Anda di halaman 1dari 6

Tugas Farmakoterapi I

Pneumonia

1. Seorang wanita 40 tahun datang dengan keluhan batuk sejak 3 bulan


yang lalu. Batuk berdahak dan berbau. Pada rontgen thorak sebagai
berikut:

Gambaran rontgen infiltrasi lobus


Ditanyakan:
a. Jelaskan patofisiologi pneumonia
b. Faktor predisposisi pneumonia
c. Penatalaksanaan pneumonia
2. CURB-65: Merupakan model skor yang direkomendasikan oleh
British Thoracic Society (BTS) berdasar pada lima gambaran klinik
utama yang sangat praktis, mudah diingat dan dinilai. Skor ini juga
telah divalidasi walaupun dengan jumlah sample yang lebih sedikit
dibandingkan dengan PSI. Kelebihan skor CURB-65 adalah
penggunaannya yang mudah dan dirancang untuk lebih menilai
keparahan penyakit dibandingkan dengan PSI yang menilai risiko
mortalitas. Skor CURB- 65 lebih baik dalam menilai pasien
pneumonia berat dengan risiko mortalitas tinggi.

Aplikasi CURB-65
Seorang wanita 68 tahun datang dengan keluhan batuk sejak 3 bulan yang
lalu. 1 minggu
yang lalu batuk berdarah disertai sesak napas, cepat lelah, dan kadang
demam yang tidak
terlalu tinggi. Pemeriksaan sputum BTA (-), Pemeriksaan rontgen thorak
terdapat infiltrate
di kedua lapang paru. Pemeriksaan laju pernafasan > 30 x permenit dan
tekanan darah sistolik < 90 mmHg.

Ditanyakan:

a. Jelaskan pasien pneumonia ini berdasarkan derajat dengan


berdasarkan CURB-65
b. Pilihan terapi yang tepat pada pasien ini

3. PSI: Skor prediksi PSI mengklasifikasikan pasien ke dalam 5


kelas mortalitas dan keunggulan skor ini untuk memprediksi
angka mortalitas telah dikonfirmasi melalui berbagai penelitian.
Kriteria PSI terdiri dari 20 variabel yang berbeda oleh karena itu
sangat tergantung dari kelengkapan lembar penilaian, sehingga
sulit
diterapkan pada situasi pelayanan gawat darurat yang sibuk. Akan
tetapi, skor ini sangat baik untuk mengkaji penderita dengan risiko
mortalitas rendah yang sesuai untuk mendapat penanganan
rawat jalan daripada penderita dengan pneumonia berat yang
membutuhkan perawatan rumah sakit.
Pria 65 tahun datang ke praktek dengan keluhan sesak napas yang disertai
demam dan batuk sejak 5 hari. Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD 130/80
HR 88x/menit RR > 30 x/menit dan suhu 380 C. Pasien memiliki riwayat gagal
jantung kongestif.
Ditanyakan:
a. Jelaskan pasien pneumonia ini berdasarkan derajat dengan
berdasarkan CURB-65
b. Pilihan terapi yang tepat pada pasien ini

4. Pasien pria berusia 61 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan


deman sudah 5 hari dan menggigil. Pasien juga mengatakan
mengalami nyeri dada pleuritik dan batuk poduktif. Pada saat
pengkajian klien mengatakan nyeri dada pada saat batuk, skla nyeri
8 ,intensitas nyeri setiap 20 menit, hidung kemerahan, retraksi
interkostal, penggunaan otot bantu pernapasan dan timbul sianosis,
badan lemas dan teraba panas , malaise ,dari hasil pemeriksaan
fisik : TD : 130/90 mmHg , suhu : 39 c , nadi 100x/I, RR: 24x/I dari
hasil laboratorium didapatkan Hb : 10,0 gr% , leukosit 15000 mL.
Diatanyakan:
a. Jelaskan penatalaksanaan pneumonia
b. Jelaskan terapi yang tepat pasien diatas

5. Pasien pria usia 81 tahun dengan riwayat diabetes mellitus kronik tidak
terkontrol datang dengan keluhan utama sesak napas dan penurunan
kesadaran tiba-tiba sejak 30 menit sebelum masuk rumah sakit. Pasien
selama ini dalam perawatan homecare oleh keluarga dan mendapatkan
nutrisi enteral per sonde 6 kali sehari. Riwayat penyakit dahulu pasien
termasuk : hipertensi, penyakit jantung koroner, gastritis erosif dan
hipertrofi prostat benigna. Pasien pernah dirawat dalam waktu kurang
lebih satu bulan terakhir dengan stroke iskemik dan menerima terapi
berupa antibiotika parenteral.

Pasien datang dengan keadaan umum tampak sakit berat dan kesadaran
sopor (GCS=10-12). Keadaan hemodinamik tidak stabil, nadi 135
kali/menit, tekanan darah 140/78 mmHg dan akral teraba dingin.
Pernapasan cepat dan dalam, laju 30 kali/menit, dan dengan udara
ruangan saturasi O2 83%. Suhu pasien terukur 36,5C. Pasien nampak
anemis dan tampak bercak-bercak diskolorasi karena gangguan perfusi
pada keempat ekstremitas. Pupil isokor, diameter 3mm kedua sisi, dan
reaksi cahaya positif bilateral. Pemeriksaan paru didapatkan pergerakan
paru simetris cepat dan dalam, ronki kasar bilateral pada seluruh
lapangan paru, tanpa wheezing. Pemeriksaan jantung tidak didapatkan
kelainan. Abdomen tampak distensi dengan peristaltik normal.
Pemeriksaan penunjang telah dilakukan rontgen thoraks, dengan hasil
gambaran kardiomegali dengan edema paru, kecurigaan infeksi sekunder
dan efusi pleura bilateral.

Pasien di rawat di unit rawat intensif dengan Acute Respiratory Distress


Syndrome, Pneumonia, Asidosis metabolik dan Hypernatremia. Penatalaksaan
dilakukan untuk menangani kelainan mendasar, termasuk intubasi endotrakeal
dan ventilasi mekanik, pemasangan kateter vena sentral, resusitasi cairan dan
pemberian nutrisi kombinasi parenteral/enteral serta pemberian antibiotika
sistemik empirik dengan Cefepime. Darah diambil untuk pemeriksaan
laboratorium dengan hasil seperti di atas dan dilakukan pemeriksaan kultur dan
tes resistensi. Hasil pemeriksaan kultur dan resistensi terhadap darah vena dan
spesimen bronkoskopi menunjukkan adanya infeksi dengan Klebsiella
pneumoniae.

Diatanyakan:

a. Sebutkan dan jelaskan penatalaksanaan pneumonia nosokomial secara


umum dan dari pasien ini berdasarkan etiologi dari pneumonia yang
dideritanya!
b. Bagaimanakah strategi untuk mengevaluasi respons terhadap pengobatan
yang mungkin terjadi?

6. Seorang anak usia 15 bulan didiagnosa menderita pneumonia. Satu hari


yang lalu mengalami sesak nafas ringan dan setelah beberapa jam sesak
semakin parah dan disertai batuk. Akhirnya keluarganya memutuskan
membawa ke praktek dr. Setelah dilakukan pemeriksaan foto torax dan
didapatkan hasil pada kedua paru-paru penumpukan sekret.
Ditanyakan:
a. Jelaskan penatalaksanaan pneumonia pada anak!
b. Jelaskan faktor predisposisi pada pneumonia!

Anda mungkin juga menyukai