Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN KASUS

G5P4A0 HAMIL 8 MINGGU DENGAN AKUT ABDOMEN


SUSPECT KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU

NAMA
TITI ANJASMORO
030.06.259

DOKTER PEMBIMBING
DR. I.G.N ELBATIPUTERA, SP.OG

KEPANITRAAN KLINIK ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN


RSUD BUDI ASIH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
SEPTEMBER 2012
DAFTAR ISI

BAB I.......................................................................................................................................1
Ilustrasi kasus............................................................................................................................1
BAB II.....................................................................................................................................11
Tinjauan pustaka......................................................................................................................11
BAB III....................................................................................................................................20
Analisis kasus..........................................................................................................................20
Daftar pustaka..........................................................................................................................23
BAB I
ILUSTRASI KASUS

I.1 Identitas
Nama : Ny.S
Usia : 33 Tahun
Jenis kelamin : Wanita
Suku bangsa : Betawi
Alamat: jalanSMEA IV, 01/09, cawang
Pendidikan terakhir: Smp
Status : Menikah
Pekerjaan: Ibu rumah tangga
Agama :Islam
Masuk RS: 12 september 2012
Pukul :02.50
No.CM: 828304

I.2Anamnesis
Autoanamnesis pada Osdilakukan pada tanggal 12 september 2012, pukul 06.45 di ruang VK
lantai 4

A. Keluhan utama
Nyeri hebat perut kanan bawah 1 hari sebelum masuk rumah sakit.

B. Riwayat penyakit sekarang


2 minggu sebelum masuk rumah sakit, Os tiba-tiba mengeluh nyeri perut kanan bawah seperti
ditusuk, nyeri yang dirasakantidak terlalu berat, laluOs beristirahat kemudian nyeri tersebut
berangsur- angsur hilang. Os mengatakan nyeri tersebut hilang-timbul, nyeri dapat muncul
pada pagi hari, malam hari, ataupun setelah beraktivitas,nyeri dapat muncul 1- 2 kali sehari.
saat nyeri tersebut muncul Osbiasanya hanya beristirahat saja, dan tidak meminum obat
penghilang rasa sakit. Os juga masih dapat melakukan pekerjaan sehari-hari sebagai ibu
rumah tangga. Os mengatakan nyeri pada perut kanan bawah tersebut menyebar ke sekitar
pusar.Nyeri perut kanan bawah tidak disertai demam, sakit kepala,mual, muntah , buang air
kecil normal, tidak ada rasa sakit, rasa panas, tersumbat, ataupun keluar batu dari saluran
kemih, warna air seni kuning dan tidak ada darah. buang air besar juga lancar, tidak keras dan
tidak ada darah.

1 minggu sebelum masuk rumah sakit, nyeri dirasakan bertambah berat dan seringmuncul. Os
hanya beristirahat untuk menghilangkan nyeri, Ostidak minum obat ataupun berobat ke
dokter karena berpikir hanya sakit perut biasa, setelah istirahat nyeri tersebut mereda.
Os pernah mengatakan kepada temannya dirinya merasa curiga karena sampai saat ini belum
menstruasi, terakhir Os menstruasi tanggal 15 juli 2012, karena biasanya ini Os sudah
menstruasi,karena sering kali tanggal tidak selalu sama, atas saran teman tersebut Os diminta
untuk memeriksakan diri ke dokter, tetapi saran tersebut tidak dilaksanakan oleh pasien.

4 hari sebelum masuk rumah sakit, Os mengatakan nyeri perut yang dirasakan bertambah
berat dan makin sering sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Osmengatakan keluar
darah warna merah kehitaman dari kemaluannya, jumlahnya sedikit disertai keluar benda
warna putih seperti jeroan.

3 hari sebelum masuk rumah sakit, nyeri bertambah hebat tetapi tidak keluar darah lagi dari
kemaluannya.

1 hari belum dibawa ke rumah sakit. Os mengatakan tiba-tiba nyeri yang sangat hebat seperti
ditusuk-tusuk pada perut kanan bawahnya menyebar ke pusar dan bahu kanan, sampai Os pun
tidak dapat dapat berjalan. Nyeri disertai keringat dingin, sesak napas karena menahan sakit,
rasa mual, muntah tetapi tidak dapat dikeluarkan, keluar darah warna merah kehitaman cair
tidak berbau dari kemaluannya. Lalu Os dibawa ke bidan dan dilakukan pemeriksaan dan tes
urin kehamilan , didapatkan hasil tes urin kehamilan+,.bidan tersebut kemudian memberitahu
Os bahwa dirinya hamil di luar kandungan,sebelumnya Os tidak mengira bahwa dirinya
hamil karena sudah dilakukan steril 4 tahun yang lalu. Osdirujuk oleh bidan ke rumah sakit
Budi Asih.

Di IGD RS Budi Asih. Os dilakukan pemeriksaan,dari hasil lab pemeriksaan didapatkan.


hCG +. Kemudian Osdipindahkan ke ruang VK untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dan
dikonsulkan ke dokter spesialis kebidanan dan kandungan. Setelah Os tiba di ruang VK
dilakukan pemeriksaan USG. Setelah didapat hasil dari pemeriksaan tersebut Os
direncanakan untuk dilakukan operasi.
C. Riwayat penyakit dahulu
Os mengatakan tidak pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya. tidak ada riwayat darah
tinggi, tidak ada riwayat kencing manis, tidak ada riwayat penyakit paru, tidak ada riwayat
alergi obat, terdapat riwayat operasi yaitu pada tahun 2008 Os dilakukan sterilisasi.

D. Riwaya penyakit keluarga


Anggota keluarga Ostidak ada yang mengalami hal seperti ini. Kencing manis, penyakit
jantung, riwayat alergi obat. Ayah Ostelah meninggal dunia, karena benjolan pada leher yang
berkembang cepat tetapi tidak dibawa berobat karena ayah Osmenolak untuk berobat,
sehingga tidak diketahyui penyebab pasti benjolan tersebut. Sedangkan ibu Osmasih hidup, ia
menderita darah tinggi sehingga minum obat darah tinggi yang diberikan oleh dokter klinik,
dan meminum obat tersebut secara teratur, Ostidak tahu nama obat yang diminum oleh
ibunya.

E. Riwayat kebiasaan
Os mengatakan dirinya merokok 1-2 batang perhari, 1-2 kali perminggu terutama saat sedang
buang air besar, kebiasaan ini sudah dijalankan Osselama lebih dari 10 tahun, tetapi tidak ada
batuk atapun sesak napas. Os tidak mengonsumsi alkohol, Os jarang berolahraga, Os tidak
mengonsumsi jamu-jamu herbal , Os suka makanan berlemak seperti jeroan tetapi tidak
pernah memeriksakan kadar kolesterolnya.

F. Riwayat pernikahan
Status : menikah 1 kali
Usia saat menikah : 19 tahun
Lama pernikahan : 14 tahun
Jumlah anak : 4 orang anak

G. Riwayat obstetrik
Riwayat kehamilan
1. Anak pertama, laki-laki lahir dengan usia 9 bulan pada tahun 2001, persalinan normal
ditolong oleh bidan puskesmas. Saat ini berusia 11 tahun
2. Anak kedua, laki-laki lahir dengan usia 9 bulan pada tahun 2002, persalinan normal
ditolong oleh bidan puskesmas. Saat ini berusia 10 tahun.
3. Anak ketiga, perempuan lahir dengan usia 9 bulan pada tahun 2005, persalinan
normal dengan ditolong oleh bidan puskesmas. Saat ini berusia 7 tahun
4. Anak keempat, perempuan lahir dengan usia 9 bulan pada tahun 2006, persalinan
normal dengan ditolong oleh bidan puskesmas. Saat ini berusia 6 tahun.

Selama hamil 4 orang anak Osdalam keadaan sehat, tidak pernah menderita muntah-muntah
berlebihan ataupun tekanan darah tinggi.

H. Riwayat abortus disangkal.

I. Riwayat KB.
Setelah lahir anak pertama, Osmenggunakan kb suntik 3 bulan sekali. Setelah anak ketiga
Osmengganti kb suntik dengan pil tetapi setelah berkonsultasi dengan dokter Ostidak
dianjurkan untuk meminum pil kb karena Osmemiliki varises. Sehingga Ostidak
menggunakan kb apapun. Saat berhubungan suami-istri, suami Osmenggunakan kondon
karena Ostakut hamil lagi maka pada tahun 2008 Osminta untuk dilakukan sterilisasi.

J. Riwayat ginekologi
Menarche : usia 12 tahun
Siklus haid : teratur tiap bulannya tetapiOskadang dapat menstruasi pada tanggal
awal, pertengahan, atau akhir bulan.
Lama haid : sebelum dilakukan steril selama 7 hari, setelah di lakukan steril 3-4 hari.
Volume haid : biasa, ganti 2 pembalut sehari.
Nyeri saat haid : tidak pernah
Hari pertama haid terakhir : 15 juli 2012
Riwayat keputihan : tidak ada.
Pemeriksaan pap smear : tidak pernah

I.3. Pemeriksaan Fisik


A. Status generalis
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis

Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 78x/menit
Pernapasan: 18x/menit
Suhu: 36,7C

Kepala
Rambut : hitam, tersebar merata
Mata : Konjunctiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Telinga : normatia, serumen -/-
Hidung : Normosepta, concha tidak hiperemis, sekret -/-

Leher
Tenggorokan : Faring tidak hiperemis, tonsil T1-T1 tenang
Kelenjar getah bening : tidak teraba
Kelenjar thyroid : tidak teraba

Thoraks
Mamae : tidak ada kelainan
Paru : suara pernapasan vesikuler, ronchi -/-, wheezing -/-
Jantung : Bunyi jantung I II reguler, murmur -, gallop

Abdomen
Inspeksi : perut datar
Auskultasi : bising usus +
Palpasi : supel, nyeri tekan + pada seluruh perut bawah
Defense muscular

Ekstremitas
Akral hangat pada keempat ekstremitas
Edema (-) pada keempat ekstremitas

Pemeriksaan gynekologi
Vagina : rugae +
Portio : nyeri goyang portio +
Uterus : sumbu midline, antefleksio
Adneksa dan parametrium kanan: nyeri tekan +
Adneksa dan parametrium kiri : nyeri tekan -

I.4. Pemeriksaan penunjang


Laboratorium 12/9/2012
Jenis pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal
Hemoglobin 9,5 g/dL 11,7-15,5
Leukosit 16,1 ribu/uL 3,6 -11
Hematokrit 28 % 35-47
Trombosit 272000 /uL 150-440
Masa perdarahan 3.00
Masa pembekuan 14.00
GDS 119 mg/dL <110
SGOT 13 U/L <27
SGPT 13 U/L <34
Ureum 14 mg/dL 13-43
Kreatinin 0,53 Mg/dL <1,1
Anti HIV Non reaktif Non reaktif
Urin lengkap
Warna Kuning Kuning
Kejernihan Agak keruh Jernih
Glukosa Negatif Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
Keton Negatif Negatif
pH 5,5 4,6-8
Berat Jenis 1,025 1.005-1.030
Albumin urin Negatif Negatif
Urobilinogen 1,0 0,1-1
Nitrit Negatif Negatif
Darah 2+ Negatif
Esterase leukosit Hasil menyusul
Sedimen urin
Leukosit 1-3 < 5 / LPB
Eritrosit 10-15 < 2 / LPB
Epitel Positif Positif
Silinder Negatif Negatif
Kristal Negatif Negatif
BakteriNegatif Negatif
Jamur Negatif Negatif
-hCG Urine rapid Positif Negatif

USG Abdomen12/9/2012
Foto tidak ada
Uterus : antefleksi dengan ukuran 173 mm x 5 mm x 47mm
Tampak bayangan sonolusendi posterior uterus
Tampak massa di kanan uterus diameter 72 mmx 53 mm x 47 mm
Tampak bayangan sonolusen sekitar intestinum
Diagnosis : G5P4A0 dengan KET

I.5. Resume
Ny. S, 33 tahun, sejak 2 minggu SMRS Os tiba-tiba mengeluh nyeri perut kanan bawah
seperti ditusuk, nyeri yang dirasakan tidak terlalu berat. Os juga masih dapat melakukan
pekerjaan sehari-hari sebagai ibu rumah tangga. Osmengatakan nyeri pada perut kanan bawah
tersebut menyebar ke sekitar pusar. 1 minggu sebelum masuk rumah sakit, nyeri dirasakan
bertambah berat dan sering muncul. 4 hari sebelum masuk rumah sakit, Os mengatakan nyeri
perut yang dirasakan bertambah berat dan makin sering sehingga mengganggu aktivitas
sehari-hari. Os mengatakan keluar darah warna merah kehitaman dari kemaluannya,
jumlahnya sedikit disertai keluar benda warna putih seperti jeroan.
1 hari belum dibawa ke rumah sakit. Os mengatakan tiba-tiba nyeri yang sangat hebat seperti
ditusuk-tusuk pada perut kanan bawahnya menyebar ke pusar dan bahu kanan sampai Os pun
tidak dapat dapat berjalan. Nyeri disertai keringat dingin, sesak napas karena menahan sakit,
rasa mual, muntah tetapi tidak dapat dikeluarkan, keluar darah warna merah kehitaman cair
tidak berbau dari kemaluannya. Keadaan umum : tampak sakit sedang, Kesadaran : compos
mentis, Tekanan darah : 120/80 mmHg, Nadi : 78x/menit, Pernapasan: 18x/menit, Suhu:
36,7C.
Hemoglobin 9,5/g/dL, Leukosit 16,1 ribu/uL, Hematokrit 28 %, Trombosit 272000 /uL.
Pemeriksaan USG abdomen Kesimpulan G5P4A0 dengan KET.
I.6. Diagnosis prabedah
G5P4A0 hamil 8 minggu dengan akut abdomen suspect kehamilan ektopik terganggu

I.7. Durante Operasi


Dilakukan insisi pfannenstiel tampak darah dan bekuan 750 cc. Uterus lebih besar dari
normal. Tuba pars ampularis dextra membesar 5x3x3 cm, robek masih berdarah, ovarium
kiri dan kanan dalam batas normal.
Tuba kiri tampak bekas MOW, Dilakukan salpingektomi parsialis.
Tuba pars ampularis dextra. Tubektomi sudraji pada tuba kanan
Rongga abdomen dicuci dengan nacl 0,5 %

I.8. Penatalaksanaan
Laparotomi (Salpingektomi parsialis tuba pars ampularis dextra)

I.9 Diagnosis Pasca bedah


P4A1 post salpingektomi parsialis dextra a/i ruptur tuba pars ampularis dextra

I.10 Instruksi Pasca Operasi


Infus 8 tetes per menit
6 jam pasca bedah, obat-obatan diminum
Berbaring 24 jam, setelah itu kateter urin dicabut.
Terapi :
Cefadroxil 2 x 500 mg
Metronidazol 3 x 500 mg
Tramadol 4 x 50 mg
Paracetamol 4 x 500 mg

I.11. Prognosis
Ad vitam : Dubia ad bonam
Ad functionam : Dubia ad malam
Ad Sanationam : Dubia ad bonam

Follow up tanggal 13 September 2012, di lantai 8 barat


S Nyeri tekan perut kanan bawah,
Mual -, muntah -, BAK +, BAB-
O Status generalis :
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Frekuensi Nadi : 78 x/menit
Frekuensi Pernapasan : 18 x/menit
Kepala
Rambut : Hitam, tersebar, merata, dan tidak mudah dicabut.
Mata : Konjunctiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-
Telinga : Normotia, Serumen -/-
Hidung : Normosepta, concha tidak hiperemis.
Leher
Tenggorokan : faring tidak hiperemis, tonsil T1-T1 tenang.
Kelenjar Getah Bening : Tidak teraba membesar
Kelenjar thyroid : Tidak teraba membesar
Thorax
Mammae : tidak ada kelainan
Jantung : Bunyi jantung I-II reguler, murmur -, gallop
Paru : suara nafas vesikuler, ronchi -/-, Wh -/-.
Abdomen
Inspeksi : datar
Auskultasi : Bising usus +
Palpasi : Supel, Nyeri tekan perut kanan bawah
Perkusi : timpani di semua kuadran
Ekstremitas
Akral hangat di keempat ekstremitas
Edema di keempat ekstremitas.
A Diagnosis pasca bedah
P5A1 ruptura tuba pars ampularis dextra
P Cefadroxil 2 x 500 mg
Metronidazol 3 x 500 mg
Tramadol 4 x 50 mg
Paracetamol 3 x 500 mg

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Kehamilan Ektopik Terganggu

II.1 Definisi Kehamilan Ektopik


Kehamilan ektopik ialah suatu kehamilan yang pertumbuhan sel telur yang telah dibuahi
tidak menempel pada dinding endometrium kavum uteri.
II.2 Etiologi
Etiologi kehamilan ektopik sudah banyak disebutkan karena secara patofisiologi mudah di
mengerti sesuai dengan proses awal kehamilan sejak pembuahan sampai nidasi. Bila nidasi
terjadi di luar kavum uteri dan di luar kavum endometrium, maka terjadilah kehamilan
ektopik. Dengan demikian, faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya hambatan dalam
nidasi embrio ke endometrium menjadi penyebab kehamilan ektopik ini.
Faktor-faktor yang disebutkan adalah sebagai berikut:
1. Faktor tuba
Adanya peradangan atau infeksi pada tuba menyebabkan lumen tuba menyempit atau buntu.
Uterus mengalami hipoplasia dan saluran tuba berkelok-kelok.
Faktor tuba lainya ialah adanya kelainan endometriosis tuba atau divertikel saluran tuba yang
bersifat kongenital. Keadaan pasca operasi rekanalisasi tuba dapat merupakan faktor
predisposisi terjadinya kehamilan ektopik.
2. Faktor abnormalitas dari zigot
Apabila tumbuh terlalu cepat atau tumbuh dengan ukuran besar, maka zigot akan tersendat
dalam perjalanan pada saat melalui tuba, kemudian terhenti dan tumbuh disaluran tuba.
3. Faktor ovarium
Bila ovarium memproduksi ovum dan ditangkap oleh tuba yang kontralateral ,dapat
membutuhkan proses khusus atau waktu yang lebih panjang sehingga kemungkinan
terjadinya kehamilan ektopik lebih besar.

4. Faktor hormonal
Pada akseptor, pil KB yang hanya mengandung progesteron dapat mengakibatkan gerakan
tuba melambat. Apabila terjadi pembuahan dapat menyebabkan terjadinya kehamilan ektopik
5. Faktor lain
Termasuk di sini antara lain adalah pemakai IUD dimana proses peradangan yang dapat
timbul pada endometrium dan endosalping dapat menyebabkan terjadinya kehamilan ektopik.
Faktor umur penderIta yang sudah menuang dan faktor perokok juga sering di hubungkan
dengan terjadinya kehamilan ektopik.

Patologi

Pada proses awal kehamilan apabila embrio tidak bisa mencapai endometrium untuk proses
nidasi, maka embrio dapat tumbuh di saluran tuba dan kemudian akan mengalami beberapa
proses seperti pada kehamilan pada umumnya karena tuba bukan merupakan suatu media
yang baik untuk pertumbuhan embrio atau mudigah, maka dapat mengalami beberapa
perubahan dalam bentuk berikut ini.

Hasil konsepsi mati dini dan resopsi


Implantasi secara kolumner, ovum yang di buahi cepat mati karena vaskularisasi kurang dan
dengan mudah terjadi resobsi total dalam keadaan ini penderita tidak mengeluh apa-apa,
hanya haid terlambat untuk beberapa hari
Abortus ke dalam lumen tuba (abortus tubaria)
Perdarahan yang terjadi karena pembukaan pembuluh-pembuluh darah oleh vili korialis pada
dinding tuba di tempat implantasi dapat melepaskan mudigah dari dinding tersebut bersama-
sama dengan robekan pseudokapsularis. Pelepasan ini dapat terjadi sebagian atau seluruhnya
bergantung pada derajat perdarahan yang timbul. Bila pelepasan menyeluruh mudigah dengan
selaputnya dikeluarkan dalam lumen tuba dan kemudian di dorong oleh darah ke arah ostium
tuba pas abdominalis.

Ruptur dinding tuba


Ruptur dinding tuba sering tejadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan biasanya pada
kehamilan muda. Sebaliknya, ruptur pada tuba pars interstisial terjadi pada kehamilan yang
lebih lanjut. Faktor utama yang menyebabkan ruptur adalah penembusan vili korialis pada
lapisan muskularis tuba terus ke peritoneum. Ruptur dapat terjadi secara spontan atau karena
trauma ringan seperti koitus dan pemeriksaan vaginal. Dalam hal ini akan terjadi pendarahan
dalam rongga perut kadang-kadang sedkit, kadang-kadang banyak sampai menimbulkan syok
dan kematian. Bila pseudokapsularis ikut pecah, maka terjadi pula perdarahan dalam lumen
tuba. Darah dapat mengalir ke dalam rongga perut melalui ostium tuba abdominal.

Bila ostium tuba tersumbat, ruptur sekunder dapat terjadi. Dalam hal ini, dinding tuba yang
telah menipis oleh invasi trofoblas, pecah karena tekanan darah dalam tuba. Kadang-kadang
ruptur terjadi di arah ligamentum latum dan terbentuk hematoma intraligamenter antara 2
lapisan ligamentum tersebut. Jika janin hidup terus, dapat terjadi kehamilan intraligamenter.
Pada ruptur ke rongga perut, seluruh janin dapat keluar dari tuba, tetapi bila robekan tuba
kecil, perdarahan terjadi tanpa hasil konsepsi dikeluarkan dari tuba. Nasib janin bergantung
pada tuanya kehamilan dan kerusakan yang diderita. Bila janin mati dan masih kecil, dapat
diresorpsi seluruhnya, dan bila besar dapat diubah menjadi litopedion.
Janin yang dikeluarkan dari tuba dengan masih diselubungi oleh kantong amnion dan dengan
plasenta masih utuh kemungkinan tumbuh terus dalam rongga perut, sehingga terjadi
kehamilan ektpik lanjut atau kehamilan abdominal sekunder. Untuk mencukupi kebutuhan
makanan

II.3 Gambaran Klinik


Gambaran klinik kehamilan tuba yang belum terganggu tidak khas dan penderita maupun
dokter biasanya tidak mengetahui adanya kelainan dalam kehamilan, sampai terjadinya
abortus tuba atau ruptur tuba.

1. Kehamilan ektopik belum terganggu


Kehamilan ektopik yang belum terganggu atau belum mengalami ruptur sulit untuk diketahui,
karena penderita tidak menyampaikan keluhan yang khas. Amenorea atau gangguan haid
dilaporkan oleh 75-95% penderita. Lamanya amenore tergantung pada kehidupan janin,
sehingga dapat bervariasi. Sebagian penderita tidak mengalami amenore karena kematian
janin terjadi sebelum haid berikutnya. Tanda-tanda kehamilan muda seperti nausea dilaporkan
oleh 10-25% kasus.
Di samping gangguan haid, keluhan yang paling sering disampaikan ialah nyeri di perut
bawah yang tidak khas, walaupun kehamilan ektopik belum mengalami ruptur. Kadang-
kadang teraba tumor di samping uterus dengan batas yang sukar ditentukan. Keadaan ini juga
masih harus dipastikan dengan alat bantu diagnostik yang lain seperti ultrasonografi (USG)
dan laparoskopi.
Mengingat bahwa setiap kehamilan ektopik akan berakhir dengan abortus atau ruptur yang
disertai perdarahan dalam rongga perut, maka pada setiap wanita dengan gangguan haid dan
setelah diperiksa dicurigai adanya kehamilan ektopik harus ditangani dengan sungguh-
sungguh menggunakan alat diagnostik yang ada sampai diperoleh kepastian diagnostik
kehamilan ektopik karena jika terlambat diatasi dapat membahayakan jiwa penderita.

2. Kehamilan ektopik terganggu


Gejala dan tanda kehamilan tuba tergangu sangat berbeda-beda dari perdarahan banyak yang
tiba-tiba dalam rongga perut sampai terdapatnya gejala yang tidak jelas. Gejala dan tanda
bergantung pada lamanya kehamilan ektopik terganggu, abortus atau ruptur tuba, tuanya
kehamilan, derajat perdarahan yang terjadi dan keadaan umum penderita sebelum hamil.
Diagnosis kehamilan ektopik terganggu pada jenis yang mendadak atau akut biasanya tidak
sulit. Nyeri merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik terganggu (KET). Pada ruptur
tuba, nyeri perut bagian bawah terjadi secara tiba-tiba dan intensitasnya disertai dengan
perdarahan yang menyebabkan penderita pingsan, tekanan darah dapat menurun dan nadi
meningkat serta perdarahan yang lebih banyak dapat menimbulkan syok, ujung ekstremitas
pucat, basah dan dingin. Rasa nyeri mula-mula terdapat dalam satu sisi, tetapi setelah darah
masuk ke dalam rongga perut, rasa nyeri menjalar ke bagian tengah atau keseluruh perut
bawah dan bila membentuk hematokel retrouterina menyebabkan defekasi nyeri.
Perdarahan pervaginam merupakan tanda penting kedua pada kehamilan ektopik terganggu.
Hal ini menunjukkan kematian janin dan berasal dari kavum uteri karena pelepasan desidua.
Perdarahan dari uterus biasanya tidak banyak dan berwarna coklat tua. Frekuensi perdarahan
ditemukan dari 51-93%. Perdarahan berarti gangguan pembentukan Hcg (human chorionic
gonadotropin).
Yang menonjol ialah penderita tampak kesakitan, pucat dan pada pemeriksaan ditemukan
tanda-tanda syok serta perdarahan rongga perut. Pada pemeriksaan ginekologik ditemukan
serviks yang nyeri bila digerakkan dan kavum Douglas yang menonjol dan nyeri raba. Pada
abortus tubabiasanya teraba dengan jelas suatu tumor di samping uterus dalam berbagai
ukuran dengan konsistensi agak lunak. Hematokel retouterina dapat diraba sebagai tumor di
kavum Douglas.
Kesulitan diagnosis biasanya terjadi pada kehamilan ektopik terganggu jenis atipik atau
menahun. Kelambatan haid tidak jelas, tanda dan gejala kehamilan muda tidak jelas,
demikian pula nyeri perut tidak nyata dan sering penderita tampak tidak terlalu pucat. Hal ini
dapat terjadi apabila perdarahan pada kehamilan ektopik yang terganggu berlangsung lambat.
Dalam keadaan yang demikian, alat bantu diagnostik sangat diperlukan untuk memastikan
diagnosis.

II.4 Diagnosis

Kesukaran membuat diagnosis yang pasti pada kehamilan ektopik belum terganggu demikian
besarnya sehingga sebagian besar penderita mengalami abortus tuba atau ruptur ruba sebelum
keadaan menjadi jelas. Alat bantu diagnostik yang dapat digunakan ialah ultrasonografi
(USG), laparoskopi atau kuldoskopi.
Anamnesis : haid biasanya terlambat untuk beberapa waktu, dan kadang-kadang terdapat
gejala subyektif kehamilan muda. Nyeri abdominal terutama bagian bawah dan perdarahan
pervaginam pada trimester pertama kehamilan merupakan tanda dan gejala klinis yang
mengarah ke diagnosis kehamilan ektopik. Gejala-gejala nyeri abdominal dan perdarahan
pervaginam tidak terlalu spesifik atau juga sensitif.
Pemeriksaan umum : penderita tampak kesakitan dan pucat. Pada perdarahan dalam rongga
perut tanda-tanda syok dapat ditemukan. Pada jenis tidak mendadak perut bagian bawah
hanya sedikit menggembung dan nyeri tekan. Kehamilan ektopik yang belum terganggu tidak
dapat didiagnosis secara tepat semata-mata atas adanya gejala-gejala klinis dan pemeriksaan
fisik.
Pemeriksaan ginekologi : tanda-tanda kehamilan muda mungkin ditemukan. Pergerakan
serviks menyebabkan rasa nyeri. Bila uterus dapat diraba, maka akan teraba sedikit membesar
dan kadang-kadang teraba tumor di samping uterus dengan batas yang sukar ditentukan.
Kavum Douglas yang menonjol dan nyeri-raba menunjukkan adanya hematokel retrouterina.
Suhu kadang-kadang naik sehingga menyukarkan perbedaan dengan infeksi pelvik.
Hampir semua kehamilan ektopik didiagnosis antara kehamilan 5 dan 12 minggu. Identifikasi
dari tempat implantasi embrio lebih awal dari pada kehamilan 5 minggu melampaui
kemampuan teknik-teknik diagnostik yang ada. Pada usia kehamilan 12 minggu, kehamilan
ektopik telah memperlihatkan gejala-gejala sekunder terhadap terjadinya ruptur atau uterus
pada wanita dengan kehamilan intrauteri yang normal telah mengalami pembesaran yang
berbeda dengan bentuk dari kehamilan ektopik.
Pemeriksaan laboratorium : pemeriksaan hemoglobin dan jumlah sel darah merah berguna
dalam menegakkan diagnosis kehamilan ektopik terganggu, terutama bila ada tanda-tanda
perdarahan dalam rongga perut. Pada kasus tidak mendadak biasanya ditemukan anemia,
tetapi harus diingat bahwa penurunan hemoglobin baru terlihat setelah 24 jam. Perhitungan
leukosit secara berturut menunjukkan adanya perdarahan bila leukosit meningkat
(leukositosis). Untuk membedakan kehamilan ektopik dari infeksi pelvik dapat diperhaikan
jumlah leukosit. Jumlah leukosit yang lebih dari 20.000 biasanya menunjukkan infeksi
pelvik.
Penting untuk mendiagnosis ada tidaknya kehamilan. Cara yang paling mudah ialah dengan
melakukan pemeriksaan konsentrasi hormon human chorionic gonadotropin (-hCG) dalam
urin atau serum. Hormon ini dapat dideteksi paling awal pada satu minggu sebelum tanggal
menstruasi berikutnya. Konsentrasi serum yang sudah dapat dideteksi ialah 5 IU/L,
sedangkan pada urin ialah 2050 IU/L. Tes kehamilan negatif tidak menyingkirkan
kemungkinan kehamilan ektopik terganggu karena kematian hasil konsepsi dan degenerasi
trofoblas menyebabkan human chorionic gonadotropin menurun dan menyebabkan tes
negatif.1 Tes kehamilan positif juga tidak dapat mengidentifikasi lokasi kantung gestasional.
Meskipun demikian, wanita dengan kehamilan ektopik cenderung memiliki level -hCG yang
rendah dibandingkan kehamilan intrauterin.
Kuldosentesis : ialah suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah terdapat darah dalam
kavum Douglas. Cara ini sangat berguna untuk membuat diagnosis kehamilan ektopik
terganggu. Teknik kuldosentesis yaitu :
- Penderita dibaringkan dalam posisi litotomi.
- Vulva dan vagina dibersihkan dengan antiseptik
- Spekulum dipasang dan bibir belakang porsio dijepit dengan tenakulum, kemudian
dilakukan traksi ke depan sehingga forniks posterior ditampakkan
- Jarum spinal no. 18 ditusukkan ke dalam kavum douglas dan dengan semprit 10 ml
dilakukan pengisapan.
Hasil positif bila dikeluarkan darah berwarna coklat sampai hitam yang tdak membeku atau
berupa bekuan-bekuan kecil.
Hasil negatif bila cairan yang dihisap berupa :
- Cairan jernih yang mungkin berasal dari cairan peritoneum normal atau kista ovarium yang
pecah.
- Nanah yang mungkin berasal dari penyakit radang pelvis atau radang appendiks yang pecah
(nanah harus dikultur).
- Darah segar berwarna merah yang dalam beberapa menit akan membeku, darah ini berasal
dari arteri atau vena yang tertusuk.

Ultrasonografi : Cara yang paling efisien untuk mengeluarkan adanya kehamilan ektopik
adalah mendiagnosis suatu kehamilan intrauteri. Cara yang terbaik untuk mengkonfirmasi
satu kehamilan intrauteri adalah dengan menggunakan ultrasonografi. Sensitivitas dan
spesifisitas dari diagnosis kehamilan intrauteri dengan menggunakan modalitas ini mencapai
100% pada kehamilan diatas 5,5 minggu. Sebaliknya identifikasi kehamilan ektopik dengan
ultrasonografi lebih sulit (kurang sensitif) dan kurang spesifik.

Laparoskopi : hanya digunakan sebagai alat bantu diagnostik terakhir untuk kehamilan
ektopik apabila hasil penilaian prosedur diagnostik yang lain meragukan. Melalui prosedur
laparoskopik, alat kandungan bagian dalam dapat dinilai. Secara sistematis dinilai keadaan
uterus, ovarium, tuba, kavum Douglas dan ligamentum latum. Adanya darah dalam rongga
pelvis mempersulit visualisasi alat kandungan tetapi hal ini menjadi indikasi untuk dilakukan
laparotomi.

II.5. Penatalaksanaan

Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparotomi. Dalam tindakan demikian
beberapa hal perlu diperhatikan dan dipertimbangkan yaitu:
1. kondisi penderita saat itu
2. keinginan penderita akan fungsi reproduksinya
3. lokasi kehamilan ektopik
4. kondisi anatomik organ pelvis

Hasil pertimbangan ini menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi pada kehamilan
tuba atau dapat dilakukan pembedahan konservatif yaitu hanya dilakukan salpingostomi atau
reanastomosis tuba. Apabila kondisi penderita buruk, misalnya dalam keadaan syok, lebih
baik dilakukan salpingektomi.

1. Pembedahan
Pembedahan merupakan penatalaksanaan primer pada kehamilan ektopik terutama pada KET
dimana terjadi abortus atau ruptur pada tuba. Penatalaksanaan pembedahan sendiri dapat
dibagi atas dua yaitu pembedahan konservatif dan radikal. Pembedahan konservatif terutama
ditujukan pada kehamilan ektopik yang mengalami ruptur pada tubanya. Pendekatan dengan
pembedahan konservatif ini mungkin dilakukan apabila diagnosis kehamilan ektopik cepat
ditegakkan sehingga belum terjadi ruptur pada tuba.

Pada kasus kehamilan ektopik di pars ampularis tuba yang belum pecah pernah dicoba
ditangani menggunakan kemoterapi untuk menghindari tindakan pembedahan. Kriteria kasus
yang diobati dengan cara ini ialah:
1.Kehamian di pars ampularis tuba belum pecah 2. Diameter kantong gestasi 4cm 3.
Perdarahan dalam rongga perut 100 ml 4. Tanda vital baik dan stabil. Obat yang digunakan
ialah methotreksat (MTX) 1 mg/kgBB i.v. dan faktor sitrovorm 0,1 mg/kgBB i.m. berselang
seling setiap hari selama 8 hari. Methotrexate merupakan analog asam folat yang akan
mempengaruhi sintesis DNA dan multiplikasi sel dengan cara menginhibisi kerja enzim
Dihydrofolate reduktase. MTX ini akan menghentikan proliferasi trofoblas. Pemberian MTX
dapat secara oral, sistemik iv,im atau injeksi lokal dengan panduan USG atau laparoskopi.
Dari seluruh 6 kasus yang diobati, satu kasus dilakukan salpingektomi pada hari ke-12 karena
gejala abdomen akut, sedangkan 5 kasus berhasil diobati dengan lain.
Efek samping yang timbul tergantung dosis yang diberikan. Dosis yang tinggi akan
menyebabkan enteritis hemoragik dan perforasi usus, supresi sumsum tulang, nefrotoksik,
disfungsi hepar permanen, alopesia, dermatitis, pneumonitis, dan hipersensitivitas. Pada dosis
rendah akan menimbulkan dermatitis, gastritis, pleuritis, disfungsi hepar reversibel, supresi
sumsum tulang sementara. Pemberian MTX biasanya disertai pemberian folinic acid
(leucovorin calcium atau citroforum factor) yaitu zat yang mirip asam folat namun tidak
tergantung pada enzim dihydrofolat reduktase. Pemberian folinic acid ini akan
menyelamatkan sel-sel normal dan mengurangi efek MTX pada sel-sel tersebut. Sebelumnya
penderita diperiksa dulu kadar hCG, fungsi hepar, kreatinin, golongan darah.
Pada hari ke-4 dan ke-7 setelah pemberian MTX, kadar hCG diperiksa kembali. Bila kadar
hCG berkurang 15% atau lebih, dari kadar yang diperiksa pada hari ke-4 maka MTX tidak
diberikan lagi dan kadar hCG diperiksa setiap minggu sampai hasilnya negatif atau evaluasi
dapat dilakukan dengan menggunakan USG transvaginal setiap minggu. Bila kadar hCG
tidak berkurang atau sebaliknya meningkat dibandingkan kadar hari ke-4 atau menetap
selama interval setiap minggunya, maka diberikan MTX 50 mg/m2 kedua.
Stoval dan Ling pada tahun 1993 melaporkan keberhasilan metoda ini sebesar 94,3%. Selain
dengan dosis tunggal, dapat juga diberikan multidosis sampai empat dosis atau kombinasi
dengan leucovorin 0,1 mg/kgBB.
Kontraindikasi pemberian MTX absolut adalah ruptur tuba, adanya penyakit ginjal atau hepar
yang aktif. Sedangkan kontraindikasi relatif adalah nyeri abdomen.

II.6 Prognosis
Kematian karena kehamilan ektopik terganggu cenderung turun dengan diagnosis dini dan
persediaan darah yang cukup. Hellman dkk., (1971) melaporkan 1 kematian diantara 826
kasus, Wilson dkk., (1971) melaporkan 1 kematian diantara 591 kasus. Akan tetapi bila
pertolongan terlambat angka kematian dapat tinggi. Sjahid dan Martohoesodo (1970)
mendapatkan angka kematian 2 dari 120 kasus. Sedangkan Tardjiman dkk., (1973)
mendapatkan angka kematian 4 dari 138 kehamilan ektopik.
Pada umumnya kelainan yang menyebabkan kehamilan ektopik bersifat bilateral. Sebagian
perempuan menjadi steril setelah mengalami kehamilan ektopik lagi pada tuba yang lain.
Angka kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan antara 0-14,6%. Untuk perempuan
dengan jumlah anak yang sudah cukup, sebaiknya pada operasi dilakukan salpingektomi
bilateralis dan sebelumnya perlu mendapat persetujuan suami dan isteri.
BAB III

ANALISIS KASUS

Pada kasus ini, diagnosis G5P4A1 hamil 8 minggu dengan akut abdomen suspect kehamilan
ektopik terganggu. Berdasar pada

III.1Anamnesis
Ny.S, berusia 33 tahun, terdapat keluhan nyeri tiba-tiba pada perut kanan bawah tidak terlalu
berat hilang timbul, nyeri hilang dengan istirahat, lama kelamaan makin berat, sampai terjadi
nyeri hebat tiba-tiba pada perut kanan bawah menyebar ke pusar dan bahu dan pasien tidak
dapat berjalan. Pasien mengaku terlambat menstruasi, dan beberapa hari kemudian keluar
flek, darah warna merah kehitaman dengan jumlah sedikit yang hilang timbul. pemeriksaan
hCG +, pasien tidak tahu dirinya hamil karena sudah dilakukan sterilisasi tahun 2008.

Ny. S, berusia 33 tahun. Kehamilan ektopik rata-rata sering terdeteksi pada wanita
dengan usia 30 tahun. Sebagian besar wanita yang menderita kehamilan ektopik antara 20-40
tahun.
Pasien mengatakan nyeri tiba-tiba perut kanan bawah yang tidak terlalu berat.
Gambaran klinis kehamilan tuba yang belum terganggu tidak khas, sehingga pasien sering
tidak menghiraukannya. Nyeri perut menjalar ke pusar dan bahu adalah akibat adanya darah
yang masuk ke rongga abdomen , kemudian merangsang diafragma.
Pasien mengaku terlambat menstrusasi. Amenorea merupakan salah satu tanda
penting pada kehamilan ektopik, tetapi lama amenorea tergantung pada usia kehidupan janin.
Dikarenakan gejala amenorea dapat tidak ada karena gejala dan tanda kehamilan ektopik
terganggu bisa langsung terjadi beberapa saat setelah terjadinya nidasi pada saluran tuba yang
disusul dengan ruptur tuba karena tidak mamapu menampung pertumbuhan mudigah.
Sebagian penderita tidak mengalami amenorea karena kematian janin sudah terjadi sebelum
haid berikutnya.
Keluar flek dan darah warna merah kehitaman yang hilang timbul. Perdarahan
pervaginam merupakan tanda penting pada kehamilan ektopik terganggu. Hal ini menunjukan
adanya kematian janin, perdarahan berasal dari kavum uteri karena pelepasan desidua.
Perdarahan yang berasal dari uterus biasanya tidak banyak dan berwarna coklat tua.
Pemeriksaan hCG +, pada kehamilan ektopik dapat menunjukan hasil positif.

Pasien telah dilakukan sterilisasi tahun 2008, kehamilan ektopik dapat terjadi pada wanita
yang dilakukan tubektomi karena terjadinya rekanalisasi tuba falopii yang memungkinkan
sperm dapat masuk, tetapi tidak dapat dilewati oleh ovum yang telah dibuahi sehingga terjadi
nidasi pada lumen tuba.

III.2 Pemeriksaan Fisik


Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan pada seluruh perut bawah., merupakan
salah satu tanda dimana setelah terjadi ruptur tuba dan darah masuk ke rongga abdomen, rasa
nyeri yang awalnya hanya satu sisi yaitu sebelah kanan bawah, menjalar ke bagian
tengah( daerah pusar) dan ke seluruh perut bawah.

III.3 Pemeriksaan gynekologi


Pada portio terdapat nyeri goyang portio +,nyeri pada forniks lateral kanan, merupakan salah
satu tanda pemeriksaan fisik yang didapat kehamilan ektopik terganggu.

III.4 Pemeriksaan laboratorium


Hemoglobin 9,5 g/dL
Leukosit 16,1 ribu/uL
Hematokrit 28 %
Eritrosit 10-15 < 2 / LPB
-hCG Urine rapid Positif Negatif
Hasil laboratorium diatas menunjukan adanya tanda-tanda perdarahan, dengan pemeriksaan
kehamilan positif.

III.5 Pemeriksaan USG


Uterus : antefleksi dengan ukuran 173 mm x 5 mm x 47mm
Tampak bayangan sonolusen di posterior uterus
Tampak massa di kanan uterus diameter 72 mmx 53 mm x 47 mm
Tampak bayangan sonolusen sekitar intestinum
Pada kehamilan ektopik dari gambaran USG dapat di temukan pembesaran uterus,dimana
ukuran uterus normal 7-7,5 cmx5,25 cmx2,5 cm.
Adanya bayangan sonolusen di posterior uterus merupakan perdarahan yang memberikan
gambaran massa anekoik di kavum douglasi.
Seringkali dijumpai adanya gambaran massa di adneksa kanan atau kiri tergantung lokasi KE

III.6 Tatalaksana
Laparotomi ( Salpingektomi)
Penanganan kehamilan ektopik pada umunya adalah laparotomi. Dalam tindakan demikian,
beberapa hal harus diperhatikan dan dipertimbangkan yaitu kondisi penderita pada saat itu,
keinginan penderita akan fungsi reproduksinya. Lokasi kehamilan ektopik, kondisi anatomi
organ pelvis, kemampuan teknik bedah mikro dokter operator, dan kemampuan teknologi
fertilisasi invitro setempat. Hasil pertimbangan ini menentukan apakah perlu dilakukan
salpingektomi pada kehamilan tuba, atau dapat dilakukan pembedahan konservatif dalam arti
hanya dilakukan salpingostomi atau reanastomosis tuba. Apabila kondisi penderita buruk,
misalnya dalam keadaan syok, lebih baik dilakukan salpingektomi.
DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. Edisi ke-4. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo;2008. Bab 37, Kehamilan ektopik; hal 474-483.

2. Barnhart Kurt T. Kehamilan Ektopik. N Engl J Med 2009; 361:379-387

3.Ectopic pregnancy.Tubal pregnancy; Cervical pregnancy. Availabel:


http://http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH0001897/

4.Cuningham FG, Gant NF, Kenneth JL. Wenstrom KD. Obstetri Williams. Edisi ke-21.
USA: Mc-Graw-Hill;2001.

5.EctopicPregnancy.Available:http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/.htm

6.Ectopic pregnancy. Available: http://www.mayoclinic.com/health/ectopic-


pregnancy/DS00622

Anda mungkin juga menyukai