HIPEREMESIS GRAVIDARUM
Disusun Oleh :
Rahmatul Fithri
Yanti
109103000019
Pembimbing :
dr. H. Setyo
Hermanto, Sp.
OG
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas kepaniteraan klinik bagian
Ilmu Kebidanan dan Kandungan Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta.
Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian makalah ini:
1. dr. H. Setyo Hermanto Sp.OG, selaku pembimbing dalam penyusunan
makalah.
2. Teman-teman yang turut membantu penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, maka kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki makalah ini.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
Pendahuluan..........................................................................................1
3
Pemeriksaan Fisik...............................................................................27
Pemeriksaan Penunjang......................................................................28
Resume................................................................................................29
Diagnosa Kerja....................................................................................29
Penatalaksanaan..................................................................................30
Prognosis.............................................................................................30
Follow Up Pasien................................................................................30
BAB V KESIMPULAN
Kesimpulan.........36
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................37
4
BAB I
PENDAHULUAN
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1DEFINISI
Hiperemesis Gravidarum adalah muntah yang terjadi pada kehamilan
hingga meyebabkan penurunan berat badan, dehidrasi, asidosis akibat starvasi,
alkalosis akibat kekurangan HCL dalam lambung akibat muntah dan hipokalemia
pada awal kehamilan hingga usia kehamilan 20 minggu.1,5
Muntah terkadang sangat hebat hingga semua yang dimakan dan diminum
dimuntahkan hingga mempengaruhi keadaan umum dan mengganggu pekerjaan
sehari hari, penurunan berat badan drastis, dehidrasi berat, dan terdapat aseton
pada urin bahkan dapat terjadi gejala penyakit apendisitis, pielititis, dan
sebagainya. Hal terjadi kemungkinan akibat peningkatan kadar -HCG,
esterogen, atau kedua nya, namun dapat juga disebabkan faktor lain.2
2.2INSIDEN
Dalam 30 tahun terakhir insidens hiperemesis gravidarum
sangat menurun. Pada kasus di rumah sakit hanya 1 dari 1000
kehamilan yang menderita hiperemesis, hal ini disebabkan karena :
a. Aplikasi yang lebih baik terhadap Keluarga Berencana sehingga
mengurangi angka kehamilan yang tidak diinginkan
b. Kunjungan lebih awal dari antenatal care
c. Obat-obatan anti histamin dan anti emetik yang poten. 3
2.3ETIOLOGI
6
Gambar 2.0 : Etiologi Hiperemesis Gravidarum
1. Hipertiroidisme/Tirotoksikosis 4
7
siklase yang meregulasi fungsi sel tiroid. Molekul hCT juga
merupakan molekul glikoprotein dengan komponen yang sama
seperti TSH, meningkatkan sekresi hormon tiroid dan menstimulasi
penggabungan fosfat anorganik ke dalam tiroid. Meningkatnya
hormon tiroid terjadi pada trimester pertama dan berlangsung
sampai selama kehamilan. Kadar estrogen juga meningkat selama
kehamilan. Meningkatnya estrogen menyebabkan meningkatnya
produksi TBG (thyroxine-binding globulin) di hati. Sekitar 80%
hormon tiroid terikat dengan TBG. Adanya peningkatan hormon
tiroid inilah yang diduga dapat merangsang pusat muntah.
8
yang diproduksi oleh korpus luteum selama kehamilan. Studi oleh
Gadsby, Barnie-Adshead, dan Jagger menemukan bahwa
meningkatnya progesterone dalam kehamilan bekerja menekan
mual dan muntah dengan menghambat prostaglandin E-2 yang
disekresi dari sel desidua dan makrofag dari desidua basalis.
9
dalam menginaktivasi muatan hormon yang meningkat selama
kehamilan. Peningkatan estriol dan SHBG (sex hormone binding
globulin) secara signifikan pada pasien hiperemesis.
Hiperestrogenisme menyebabkan vomitus, dan dapat
menyebabkan terjadinya dehidrasi dan kurangnya nutrisi, akibatnya
akan diproduksi enzim hati yang abnormal.
10
Menurunnya motilitas gastrointestinal pada kehamilan
disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi dari sirkulasi
progesterone. Meskipun, dinyatakan bahwa meningkatnya
konsentrasi estrogen yang memacu pelepasan NH4OH dari saraf
nonadrenergik nonkolinergik merangsang motilitas gastrointestinal.
Waktu yang memanjang dari perjalanan makanan dalam saluran
gastrointestinal juga meningkatkan absorbsi air, sehingga feses
menjadi keras dan terjadi konstipasi.
5. Infeksi 4,5
7. Kekurangan Nutrisi 4
11
menemukan tidak ada hubungan antara hiperemesis gravidarum
dengan defisiensi nutrisi.
2.4FAKTOR PREDISPOSISI1
12
dapat menjadi faktor kejadian Hiperemesis Gravidarum. Dengan
perubahan suasana dan masuk rumah sakit keluhan penderita
dapat berkurang sampai menghilang.
2.5GEJALA KLINIK 9
- nausea
- muntah
- penurunan BB
SKOR
Yang dinilai
1 2 3
13
Skor: 6 : tanpa dehidrasi
7 12 : dehidrasi ringan-sedang
13 : dehidrasi berat
2.6KLASIFIKASI 2
Secara klinis, hiperemesis gravidarum dibedakan atas 3 tingkatan,
yaitu:
1. Tingkat 1
2. Tingkat II
Gejala lebih berat, semua yang dimakan dan diminum dimuntahkan, haus
hebat, subfebril, nadi cepat dan lebih dari 100-140 kali per menit, tekanan darah
sistolik berkurang dari 80 mmHg, apatis, kulit pucat, apatis, kulit pucat, lidah
kotor, kadang ikterus, aseton, bilirubiin dalam urin, dan berat badan cepat
menurun
3. Tingkat III
14
Kondisi pada tingkatan ini sangat jarang. Pada tingkat ini mulai terjadi
gangguan kesadaran (delirium-koma), muntah berkurang atau berhenti, dapat
terjadi ikterus, sianosis, nistagmus, gangguan jantung, bilirubin, dan proteinuria
dalam urin.
2.7PATOFISIOLOGI
15
1. Penurunan saliva, yang berakibat mulut dan faring kering.
2. Peningkatan osmolaritas darah, yang akan merangsang
osmoreseptor di hipothalamus
3. Penurunan volome darah yang berakibat penurunan tekanan darah,
sehingga renin akan meningkat, begitu juga angiotensin II
16
Gambar 2.2. : Patofisiologi hiperemesis gravidarum
2.8PEMERIKSAAN PENUNJANG
17
Enzim hati dan bilirubin: meningkatnya kadar transaminase dapat
terjadi pada 50% kasus
Pemeriksaan Radiologi: 8
USG fetomaternal diperlukan untuk penderita hiperemesis
gravidarum untuk melihat adanya kehamilan multipel atau penyakit
trofoblas.
Jika terdapat indikasi, USG abdomen untuk melihat adanya kelainan
pankreas dan/atau traktus bilier.
2.9DIAGNOSIS
18
Amenore yang disertai muntah hebat, pekerjaan sehari hari terganggu
Tanda vital : nadi meningkat 100 kali per menit, tekanan darah menurun,
subfebril dan gangguan kesadaran (apatis-koma)
Fisik : dehidrasi, kulit pucat, ikterus, sianosis, berat badan menurun, besar
uterus sesuai usia kehamilan
USG : tidak ditemukan kehamilan kembar atau molahidatidosa
Laboratorium : kenaikan relatif hemoglobin dan hematokrit, shift to the left,
benda keton, dan proteinuria
Perlu dipikirkan untuk konsultasi psikologi terutama jika berulang
2.11 PENATALAKSANAAN
19
2. BB turun lebih dari 1/10 dari BB (N)
3. Turgor kurang, lidah kering
4. Aseton dalam urin.
Pencegahan
Prinsip pencegahan adalah mengobati emesis agar tidak terjadi
hiperemesis gravidarum dengan cara :
1. Memberikan penerangan tentang kehamilan dan persalinan sebagai
suatu proses yang fisiologik
2. Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang kadang muntah
merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan
hilang setelah kehamilan 4 bulan.
3. Menganjurkan mengubah makan sehari hari dengan makanan
dalam jumlah kecil tapi sering
4. Menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan segera turun dari
tempat tidur, terlebih dahulu makan roti kering atau biskuit dengan
dengan teh hangat.
5. Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan
6. Makanan sebaiknya disajikan dalam keadaan panas atau sangat
dingin
7. Defekasi teratur.
8. Menghindari kekurangan karbohidrat merupakan faktor penting,
dianjurkan makanan yang banyak mengandung gula.1
20
tekanan darah 3 kali sehari. Dilakukan pemeriksaan hematokrit
pada permulaan dan seterusnya menurut kebutuhan. Bila selama
24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum bertambah baik
dapat dicoba untuk memberikan minuman, dan lambat laun
minuman dapat ditambah dengan makanan yang tidak cair. 1,4
( Obat-obatan 5,11
Hati-hati dengan obat yang bersifat teratogen.
a. Obat-obat sedatif yang adekuat
Promazine (sparine 50 mg atau Diazepam 10 mg ,2 atau 3 kali
sehari i.m.)
b. Obat Antihistamin dan antiemetik
Promethazine (phenergan) 25 mg atau prochlorperazin
(stemetil) 5 mg atau triflupromazine (Siquil) 10 mg yang dapat
diberikan 2 atau 3 kali sehari i.m. Trifluoperazie (espazine) 1 mg
2 kali sehari i.m adalah obat anti emetik yang kuat. Ondansetron
juga merupakan salah satu pilihan namun tidak lebih superior
dibanding yang lain.
c. Vitamin diberikan untuk mencegah neuropati dan memperlancar
metabolisme karbohidrat. Tiap hari diberikan injeksi Vit B1
(aneurine) 100 mg, Vit B6 (Pyridoxine hydrocloride) 100 mg, vit
C (asorbic acid) 100 mg dan vit. B. komplex.
d. Hidrocortison 100 mg diberikan melalui drip pada hipotensi
berat.
( Isolasi
Pasien berada dalam kamar yang tenang, cerah dan
peredaran udara yang baik. Hanya dokter dan perawat yang boleh
masuk ke dalam kamar penderita sampai muntah berhenti dan
penderita mau makan. Kadang-kadang dengan isolasi saja gejala-
gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan 1
21
( Terapi psikologik
Penderita diyakinkan bahwa penyakitnya dapat
disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi
pekerjaan dan hilangkan masalah dan konflik yang melatar
belakangi penyakit ini.1
( Penghentian kehamilan
Pada sebagian kecil kasus keadaan menjadi tidak baik,
bahkan mundur. Segera lakukan pemeriksaan medik dan psikiatrik.
Apabila timbul delirium, kebutaan, takikardi, ikterus, anuria dan
perdarahan merupakan komplikasi organik, perlu dipertimbangkan
pengakhiran kehamilan.1
22
FISIOLOGI HAMIL MUDA
PENGOBATAN GAGAL:
Terminasi kehamilan dengan indikasi:
Gangguan psikologi
Gangguan organ
23
Protokol hiperemesis gravidarum (menurut Hyperemesis
Educational and Research Foundation / HER Foundation) 12
1. Saat pasien masuk dan penilaian pasien.
Pasien diberi kamar tersendiri untuk meminimalkan stimulus
yang mengganggu baik dari pasien lain maupun staff medis.
Banyak dari penderita yang tidak dapat bertoleransi pada
cahaya yang sangat terang ataupun suasana berisik seperti
suara telepon dan televisi, mereka akan muntah terhadap
gangguan tersebut. Oleh sebab itu, kamar yang tenang
dengan posisi di ujung bangsal merupakan hal yang sangat
dianjurkan dan bersifat terapeutik.
24
Monitor intake dan ouput
25
Onset secara tiba-tiba atau perburukan dari Wernickes
ensefalopati setelah pemberian glukosa, biasanya karena
pasien telah mengalami defisiensi thiamine. Oleh sebab itu
thiamine sebaiknya diberikan sebelum atau bersamaan
dengan cairan mengandung dextrose pada pasien HG
dengan curiga defisiensi thiamine.
Rehidrasi dan koreksi elektrolit secara cepat dapat
mengakibatkan komplikasi kardiovaskular dan
neurologis yang fatal.
26
menganggu proses penyembuhan dan penderita nantinya
mampu merawat bayinya.
Gizi
Gastroenterologi
27
Menawarkan selimut serta kamar/ruangan yang tenang serta
bebas bau-bauan.
Maternal
Akibat defisiensi B1 (tiamin) dapat terjadi Wernicke encephalopathy
(diplopia, parese N.VI, nistagmus, ataksia, dan kejang). Jika tidak segera ditangani
dapat menyebabkan Psikosis Korsakoff (amnesia, menurunnya kemampuan untuk
beraktivitas), kebutaan, hingga kematian. Oleh karena itu jika terjadi hiperemesis
tingkat III perlu dipikirkan terminasi kehamilan. Defisiensi vitamin K juga dapat
28
terjadi sehingga menyebabkan koagulopati dengan epistaksis. Lebih jauh dapat
menyebabkan ruptur esofagus, neuropati perifer.
Fetal
Kurangnya asupan pada ibu dapat menimbulkan gangguan
pertumbuhan janin dalam rahim (IUGR)
2.13 PROGNOSIS 5
Dengan terapi baik, prognosa hiperemis gravidarum baik.
Jarang sekali menyebabkan kematian atau memaksa kita
melakukan abortus terapeuticus. Yang menjadi pegangan bagi kita
untuk menilai maju mundurnya pasien ialah adanya aseton dalam
urin dan penurunan berat badan.
BAB III
ILUSTRASI KASUS
I. IDENTITAS
Nama : Ny. EH
Umur : 31 tahun
29
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Karyawan
II. ANAMNESIS
Dilakukan Autoanamnesis pada tanggal 10 Maret 2014
A. Keluhan utama
30
kekuningan, bercampur makanan dan minuman yang baru
dimakan. Nafsu makan (-), badan lemas sehingga pasien merasa
sulit melakukan aktivitas sehari-hari. Pasien mengaku hamil 9
minggu, pasien melakukan tes kehamilan (tes HCG) (+), ANC di
Puskesmas 1x. Usg 1x di Puskesmas pasar rebo dan dikatakan janin
dan ibu dalam kondisi baik. Hari pertama haid terakhir 3 Januari
2014, taksiran persalinan 10 Oktober 2014. Nyeri perut (+) hilang
timbul, pasien belum berobat sebelumnya. BAB terakhir 6 hari
SMRS, BAK coklat seperti betadine, 4 jam smrs masih BAK namun
tidak sebanyak biasanya. Pasien sedang merasa stress dengan
pekerjaannya karena baru diterima bekerja sehingga khawatir akan
terjadi sesuatu dengan kehamilannya dan saat ini sedang sangat
sibuk.
D. Riwayat menstruasi
Menarche : 15 tahun
Siklus : 30 hari
Lamanya : 7 hari
Banyaknya : 2-3 pembalut per hari
Dismenore : Tidak pernah
E. Status pernikahan
Status : menikah
Perkawinan : 1 kali
Usia perkawinan : 8 tahun
31
F. Riwayat kehamilan
1. 2006, RS, dokter, 9 bulan, spontan, perempuan
32
Berat badan : 67 kg
Kepala : Normocephali, rambut hitam, tidak
mudah dicabut, penyebaran merata
Mata : agak cekung, pupil bulat isokor,
konjungtiva tidak pucat, sklera tidak
ikterik
Mulut : bibir kering, sianosis (-)
THT : sekret -/-, mukosa tidak hiperemis
Leher : KGB dan kelenjar tiroid tidak teraba
membesar
Thorak
Cor : S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Sn vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-
Mamme : simetris, besar normal, retraksi papil
-/-
Abdomen : supel, nyeri tekan epigastrium (+),
hepar dan lien tidak teraba membesar,
bising usus (+) normal, turgor kulit
menurun.
Ekstremitas : akral hangat, oedem tungkai -/-, refleks
fisiologis +/+, reflek patologis -/-
B. Status Obstetri
Abdomen
Inspeksi : membuncit sesuai kehamilan,striae
gravidarum(-)
Palpasi : TFU 8 cm, Kontraksi tidak ada
33
Auskultasi : Tidak dilakukan
C. Status Anogenital
I : v/u tenang, pendarahan (-)
Io : portio licin, ostium tertutup, fl (-), flx (-)
VT : Tidak dilakukan
34
Sedimen Urin
Epitel +1
Leukosit 2-4 /LPB 0-5
Eritrosit 3-4 /LPB 0-2
Silinder negatif /LPK negatif
Kristal negatif negatif
Bakteri negatif negatif
Lain lain negatif negatif
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
USG : GS : 4,02 cm ; CRL : 2,26 cm
Kesan : ~ hamil 9 minggu, Janin Tunggal Hidup Intrauterin
VI. RESUME
Pasien seorang wanita umur 31 tahun G3P2 hamil 9 minggu
datang dengan keluhan mual dan muntah-muntah memberat sejak 6
hari SMRS, muntah +10 kali sehari, berupa cairan putih kekuningan
bercampur makanan dan minuman, pasien tidak nafsu makan, badan
lemas, sulit melakukan aktivitas sehari-hari. Pasien sedang stress
dengan pekerjaannya. Dari pemeriksaan fisik ditemukan nadi sedikit
cepat, dehidrasi ringan-sedang (lidah kering, mata cekung), nyeri tekan
epigastrium (+). Status Obstetri : perut membuncit sesuai kehamilan,
TFU 8 cm, v/u tenang, pendarahan (-). Lab : hiponatremi, keton +1.
USG : ~ hamil 9 minggu, Janin Tunggal Hidup Intrauterin
VII. DIAGNOSIS
Ibu : G3P2 Hamil 9 minggu dengan hiperemesis
gravidarum
Janin : janin tunggal hidup intra uterin
VIII.PENATALAKSANAAN
35
- Observasi TNSP, muntah, dehidrasi
- IVFD RL : Nacl : KaEnMg3 = 1 : 1 : 1 per 24 jam
IX. PROGNOSIS
Ibu : ad bonam
Janin : ad bonam
36
O : KU/Kes : Baik/CM
T :120/80 mmHg N : 82x/mnt
S : 36,8C P : 18 x/menit
Status generalis dbn
Status obstetri dbn
A : Hiperemis gravidarum pada G3P2 Hamil 9 minggu, JTH
Intrauterin
P : Observasi KU dan TV
IVFD RL: Nacl: KaEnMg 3 = 1:1:1
Obat-obatan : Ondansetron 3 x 4 mg
Ranitidin 2 x 1 amp
Vit B kompleks dalam RL/24 jam
BAB IV
37
ANALISA KASUS
1. Anamnesis
Pasien datang dengan keluhan mual dan muntah sejak 6 hari sebelum
masuk RS. Setiap kali makan/minum pasien selalu muntah. Awalnya tidak
terlalu dipedulikan oleh pasien karena merasa gejala ini merupakan hal yang
wajar bagi orang yang hamil. Namun gejala tersebut semakin berat yang
menyebabkan pasien kesulitan untuk makan. Nafsu makan (-), badan lemas
sehingga pasien merasa sulit melakukan aktivitas sehari-hari. Dari
keterangan pasien, sudah menunjukkan gejala hiperemesis gravidarum yaitu
pasien selalu memuntahkan setiap makanan dan minuman yang
dimakan/diminum, dan pasien juga mengeluh tidak nafsu makan, badan
lemas yang menandakan bahwa pasien keadaan umum pasien terpengaruhi
sehingga sulit untuk melakukan aktivitas sehari-hari
Pasien mengaku hamil 9 minggu, tes HCG (+), ANC di PKM. Hari
pertama haid terakhir 3-1-14, taksiran persalinan 10-10-14. Hal ini sesuai
38
dengan teori yang mengatakan bahwa hormon HCG meningkat pada awal
usia kehamilan, peningkatan hormon HCG ini dapat menyebabkan terjadinya
hiperemesis gravidarum. Selain itu, pada pasien juga ada kekhawatiran
terhadap kehamilannya dan stress pekerjaan, maka hal tersebut sesuai
dengan faktor predisposisi terjadinya hiperemesis yaitu, faktor psikologi dari
sang ibu.
2. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik didapatkan nadi agak cepat, terdapat tanda-
tanda dehidrasi antara lain seperti, bibir dan lidah kering. Semua itu sesuai
dengan hiperemesis gravidarum tingkat 1. Pada palpasi abdomen ditemukan
juga nyeri tekan epigastrium, hal ini didapatkan pada sebagian pasien
hiperemesis gravidarum. Tanda-tanda kehamilan pada pasien ini juga
ditemukan, pada status obstetri, Inspeksi: sedikit membuncit, palpasi: TFU 8
cm
3. Pemeriksaan penunjang
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil bahwa keton urin +2,
ketonuria umumnya juga terjadi pada pasien hiperemesis gravidarum.
Penyebabnya adalah intake karbohidrat yang kurang, sehingga terjadi
pemecahan lemak berlebihan dan terjadi kenaikan keton darah, yang
dikeluarkan melalui urin. Hiponatremia juga didapatkan pada pasien yang
merupakan akibat dari pengeluaran cairan tubuh terus menerus melalui
muntah.
Pada pemeriksaan USG didapatkan adanya janin intrauterine tunggal
hidup. Serta tidak adanya penyakit trofoblas maupun kehamilan kembar.
39
1. Apa yg dimakan dan diminum, dimuntahkan lagi, dan sudah
berlangsung lama
2. Turgor kurang, lidah kering
3. Aseton dalam urin.
Pasien memenuhi 3 dari 4 indikasi untuk dirawat pada hiperemesis
gravidarum
4. Penatalaksanaan
Berdasarkan protokol Hyperemesis Educational and Research
Foundation (HER-Foundation)
Pada pasien ini diberikan cairan IV drip RL:Nacl:Ka-EN MG3 = 1:1:1
untuk mencegah pemecahan lemak.
Vitamin yang telah diberikan yaitu vitamin B1, B6 dan B12
(Neurobion) untuk mengurangi muntah yang berat, dan untuk
mencegah neuropati dan membantu melancarkan metabolisme
karbohidrat.
ondansetron untuk mengurangi gejala muntah sehingga dapat
memperbaiki keadaan penderita.
Observasi Tanda Vital untuk memantau keadaan ibu apakah ada perbaikan
atau perburukan.
Monitor intake dan output tidak dilakukan
Pemberian vitamin C juga diperlukan dalam hal mengurangi stress
oksidatif pada pasien.
Ruangan perawatan seharusnya pasien dengan hiperemesis gravidarum
ditempatkan di ruangan yang tenang, dan nyaman.
40
Pemerikasaan keton urin juga perlu dilakukan tiap 8 jam sekali sehingga
dapat mengetahui adanya pemecahan lemak yang tidak sempurna.
Pemantauan gizi juga diperlukan pada pasien dengan hiperemesis
gravidarum dengan tujuan agar mendapatkan status gizi yang baik untuk
memenuhi kebutuhan ibu dan bayi. Pasien dengan hiperemesis perlu
mengatur frekuensi makan yang sering tetapi dengan porsi yang sedikit
(small frequent feeding). Pemberian obat antiemetik tetap diperlukan
walaupun pasien sudah rawat jalan.
Edukasi kepada pasien dan juga keluarga pasien diperlukan sehingga
dapat menciptakan lingkungan keluarga yang harmonis, suasana rumah
yang nyaman bagi pasien, ini semua dapat mencegah kekambuhan
hiperemesis gravidarum.
Konsul Psikiatri karena faktor utama penyebab hiperemesis gravidarum
pada pasien ini kemungkinan besar adalah psikologik
BAB V
41
Pada awal kehamilan, mual dan muntah merupakan gejala normal. Jika
memberat sehingga menganggu aktivitas sehari-hari maka dapat menyebabkan
keadaan yang serius yang disebut hiperemesis gravidarum. Hal ini dapat
mengakibatkan keadaan umum ibu yang terganggu, menyebabkan dehidrasi,
gangguan gizi, gangguan elektrolit dan akhirnya akan mengganggu pertumbuhan
janin. Faktor psikologis memegang peranan penting dalam menyebabkan hiperemesis
gravidarum. Terapi ditujukan untuk memperbaiki keadaan umum sehingga mencegah
dan mengurangi manifestasi/dampak pada bayi.
Ibu disarankan untuk tenang dan cukup istirahat selama kehamilan. Diet diatur
dengan frekuensi yang sering tetapi dengan jumlah yang sedikit (small frequent
feeding). Keluarga diharapkan mendukung dan membantu dalam menciptakan
lingkungan tempat tinggal yang nyaman bagi ibu. Pemeriksaan kehamilan yang
teratur sangat membantu ibu dan janin sehingga apabila ada kelainan yang terjadi
dapat ditangani lebih dini.
DAFTAR PUSTAKA
1. Wiknjosastro H. Hiperemesis Gravidarum, dalam Ilmu Kebidanan, Balai Penerbit FKUI, Jakarta :
2010. hal. 814-818.
42
2. Abell TL, Riely CA. Hyperemesis gravidarum. Gastroenterol Clin North Am 1992 Dec; 21 (4):
835-49
3. Dutta, DC. Hyperemesis Gravidarum in text books of Obstetrics including Perinatology and
Contraception 4th ed. New Central Book Agency, Calcutta; 1998.pp 166-9.
4. Mesics, Sandra. Hyperemesis Gravidarum. Bethlehem: 2005. http://www.netce.com
(Accessed July 2, 2008).
5. Cunningham, F.G., Paul C.M, and Norman F.G. Williams Obstetrics. 22 th ed. USA: Prentice Hall
International; 2005: Chapter 49.
6. Current Diagnosis and Treatment in Obstetrics and Gynecology. Maternal Physiology during
Pregnancy. McGraw-Hill Companies; 2006: Chapter 7.
7. Goodwin, TM.. Clinical Obstetrics and Gynecology. Human Chorionic Gonadotropin and
Hyperemesis Gravidarum. California: University of Southern California; 1998; 41:597-605.
http://www.nvp-volumes.org (Accessed March 15th, 2014).
8. Ogunyemi,Dotun A., Hyperemesis Gravidarum. UCLA: Department of
Obstetrics and Gynecology, Cedars Sinai Medical Center; 2007.
http://www.emedicine.com (Accessed March 15th, 2014)
9. Eliakim R, Abulafia O, Sherer DM. Hyperemesis gravidarum: a current review. Am J
Perinatol 2010; 17 (4): 207-18
10. Wright J. and Wyatt S. In the Washington mannual, suvival guide series,
obstetrics and gynecology survival suode. Department of medicine, Washington
University School of Medicine, Lippincot Williams and Wilkins: 2003. pp 57-9.
11. Tortora G. and Derrickson B. Fluid, Electrolyte and Acid-base Homeosatsis, In
Principles of Anatomy and Physiology 11th ed.. Wiley, New Jersey: 2006.Pp
1037-51
12. Hyperemesis education and research.
http://www.helpher.org/hyperemesis-gravidarum/
43