Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Danau Tempe merupakan suatu wilayah depresi yang menjadi tempat
penampungan air dari beberapa sungai besar dan kecil yang bermuara padanya.
Sungai-sungai yang tergolong besar adalah Sungai Bila di bagian utara dan Sungai
Walanae di bagian selatan, dan sungai-sungai kencil antara lain Sungai Batu-Batu,
Sungai Lengkemme dan Sungai Gillireng. Air dari Danau Tempe dialirkan melalui
satu outlet yaitu Sungai cendrana ynag mengelir ke arah timur ke Teluk Bone.
Kondisi hidrologis Danau Tempe menjadi kurang stabil saat inlet lebih besar
dibanding dengan outletnya. Hal ini terjadi pada hampir setiap musim penghujan
dimana volume aliran yang berasal dari sejumlah sungai yang bermuara pada danau
ini jauh lebih besar dibandingkan keluarannya yang dialirkan melalui Sungai
Cendranae. Akibatnya, hampir pada setiap tahun terjadi perbedaan luas permukaan
danau yang menyolok pada dua musim yang berbeda. Hasil study pengelolaan
sumberdaya air Danau Tempe pada Tahun 1997 menunjukan bahwa pada musim
hujan, yaitu pada periode Bulan Mei-Agustus, luas permukaan danau mencapai
29.000 ha dengan elevasi 7 meter dpl sementara pada musim kemarau yaitu pada
periode Bulan September-April luas permukaan danau hanya 10.000 ha dengan
kedalaman maksimum 1,5 m dpl. Adanya perbedaan volume air yang cukup besar
tersebut menjadi suatu kendala dalam mengoptimalkan pemanfaatan Danau Tempe
sebagai salah satu basis perekonomian bagi beberapa kabupaten yang berada di
sekitarnya yaitu Kabupaten Wajo, Kabupaten Soppeng, Kabupaten Sidenreng
Rappang dan Kabupaten Bone. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka untuk
meningkatkan pemanfaatan Danau Tempe maka direncanakan untuk membangun
Bendung Gerak Tempe (Tempe Barrage) yang belokasi di Kecamatan Tempe
Kabupaten Wajo, yang diprakarsai oleh Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat
Jenderal Sumberdaya Air, Direktorat Sungai Danau dan Waduk, Satker NVT
Pembangunan dan Pengelolaan SA Jeneberang, Bagpeltan Pembinaan dan
Perencanaan SA Jeneberang.
Tujuan pembangunan Bendung Gerak Tempe ini adalah (1) mengembalikan
Fungsi Danau Tempe sebagai areal perikanan, pertanian dan pariwisata, (2)
menghindari terjadinya luapan air atau banjir di sekitar Danau Tempe pada musim
penghujan, dan (3) memperbesar kapasitas pengaliran Sungai Cendrana dari 350
m3/dtk menjadi 550 m3/dtk.
Disamping pemanfaatan yang sangat besar dari rencana pembangunan Bendung
Gerak Tempe ini, juga diprakirakan akan menimbulkan dampak besar dan penting
terhadap berbagai komponen lingkungan baik terhadap komponen fisik kimia, biologi,
sosial ekonomi budaya maupun kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, berdasarkan
atas jenis dan volume kegiatan yang akan dilaksanakan maka sesuai Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2001 tentang Jenis Usaha
dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup (AMDAL), maka kegiatan tersebut Wajib disertai dengan studi
AMDAL. Hal tersebut diperkuat oleh Surat Edaran Gubernur Kepala Daerah Tingkat
I Sulawesi Selatan No. 660/4574/BKLH/1989 tentang Studi AMDAL terhadap
kegiatan proyek pembangunan yang berdampak potensial.

1.2. Tujuan dan Kegunaan


1.2.1. Tujuan Pemantauan Lingkungan Hidup
Tujuan pemantauan lingkungan hidup rencana kegiatan pembangunan Bendung
Gerak Tempe adalah untuk memantau sejauh mana perubahan dampak lingkungan
yang akan terjadi setelah tindakan pengelolaan lingkungan terhadap dampak tersebut
dilaksanakan.

1.2.2. Kegunaan Pemantauan Lingkungan Hidup


Pemantauan lingkungan hidup rencana kegiatan pembangunan Bendung Gerak
Tempe akan berguna baik bagi penanggungjawab kegiatan pembangunan Bendung
Gerak Tempe, Pemerintah Daerah Kabupaten Wajo, Soppeng, Sidrap dan Bone,
maupun bagi masyarakat yang bermukim di sekitar Danau Tempe dan Sepanjang
sungai Cendranae.

a. Kegunaan Bagi Pemerintah


Sebagai pedoman bagi pemerintah daerah Kabupaten Wajo, Soppeng, Sidrap
dan Bone dalam upaya pengawasan terhadap pelaksanaan pengelolaan
lingkungan di lokasi rencana kegiatan pembangunan Bendung Gerak Tempe
dan Sekitarnya.
Sebagai alat kontrol dalam melakukan pengelolaan lingkungan hidup oleh
penanggung jawab kegiatan pembangunan Bendung Gerak Tempe beserta
dinas lain yang relevan dan masyarakat.
Sebagai bahan pertimbangan dalam upaya pelaksanaan pengelolaan
lingkungan di lokasi rencana kegiatan pembangunan Bendung Gerak Tempe.

b. Kegunaan Bagi Pemrakarsa


Sebagai arahan dalam mengevaluasi pengelolaan lingkungan pembangunan
Bendung Gerak Tempe dan sejauh mana efektifitas instrumen pengelolaan
lingkungan yang digunakan dalam pengembangan dampak positif dan
menekan dampak negatifnya.
Sebagai pedoman dalam upaya perbaikan/pembangunan terhadap rencana
pengelolaan lingkungan hidup agar dapat lebih efektif dan berhasil guna.
Sebagai arahan dalam mendeteksi kemungkinan timbulnya perubahan
lingkungan yang tidak diinginkan setelah tindakan pengelolaan lingkungan
dilakukan sehingga dapat diambil langkah-langkah penanggulangannya.

c. Kegunaan Bagi Masyarakat


Sebagai arahan untuk menetahui sejauhmana kesungguhan penanggung jawab
pembangunan Bendung Gerak Tempe melaksanakan kegiatan pengelolaan
lingkungan hidup, sehingga masyarakat tidak dibebani atas konsekuensi yang
dapat timbul akibat kegiatan pembangunan Bendung Gerak Tempe.
Sebagai bahan pertimbangan untuk menyesuaikan diri terhadap kondisi yang
dapat menguntungkan dan merugikan akibat perubahan lingkungan yang akan
terjadi serta rencana pengelolaan yang akan dilakukan terhadap perubahan
tersebut.
Sebagai pedoman untuk dapat berpartisifasi aktif dalam kegiatan pemantauan
lingkungan hidup secara terpadu.

1.3. Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup


Lokasi pemantauan lingkungan hidup kegiatan pembangunan Bendung Gerak
tempe di Kabupaten Wajo akan mencakup areal sekitar 220 ha, yang meliputi:
1.3.1. Bangunan Utama (Tempe Barrage)
a. Pekerjaan pintu dan struktur terkait
(1). Pintu Utama:
- Jenis Pintu : Pintu air Baja dengan daun pintu flat
- Tinggi pintu bersih : 4,00 m
- Panjang Total : 85,00 m termasuk Pier dan pintu flat 4 buah
- Pintu Flat : 4 buah masing-masing panjang 17,5 m.
(2). Alur navigasi:
- Jenis Pintu : Pintu angkat baja
- Lebar bentang : 2 buah masing-masing 5 m
(3). Tangga Ikan:
- Lebar : 3,00 m
(4). Jembatan Pengoperasian Pintu:
- Tipe jembatan : balok baja komposit
- Lebar dan panjang : 5,00 m x 91,60 m

b. Pekerjaan Sipil
(1). Pier:
- Tinggi : 16,00 m di atas apron
- Lebar : 2,50 m
- Elevasi plaat : 17,00 m
(2). Apron:
- Panjang apron bag atas : 15,00 m
- Panjang apron utama : 18,00 m
- Panjang apron bag bawah : 18,00 m
(3). Tembok Penahan Tanah:
- Tinggi dan panjang : 3,4 sampai 10,0 m x 150,0 m
(4). Pelindung Tebing:
- Panjang blok beton : 70,00 m
- Panjang pasangan batu : 20,00 m

1.3.2. Sarana Penunjang (Jalan Inspeksi)


a. Lay-Out Jalan
Alignment jalan inspeksi akan berimpit dan paralel dengan aligment Tempe
Barrage. Bagian kiri jalan inspeksi akan dihubungkan dengan Jalan Nuri dengan
panjang 340 m. Sedangkan bagian kanan akan dihubungkan dengan Jalan Merak
dengan panjang 292 m.

b. Elevasi Permukaan Jalan


Elevasi permukaan Jalan Inspeksi pada center line adalah sama dengan elevasi
jembatan, yaitu pada EL 10,00 m. Elevasi ini 1,00 m lebih tinggi dari maksimm
elevasi air, yaitu 9,00 m.
Bagian kiri jalan inspeksi akan dihubungkan dengan Jalan Nuri dengan
kemiringan 8 % dengan elevasi permukaan aspal pada EL 10,13 m. Sedangkan bagian
kanan jalan inspeksi dengan Jalan Merak dengan kemiringan 8 % dengan elevasi
permukaan gravel pada EL 9,35 m.

c. Saluran Jalan
Dimensi lebar jalan telah disesuaikan dengan proyeksi perkembangan lalu lintas
ke depan. Spesifikasi lebar Jalan Inspeksi adalah sebagai berikut:
- Lebar badan jalan : 4,00 m
- Lebar bahu jalan : 2 x 0,50 m
- Total lebar jalan : 5,00 m
Pengoperasian dan pemeliharaan jalan akan mengacu pada standard Direktorat Jendral
Sumberdaya Air.

d. Saluran Drainase
Saluran drainase jalan akan dibuat pada sepanjang sisi jalan. Saluran yang akan
dibuat berbentuk trapesium dengan dimensi lebar dasar 0,75 m, kemiringan saluran
1:1 dan tinggi 1,5 m.

1.3.3. Pengerukan Sungai Cendranae


Pengerukan Sungai Cendranae dimaksudkan untuk menambah potensi volume
air yang dapat ditampung oleh Sungai Cendranae. Spesifikasi pengerukan adalah:
- Volume pengerukan : 3.070.000 m3
- Panjang sungai yang dikeruk : 64,3 km
- Luas daerah penampungan : 220 ha
- Lebar dasar sungai bagian hulu : 25 m
- Lebar dasar sungai bagian hilir : 45 m
- Kemiringan talud setelah pengerukan : 3:1
- Kemiringan sungai bagian hulu : 1/10.000
- Kemiringan sungai bagian hilir : 1/20.000

1.4. Waktu Pemantauan Lingkungan Hidup


Waktu pelaksanaan pemantauan lingkungan hidup disesuaikan dengan jadwal
dan tahapan pekerjaan yang akan dilaksanakan yaitu pada Tahap Prakonstruksi, Tahap
Konstruksi dan Tahap Operasional.

1.5. Dampak Besar dan Penting Yang Dipantau


Berdasarkan Rencanan Pengelolahan Lingkungan Hidup yang diuraikan dalam
dokumen RKL, maka pemantauan lingkungan hidup akan dilakukan terhadap dampak
yang tergolong besar dan penting baik yang bersifat negatif penting (-P) maupun
positif penting (+P), yang akan timbul dari berbagai kegiatan pada setiap tahap
pembangunan. Pelaksanaan pemantauan akan dilakukan secara berkesinambungan
dan konsisten berdasarkan jenis dan sifat dampak besar dan penting yang akan timbul.

Anda mungkin juga menyukai