinan kelainan organis didalam susunan saraf pusat (otak). Kelainan
bisa karena infeksi, misalnya meningitis, encephalitis, abses otak, dll
Fungsi lumbal teridentifikasi bila ada kecurigaan klinis meningitis,
terutama pada bayi kurang dari 6 bilan, karena gejala meningitis tidak jelas.
EEG kurang memiliki nilai prognostic. EEG abnormal tidak dapat
digunakan untuk menduga kemungkinan terjadinya epilepsy atau kejang demam
terulang di kemudian hari.

6. Penatalaksanaan
Anak yang mengalami kejang demam pertama kali dan harus dirawat di RS,
untuk dilakukan fungsi lumbal dan pemeriksaan penunjang lain. Penderita baru
harus dirawat inap bila:
1. Kejang pertama perlu dilakukan fungsi lumbal dan observasi sehari.

2. Kejang lebih dari 20 menit

3. Dalam sehari terjadi 2x/lebih serangan kejang tidak beruntun

4. Ada penurunan kesadaran dan kelainan neurologik yang meragukan.


Penatalaksanaan kejang meliputi 3 hal yaitu:

a. Pengobatan fase akut

1. Saat kejang:

a. Pasien dimiringkan untuk mencegah aspirasi ludah atau muntahan


b. Membebaskan jalan napas dan memberikan oksigenasi yang cukup
c. Mengukur suhu tubuh yang tinggi dengan kompres dan antipiretik
d. Memonitor keadaan vital: kesadaran, tekanan darah, suhu, pernapasan
dan fungsi jantung
e. Memberikan cairan yang cukup bila berlangsung cukup lama (>10
menit)

b. Mencari penyebab dan mengobati penyebaab

c. Pengobatan profilaksis
Terdapat 2 cara profilaksis yaitu profilaksis intermiten saat demam dan
profilaksis terus menerus dengan anti konvultan setiap hari.
Profilaksis terus menerus berguna untuk mencegah berulangnya kejang
demam berat yang dapat menyebabkan kerusakan otak tetapi tidak dapat
mencegah epilepsy. Diberikan antikonvultan rumatan: fenitoin (Difenilhidantoin
5-8 mg/kgBB/hari) dalam 2 x pemberian atau dengan fenobarbitol: 5-8
mg/kgBB/hari dalam 2x pemberian. Profilaksis terus menerus dipertimbangkan
bila ada criteria:

a. Sebelum kejang demam yang pertama sudah ada kelainan neurologist


atau perkembangan (ex. Serebral palsy, RM atau mikrosefal)
b. KD lebih lama dari 15 menit, fokal atau diikuti kelainan neurology
sementara atau menetap
c. Ada riwayat kejang tanpa demam pada keluarga
d. Bila kejang demam terjadi pada bayi < 12 bulan atau terjadi kejang
multiple dalam 1 episode
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien dengan kejang demam menurut
Greenberg (1980 : 122 128), Paula Krisanty (2008 : 223) :
1. Riwayat Kesehatan :
a. Saat terjadinya demam : keluhan sakit kepala, sering menangis, muntah
atau diare, nyeri batuk, sulit mengeluarkan dahak, sulit makan, tidak tidur
nyenyak. Tanyakan intake atau output cairan, suhu tubuh meningkat, obat
yang dikonsumsi
b. Adanya riwayat kejang demam pada pasien dan keluarga
c. Adanya riwayat infeksi seperti saluran pernafasan atis, OMA, pneumonia,
gastroenteriks, Faringiks, brontrope, umoria, morbilivarisela dan campak.
d. Adanya riwayat trauma kepala
2. Pengkajian fisik
a. Tanda-tanda vital
b. Status hidrasi
c. Aktivitas yang masih dapat dilakukan
d. Adanya peningkatan : suhu tubuh, nadi, dan pernafasan, kulit teraba
hangat
e. Ditemukan adanya anoreksia, mual, muntah dan penurunan berat badan
f. Adanya kelemahan dan keletihan
g. Adanya kejang
h. Pada pemeriksaan laboratorium darah ditemukan adanya peningkatan
kalium, jumlah cairan cerebrospiral meningkat dan berwarna kuning
3. Riwayat Psikososial atau Perkembangan
a. Tingkat perkembangan anak terganggu
b. Adanya kekerasan penggunaan obat obatan seperti obat penurun panas
c. Akibat hospitalisasi
d. Penerimaan klien dan keluarga terhadap penyakit
e. Hubungan dengan teman sebaya
4. Pengetahuan keluarga
a. Tingkatkan pengetahuan keluarga yang kurang
b. Keluarga kurang mengetahui tanda dan gejala kejang demam
c. Ketidakmampuan keluarga dalam mengontrol suhu tubuh
d. Keterbatasan menerima keadaan penyakitnya
5. Pemeriksaan Penunjang (yang dilakukan) :
a. Fungsi lumbal
b. Laboratorium : pemeriksaan darah rutin, kultur urin dan kultur darah
c. Bila perlu : CT-scan dan EEG

2. Diagnosa keperawatan
a. Hyperthermia berhubungan dengan proses infeksi.
b. Perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan kejang.
d. Defisit volume cairan berhubungan dengan intake cairan inadekuat.
e. Kecemasan berhubungan dengan hipertermi, efek proses penyakit
f. kurang pengetahuan keluarga tentang penyakit perawatan dan penyakitnya
berhubungan dengan terbatasnya kognitif, kurang paparan terhadap
informasi
3. Intervensi keperawatan

Diagnosa Rencana keperawatan


Keperawatan/
Tujuan dan Kriteria Intervensi
Masalah Kolaborasi
Hasil

Hipertermia NOC: NIC :


Berhubungan dengan : Thermoregulasi Monitor suhu
- penyakit/ sesering mungkin
trauma Setelah dilakukan Monitor warna dan
- peningkatan tindakan keperawatan suhu kulit
metabolisme selama..pasien Monitor tekanan
- aktivitas yang menunjukkan : darah, nadi dan RR
berlebih Suhu tubuh dalam batas Monitor penurunan
- dehidrasi normal dengan kreiteria tingkat kesadaran
hasil: Monitor WBC, Hb,
DO/DS: Suhu 36 37C dan Hct
kenaikan suhu Nadi dan RR dalam Monitor intake dan
tubuh diatas rentang normal output
rentang normal Tidak ada perubahan Berikan anti piretik:
serangan atau warna kulit dan tidak Kelola Antibiotik:
konvulsi (kejang) ada pusing, merasa
kulit kemerahan nyaman ..
pertambahan RR Selimuti pasien
takikardi Berikan cairan
Kulit teraba panas/ intravena
hangat Kompres pasien
pada lipat paha dan
aksila
Tingkatkan sirkulasi
udara
Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
Catat adanya
fluktuasi tekanan
darah
Monitor hidrasi
seperti turgor kulit,
kelembaban
membran mukosa)

Diagnosa Rencana keperawatan


Keperawatan/
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Masalah Kolaborasi

Perfusi jaringan NOC : NIC :


cerebral tidak efektif Circulation status Monitor TTV
b/d gangguan afinitas Neurologic status Monitor AGD,
Hb oksigen, penurunan Tissue Prefusion : ukuran pupil,
konsentrasi Hb, cerebral ketajaman,
Hipervolemia, Setelah dilakukan asuhan kesimetrisan dan
Hipoventilasi, selama reaksi
gangguan transport O2, ketidakefektifan perfusi Monitor adanya
gangguan aliran arteri jaringan cerebral teratasi diplopia,
dan vena dengan kriteria hasil: pandangan kabur,
Tekanan systole dan nyeri kepala
DO diastole dalam rentang Monitor level
- Gangguan status yang diharapkan kebingungan dan
mental Tidak ada orientasi
- Perubahan perilaku ortostatikhipertensi Monitor tonus otot
- Perubahan respon Komunikasi jelas pergerakan
motorik Monitor tekanan
Menunjukkan konsentrasi
- Perubahan reaksi pupil
dan orientasi intrkranial dan
- Kesulitan menelan
Pupil seimbang dan reaktif respon nerologis
- Kelemahan atau
Catat perubahan
paralisis ekstrermitas Bebas dari aktivitas kejang
- Abnormalitas bicara Tidak mengalami nyeri pasien dalam
kepala merespon stimulus
Monitor status
cairan
Pertahankan
parameter
hemodinamik
Tinggikan kepala
0-45o tergantung
pada konsisi
pasien dan order
medis

Diagnosa Rencana keperawatan


Keperawatan/ Masalah
Tujuan dan Kriteria Intervensi
Kolaborasi
Hasil

Defisit Volume Cairan NOC: NIC :


Fluid balance
Berhubungan dengan: Pertahankan
-Kehilangan volume Hydration
catatan intake dan
cairan secara aktif Nutritional Status : output yang akurat
-Kegagalan mekanisme Food and Fluid Intake Monitor status
pengaturan Setelah dilakukan
hidrasi
tindakan keperawatan
( kelembaban
DS : selama.. defisit volume
membran mukosa,
-Haus cairan teratasi dengan
nadi adekuat,
DO: kriteria hasil:
tekanan darah
-Penurunan turgor Mempertahankan
ortostatik ), jika
kulit/lidah urine output sesuai diperlukan
-Membran mukosa/kulit dengan usia dan BB, Monitor hasil lab
kering BJ urine normal,
yang sesuai dengan
-Peningkatan denyut Tekanan darah, nadi,
retensi cairan
nadi, penurunan suhu tubuh dalam (BUN , Hmt ,
tekanan darah, batas normal osmolalitas urin,
penurunan Tidak ada tanda tanda albumin, total
volume/tekanan nadi dehidrasi, Elastisitas protein )
-Pengisian vena menurun turgor kulit baik, Monitor vital sign
-Perubahan status mental membran mukosa setiap 15menit 1
-Konsentrasi urine lembab, tidak ada rasa jam
meningkat haus yang berlebihan Kolaborasi
-Temperatur tubuh Orientasi terhadap pemberian cairan
meningkat waktu dan tempat baik IV
-Kehilangan berat badan Jumlah dan irama Monitor status
secara tiba-tiba pernapasan dalam nutrisi
-Penurunan urine output batas normal Berikan cairan oral
-HMT meningkat Elektrolit, Hb, Hmt Berikan
-Kelemahan dalam batas normal penggantian
pH urin dalam batas nasogatrik sesuai
normal output (50
Intake oral dan 100cc/jam)
intravena adekuat Dorong keluarga
untuk membantu
pasien makan
Kolaborasi dokter
jika tanda cairan
berlebih muncul
meburuk
Atur kemungkinan
tranfusi
Persiapan untuk
tranfusi
Pasang kateter jika
perlu
Monitor intake dan
urin output setiap 8
jam

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
Kecemasan NOC : NIC :
berhubungan dengan - Kontrol kecemasan Anxiety Reduction
- Koping (penurunan
Faktor keturunan, Krisis Setelah dilakukan asuhan kecemasan)
situasional, Stress, selama klien Gunakan
perubahan status kecemasan teratasi dgn pendekatan yang
kesehatan, ancaman kriteria hasil: menenangkan
kematian, perubahan Klien mampu Nyatakan dengan
konsep diri, kurang mengidentifikasi dan jelas harapan
mengungkapkan terhadap pelaku
pengetahuan dan
gejala cemas pasien
hospitalisasi Mengidentifikasi, Jelaskan semua
mengungkapkan dan prosedur dan apa
menunjukkan tehnik yang dirasakan
DO/DS: untuk mengontol selama prosedur
- Insomnia cemas Temani pasien
- Kontak mata kurang Vital sign dalam batas untuk memberikan
- Kurang istirahat normal keamanan dan
- Berfokus pada diri Postur tubuh, ekspresi mengurangi takut
sendiri wajah, bahasa tubuh Berikan informasi
- Iritabilitas dan tingkat aktivitas faktual mengenai
- Takut menunjukkan diagnosis,
- Nyeri perut berkurangnya tindakan
- Penurunan TD dan kecemasan prognosis
denyut nadi Libatkan keluarga
- Diare, mual, kelelahan untuk
- Gangguan tidur mendampingi
- Gemetar klien
- Anoreksia, mulut kering Instruksikan pada
- Peningkatan TD, denyut pasien untuk
nadi, RR menggunakan
- Kesulitan bernafas tehnik relaksasi
- Bingung
Dengarkan dengan
- Bloking dalam
penuh perhatian
pembicaraan
- Sulit berkonsentrasi Identifikasi
tingkat kecemasan
Bantu pasien
mengenal situasi
yang
menimbulkan
kecemasan
Dorong pasien
untuk
mengungkapkan
perasaan,
ketakutan,
persepsi
Kelola pemberian
obat anti
cemas:........

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil

Kurang Pengetahuan NOC: NIC :


Berhubungan dengan : Kowlwdge : disease Kaji tingkat
keterbatasan kognitif, process pengetahuan pasien
interpretasi terhadap Kowledge : health dan keluarga
informasi yang salah, Behavior Jelaskan
kurangnya keinginan Setelah dilakukan patofisiologi dari
untuk mencari informasi, tindakan keperawatan penyakit dan
tidak mengetahui selama . pasien bagaimana hal ini
sumber-sumber menunjukkan berhubungan
informasi. pengetahuan tentang dengan anatomi
proses penyakit dengan dan fisiologi,
kriteria hasil: dengan cara yang
DS: Menyatakan secara
verbal adanya masalah Pasien dan keluarga tepat.
DO: ketidakakuratan menyatakan Gambarkan tanda
mengikuti instruksi, pemahaman tentang dan gejala yang
perilaku tidak sesuai penyakit, kondisi, biasa muncul pada
prognosis dan program penyakit, dengan
pengobatan cara yang tepat
Pasien dan keluarga Gambarkan proses
mampu melaksanakan penyakit, dengan
prosedur yang cara yang tepat
dijelaskan secara Identifikasi
benar kemungkinan
Pasien dan keluarga penyebab, dengan
mampu menjelaskan cara yang tepat
kembali apa yang Sediakan informasi
dijelaskan perawat/tim pada pasien tentang
kesehatan lainnya kondisi, dengan
cara yang tepat
Sediakan bagi
keluarga informasi
tentang kemajuan
pasien dengan cara
yang tepat
Diskusikan pilihan
terapi atau
penanganan
Dukung pasien
untuk
mengeksplorasi
atau mendapatkan
second opinion
dengan cara yang
tepat atau
diindikasikan
Eksplorasi
kemungkinan
sumber atau
dukungan, dengan
cara yang tepat
DAFTAR PUSTAKA

A.H. Markum, 1991, Buku Ajar Kesehatan Anak, jilid I, Penerbit FKUI

Ngastiyah, 997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta

Price & Wilson 1995, Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Buku 1,


Ed.4, EGC, Jakarta

Soetjiningsih 1998, Tumbuh Kembang Anak, EGC, Jakarta

Soeparman & Waspadji, 1990, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Ed. Ke-3, BP FKUI,
Jakarta.
Suharyono, 1986, Diare Akut, lembaga Penerbit Fakultas Kedokteran UI, Jakarta

Whaley & Wong, 1995, Nursing Care of Infants and Children, fifth edition, Clarinda
company, USA

Bates. B, 1995. Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan. Ed 2. EGC. Jakarta

Carpenitto.LJ. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis. Ed 6.


EGC. Jakarta.

Lab/ UPF IKA, 1994. Pedoman Diagnosa dan Terapi . RSUD Dr. Soetomo.
Surabaya.

Markum.AH. 1999. Ilmu Kesehatan Anak. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai