Anda di halaman 1dari 43

PRESENTASI KASUS

HIPEREMESIS GRAVIDARUM

Disusun Oleh :

Rahmatul Fithri
Yanti

109103000019

Pembimbing :

dr. H. Setyo
Hermanto, Sp.
OG

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN RSUP


FATMAWATI

PERIODE 17 FEBRUARI 25 APRIL 2014

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI JAKARTA

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas kepaniteraan klinik bagian
Ilmu Kebidanan dan Kandungan Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta.

Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian makalah ini:
1. dr. H. Setyo Hermanto Sp.OG, selaku pembimbing dalam penyusunan
makalah.
2. Teman-teman yang turut membantu penyelesaian makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, maka kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki makalah ini.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Jakarta, April 2014

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
Pendahuluan..........................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Definisi................................... ..............2
Insiden...........................2
Etiologi..................................................................................................2
Faktor Predisposisi............8
Gejala Klinis..............9
Klasifikasi...........10
Patofisiologi................................................................11
Pemeriksaan Penunjang..........13
Diagnosis.............................................................................14
Diagnosis Banding..............................................................14
Penatalaksanaan..................................................................................14
Komplikasi..........................................................................................23
Prognosis.............................................................................................23

BAB III ILUSTRASI KASUS


Identitas Pasien....................................................................................24
Anamnesis...........................................................................................24

3
Pemeriksaan Fisik...............................................................................27
Pemeriksaan Penunjang......................................................................28
Resume................................................................................................29
Diagnosa Kerja....................................................................................29
Penatalaksanaan..................................................................................30
Prognosis.............................................................................................30
Follow Up Pasien................................................................................30

BAB IV ANALISIS KASUS


Analisis kasus..........32

BAB V KESIMPULAN
Kesimpulan.........36
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................37

4
BAB I

PENDAHULUAN

Pada kehamilan normal, saluran gastointestinal akan mengalami perubahan


yang cukup signifikan dari segi anatomis, fisiologis dan fungsional. Hal ini dapat
menyebabkan berbagai macam gangguan salah satunya adalah mual dan muntah yang
mempengaruhi hingga >50% kehamilan. Hal ini merupakan gejala yang wajar dan
sering terjadi pada kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi
hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala gejala
ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan
berlangsung selama kurang lebih 10 minggu. Mual dan muntah terjadi
pada 60 80% primigravida dan 40 60% multigravida. Kebanyakan
perempuan dapat mempertahankan kebutuhan cairan dan nutrisi dengan diet sehingga
gejala dapat teratasi pada akhir trimester pertama.

Namun, satu diantara seribu kehamilan, gejala-gejala ini menjadi


lebih berat.1 jika sudah berlebihan hingga mengganggu kegiatan sehari hari dapat
dipikirkan hiperemesis gravidarum. Penyebab penyakit ini masih belum diketahui
pasti tetapi diperkirakan berhubungan dengan endokrin, biokimiawi dan psikologis.
Kondisi ini perlu penanganan yang baik agar kualitas hidup pasien tetap baik dan
kondisi kesehatan ibu dan bayi nya tetap terjaga untuk mencegah komplikasi lebih
lanjut.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1DEFINISI
Hiperemesis Gravidarum adalah muntah yang terjadi pada kehamilan
hingga meyebabkan penurunan berat badan, dehidrasi, asidosis akibat starvasi,
alkalosis akibat kekurangan HCL dalam lambung akibat muntah dan hipokalemia
pada awal kehamilan hingga usia kehamilan 20 minggu.1,5
Muntah terkadang sangat hebat hingga semua yang dimakan dan diminum
dimuntahkan hingga mempengaruhi keadaan umum dan mengganggu pekerjaan
sehari hari, penurunan berat badan drastis, dehidrasi berat, dan terdapat aseton
pada urin bahkan dapat terjadi gejala penyakit apendisitis, pielititis, dan
sebagainya. Hal terjadi kemungkinan akibat peningkatan kadar -HCG,
esterogen, atau kedua nya, namun dapat juga disebabkan faktor lain.2

2.2INSIDEN
Dalam 30 tahun terakhir insidens hiperemesis gravidarum
sangat menurun. Pada kasus di rumah sakit hanya 1 dari 1000
kehamilan yang menderita hiperemesis, hal ini disebabkan karena :
a. Aplikasi yang lebih baik terhadap Keluarga Berencana sehingga
mengurangi angka kehamilan yang tidak diinginkan
b. Kunjungan lebih awal dari antenatal care
c. Obat-obatan anti histamin dan anti emetik yang poten. 3

2.3ETIOLOGI

Tidak ada penyebab tunggal yang ditemukan. Hiperemesis


gravidarum adalah sindroma multifaktor. Terdapat beberapa teori:
hipertiroidisme/tirotoksikosis, hormon kehamilan, gangguan fungsi
hati, gangguan fungsi lambung, infeksi, gangguan fungsi saraf otonom,
defisiensi nutrisi, dan faktor psikologis.1,4,5,6,7,8

6
Gambar 2.0 : Etiologi Hiperemesis Gravidarum

1. Hipertiroidisme/Tirotoksikosis 4

Pada kehamilan normal, kelenjar tiroid membesar 50% dan


sekresi hormon tiroksin (T4) meningkat karena meningkatnya
hormon hCG (human Chorionic Gonadotropin) dan hCT (human
Chorionic Thyrotropin) yang disekresi oleh plasenta. Molekul hCG
adalah molekul glikoprotein yang mengandung karakteristik
struktural yang diperlukan untuk interaksi dengan reseptor TSH
(thyroid stimulating hormone) dan aktivasi membran adenilat

7
siklase yang meregulasi fungsi sel tiroid. Molekul hCT juga
merupakan molekul glikoprotein dengan komponen yang sama
seperti TSH, meningkatkan sekresi hormon tiroid dan menstimulasi
penggabungan fosfat anorganik ke dalam tiroid. Meningkatnya
hormon tiroid terjadi pada trimester pertama dan berlangsung
sampai selama kehamilan. Kadar estrogen juga meningkat selama
kehamilan. Meningkatnya estrogen menyebabkan meningkatnya
produksi TBG (thyroxine-binding globulin) di hati. Sekitar 80%
hormon tiroid terikat dengan TBG. Adanya peningkatan hormon
tiroid inilah yang diduga dapat merangsang pusat muntah.

2. Hormon Kehamilan 4,5,7

Human chorionic gonadotropin diduga sebagai penyebab


hiperemesis gravidarum berdasarkan observasi meningkatnya
konsentrasi pada kehamilan dihubungkan dengan meningkatnya
mual dan muntah. Pada sebuah studi terhadap 57 pasien dengan
hiperemesis gravidarum, Goodwin, dkk. menemukan bahwa ketika
dibandingkan dengan kelompok kontrol, pasien hiperemesis
mempunyai kadar hCG yang tinggi secara signifikan. Jumlah
hCGnya dibandingkan dengan derajat stimulasi tiroid dan derajat
emesis. Penelitian ini membuktikan bahwa hCG merupakan faktor
penyebab dari hiperemesis dan hipertiroidisme pada kehamilan.

Studi lain terhadap kadar hormon dalam serum pada


trimester pertama kehamilan dan termasuk kadar estrogen yang
tinggi disekresi oleh plasenta menyebabkan hiperemesis. Studi ini
tidak menemukan adanya hubungan antara hiperemesis
gravidarum dan kadar hCG.

Hormon lain yang mungkin menyebabkan hiperemesis


gravidarum adalah 17- hydroxyprogesterone, suatu hormon steroid

8
yang diproduksi oleh korpus luteum selama kehamilan. Studi oleh
Gadsby, Barnie-Adshead, dan Jagger menemukan bahwa
meningkatnya progesterone dalam kehamilan bekerja menekan
mual dan muntah dengan menghambat prostaglandin E-2 yang
disekresi dari sel desidua dan makrofag dari desidua basalis.

Posisi korpus luteum mempengaruhi mual dan muntah


selama kehamilan. Berdasarkan teori, sebuah korpus luteum yang
berasal dari ovarium kanan mengakibatkan tingginya konsentrasi
aliran sex steroid langsung ke dalam vena cava dan sistem portal,
memasuki hati dan menyebabkan hiperemesis. Namun, sebuah
case report oleh Thorp, Watson, dan Katz menyalahkan teori ini.
Ibu dengan hiperemesis yang berat, kemudian dilakukan eksisi
korpus luteum kanannya pada 12 minggu kehamilan, ternyata
gejalanya tidak membaik setelah operasi.

3. Gangguan Fungsi Hati 4

Pada ibu hamil, terdapat beberapa perubahan dari morfologi


hepar, sehingga mengubah fungsi hepar. Selama trimester
pertama, albumin serum dan konsentrasi protein menurun
meskipun protein intravaskular meningkat akibat dari
meningkatnya volume plasma. Fraksi-fraksi globulin meningkat
selama kehamilan akibat produksi hormon plasenta, dan rasio
albumin-globulin menurun karena pengenceran albumin.

Gangguan fungsi hati telah dilaporkan pada beberapa pasien


dengan hiperemesis gravidarum. Abnormalitas enzim hepar
tercatat pada 25% kasus hiperemesis gravidarum, seperti
hiperbilirubinemia dan retensi bromsulphalein sodium. Dinyatakan
bahwa hepar adalah bagian terbesar dari inaktivasi hormon steroid,
hiperemesis mungkin juga akibat menurunnya kemampuan hepar

9
dalam menginaktivasi muatan hormon yang meningkat selama
kehamilan. Peningkatan estriol dan SHBG (sex hormone binding
globulin) secara signifikan pada pasien hiperemesis.
Hiperestrogenisme menyebabkan vomitus, dan dapat
menyebabkan terjadinya dehidrasi dan kurangnya nutrisi, akibatnya
akan diproduksi enzim hati yang abnormal.

Goodwin, Montoro, dan Mestman menguji fungsi tiroid dan


fungsi hepar pada 67 pasien hiperemesis gravidarum dan
menemukan bahwa pasien hiperemesis dengan hipertiroidisme
akan lebih sering mendapatkan gangguan elektrolit dan gangguan
fungsi hati. Gangguan fungsi hati terjadi sekunder dari hiperemesis
gravidarum.

4. Gangguan Fungsi Sistem Gastrointestinal 4,6

Gejala refluks (heartburn) terdapat 30 80% pada wanita


hamil. Terjadi peningkatan volume dan sekresi asam lambung.
Produksi mukus lambung juga mungkin meningkat. Peristaltik
esophagus menurun. Kebanyakan ibu hamil dengan keluhan utama
refluks terjadi 52% pada trimester pertama, 24% pada trimester
kedua, dan 8,8% pada trimester ketiga.

Turunnya motilitas gastrointestinal, meningkatnya keasaman


oleh sekresi asam lambung, dan menurunnya fungsi sfingter bawah
esophagus merupakan faktor predisposisi terjadinya gastric reflux.

Meningkatnya prevalensi gastric reflux dan lambatnya


pengosongan lambung membuat kehamilan lebih berisiko terhadap
regurgitasi dan aspirasi pada saat anestesi umum. Pada kehamilan,
pengosongan lambung dari makanan padat lebih lambat, tetapi
untuk makanan cair umumnya sama dengan saat tidak hamil.

10
Menurunnya motilitas gastrointestinal pada kehamilan
disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi dari sirkulasi
progesterone. Meskipun, dinyatakan bahwa meningkatnya
konsentrasi estrogen yang memacu pelepasan NH4OH dari saraf
nonadrenergik nonkolinergik merangsang motilitas gastrointestinal.
Waktu yang memanjang dari perjalanan makanan dalam saluran
gastrointestinal juga meningkatkan absorbsi air, sehingga feses
menjadi keras dan terjadi konstipasi.

5. Infeksi 4,5

Helicobacter pylori adalah bakteri gram negatif spiral, infeksi


melibatkan ulkus lambung dan telah ditemukan sebagai penyebab
hiperemesis gravidarum. Pada studi yang terbaru oleh Frigo, dkk.
ditemukan bahwa 90,5% ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum
adalah seropositif terhadap H. pylori, sebaliknya pada 46,5%
kelompok kontrol. Dengan mengeliminasi infeksi H. pylori akan
menyembuhkan hiperemesis gravidarum.

6. Gangguan Sistem Saraf Otonom 4

Perubahan pada fungsi lambung mungkin berhubungan


dengan perubahan fungsi sistem saraf otonom, khususnya fungsi
adrenergik simpatik. Perubahan lain dari fungsi otonom
berhubungan dengan perubahan psikologis selama kehamilan
mencakup meningkatnya basal metabolic rate, meningkatnya
glomerular filtration rate, dan meningkatnya volume darah, suhu
tubuh, dan frekuensi nadi.

7. Kekurangan Nutrisi 4

Sangat sedikit penelitian tentang kekurangan nutrisi sebagai


faktor penyebab hiperemesis gravidarum. Hasil penelitian

11
menemukan tidak ada hubungan antara hiperemesis gravidarum
dengan defisiensi nutrisi.

8. Faktor Psikologis 1,4

Hubungan psikologis dengan hiperemesis gravidarum belum


diketahui secara pasti, namun tidak jarang dengan memberikan
suasana baru, sudah dapat membantu mengurangi frekuensi
muntah. Faktor-faktor psikologis tidak dapat disingkirkan sebab
terdapat hubungan yang nyata antara faktor psikologis dan
gangguan makan, seperti bulimia dan anoreksia nervosa.

2.4FAKTOR PREDISPOSISI1

Terdapat beberapa faktor predisposisi yang menyebabkan


timbulnya hiperemesis gravidarum:
1. Faktor adaptasi dan hormonal; yang dapat dimasukkan dalam
ruang lingkup faktor adaptasi adalah wanita hamil dengan anemia,
wanita primigravida overdistensi rahim, ganda dan hamil mola
hidatidosa. Sebagian kecil primigravida belum mampu beradaptasi
terhadap hormon estrogen dan koreonik gonadotropin , sedangkan
pada hamil ganda dan mola hidatidosa jumlah hormon yang
dikeluarkan terlalu tinggi dan menyebabkan terjadinya hiperemesis
gravidarum.
2. Faktor organik; yaitu masuknya vili khorialis dalam sirkulasi
maternal dan perubahan metabolik akibat hamil serta resistensi
yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan ini.
3. Alergi; sebagai respon jaringan ibu terhadap anak (juga disebut
sebagai faktor organik).
4. Faktor psikologik; wanita yang mendadak kehamilan, takut
kehilangan pekerjaan, keretakan hubungan dengan suami, takut
terhadap tanggung jawab sebagai ibu dan sebagainya, diduga

12
dapat menjadi faktor kejadian Hiperemesis Gravidarum. Dengan
perubahan suasana dan masuk rumah sakit keluhan penderita
dapat berkurang sampai menghilang.

2.5GEJALA KLINIK 9

- nausea

- muntah

- penurunan BB

- ptialism (salivasi berlebihan)

- tanda tanda dehidrasi termasuk hipotensi postural dan takikardi

- laboratorium : hiponatremi, hipokalemia dan peningkatan hematokrit

SKOR
Yang dinilai
1 2 3

Keadaan umum Baik Lesu/haus Gelisah, lemas, mengantuk


hingga syok

Mata Biasa Cekung Sangat cekung

Mulut Biasa Kering Sangat kering

Pernapasan < 30 30-40 x/menit > 40 x/menit


x/menit

Turgor Baik Kurang Jelek

Nadi < 120 120-140 > 140 x/menit


x/menit x/menit

13
Skor: 6 : tanpa dehidrasi

7 12 : dehidrasi ringan-sedang

13 : dehidrasi berat

Tabel 2.1 Skoring Dehidrasi

2.6KLASIFIKASI 2
Secara klinis, hiperemesis gravidarum dibedakan atas 3 tingkatan,
yaitu:

1. Tingkat 1

Muntah terus menerus, timbul intoleransi terhadap makanan dan


minuman, berat badan menurun, nyeri epigastrium, muntah pertama keluar
makanan, lendir dan sedikit cairan empedu, dan yang terakhir keluar darah. Nadi
meningkat hingga 100 kali per menit dan tekanan darah sistolik menurun. Mata
cekung dan lidah kering, turgor kulit berkurang

2. Tingkat II

Gejala lebih berat, semua yang dimakan dan diminum dimuntahkan, haus
hebat, subfebril, nadi cepat dan lebih dari 100-140 kali per menit, tekanan darah
sistolik berkurang dari 80 mmHg, apatis, kulit pucat, apatis, kulit pucat, lidah
kotor, kadang ikterus, aseton, bilirubiin dalam urin, dan berat badan cepat
menurun

3. Tingkat III

14
Kondisi pada tingkatan ini sangat jarang. Pada tingkat ini mulai terjadi
gangguan kesadaran (delirium-koma), muntah berkurang atau berhenti, dapat
terjadi ikterus, sianosis, nistagmus, gangguan jantung, bilirubin, dan proteinuria
dalam urin.

2.7PATOFISIOLOGI

Pada hiperemesis gravidarum terjadi muntah-muntah


berlebihan. Stimulus terkuat dari muntah adalah iritasi dan distensi
dari gaster, stimuli lainnya berupa cahaya yang menyilaukan,
anestesia umum, pusing berputar dan obat-obat tertentu (morfin,
derivat digitalis). Impuls dari stimuli tersebut ditransmisi oleh saraf
menuju pusat muntah di medulla oblongata dan impuls dikembalikan
merangsang organ traktus digesitivus bagian atas, diafragma serta
otot-otot abdomen.10 Kenaikan hCG juga dapat merangsang pusat
muntah di medulla oblongata. 11 Melalui tes yang sensitif, hCG dalam
urin atau plasma mulai dapat terdeteksi 8 sampai 9 hari setelah
ovulasi. Konsentrasi hCG akan naik dua kali lipat dalam 1.4-2.0 hari.
Pada hari ke 60-70 usia kehamilan ( hamil 9-10 minggu) kadar hCG
akan mencapai puncaknya, setelah itu konsentrasi akan menurun
sampai stabil mulai hari ke 100-130 usia kehamilan.10
Akibat dari muntah-muntah berlebihan akan mengakibatkan
gangguan elektrolit, terutama natrium; kalium; dan klorida. Selain itu
dapat menyebabkan gangguan keseimbangan asam basa, berupa
alkalosis metabolik akibat hilangnya asam karena muntah-muntah
berlebihan ataupun asidosis metabolik akibat peningkatan asam
(ketosis).11

Selain itu juga terjadi dehidrasi yang menyebabkan: 12

15
1. Penurunan saliva, yang berakibat mulut dan faring kering.
2. Peningkatan osmolaritas darah, yang akan merangsang
osmoreseptor di hipothalamus
3. Penurunan volome darah yang berakibat penurunan tekanan darah,
sehingga renin akan meningkat, begitu juga angiotensin II

Ketiga hal tersebut akan merangsang pusat rasa haus di


hipothalamus, yang seharusnya akan meningkatkan intake cairan,
namun karena terdapat mual dan muntah yang tidak bisa ditoleransi
akibatnya cairan juga tidak dapat masuk per oral. Akibatnya cairan
tubuh tidak mencapai kadar normal dan dehidrasi tetap terjadi.
Karena muntah terus menerus terjadi dan tidak ada makanan
yang dapat masuk, cadangan karbohidrat pun sangat berkurang,
sehingga untuk memenuhi kebutuhan respirasi sel dan menghasilkan
ATP dipakai jalur pemecahan lemak (katabolisme lipid/lipolisis) secara
berlebih, bukan memakai jalur glikolisis. Asam lemak dikatabolisme di
mitokondria melalui proses yang dinamakan beta oxidation, yang
akhirnya membentuk acetyl coA. Acetyl coA akan masuk ke dalam
siklus krebs. Hepatosit akan mengambil dua molekul acetyl coA dan
terkondensasi membentuk asam asetoasetat, asam beta-
hidroksibutirat, dan aseton (ketone bodies). Proses tersebut dinamakan
ketogenesis. Keton-keton tersebut akan mudah berdifusi ke membran
plasma, meninggalkan hepatosit untuk kemudian masuk ke dalam
aliran darah. Akibatnya terjadi ketosis dalam darah, yang kemudian
dikeluarkan melalui urin, sehingga pada hiperemesis gravidarum lanjut
didapatkan keton pada urin. 10

16
Gambar 2.2. : Patofisiologi hiperemesis gravidarum

2.8PEMERIKSAAN PENUNJANG

Hasil pemeriksaan laboratorium yang dibutuhkan adalah sebagai


berikut: 8

Urinalisis untuk keton dan diagnosis kehamilan.


Elektrolit serum: mengevaluasi adanya hiponatremia atau
hipokalemia, hipokloremia, alkalosis atau asidosis metabolik, dan
fungsi ginjal.

17
Enzim hati dan bilirubin: meningkatnya kadar transaminase dapat
terjadi pada 50% kasus

Amilase: meningkat pada 10% kasus.

TSH, FT4: hipertiroidisme pada 50-60% kasus.

Kultur urin: infeksi saluran kemih sering terjadi pada kehamilan,


berhubungan dengan mual dan muntah.

Kadar kalsium: pada beberapa kasus hiperemesis gravidarum


berhubungan dengan hiperkalsemia akibat hiperparatiroid.

Hematokrit: mungkin meningkat akibat dehidrasi.

Hepatitis panel: hepatitis A, B, atau C dapat menyerupai gejala


hiperemesis gravidarum.

Pemeriksaan Radiologi: 8
USG fetomaternal diperlukan untuk penderita hiperemesis
gravidarum untuk melihat adanya kehamilan multipel atau penyakit
trofoblas.
Jika terdapat indikasi, USG abdomen untuk melihat adanya kelainan
pankreas dan/atau traktus bilier.

Pada kasus yang jarang, mungkin CT scan abdomen diindikasikan


untuk appendisitis.

Pada pasien dengan nyeri abdomen atau perdarahan saluran cerna


bagian atas, dapat dilakukan endoskopi.

2.9DIAGNOSIS

18
Amenore yang disertai muntah hebat, pekerjaan sehari hari terganggu
Tanda vital : nadi meningkat 100 kali per menit, tekanan darah menurun,
subfebril dan gangguan kesadaran (apatis-koma)
Fisik : dehidrasi, kulit pucat, ikterus, sianosis, berat badan menurun, besar
uterus sesuai usia kehamilan
USG : tidak ditemukan kehamilan kembar atau molahidatidosa
Laboratorium : kenaikan relatif hemoglobin dan hematokrit, shift to the left,
benda keton, dan proteinuria
Perlu dipikirkan untuk konsultasi psikologi terutama jika berulang

2.10 DIAGNOSIS BANDING

- Penyakit gastrointestinal, misal: ulcus peptikum, kolik biliar,


obstruksi usus, pankreatitis dan penyakit-penyakit lain termasuk
penyakit infeksi yang memberi gejala muntah
- Mual muntah yang diinduksi oleh obat-obatan seperti antibiotik,
atau golongan obat jantung tertentu. 8

2.11 PENATALAKSANAAN

Prinsip penatalaksanaannya adalah untuk: 5


1. Memperbaiki keadaan umum
2. Koreksi cairan, elektrolit dan zat-zat metabolik
3. Mencegah atau mendeteksi lebih awal adanya komplikasi yang
timbul.
Memberi pengertian bahwa mual dan muntah adalah gejala yang
fisiologis pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4
bulan.

Keadaan yang mengharuskan pasien dirawat:


1. Apa yang dimakan dan diminum, dimuntahkan lagi, apalagi kalau
berlangsung lama.

19
2. BB turun lebih dari 1/10 dari BB (N)
3. Turgor kurang, lidah kering
4. Aseton dalam urin.

Pencegahan
Prinsip pencegahan adalah mengobati emesis agar tidak terjadi
hiperemesis gravidarum dengan cara :
1. Memberikan penerangan tentang kehamilan dan persalinan sebagai
suatu proses yang fisiologik
2. Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang kadang muntah
merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan
hilang setelah kehamilan 4 bulan.
3. Menganjurkan mengubah makan sehari hari dengan makanan
dalam jumlah kecil tapi sering
4. Menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan segera turun dari
tempat tidur, terlebih dahulu makan roti kering atau biskuit dengan
dengan teh hangat.
5. Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan
6. Makanan sebaiknya disajikan dalam keadaan panas atau sangat
dingin
7. Defekasi teratur.
8. Menghindari kekurangan karbohidrat merupakan faktor penting,
dianjurkan makanan yang banyak mengandung gula.1

Pengobatan yang diberikan :


( Terapi Cairan Parental
Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat
dan protein dengan glukosa 5% dalam cairan garam fisiologik
sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu ditambah kalium, dan vitamin,
khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C dan bila ada
kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino secara
intravena. Dibuat kontrol cairan yang masuk dengan yang keluar,
air kencing perlu diperiksa sehari-hari terhadap protein, aseton,
khlorida dan bilirubin. Suhu dan nadi diperiksa setiap 4 jam dan

20
tekanan darah 3 kali sehari. Dilakukan pemeriksaan hematokrit
pada permulaan dan seterusnya menurut kebutuhan. Bila selama
24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum bertambah baik
dapat dicoba untuk memberikan minuman, dan lambat laun
minuman dapat ditambah dengan makanan yang tidak cair. 1,4

( Obat-obatan 5,11
Hati-hati dengan obat yang bersifat teratogen.
a. Obat-obat sedatif yang adekuat
Promazine (sparine 50 mg atau Diazepam 10 mg ,2 atau 3 kali
sehari i.m.)
b. Obat Antihistamin dan antiemetik
Promethazine (phenergan) 25 mg atau prochlorperazin
(stemetil) 5 mg atau triflupromazine (Siquil) 10 mg yang dapat
diberikan 2 atau 3 kali sehari i.m. Trifluoperazie (espazine) 1 mg
2 kali sehari i.m adalah obat anti emetik yang kuat. Ondansetron
juga merupakan salah satu pilihan namun tidak lebih superior
dibanding yang lain.
c. Vitamin diberikan untuk mencegah neuropati dan memperlancar
metabolisme karbohidrat. Tiap hari diberikan injeksi Vit B1
(aneurine) 100 mg, Vit B6 (Pyridoxine hydrocloride) 100 mg, vit
C (asorbic acid) 100 mg dan vit. B. komplex.
d. Hidrocortison 100 mg diberikan melalui drip pada hipotensi
berat.

( Isolasi
Pasien berada dalam kamar yang tenang, cerah dan
peredaran udara yang baik. Hanya dokter dan perawat yang boleh
masuk ke dalam kamar penderita sampai muntah berhenti dan
penderita mau makan. Kadang-kadang dengan isolasi saja gejala-
gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan 1

21
( Terapi psikologik
Penderita diyakinkan bahwa penyakitnya dapat
disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi
pekerjaan dan hilangkan masalah dan konflik yang melatar
belakangi penyakit ini.1

( Penghentian kehamilan
Pada sebagian kecil kasus keadaan menjadi tidak baik,
bahkan mundur. Segera lakukan pemeriksaan medik dan psikiatrik.
Apabila timbul delirium, kebutaan, takikardi, ikterus, anuria dan
perdarahan merupakan komplikasi organik, perlu dipertimbangkan
pengakhiran kehamilan.1

TATALAKSANA HIPEREMESIS GRAVIDARUM11

22
FISIOLOGI HAMIL MUDA

Faktor hiperemesis gravidarum: Pemeriksaan:


Psikologi Mual-emesis mengganggu kehidupan
Kehamilan yang tidak diinginkan sehari-hari
Gizi kurang/anemia Hiperemesis dengan berbagai tingkatnya
Alergi-vilikorialis
Estrogen-HCG yang tinggi

EMESIS GRAVIDARUM: HIPEREMESIS GRAVIDARUM


Emesis-mual tanpa gangguan Emesis-mual mengganggu kehidupan
ANC rutin sehari-hari
Pendekatan psikologis Hiperemesis dengan berbagai tingkatannya
Pengobatan: Ringan, vitamin menunjang

PENGOBATAN BERHASIL: HIPEREMESIS GRAVIDARUM:


ANC intensif Masuk RS
Suportif vitamin dan nasehat diet 4 Mata rantai pengobatan:
sehat 5 sempurna Isolasi
Psikologis
Rehidrasi
Pemberian obat terkait
Perbaiki keseimbangan elektrolit
Perbaikan metabolisme

PENGOBATAN GAGAL:
Terminasi kehamilan dengan indikasi:
Gangguan psikologi
Gangguan organ

23
Protokol hiperemesis gravidarum (menurut Hyperemesis
Educational and Research Foundation / HER Foundation) 12
1. Saat pasien masuk dan penilaian pasien.
Pasien diberi kamar tersendiri untuk meminimalkan stimulus
yang mengganggu baik dari pasien lain maupun staff medis.
Banyak dari penderita yang tidak dapat bertoleransi pada
cahaya yang sangat terang ataupun suasana berisik seperti
suara telepon dan televisi, mereka akan muntah terhadap
gangguan tersebut. Oleh sebab itu, kamar yang tenang
dengan posisi di ujung bangsal merupakan hal yang sangat
dianjurkan dan bersifat terapeutik.

Membina hubungan yang baik dengan pasien (compasionate


rapport).

Paisen ditimbang dan dievaluasi berat-ringannya penurunan


berat badan.

Menyingkirkan kemungkinan penyakit lain pada pasien


dengan gejala mual dan muntah dengan anamnesa yang
baik

Penilaian terhadap status metabolik dan hormonal:


melakukan pemeriksaan laboratorium, terutama elektrolit,
kadar hormon (hCG, fungsi tiroid, -hCG kuantitatif),
Urinalisis, H-pylori, darah lengkap (untuk mengetahui tanda
awal dari infeksi), fungsi hati, dan glukosa.

Pemeriksaan USG untuk menyingkirkan penyakit trofoblas


pada kehamilan, melihat kehamilan kembar, kelainan
kandung empedu dan pankreas.

24
Monitor intake dan ouput

Pencatatan perubahan berat badan

Memeriksa keton urine, minimal 8 jam sekali.

2. Rehidrasi secara hati-hati dengan cairan dan vitamin. Hidrasi


dilanjutkan sampai pasien mentoleransi makanan per oral, serta
ditemukan keton urin menurun atau tidak ada sama sekali.

Cairan yang digunakan ialah Normal saline (NaCl 0,9%) atau


RL atau Dextrose 5% (D5%). Cairan D5% digunakan untuk
mengurangi pemecahan lemak. Jangan diberikan dekstrose
tanpa nacl.

Cairan intra vena dihangatkan terlebih dulu sebelum


dialirkan demi kenyamanan pasien dan guna mencegah
hilangnya kalori.

Bila pasien dehidrasi, koreksi defisiensi elektrolit sampai


batas marginal, karena muntah akan berulang.

Pertimbangkan untuk menambahkan antioksidan seperti


glutathione. Menurut penelitian HG berhubungan dengan
stress oksidatif.

Tambahkan glukosa, vitamin (terutama B6, B12, C dan K),


magnesium, termasuk pasien dalam Total Parenteral
Nutrition ataupun Total Peripheral Parenteral Nutrition.
Gunakan teknik aseptik, karena bila terjadi sepsis akan
mengancam ibu dan janin.

Yang perlu diperhatikan:

25
Onset secara tiba-tiba atau perburukan dari Wernickes
ensefalopati setelah pemberian glukosa, biasanya karena
pasien telah mengalami defisiensi thiamine. Oleh sebab itu
thiamine sebaiknya diberikan sebelum atau bersamaan
dengan cairan mengandung dextrose pada pasien HG
dengan curiga defisiensi thiamine.
Rehidrasi dan koreksi elektrolit secara cepat dapat
mengakibatkan komplikasi kardiovaskular dan
neurologis yang fatal.

3. Pemberian obat anti-emetik. Analisa riwayat pengobatan dan


respons dari pasien. Risiko dari obat tersebut harus benar-benar
dipertimbangkan, apakah sepadan dengan sequele dari
dehidrasi dan kelaparan yang berkepanjangan.

Catatan: Intervensi dini dari obat-obatan dapat mencegah


pengulangan pemberian cairan intra vena. Hentikan pemberian
obat secara bertahap bila sudah asimptomatik lebih dari 2
minggu. Hal ini dilakukan untuk mencegah kekambuhan.

4. Konsultasi multidisiplliner bila dibutuhkan.

Fisioterapi bila pasien dalam kedaan bed rest baik karena


memang tidak dapat beranjak dari tempat tidur ataupun
merupakan suatu penatalaksanaan.

o Edukasi untuk melakukan latihan progresif untuk


meminimalkan atrofi. Konsultasi dimulai saat masuk atau
setelah sebulan dalam keadaan mobilitas terbatas. Terapi
diteruskan sampai akhir kehamilan bila gejala berlanjut
(lemah dan ambang nyeri berkurang) agar tidak

26
menganggu proses penyembuhan dan penderita nantinya
mampu merawat bayinya.

Gizi

o Jika pasien mengalami penurunan berat badan sampai


lebih dari 10% pada trimester pertama dan tidak
menunjukkan tanda-tanda perbaikan, maka intervensi
dari ahli gizi sangatlah penting. Bila tidak didukung, maka
pasien memiliki risiko komplikasi dan lamanya
penyembuhan.

o Pertimbangkan diet untuk penyakit hati bila ditoleransi


( tinggi karbohidrat, tidak ada lemak, sayuran segar yang
dikukus, tidak ada gula, tidak ada produk susu dan
pemberian makanan dalam jumlah kecil namun frekuensi
sering)

Ahli perawatan di rumah

Gastroenterologi

o Evaluasi infeksi H-pylori, dan kemungkinan komplikasi


akibat muntah/refluks.

5. Pertimbangkan terapi tambahan atau alternatif seperti


accupressure, dll.
6. Mengimplementasikan cara-cara perawatan yang bertujuan
untuk memberi kenyamanan pasien.

Cairan intra vena yang hangat untuk mencegah


ketidaknyamanan dan hilangnya kalori akibat menggigil
kedinginan.

27
Menawarkan selimut serta kamar/ruangan yang tenang serta
bebas bau-bauan.

Menggunakan lidokain pada insersi intra vena dan dilakukan


oleh petugas yang handal, untuk mencegah luka-luka akibat
percobaan memasang abocath.

Pemberian anti emetik dan vitamin melalui intra vena,


hindari jalur intra muskular karena terdapat atrofi otot.

7. Memberikan edukasi ke pasien dan keluarga

Menerangkan kondisi dan penatalaksanaan yang diberikan

Mengajarkan pasien tanda-tanda dehidrasi dan cara untuk


menggunakan ketostix di rumah.

Penjelasan mengenai risiko dan hasil dari penatalaksanaan

Pengisian lembar penilaian terhadap kemajuan keaadaan


pasien

Memberi edukasi kepada keluarga untuk selalu memberi


dukungan ke pasien.

2.12 KOMPLIKASI 1,2

Maternal
Akibat defisiensi B1 (tiamin) dapat terjadi Wernicke encephalopathy
(diplopia, parese N.VI, nistagmus, ataksia, dan kejang). Jika tidak segera ditangani
dapat menyebabkan Psikosis Korsakoff (amnesia, menurunnya kemampuan untuk
beraktivitas), kebutaan, hingga kematian. Oleh karena itu jika terjadi hiperemesis
tingkat III perlu dipikirkan terminasi kehamilan. Defisiensi vitamin K juga dapat

28
terjadi sehingga menyebabkan koagulopati dengan epistaksis. Lebih jauh dapat
menyebabkan ruptur esofagus, neuropati perifer.

Fetal
Kurangnya asupan pada ibu dapat menimbulkan gangguan
pertumbuhan janin dalam rahim (IUGR)

2.13 PROGNOSIS 5
Dengan terapi baik, prognosa hiperemis gravidarum baik.
Jarang sekali menyebabkan kematian atau memaksa kita
melakukan abortus terapeuticus. Yang menjadi pegangan bagi kita
untuk menilai maju mundurnya pasien ialah adanya aseton dalam
urin dan penurunan berat badan.

BAB III

ILUSTRASI KASUS

I. IDENTITAS

Nomor Rekam Medik : 01286684

Nama : Ny. EH

Tempat, tanggal lahir : Yogyakarta, 24 April 1983

Umur : 31 tahun

29
Jenis kelamin : Perempuan

Suku/bangsa : Jawa/ Indonesia

Agama : Islam

Pendidikan : Tamat SLTA

Pekerjaan : Karyawan

Alamat : Jl. Garuda II RT 08 RW 01 No : 58 Kel.


Pasir Gunung Selatan, Kec. Depok

Datang ke RSF VK : Senin, 10 Maret 2014

II. ANAMNESIS
Dilakukan Autoanamnesis pada tanggal 10 Maret 2014

A. Keluhan utama

Mual dan muntah + 10 kali sejak 6 hari sebelum masuk RS.

B. Riwayat penyakit sekarang

Pasien datang dengan keluhan mual dan muntah memberat


sejak 6 hari sebelum masuk RS. Awalnya pasien mulai merasakan
mual dan muntah sejak usia kehamilan 5 minggu namun tidak
terlalu dipedulikan oleh pasien karena merasa gejala ini merupakan
hal yang wajar bagi orang yang hamil, saat itu pasien masih bisa
bekerja. Namun gejala tersebut semakin berat yang menyebabkan
pasien kesulitan untuk makan hingga sudah tidak bisa beraktifitas.
Setiap kali makan/minum pasien selalu muntah. Muntah dirasakan
10 kali terutama di pagi dan malam hari. 1x muntah sebanyak 1
kantung plastik kecil. Muntah berupa cairan berwarna putih agak

30
kekuningan, bercampur makanan dan minuman yang baru
dimakan. Nafsu makan (-), badan lemas sehingga pasien merasa
sulit melakukan aktivitas sehari-hari. Pasien mengaku hamil 9
minggu, pasien melakukan tes kehamilan (tes HCG) (+), ANC di
Puskesmas 1x. Usg 1x di Puskesmas pasar rebo dan dikatakan janin
dan ibu dalam kondisi baik. Hari pertama haid terakhir 3 Januari
2014, taksiran persalinan 10 Oktober 2014. Nyeri perut (+) hilang
timbul, pasien belum berobat sebelumnya. BAB terakhir 6 hari
SMRS, BAK coklat seperti betadine, 4 jam smrs masih BAK namun
tidak sebanyak biasanya. Pasien sedang merasa stress dengan
pekerjaannya karena baru diterima bekerja sehingga khawatir akan
terjadi sesuatu dengan kehamilannya dan saat ini sedang sangat
sibuk.

C. Riwayat penyakit dahulu


Pasien belum pernah sakit seperti ini sebelumnya. Hipertensi,
Asma, dan Diabetes mellitus di sangkal.

D. Riwayat menstruasi
Menarche : 15 tahun
Siklus : 30 hari
Lamanya : 7 hari
Banyaknya : 2-3 pembalut per hari
Dismenore : Tidak pernah

E. Status pernikahan
Status : menikah
Perkawinan : 1 kali
Usia perkawinan : 8 tahun

31
F. Riwayat kehamilan
1. 2006, RS, dokter, 9 bulan, spontan, perempuan

2. 2012, RS, dokter, 9 bulan, spontan, perempuan

3. Hamil saat ini

G. Riwayat KB : Suntik (4 tahun), IUD (1 tahun)

H. Riwayat operasi (-)

I. Riwayat pengobatan (-)

J. Riwayat kebiasaan dan psikososial Merokok (-), jamu (-), alkohol


(-), narkotik (-)

K. Riwayat Penyakit Keluarga Hipertensi, Asma, Diabetes


mellitus disangkal.

III. PEMERIKSAAN FISIK


A. Status generalis
Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran : CM
Tanda vital
Tensi : 100/80 mmHg RR : 22 x/mnt
Nadi : 98 x/mnt Suhu : 370C
Tinggi badan : 160 cm

32
Berat badan : 67 kg
Kepala : Normocephali, rambut hitam, tidak
mudah dicabut, penyebaran merata
Mata : agak cekung, pupil bulat isokor,
konjungtiva tidak pucat, sklera tidak
ikterik
Mulut : bibir kering, sianosis (-)
THT : sekret -/-, mukosa tidak hiperemis
Leher : KGB dan kelenjar tiroid tidak teraba
membesar
Thorak
Cor : S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Sn vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-
Mamme : simetris, besar normal, retraksi papil
-/-
Abdomen : supel, nyeri tekan epigastrium (+),
hepar dan lien tidak teraba membesar,
bising usus (+) normal, turgor kulit
menurun.
Ekstremitas : akral hangat, oedem tungkai -/-, refleks
fisiologis +/+, reflek patologis -/-

B. Status Obstetri
Abdomen
Inspeksi : membuncit sesuai kehamilan,striae
gravidarum(-)
Palpasi : TFU 8 cm, Kontraksi tidak ada

33
Auskultasi : Tidak dilakukan

C. Status Anogenital
I : v/u tenang, pendarahan (-)
Io : portio licin, ostium tertutup, fl (-), flx (-)
VT : Tidak dilakukan

IV. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

10/3/14 Satuan Nilai Rujukan

Hb 14,9 g/dl 11,7-15,5


Ht 44 % 33-45
Leukosit 11.500 /l 5.000-10.000
Trombosit 235.000 /l 150.000-440.000
Eritrosit 5,07 juta/l 3,80-5,20

MCV 86,4 Fl 80-100


MCH 29,4 Pg 26-34
MCHC 34,0 g/dl 32-36
RDW 14,0 % 11,5-14,5

GDS 84 Mg/dl 70-140


Na 132 Mmol/L 135-147
K 3,64 Mmol/L 3,10-5,10
Cl 102 Mmol/L 95-108
Urinalisa
Urobilinogen 4 E.U/dl <1
Protein urin negatif Negatif
Berat Jenis 1,015 1,005-1,030
Bilirubin negatif Negatif
Keton +1 negatif
Nitrit Negatif negatif
pH 6,5 4,8-7,4
Leukosit Negatif negatif
Darah/HB +1 negatif
Glukosa negatif negatif
Warna Kuning kuning
Kejernihan jernih jernih

34
Sedimen Urin
Epitel +1
Leukosit 2-4 /LPB 0-5
Eritrosit 3-4 /LPB 0-2
Silinder negatif /LPK negatif
Kristal negatif negatif
Bakteri negatif negatif
Lain lain negatif negatif

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
USG : GS : 4,02 cm ; CRL : 2,26 cm
Kesan : ~ hamil 9 minggu, Janin Tunggal Hidup Intrauterin

VI. RESUME
Pasien seorang wanita umur 31 tahun G3P2 hamil 9 minggu
datang dengan keluhan mual dan muntah-muntah memberat sejak 6
hari SMRS, muntah +10 kali sehari, berupa cairan putih kekuningan
bercampur makanan dan minuman, pasien tidak nafsu makan, badan
lemas, sulit melakukan aktivitas sehari-hari. Pasien sedang stress
dengan pekerjaannya. Dari pemeriksaan fisik ditemukan nadi sedikit
cepat, dehidrasi ringan-sedang (lidah kering, mata cekung), nyeri tekan
epigastrium (+). Status Obstetri : perut membuncit sesuai kehamilan,
TFU 8 cm, v/u tenang, pendarahan (-). Lab : hiponatremi, keton +1.
USG : ~ hamil 9 minggu, Janin Tunggal Hidup Intrauterin

VII. DIAGNOSIS
Ibu : G3P2 Hamil 9 minggu dengan hiperemesis
gravidarum
Janin : janin tunggal hidup intra uterin

VIII.PENATALAKSANAAN

35
- Observasi TNSP, muntah, dehidrasi
- IVFD RL : Nacl : KaEnMg3 = 1 : 1 : 1 per 24 jam

- Vit B kompleks 1000 mg dalam RL 500 cc


- Ondansetron 2x1 amp iv
- Ranitidine 2x1 amp

IX. PROGNOSIS
Ibu : ad bonam
Janin : ad bonam

X. CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN

Selasa, 11 Maret 2014


S : Mual dan muntah berkurang
O : KU/Kes : Baik/CM
T :120/80 mmHg N : 82x/mnt
S : 36,8C P : 18 x/menit
Status generalis dbn
Status obstetri dbn
A : Hiperemis gravidarum pada G3P2 Hamil 9 minggu, JTH
Intrauterin
P : Observasi KU dan TV
IVFD RL: Nacl: KaEnMg 3 = 1:1:1
Obat-obatan : Ondansetron 3 x 4 mg
Ranitidin 2 x 1 amp
Vit B kompleks dalam RL/24 jam

Rabu, 12 Maret 2014


S : Mual dan muntah berkurang

36
O : KU/Kes : Baik/CM
T :120/80 mmHg N : 82x/mnt
S : 36,8C P : 18 x/menit
Status generalis dbn
Status obstetri dbn
A : Hiperemis gravidarum pada G3P2 Hamil 9 minggu, JTH
Intrauterin
P : Observasi KU dan TV
IVFD RL: Nacl: KaEnMg 3 = 1:1:1
Obat-obatan : Ondansetron 3 x 4 mg
Ranitidin 2 x 1 amp
Vit B kompleks dalam RL/24 jam

Kamis, Senin, 13 Maret 2014


S : Mual (-), Muntah (-)
O : KU/Kes : Baik/CM
T :120/80 mmHg N : 82x/mnt
S : 36,8C P : 18 x/menit
Status generalis dbn
Status obstetri dbn
A : Hiperemis gravidarum pada G3P2 Hamil 9 minggu, JTH
Intrauterin
P : Observasi KU dan TV
IVFD RL: Nacl: KaEnMg 3 = 1:1:1
Obat-obatan : Ondansetron 3 x 4 mg
Ranitidin 2 x 1 amp
Vit B kompleks dalam RL/24 jam

BAB IV

37
ANALISA KASUS

Pada kasus ini ditegakkan diagnosis G3P2 Hamil 9 minggu dengan


hiperemesis gravidarum, berdasarkan:

1. Anamnesis

Pasien datang dengan keluhan mual dan muntah sejak 6 hari sebelum
masuk RS. Setiap kali makan/minum pasien selalu muntah. Awalnya tidak
terlalu dipedulikan oleh pasien karena merasa gejala ini merupakan hal yang
wajar bagi orang yang hamil. Namun gejala tersebut semakin berat yang
menyebabkan pasien kesulitan untuk makan. Nafsu makan (-), badan lemas
sehingga pasien merasa sulit melakukan aktivitas sehari-hari. Dari
keterangan pasien, sudah menunjukkan gejala hiperemesis gravidarum yaitu
pasien selalu memuntahkan setiap makanan dan minuman yang
dimakan/diminum, dan pasien juga mengeluh tidak nafsu makan, badan
lemas yang menandakan bahwa pasien keadaan umum pasien terpengaruhi
sehingga sulit untuk melakukan aktivitas sehari-hari

Nyeri perut (+) hilang timbul, muntah dirasakan 10 kali, muntah


berupa cairan berwarna putih agak kekuningan, bercampur makanan dan
minuman yang baru dimakan. Walaupun tidak ada batasan yang jelas antara
mual yang masih fisiologik dalam kehamilan dengan hiperemesis
gravidarum (ada yang mengatakan batasnya lebih dari 10 kali muntah),
tetapi bila keadaan umum penderita terpengaruhi sebaiknya didiagnosis
sebagai hiperemesis gravidarum.

Pasien mengaku hamil 9 minggu, tes HCG (+), ANC di PKM. Hari
pertama haid terakhir 3-1-14, taksiran persalinan 10-10-14. Hal ini sesuai

38
dengan teori yang mengatakan bahwa hormon HCG meningkat pada awal
usia kehamilan, peningkatan hormon HCG ini dapat menyebabkan terjadinya
hiperemesis gravidarum. Selain itu, pada pasien juga ada kekhawatiran
terhadap kehamilannya dan stress pekerjaan, maka hal tersebut sesuai
dengan faktor predisposisi terjadinya hiperemesis yaitu, faktor psikologi dari
sang ibu.

2. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik didapatkan nadi agak cepat, terdapat tanda-
tanda dehidrasi antara lain seperti, bibir dan lidah kering. Semua itu sesuai
dengan hiperemesis gravidarum tingkat 1. Pada palpasi abdomen ditemukan
juga nyeri tekan epigastrium, hal ini didapatkan pada sebagian pasien
hiperemesis gravidarum. Tanda-tanda kehamilan pada pasien ini juga
ditemukan, pada status obstetri, Inspeksi: sedikit membuncit, palpasi: TFU 8
cm

3. Pemeriksaan penunjang
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil bahwa keton urin +2,
ketonuria umumnya juga terjadi pada pasien hiperemesis gravidarum.
Penyebabnya adalah intake karbohidrat yang kurang, sehingga terjadi
pemecahan lemak berlebihan dan terjadi kenaikan keton darah, yang
dikeluarkan melalui urin. Hiponatremia juga didapatkan pada pasien yang
merupakan akibat dari pengeluaran cairan tubuh terus menerus melalui
muntah.
Pada pemeriksaan USG didapatkan adanya janin intrauterine tunggal
hidup. Serta tidak adanya penyakit trofoblas maupun kehamilan kembar.

Indikasi pasien untuk dirawat:

39
1. Apa yg dimakan dan diminum, dimuntahkan lagi, dan sudah
berlangsung lama
2. Turgor kurang, lidah kering
3. Aseton dalam urin.
Pasien memenuhi 3 dari 4 indikasi untuk dirawat pada hiperemesis
gravidarum

4. Penatalaksanaan
Berdasarkan protokol Hyperemesis Educational and Research
Foundation (HER-Foundation)
Pada pasien ini diberikan cairan IV drip RL:Nacl:Ka-EN MG3 = 1:1:1
untuk mencegah pemecahan lemak.
Vitamin yang telah diberikan yaitu vitamin B1, B6 dan B12
(Neurobion) untuk mengurangi muntah yang berat, dan untuk
mencegah neuropati dan membantu melancarkan metabolisme
karbohidrat.
ondansetron untuk mengurangi gejala muntah sehingga dapat
memperbaiki keadaan penderita.

Yang tidak dilakukan pada kasus ini ialah:

Observasi Tanda Vital untuk memantau keadaan ibu apakah ada perbaikan
atau perburukan.
Monitor intake dan output tidak dilakukan
Pemberian vitamin C juga diperlukan dalam hal mengurangi stress
oksidatif pada pasien.
Ruangan perawatan seharusnya pasien dengan hiperemesis gravidarum
ditempatkan di ruangan yang tenang, dan nyaman.

40
Pemerikasaan keton urin juga perlu dilakukan tiap 8 jam sekali sehingga
dapat mengetahui adanya pemecahan lemak yang tidak sempurna.
Pemantauan gizi juga diperlukan pada pasien dengan hiperemesis
gravidarum dengan tujuan agar mendapatkan status gizi yang baik untuk
memenuhi kebutuhan ibu dan bayi. Pasien dengan hiperemesis perlu
mengatur frekuensi makan yang sering tetapi dengan porsi yang sedikit
(small frequent feeding). Pemberian obat antiemetik tetap diperlukan
walaupun pasien sudah rawat jalan.
Edukasi kepada pasien dan juga keluarga pasien diperlukan sehingga
dapat menciptakan lingkungan keluarga yang harmonis, suasana rumah
yang nyaman bagi pasien, ini semua dapat mencegah kekambuhan
hiperemesis gravidarum.
Konsul Psikiatri karena faktor utama penyebab hiperemesis gravidarum
pada pasien ini kemungkinan besar adalah psikologik

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

41
Pada awal kehamilan, mual dan muntah merupakan gejala normal. Jika
memberat sehingga menganggu aktivitas sehari-hari maka dapat menyebabkan
keadaan yang serius yang disebut hiperemesis gravidarum. Hal ini dapat
mengakibatkan keadaan umum ibu yang terganggu, menyebabkan dehidrasi,
gangguan gizi, gangguan elektrolit dan akhirnya akan mengganggu pertumbuhan
janin. Faktor psikologis memegang peranan penting dalam menyebabkan hiperemesis
gravidarum. Terapi ditujukan untuk memperbaiki keadaan umum sehingga mencegah
dan mengurangi manifestasi/dampak pada bayi.

Ibu disarankan untuk tenang dan cukup istirahat selama kehamilan. Diet diatur
dengan frekuensi yang sering tetapi dengan jumlah yang sedikit (small frequent
feeding). Keluarga diharapkan mendukung dan membantu dalam menciptakan
lingkungan tempat tinggal yang nyaman bagi ibu. Pemeriksaan kehamilan yang
teratur sangat membantu ibu dan janin sehingga apabila ada kelainan yang terjadi
dapat ditangani lebih dini.

DAFTAR PUSTAKA

1. Wiknjosastro H. Hiperemesis Gravidarum, dalam Ilmu Kebidanan, Balai Penerbit FKUI, Jakarta :
2010. hal. 814-818.

42
2. Abell TL, Riely CA. Hyperemesis gravidarum. Gastroenterol Clin North Am 1992 Dec; 21 (4):
835-49
3. Dutta, DC. Hyperemesis Gravidarum in text books of Obstetrics including Perinatology and
Contraception 4th ed. New Central Book Agency, Calcutta; 1998.pp 166-9.
4. Mesics, Sandra. Hyperemesis Gravidarum. Bethlehem: 2005. http://www.netce.com
(Accessed July 2, 2008).
5. Cunningham, F.G., Paul C.M, and Norman F.G. Williams Obstetrics. 22 th ed. USA: Prentice Hall
International; 2005: Chapter 49.
6. Current Diagnosis and Treatment in Obstetrics and Gynecology. Maternal Physiology during
Pregnancy. McGraw-Hill Companies; 2006: Chapter 7.
7. Goodwin, TM.. Clinical Obstetrics and Gynecology. Human Chorionic Gonadotropin and
Hyperemesis Gravidarum. California: University of Southern California; 1998; 41:597-605.
http://www.nvp-volumes.org (Accessed March 15th, 2014).
8. Ogunyemi,Dotun A., Hyperemesis Gravidarum. UCLA: Department of
Obstetrics and Gynecology, Cedars Sinai Medical Center; 2007.
http://www.emedicine.com (Accessed March 15th, 2014)
9. Eliakim R, Abulafia O, Sherer DM. Hyperemesis gravidarum: a current review. Am J
Perinatol 2010; 17 (4): 207-18
10. Wright J. and Wyatt S. In the Washington mannual, suvival guide series,
obstetrics and gynecology survival suode. Department of medicine, Washington
University School of Medicine, Lippincot Williams and Wilkins: 2003. pp 57-9.
11. Tortora G. and Derrickson B. Fluid, Electrolyte and Acid-base Homeosatsis, In
Principles of Anatomy and Physiology 11th ed.. Wiley, New Jersey: 2006.Pp
1037-51
12. Hyperemesis education and research.
http://www.helpher.org/hyperemesis-gravidarum/

43

Anda mungkin juga menyukai