Case Ket
Case Ket
NAMA
TITI ANJASMORO
030.06.259
DOKTER PEMBIMBING
DR. I.G.N ELBATIPUTERA, SP.OG
BAB I.......................................................................................................................................1
Ilustrasi kasus............................................................................................................................1
BAB II.....................................................................................................................................11
Tinjauan pustaka......................................................................................................................11
BAB III....................................................................................................................................20
Analisis kasus..........................................................................................................................20
Daftar pustaka..........................................................................................................................23
BAB I
ILUSTRASI KASUS
I.1 Identitas
Nama : Ny.S
Usia : 33 Tahun
Jenis kelamin : Wanita
Suku bangsa : Betawi
Alamat: jalanSMEA IV, 01/09, cawang
Pendidikan terakhir: Smp
Status : Menikah
Pekerjaan: Ibu rumah tangga
Agama :Islam
Masuk RS: 12 september 2012
Pukul :02.50
No.CM: 828304
I.2Anamnesis
Autoanamnesis pada Osdilakukan pada tanggal 12 september 2012, pukul 06.45 di ruang VK
lantai 4
A. Keluhan utama
Nyeri hebat perut kanan bawah 1 hari sebelum masuk rumah sakit.
1 minggu sebelum masuk rumah sakit, nyeri dirasakan bertambah berat dan seringmuncul. Os
hanya beristirahat untuk menghilangkan nyeri, Ostidak minum obat ataupun berobat ke
dokter karena berpikir hanya sakit perut biasa, setelah istirahat nyeri tersebut mereda.
Os pernah mengatakan kepada temannya dirinya merasa curiga karena sampai saat ini belum
menstruasi, terakhir Os menstruasi tanggal 15 juli 2012, karena biasanya ini Os sudah
menstruasi,karena sering kali tanggal tidak selalu sama, atas saran teman tersebut Os diminta
untuk memeriksakan diri ke dokter, tetapi saran tersebut tidak dilaksanakan oleh pasien.
4 hari sebelum masuk rumah sakit, Os mengatakan nyeri perut yang dirasakan bertambah
berat dan makin sering sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Osmengatakan keluar
darah warna merah kehitaman dari kemaluannya, jumlahnya sedikit disertai keluar benda
warna putih seperti jeroan.
3 hari sebelum masuk rumah sakit, nyeri bertambah hebat tetapi tidak keluar darah lagi dari
kemaluannya.
1 hari belum dibawa ke rumah sakit. Os mengatakan tiba-tiba nyeri yang sangat hebat seperti
ditusuk-tusuk pada perut kanan bawahnya menyebar ke pusar dan bahu kanan, sampai Os pun
tidak dapat dapat berjalan. Nyeri disertai keringat dingin, sesak napas karena menahan sakit,
rasa mual, muntah tetapi tidak dapat dikeluarkan, keluar darah warna merah kehitaman cair
tidak berbau dari kemaluannya. Lalu Os dibawa ke bidan dan dilakukan pemeriksaan dan tes
urin kehamilan , didapatkan hasil tes urin kehamilan+,.bidan tersebut kemudian memberitahu
Os bahwa dirinya hamil di luar kandungan,sebelumnya Os tidak mengira bahwa dirinya
hamil karena sudah dilakukan steril 4 tahun yang lalu. Osdirujuk oleh bidan ke rumah sakit
Budi Asih.
E. Riwayat kebiasaan
Os mengatakan dirinya merokok 1-2 batang perhari, 1-2 kali perminggu terutama saat sedang
buang air besar, kebiasaan ini sudah dijalankan Osselama lebih dari 10 tahun, tetapi tidak ada
batuk atapun sesak napas. Os tidak mengonsumsi alkohol, Os jarang berolahraga, Os tidak
mengonsumsi jamu-jamu herbal , Os suka makanan berlemak seperti jeroan tetapi tidak
pernah memeriksakan kadar kolesterolnya.
F. Riwayat pernikahan
Status : menikah 1 kali
Usia saat menikah : 19 tahun
Lama pernikahan : 14 tahun
Jumlah anak : 4 orang anak
G. Riwayat obstetrik
Riwayat kehamilan
1. Anak pertama, laki-laki lahir dengan usia 9 bulan pada tahun 2001, persalinan normal
ditolong oleh bidan puskesmas. Saat ini berusia 11 tahun
2. Anak kedua, laki-laki lahir dengan usia 9 bulan pada tahun 2002, persalinan normal
ditolong oleh bidan puskesmas. Saat ini berusia 10 tahun.
3. Anak ketiga, perempuan lahir dengan usia 9 bulan pada tahun 2005, persalinan
normal dengan ditolong oleh bidan puskesmas. Saat ini berusia 7 tahun
4. Anak keempat, perempuan lahir dengan usia 9 bulan pada tahun 2006, persalinan
normal dengan ditolong oleh bidan puskesmas. Saat ini berusia 6 tahun.
Selama hamil 4 orang anak Osdalam keadaan sehat, tidak pernah menderita muntah-muntah
berlebihan ataupun tekanan darah tinggi.
I. Riwayat KB.
Setelah lahir anak pertama, Osmenggunakan kb suntik 3 bulan sekali. Setelah anak ketiga
Osmengganti kb suntik dengan pil tetapi setelah berkonsultasi dengan dokter Ostidak
dianjurkan untuk meminum pil kb karena Osmemiliki varises. Sehingga Ostidak
menggunakan kb apapun. Saat berhubungan suami-istri, suami Osmenggunakan kondon
karena Ostakut hamil lagi maka pada tahun 2008 Osminta untuk dilakukan sterilisasi.
J. Riwayat ginekologi
Menarche : usia 12 tahun
Siklus haid : teratur tiap bulannya tetapiOskadang dapat menstruasi pada tanggal
awal, pertengahan, atau akhir bulan.
Lama haid : sebelum dilakukan steril selama 7 hari, setelah di lakukan steril 3-4 hari.
Volume haid : biasa, ganti 2 pembalut sehari.
Nyeri saat haid : tidak pernah
Hari pertama haid terakhir : 15 juli 2012
Riwayat keputihan : tidak ada.
Pemeriksaan pap smear : tidak pernah
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 78x/menit
Pernapasan: 18x/menit
Suhu: 36,7C
Kepala
Rambut : hitam, tersebar merata
Mata : Konjunctiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Telinga : normatia, serumen -/-
Hidung : Normosepta, concha tidak hiperemis, sekret -/-
Leher
Tenggorokan : Faring tidak hiperemis, tonsil T1-T1 tenang
Kelenjar getah bening : tidak teraba
Kelenjar thyroid : tidak teraba
Thoraks
Mamae : tidak ada kelainan
Paru : suara pernapasan vesikuler, ronchi -/-, wheezing -/-
Jantung : Bunyi jantung I II reguler, murmur -, gallop
Abdomen
Inspeksi : perut datar
Auskultasi : bising usus +
Palpasi : supel, nyeri tekan + pada seluruh perut bawah
Defense muscular
Ekstremitas
Akral hangat pada keempat ekstremitas
Edema (-) pada keempat ekstremitas
Pemeriksaan gynekologi
Vagina : rugae +
Portio : nyeri goyang portio +
Uterus : sumbu midline, antefleksio
Adneksa dan parametrium kanan: nyeri tekan +
Adneksa dan parametrium kiri : nyeri tekan -
USG Abdomen12/9/2012
Foto tidak ada
Uterus : antefleksi dengan ukuran 173 mm x 5 mm x 47mm
Tampak bayangan sonolusendi posterior uterus
Tampak massa di kanan uterus diameter 72 mmx 53 mm x 47 mm
Tampak bayangan sonolusen sekitar intestinum
Diagnosis : G5P4A0 dengan KET
I.5. Resume
Ny. S, 33 tahun, sejak 2 minggu SMRS Os tiba-tiba mengeluh nyeri perut kanan bawah
seperti ditusuk, nyeri yang dirasakan tidak terlalu berat. Os juga masih dapat melakukan
pekerjaan sehari-hari sebagai ibu rumah tangga. Osmengatakan nyeri pada perut kanan bawah
tersebut menyebar ke sekitar pusar. 1 minggu sebelum masuk rumah sakit, nyeri dirasakan
bertambah berat dan sering muncul. 4 hari sebelum masuk rumah sakit, Os mengatakan nyeri
perut yang dirasakan bertambah berat dan makin sering sehingga mengganggu aktivitas
sehari-hari. Os mengatakan keluar darah warna merah kehitaman dari kemaluannya,
jumlahnya sedikit disertai keluar benda warna putih seperti jeroan.
1 hari belum dibawa ke rumah sakit. Os mengatakan tiba-tiba nyeri yang sangat hebat seperti
ditusuk-tusuk pada perut kanan bawahnya menyebar ke pusar dan bahu kanan sampai Os pun
tidak dapat dapat berjalan. Nyeri disertai keringat dingin, sesak napas karena menahan sakit,
rasa mual, muntah tetapi tidak dapat dikeluarkan, keluar darah warna merah kehitaman cair
tidak berbau dari kemaluannya. Keadaan umum : tampak sakit sedang, Kesadaran : compos
mentis, Tekanan darah : 120/80 mmHg, Nadi : 78x/menit, Pernapasan: 18x/menit, Suhu:
36,7C.
Hemoglobin 9,5/g/dL, Leukosit 16,1 ribu/uL, Hematokrit 28 %, Trombosit 272000 /uL.
Pemeriksaan USG abdomen Kesimpulan G5P4A0 dengan KET.
I.6. Diagnosis prabedah
G5P4A0 hamil 8 minggu dengan akut abdomen suspect kehamilan ektopik terganggu
I.8. Penatalaksanaan
Laparotomi (Salpingektomi parsialis tuba pars ampularis dextra)
I.11. Prognosis
Ad vitam : Dubia ad bonam
Ad functionam : Dubia ad malam
Ad Sanationam : Dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4. Faktor hormonal
Pada akseptor, pil KB yang hanya mengandung progesteron dapat mengakibatkan gerakan
tuba melambat. Apabila terjadi pembuahan dapat menyebabkan terjadinya kehamilan ektopik
5. Faktor lain
Termasuk di sini antara lain adalah pemakai IUD dimana proses peradangan yang dapat
timbul pada endometrium dan endosalping dapat menyebabkan terjadinya kehamilan ektopik.
Faktor umur penderIta yang sudah menuang dan faktor perokok juga sering di hubungkan
dengan terjadinya kehamilan ektopik.
Patologi
Pada proses awal kehamilan apabila embrio tidak bisa mencapai endometrium untuk proses
nidasi, maka embrio dapat tumbuh di saluran tuba dan kemudian akan mengalami beberapa
proses seperti pada kehamilan pada umumnya karena tuba bukan merupakan suatu media
yang baik untuk pertumbuhan embrio atau mudigah, maka dapat mengalami beberapa
perubahan dalam bentuk berikut ini.
Bila ostium tuba tersumbat, ruptur sekunder dapat terjadi. Dalam hal ini, dinding tuba yang
telah menipis oleh invasi trofoblas, pecah karena tekanan darah dalam tuba. Kadang-kadang
ruptur terjadi di arah ligamentum latum dan terbentuk hematoma intraligamenter antara 2
lapisan ligamentum tersebut. Jika janin hidup terus, dapat terjadi kehamilan intraligamenter.
Pada ruptur ke rongga perut, seluruh janin dapat keluar dari tuba, tetapi bila robekan tuba
kecil, perdarahan terjadi tanpa hasil konsepsi dikeluarkan dari tuba. Nasib janin bergantung
pada tuanya kehamilan dan kerusakan yang diderita. Bila janin mati dan masih kecil, dapat
diresorpsi seluruhnya, dan bila besar dapat diubah menjadi litopedion.
Janin yang dikeluarkan dari tuba dengan masih diselubungi oleh kantong amnion dan dengan
plasenta masih utuh kemungkinan tumbuh terus dalam rongga perut, sehingga terjadi
kehamilan ektpik lanjut atau kehamilan abdominal sekunder. Untuk mencukupi kebutuhan
makanan
II.4 Diagnosis
Kesukaran membuat diagnosis yang pasti pada kehamilan ektopik belum terganggu demikian
besarnya sehingga sebagian besar penderita mengalami abortus tuba atau ruptur ruba sebelum
keadaan menjadi jelas. Alat bantu diagnostik yang dapat digunakan ialah ultrasonografi
(USG), laparoskopi atau kuldoskopi.
Anamnesis : haid biasanya terlambat untuk beberapa waktu, dan kadang-kadang terdapat
gejala subyektif kehamilan muda. Nyeri abdominal terutama bagian bawah dan perdarahan
pervaginam pada trimester pertama kehamilan merupakan tanda dan gejala klinis yang
mengarah ke diagnosis kehamilan ektopik. Gejala-gejala nyeri abdominal dan perdarahan
pervaginam tidak terlalu spesifik atau juga sensitif.
Pemeriksaan umum : penderita tampak kesakitan dan pucat. Pada perdarahan dalam rongga
perut tanda-tanda syok dapat ditemukan. Pada jenis tidak mendadak perut bagian bawah
hanya sedikit menggembung dan nyeri tekan. Kehamilan ektopik yang belum terganggu tidak
dapat didiagnosis secara tepat semata-mata atas adanya gejala-gejala klinis dan pemeriksaan
fisik.
Pemeriksaan ginekologi : tanda-tanda kehamilan muda mungkin ditemukan. Pergerakan
serviks menyebabkan rasa nyeri. Bila uterus dapat diraba, maka akan teraba sedikit membesar
dan kadang-kadang teraba tumor di samping uterus dengan batas yang sukar ditentukan.
Kavum Douglas yang menonjol dan nyeri-raba menunjukkan adanya hematokel retrouterina.
Suhu kadang-kadang naik sehingga menyukarkan perbedaan dengan infeksi pelvik.
Hampir semua kehamilan ektopik didiagnosis antara kehamilan 5 dan 12 minggu. Identifikasi
dari tempat implantasi embrio lebih awal dari pada kehamilan 5 minggu melampaui
kemampuan teknik-teknik diagnostik yang ada. Pada usia kehamilan 12 minggu, kehamilan
ektopik telah memperlihatkan gejala-gejala sekunder terhadap terjadinya ruptur atau uterus
pada wanita dengan kehamilan intrauteri yang normal telah mengalami pembesaran yang
berbeda dengan bentuk dari kehamilan ektopik.
Pemeriksaan laboratorium : pemeriksaan hemoglobin dan jumlah sel darah merah berguna
dalam menegakkan diagnosis kehamilan ektopik terganggu, terutama bila ada tanda-tanda
perdarahan dalam rongga perut. Pada kasus tidak mendadak biasanya ditemukan anemia,
tetapi harus diingat bahwa penurunan hemoglobin baru terlihat setelah 24 jam. Perhitungan
leukosit secara berturut menunjukkan adanya perdarahan bila leukosit meningkat
(leukositosis). Untuk membedakan kehamilan ektopik dari infeksi pelvik dapat diperhaikan
jumlah leukosit. Jumlah leukosit yang lebih dari 20.000 biasanya menunjukkan infeksi
pelvik.
Penting untuk mendiagnosis ada tidaknya kehamilan. Cara yang paling mudah ialah dengan
melakukan pemeriksaan konsentrasi hormon human chorionic gonadotropin (-hCG) dalam
urin atau serum. Hormon ini dapat dideteksi paling awal pada satu minggu sebelum tanggal
menstruasi berikutnya. Konsentrasi serum yang sudah dapat dideteksi ialah 5 IU/L,
sedangkan pada urin ialah 2050 IU/L. Tes kehamilan negatif tidak menyingkirkan
kemungkinan kehamilan ektopik terganggu karena kematian hasil konsepsi dan degenerasi
trofoblas menyebabkan human chorionic gonadotropin menurun dan menyebabkan tes
negatif.1 Tes kehamilan positif juga tidak dapat mengidentifikasi lokasi kantung gestasional.
Meskipun demikian, wanita dengan kehamilan ektopik cenderung memiliki level -hCG yang
rendah dibandingkan kehamilan intrauterin.
Kuldosentesis : ialah suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah terdapat darah dalam
kavum Douglas. Cara ini sangat berguna untuk membuat diagnosis kehamilan ektopik
terganggu. Teknik kuldosentesis yaitu :
- Penderita dibaringkan dalam posisi litotomi.
- Vulva dan vagina dibersihkan dengan antiseptik
- Spekulum dipasang dan bibir belakang porsio dijepit dengan tenakulum, kemudian
dilakukan traksi ke depan sehingga forniks posterior ditampakkan
- Jarum spinal no. 18 ditusukkan ke dalam kavum douglas dan dengan semprit 10 ml
dilakukan pengisapan.
Hasil positif bila dikeluarkan darah berwarna coklat sampai hitam yang tdak membeku atau
berupa bekuan-bekuan kecil.
Hasil negatif bila cairan yang dihisap berupa :
- Cairan jernih yang mungkin berasal dari cairan peritoneum normal atau kista ovarium yang
pecah.
- Nanah yang mungkin berasal dari penyakit radang pelvis atau radang appendiks yang pecah
(nanah harus dikultur).
- Darah segar berwarna merah yang dalam beberapa menit akan membeku, darah ini berasal
dari arteri atau vena yang tertusuk.
Ultrasonografi : Cara yang paling efisien untuk mengeluarkan adanya kehamilan ektopik
adalah mendiagnosis suatu kehamilan intrauteri. Cara yang terbaik untuk mengkonfirmasi
satu kehamilan intrauteri adalah dengan menggunakan ultrasonografi. Sensitivitas dan
spesifisitas dari diagnosis kehamilan intrauteri dengan menggunakan modalitas ini mencapai
100% pada kehamilan diatas 5,5 minggu. Sebaliknya identifikasi kehamilan ektopik dengan
ultrasonografi lebih sulit (kurang sensitif) dan kurang spesifik.
Laparoskopi : hanya digunakan sebagai alat bantu diagnostik terakhir untuk kehamilan
ektopik apabila hasil penilaian prosedur diagnostik yang lain meragukan. Melalui prosedur
laparoskopik, alat kandungan bagian dalam dapat dinilai. Secara sistematis dinilai keadaan
uterus, ovarium, tuba, kavum Douglas dan ligamentum latum. Adanya darah dalam rongga
pelvis mempersulit visualisasi alat kandungan tetapi hal ini menjadi indikasi untuk dilakukan
laparotomi.
II.5. Penatalaksanaan
Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparotomi. Dalam tindakan demikian
beberapa hal perlu diperhatikan dan dipertimbangkan yaitu:
1. kondisi penderita saat itu
2. keinginan penderita akan fungsi reproduksinya
3. lokasi kehamilan ektopik
4. kondisi anatomik organ pelvis
Hasil pertimbangan ini menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi pada kehamilan
tuba atau dapat dilakukan pembedahan konservatif yaitu hanya dilakukan salpingostomi atau
reanastomosis tuba. Apabila kondisi penderita buruk, misalnya dalam keadaan syok, lebih
baik dilakukan salpingektomi.
1. Pembedahan
Pembedahan merupakan penatalaksanaan primer pada kehamilan ektopik terutama pada KET
dimana terjadi abortus atau ruptur pada tuba. Penatalaksanaan pembedahan sendiri dapat
dibagi atas dua yaitu pembedahan konservatif dan radikal. Pembedahan konservatif terutama
ditujukan pada kehamilan ektopik yang mengalami ruptur pada tubanya. Pendekatan dengan
pembedahan konservatif ini mungkin dilakukan apabila diagnosis kehamilan ektopik cepat
ditegakkan sehingga belum terjadi ruptur pada tuba.
Pada kasus kehamilan ektopik di pars ampularis tuba yang belum pecah pernah dicoba
ditangani menggunakan kemoterapi untuk menghindari tindakan pembedahan. Kriteria kasus
yang diobati dengan cara ini ialah:
1.Kehamian di pars ampularis tuba belum pecah 2. Diameter kantong gestasi 4cm 3.
Perdarahan dalam rongga perut 100 ml 4. Tanda vital baik dan stabil. Obat yang digunakan
ialah methotreksat (MTX) 1 mg/kgBB i.v. dan faktor sitrovorm 0,1 mg/kgBB i.m. berselang
seling setiap hari selama 8 hari. Methotrexate merupakan analog asam folat yang akan
mempengaruhi sintesis DNA dan multiplikasi sel dengan cara menginhibisi kerja enzim
Dihydrofolate reduktase. MTX ini akan menghentikan proliferasi trofoblas. Pemberian MTX
dapat secara oral, sistemik iv,im atau injeksi lokal dengan panduan USG atau laparoskopi.
Dari seluruh 6 kasus yang diobati, satu kasus dilakukan salpingektomi pada hari ke-12 karena
gejala abdomen akut, sedangkan 5 kasus berhasil diobati dengan lain.
Efek samping yang timbul tergantung dosis yang diberikan. Dosis yang tinggi akan
menyebabkan enteritis hemoragik dan perforasi usus, supresi sumsum tulang, nefrotoksik,
disfungsi hepar permanen, alopesia, dermatitis, pneumonitis, dan hipersensitivitas. Pada dosis
rendah akan menimbulkan dermatitis, gastritis, pleuritis, disfungsi hepar reversibel, supresi
sumsum tulang sementara. Pemberian MTX biasanya disertai pemberian folinic acid
(leucovorin calcium atau citroforum factor) yaitu zat yang mirip asam folat namun tidak
tergantung pada enzim dihydrofolat reduktase. Pemberian folinic acid ini akan
menyelamatkan sel-sel normal dan mengurangi efek MTX pada sel-sel tersebut. Sebelumnya
penderita diperiksa dulu kadar hCG, fungsi hepar, kreatinin, golongan darah.
Pada hari ke-4 dan ke-7 setelah pemberian MTX, kadar hCG diperiksa kembali. Bila kadar
hCG berkurang 15% atau lebih, dari kadar yang diperiksa pada hari ke-4 maka MTX tidak
diberikan lagi dan kadar hCG diperiksa setiap minggu sampai hasilnya negatif atau evaluasi
dapat dilakukan dengan menggunakan USG transvaginal setiap minggu. Bila kadar hCG
tidak berkurang atau sebaliknya meningkat dibandingkan kadar hari ke-4 atau menetap
selama interval setiap minggunya, maka diberikan MTX 50 mg/m2 kedua.
Stoval dan Ling pada tahun 1993 melaporkan keberhasilan metoda ini sebesar 94,3%. Selain
dengan dosis tunggal, dapat juga diberikan multidosis sampai empat dosis atau kombinasi
dengan leucovorin 0,1 mg/kgBB.
Kontraindikasi pemberian MTX absolut adalah ruptur tuba, adanya penyakit ginjal atau hepar
yang aktif. Sedangkan kontraindikasi relatif adalah nyeri abdomen.
II.6 Prognosis
Kematian karena kehamilan ektopik terganggu cenderung turun dengan diagnosis dini dan
persediaan darah yang cukup. Hellman dkk., (1971) melaporkan 1 kematian diantara 826
kasus, Wilson dkk., (1971) melaporkan 1 kematian diantara 591 kasus. Akan tetapi bila
pertolongan terlambat angka kematian dapat tinggi. Sjahid dan Martohoesodo (1970)
mendapatkan angka kematian 2 dari 120 kasus. Sedangkan Tardjiman dkk., (1973)
mendapatkan angka kematian 4 dari 138 kehamilan ektopik.
Pada umumnya kelainan yang menyebabkan kehamilan ektopik bersifat bilateral. Sebagian
perempuan menjadi steril setelah mengalami kehamilan ektopik lagi pada tuba yang lain.
Angka kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan antara 0-14,6%. Untuk perempuan
dengan jumlah anak yang sudah cukup, sebaiknya pada operasi dilakukan salpingektomi
bilateralis dan sebelumnya perlu mendapat persetujuan suami dan isteri.
BAB III
ANALISIS KASUS
Pada kasus ini, diagnosis G5P4A1 hamil 8 minggu dengan akut abdomen suspect kehamilan
ektopik terganggu. Berdasar pada
III.1Anamnesis
Ny.S, berusia 33 tahun, terdapat keluhan nyeri tiba-tiba pada perut kanan bawah tidak terlalu
berat hilang timbul, nyeri hilang dengan istirahat, lama kelamaan makin berat, sampai terjadi
nyeri hebat tiba-tiba pada perut kanan bawah menyebar ke pusar dan bahu dan pasien tidak
dapat berjalan. Pasien mengaku terlambat menstruasi, dan beberapa hari kemudian keluar
flek, darah warna merah kehitaman dengan jumlah sedikit yang hilang timbul. pemeriksaan
hCG +, pasien tidak tahu dirinya hamil karena sudah dilakukan sterilisasi tahun 2008.
Ny. S, berusia 33 tahun. Kehamilan ektopik rata-rata sering terdeteksi pada wanita
dengan usia 30 tahun. Sebagian besar wanita yang menderita kehamilan ektopik antara 20-40
tahun.
Pasien mengatakan nyeri tiba-tiba perut kanan bawah yang tidak terlalu berat.
Gambaran klinis kehamilan tuba yang belum terganggu tidak khas, sehingga pasien sering
tidak menghiraukannya. Nyeri perut menjalar ke pusar dan bahu adalah akibat adanya darah
yang masuk ke rongga abdomen , kemudian merangsang diafragma.
Pasien mengaku terlambat menstrusasi. Amenorea merupakan salah satu tanda
penting pada kehamilan ektopik, tetapi lama amenorea tergantung pada usia kehidupan janin.
Dikarenakan gejala amenorea dapat tidak ada karena gejala dan tanda kehamilan ektopik
terganggu bisa langsung terjadi beberapa saat setelah terjadinya nidasi pada saluran tuba yang
disusul dengan ruptur tuba karena tidak mamapu menampung pertumbuhan mudigah.
Sebagian penderita tidak mengalami amenorea karena kematian janin sudah terjadi sebelum
haid berikutnya.
Keluar flek dan darah warna merah kehitaman yang hilang timbul. Perdarahan
pervaginam merupakan tanda penting pada kehamilan ektopik terganggu. Hal ini menunjukan
adanya kematian janin, perdarahan berasal dari kavum uteri karena pelepasan desidua.
Perdarahan yang berasal dari uterus biasanya tidak banyak dan berwarna coklat tua.
Pemeriksaan hCG +, pada kehamilan ektopik dapat menunjukan hasil positif.
Pasien telah dilakukan sterilisasi tahun 2008, kehamilan ektopik dapat terjadi pada wanita
yang dilakukan tubektomi karena terjadinya rekanalisasi tuba falopii yang memungkinkan
sperm dapat masuk, tetapi tidak dapat dilewati oleh ovum yang telah dibuahi sehingga terjadi
nidasi pada lumen tuba.
III.6 Tatalaksana
Laparotomi ( Salpingektomi)
Penanganan kehamilan ektopik pada umunya adalah laparotomi. Dalam tindakan demikian,
beberapa hal harus diperhatikan dan dipertimbangkan yaitu kondisi penderita pada saat itu,
keinginan penderita akan fungsi reproduksinya. Lokasi kehamilan ektopik, kondisi anatomi
organ pelvis, kemampuan teknik bedah mikro dokter operator, dan kemampuan teknologi
fertilisasi invitro setempat. Hasil pertimbangan ini menentukan apakah perlu dilakukan
salpingektomi pada kehamilan tuba, atau dapat dilakukan pembedahan konservatif dalam arti
hanya dilakukan salpingostomi atau reanastomosis tuba. Apabila kondisi penderita buruk,
misalnya dalam keadaan syok, lebih baik dilakukan salpingektomi.
DAFTAR PUSTAKA
4.Cuningham FG, Gant NF, Kenneth JL. Wenstrom KD. Obstetri Williams. Edisi ke-21.
USA: Mc-Graw-Hill;2001.
5.EctopicPregnancy.Available:http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/.htm