PENDAHULUAN
Anemia dalam kehamilan merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak
dialami dan cukup tinggi yang berkisar antara 10-20% (Sarwono Prawiharjo, 2005 hal 450 ).
Menurut WHO kejadian anemia saat hamil berkisar antara 20% sampai 89% dengan
menetapkan Hb 11 gr % sebagai dasarnya. Angka anemia kehamilan di Indonesia
menunjukkan nilai yang cukup tinggi. (Manuaba.I.B.G, hal 29 ).
Menurut sistem kesehatan nasional (SKN ) tahun 2001 angka anemia pada ibu hamil
sebesar 40%, kondisi ini mengatakan bahwa anemia cukup tinggi di Indonesia bila di
perkirakan pada tahun 2003-2010 prevalensi anemia masih tetap di atas 40% maka angka
kematian ibu sebanyak 18.000 pertahun yang disebabkan perdarahan setelah melahirkan. Hal
ini terlihat dari tingginya angka kematian ibu (AKI) di Asia Tenggara pada tahun 2005 yaitu
berkisar 290,8 per 100.000 kelahiran hidup. (anonim, 2010).
Dari hasil survey di Indonesia maka di ketahui angka kematian ibu (AKI) di Indonesia
saat ini berkisar antara 300-400 kematian ibu per 100.000kelahiran hidup. Angka kematian
ibu di Indonesia menunjukkan masih buruknya tingkat kesehatan ibu dan bayi baru lahir.
(anonym,2010).
Berdasarkan dari data yang di peroleh di dinas propinsi Sulawesi tahun 2005, anemia
pada ibu hamil didapatkan 45.410 dari 104.271 ibu hamil yang memeriksakan dirinya, yang
terbagi atas ; anemia ringan sebanyak 42.043 orang (40,32%). Anemia berat dengan sebanyak
3.467 orang (3,32%) dan tidak mengalami anemia sebanyak 58.761 orang (56,35%).
Sedangkan data anemia dari hasil pencatatan rekam medik tahun 2009 sekitar 1201 orang
yang melakukan pemeriksaan ibu hamil di KIA RSU. Haji Makassar yang terbagi atas ;
Anemia ringan 31 orang (56,6%), Anemia sedang 22 orang (36,6%),Anemia berat 36 orang
(10%) dan yang tidak mengalami anemia 1170 orang (93,36%).
1
Faktor yang berpengaruh terhadap kejadian anemia ini adalah ; kurang gizi, selain itu
anemia pada ibu hamil disebabkan karena kehamilan berulang dalam waktu singkat,
cadangan zat besi ibu sebenarnya belum pulih, terkuras oleh keperluan janin yang di kandung
berikutnya.
Tingginya anemia yang menimpa ibu hamil memberikan dampak negative terhadap
janin yang di kandung dari ibu dalam kehamilan, persalinan maupun nifas yang di antaranya
akan lahir janin dengan berat badan lahir rendah (BBLR), partus premature, abortus,
pendarahan post partum, partus lama dan syok. Hal ini tersebut berkaitan dengan banyak
factor antara lain ; status gizi, umur, pendidikan, dan pekerjaan ( Sarwono Prawirohardjo,
2005 hal. 450 ).
Karena masalah anemia pada anemia pada ibu hamil merupakan masalah penting
yang erat hubungannya dengan masalah mortalitas maternal, maka dianggap penting untuk
dilakukannya suatu identifikasi mengenai gambaran karakteristik anemia pada ibu hamil yang
dibatasi pada masalah paritas dan status gizi.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
Anemia dapat terjadi jika ibu hamil mengalami kekurangan Vitamin A dimana
Vitamin A berperan dalam memobilisasi cadangan besi di dalam tubuh untuk dapat
mensintesa hemoglobin. Status vitamin A yang buruk berhubungan dengan perubahan
metabolisme besi pada kasus kekurangan besi.
3
Defisiensi vitamin B12 hampir sama dengan asam folat yaitu menyebabkan anemia
makrositik. vitamin B12 ini sangat penting dalam pembentukan RBC (Red Blood Cell), yaitu
sebagai co-enzim untuk mengubah folat menjadi bentuk aktif dan juga dipergunakan dalam
fungsi normal metabolisme semua sel, terutama sel-sel saluran cerna, sumsum tulang, dan
jaringan saraf .
Manifestasi defisiensi vitamin B12 terjadi pada tahap awal dengan konsentrasi serum
yang rendah kemudian ada indikasi transcobalamin II yang rendah, pada tahap berikutnya
konsentrasi vitamin dalam sel yang rendah dan selanjutnya defisiensi secara biokimia dengan
terjadinya penurunan sintesis DNA.
Anemia pernisiosa yang disertai rasa letih yang parah merupakan akibat dari
defisiensi vitamin B12. Asam folat atau folic acid, folate, folacin, vitamin B9, pteroyl-L-
glutamic acid, pteroyl-L-glutamate, pteroylmonoglutamic acid adalah vitamin yang
diperlukan oleh anak-anak dan orang dewasa untuk memproduksi sel darah merah dan
mencegah anemia. Tanpa asam folat, tubuh akan mudah terserang penyakit seperti depresi,
kecemasan, kelelahan, insomnia, kesulitan mengingat, lidah merah dan luka hingga gangguan
pencernaan.
Ibu hamil dikatakan anemia jika hemoglobin darahnya kurang dari 11gr%. Perdarahan
menahun yang berasal dari saluran pencernaan. Anemia gizi besi dapat disebabkan oleh
rendahnya masukan zat besi, gangguan absorbsi, serta kehilangan zat besi. Faktor nutrisi
yang mengakibatkan anemia yaitu akibat kurangnya jumlah zat besi total dalam makanan,
atau kualitas zat besi yang kurang baik. Bahaya anemia pada ibu hamil tidak saja
berpengaruh terhadap keselamatan dirinya, tetapi juga pada janin yang dikandungnya.
Penyebab paling umum dari anemia pada kehamilan adalah kekurangan zat besi. Hal
ini penting dilakukan pemeriksaan untuk anemia pada kunjungan pertama kehamilan.
Bahkan, jika tidak mengalami anemia pada saat kunjungan pertama, masih mungkin terjadi
anemia pada kehamilan lanjutannya. Anemia juga disebabkan oleh kurangnya konsumsi
makanan yang mengandung zat besi atau adanya gangguan penyerapan zat besi dalam tubuh.
4
Gejala yang khas pada anemia jenis ini adalah kuku menjadi rapuh dan menjadi
cekung sehingga mirip seperti sendok, gejala seperti ini disebut koilorika. Selain itu, anemia
jenis ini juga mengakibatkan permukaan lidah menjadi licin, dinama hal ini karena adanya
peradangan pada sudut mulut dan nyeri pada saat menelan.
Gejala anemia pada ibu hamil yang paling sering dijumpai yaitu cepat lelah, sering
pusing, mata berkunangkunang , malaise, lidah luka, nafsu makan turun, konsentrasi hilang
dan nafas pendek jika sudah parah. Bila kadar Hb < 7gr% maka gejala dan tanda anemia akan
jelas. Nilai ambang batas yang digunakan untuk menentukan status anemia ibu hamil
berdasarkan kriteria WHO 2001 ditetapkan 3 kategori yaitu:
a. Normal : 11 gr/dl
b. Anemia ringan : 9-10 gr/dl
c. Anemia sedang : 7-8 gr/dl
d. Anemia berat : < 7 gr/dl
Gejala yang mungkin timbul pada anemia adalah keluhan lemah, pucat dan mudah
pingsan walaupun tekanan darah masih dalam batas normal. Anemia adalah kondisi dimana
berkurangnya sel darah merah dalam sirkulasi darah atau massa hemoglobin sehingga tidak
mampu memenuhi fungsinya sebagai pembawa oksigen keseluruh jaringan. Anemia adalah
suatu keadaan adanya penurunan kadar hemoglobin, hematokrit, dan atau jumlah eritrosit di
bawah nilai normal (20-30%), yang mengakibatkan kadar hemoglobin dan hematokrit lebih
rendah daripada keadaan tidak hamil.
Banyak gejala anemia selama kehamilan, meliputi: merasa lelah atau lemah, kulit
pucat progresif, denyut jantung cepat, sesak napas, dan konsentrasi terganggu. Keluhan
anemia yang paling umum dijumpai pada masyarakat adalah yang lebih dikenal dengan 5 L
yaitu letih, lesu, lemah, lelah dan lalai. Disamping itu penderita kekurangan zat besi akan
menurunkan daya tahan tubuh yang mengakibatkan mudah terkena infeksi.
5
karena diare, dan kehilangan darah yang disebabkan oleh perdarahan menstruasi yang
banyak, perdarahan akibat luka.
Sebagian besar anemia di Indonesia penyebabnya adalah kekuangan zat besi. Zat besi
adalah salah satu unsur gizi yang merupakan komponen pembentuk Hemoglobin. Anemia
gizi besi dapat terjadi karena beberapa hal yaitu: kandungan zat besi dari makanan yang
dikonsumsi tidak mencukupi kebutuhan, meningkatnya kebutuhan tubuh akan zat besi,
meningkatnya pengeluaran zat besi dari tubuh.
6
1. Meningkatkan konsumsi zat besi dan sumber alami, terutama makanan sumber hewani
( hem iron ) yang mudah diserap seperti hati, daging, ikan. Selain itu perlu ditingkatkan
juga, makanan yang banyak mengandung Vitamin C dan Vitamin A ( buah buahan dan
sayuran ) untuk membantu penyerapan zat besi dan membantu proses pembentukan Hb.
2. Fortifikasi bahan makanan yaitu menambahkan zat besi, asam folat, vitamin A dan asam
amino esensial pada bahan makanan yang dimakan secara luas oleh kelompok sasaran.
Penambahan zat besi ini umumnya dilakukan pada bahan makanan hasil produksi industri
pangan.
3. Suplementasi besi-folat secara rutin selama jangka waktu tertentu, bertujuan untuk
meningkatkan kadar Hb secara cepat. Dengan demikian suplemen zat besi hanya
merupakan salah satu upaya pencegahan dan penanggulangan kurang zat besi yang perlu
diikuti dengan cara lain.
2.7. Hubungan Protein dan Zat Besi dengan Anemia pada Ibu Hamil
Protein dicerna di usus halus dan cairan pancreas mengandung proenzim trypsinogen
dan chymotrypsinogen. Proenzim trypsinogen dan chymotrypsinogen diaktifkan menjadi
enzim trypsin dan chymotrypsinogen oleh enzim enterokinase yang dihasilkan oleh sel-sel
mukosa usus halus. Enzim trypsin dan chymotrypsin berperan memecah polipeptida menjadi
peptide sederhana. Selanjutnya peptide. tersebut dipecah menjadi asam amino oleh enzim
peptidase (erepsin). Enzim peptidase dapat dibedakan menjadi 2 macam berdasarkan
aktivitasnya yaitu enzim aminopeptidase memecah gugus amina dari polipetida. Nuklease
memecah asam nukleat (DNA dan RNA) menjadi nukleotida.
Protein berperan penting dalam transportasi zat besi dalam tubuh. Kekurangan asupan
protein akan mengakibatkan transportasi zat besi terhambat sehingga akan terjadi defisiensi
besi. Transferin merupakan protein utama pengangkut zat besi, suatu beta globulin dan
sintesis di hepar. Tiap molekul transferin dapat mengikat dua molekul besi dalam bentuk
ferri. Transferin akan membawa zat besi ke sumsum tulang atau ke organ lain, apabila
sumsum tulang mengalami kerusakan atau kelebihan jumlah zat besi yang siap disimpan
dalam sumsum tulang. Pada saat tidak ada transferin, protein lain akan mengikat zat besi
tetapi membawa zat besi ke organ lain seperti hepar, limpa, pankreas dan sedikit ke sumsum
7
tulang. Transferin mempunyai reseptor spesifik pada besi maupun ke sel dan normoblast yang
baru berkembang. Transferin yang sudah membawa zat besi berikatan dengan reseptor
transferin pada permukaan prekursor entroid. Dalam sel eritroid sebagian besar zat besi
pindah ke mitokondria, dimana akan bergabung dengan protoporfirin untuk membentuk
heme. Dalam sel non-eritroid zat besi disimpan sebagai ferritin dan hemosiderin. Ferritin
terdiri dari tempurung protein bagian luarnya dan kompleks zat besi dibagian tengah atau
intinya. Tempurung bagian luarnya terdiri dari 22 molekul apoferritin dan intinya terdiri dari
fosfat/zat besi.
Terjadinya anemia karena kekurangan zat besi biasanya terjadi secara betahap melalui
beberapa tahap mulai dari baru timbul hingga tahap lanjut yaitu:
a. Tahap I: Kehilangan zat besi melebihi asupannya sehingga menghabiskan cadangan dalam
tubuh terutama di sumsum tulang. Kadar ferritin (protein yang menampung zat besi)
dalam darah berkurang secara progresif.
b. Tahap II: Cadangan besi yang telah berkurang tidak dapat memenuhi kebutuhan untuk
pembentukan sel darah merah sehingga sel darah merah yang dihasilkan jumlahnya lebih
sedikit.
c. Tahap III: Mulai terjadi anemia. Pada awal stadium sel darah merah tampak normal, tetapi
jumlahnya lebih sedikit kadar hemoglobin dan hematokrit menurun.
d. Tahap IV: Sumsum tulang berusaha untuk menggantikan kekurangan zat besi dengan
mempercepat pembelahan sel dan menghasilkan sel darah merah dengan ukuran yang
sangat kecil (mikrositik), yang khas untuk anemia karena kekurangan zat besi.
e. Tahap V: Dengan semakin terbentuknya kekurangan zat besi dan anemia, maka akan timbul
gejala karena kekurangan zat besi dan gejala karena anemia semakin memburuk.
8
Jika asupan protein rendah maka proses transferrin mengangkut zat besi kesumsum
tulang belakang akan terhambat. Menurunnya asupan protein dan zat besi yang merupakan
unsur utama pembentukan hemoglobin akan mempengaruhi kadar produksi hemoglobin.
Untuk mencegah agar tidak kekurangan kadar hemoglobin dan mengalami anemia, maka
salah satu yang perlu diperhatikan adlah asupan makanan yang mengandung zat besi
seimbang.
b. Usia Kehamilan
Umur ibu kurang dari 20 tahun menunjukkan rahim dan panggul ibu belum
berkembang secara sempurna karena wanita pada usia ini masih dalam masa pertumbuhan
sehingga rahim dan panggul masih kecil. Disamping itu, usia diatas 35 tahun cenderung
mengakibatkan timbulnya masalah-masalah kesehatan seperti preeklamsi, eklamsi, DM,
dapat menimbulkan persalinan lama dan perdarahan pada saat persalinan serta resiko
terjadinya cacat bawaan pada janin.
c. Jarak Kelahiran
Salah satu penyebab yang dapat mempercepat terjadinya anemia pada ibu hamil
adalah jarak kelahiran pendek. Hal ini disebabkan kekurangan nutrisi yang merupakan
mekanisme biologis dan pemulihan faktor hormonal dan adanya kecenderungan bahwa
semakin dekat jarak kehamilan, maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia.
Banyaknya anak yang dilahirkan seorang ibu akan mempengaruhi kesehatan dan
merupakan faktor resiko terjadinya BBLR, tumbuh kembang bayi lebih lambat,
pendidikan anak lebih rendah dan nutrisi kurang.
d. Tingkat Pendidikan.
9
Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap perubahan sikap dan perilaku hidup
sehat. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan sesorang untuk menyerap
informasi-informasi dan mengimplementasikannya dalam perilaku dan gaya hidup sehari-
hari, khususnya tingkat pendidikan wanita sangat mempengaruhi kesehatannya.
Seseorang yang hanya lulusan Sekolah dasar belum tentu kurang mampu menyususn
makanan yang memenuhi persyaratan gizi dibandingkan dengan orang lain yang
pendidikannya lebih tinggi, karena sekalipun berpendidikan rendah kalau orang tersebut
rajin mendengarkan penyuluhan gizi maka pengetahuan gizinya akan lebih baik, hanya
saja memang perlu dipertimbangkan bahwa faktor tingkat pendidikan turut pula
menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan gizi yang
mereka peroleh. Hal ini bias dijadikan landasan untuk membedakan metode penyuluhan
gizi yang tepat.
e. Jenis Pekerjaan.
Ada istilah dalam membagi wanita menjadi dua kategori yaitu pekerja dan bukan
pekerja. Dari ketentuan tersebut, pekerjaan sering didefenisikan sebagai jenis tugas-tugas
yang dilakukan oleh laki-laki, sehingga pekerjaan diluar rumah tangga dianggap bukan
suatu pekerjaan. Ibu yang mempunyai kegiatan diluar rumah tangga disebut wanita
pekerja.
f. Tingkat Pendapatan
Kemiskinan sebagai penyebab gizi kurang menduduki posisi pertama pada kondisi
yang umum. Hal ini harus mendapat perhatian serius karena keadaan ekonomi ini
berpengaruh terhadap ketersediaan pangan dirumah tangga. Pertumbuhan ekonomi akan
10
dapat meningkatkan pendapatan, dengan meningkatnya pendapatan maka persoalan gizi
terutama pada ibu hamil akan teratasi. Tingkat pendapatan juga menentukan jenis pangan
apa yang dibeli. Semakin tinggi pendapatan semakin besar pula persentasi perbelanjaan
termasuk untuk buah-buahan, sayur sayuran dan jenis makanan lain, tetapi walaupun
makanan yang berkualitas tinggi masuk ke dalam suatu rumah tangga tidak ada jaminan
apakah makanan ini akan sampai kepada mereka yang sangat membutuhkan terutama pada
ibu hamil.
Pemasukan makanan tambahan ke dalam rumah tangga tidak pula menjamin bahwa
kebutuhan zat gizi tambahan untuk seorang wanita yang sedang hamil dapat dipenuhi,
pendapat bahwa seorang wanita yang hamil makan-makanan untuk dua orang adalah
konsep barat. Kebanyakan Negara-negara Asean nyatanya wanita dengan sadar
mengurangi makan sewaktu sedang hamil dengan tujuan agar bayinya kecil dan
kelahirannya mudah.
Para ahli ekonomi berpendapat bahwa dengan perbaikan taraf ekonomi maka tingkat
gizi pendudukanya pun akan tinggi, namun para ahli gizi berpendapat bahwa faktor
ekonomi bukanlah satu-satunya faktor penentu status gizi. Status gizi juga dipengaruhi
oleh faktor pengetahuan, pendidikan dan faktor lainnya, jadi masalah gizi merupakan
masalah yang bersifat multi kompleks karena tidak hanya faktor ekonomi saja yang
berperan tetapi faktor lain juga menentukan.
11
perlu dirombak. Fungsi utama protein bagi tubuh adalah untuk membentuk jaringan baru dan
mempertahankan jaringan yang sudah ada.
Protein dapat juga digunakan sebagai bahan bakar apabila keperluan energi tubuh
tidak terpenuhi oleh karbohidrat dan lemak. Jika protein tidak diperlukan dalam tubuh untuk
penambahan dan perbaikan jaringan tubuh serta pembuatan enzim, antibodi dan hormon,
maka gugusan asam amino disingkirkan, dan yang tersisa dari molekul protein diubah
menjadi lemak, kolagen polisakarida untuk digunakan sebagai energi.
Protein ikut pula mengatur berbagai proses tubuh, baik langsung maupun tidak
langsung dengan membentuk zat zat pengatur proses dalam tubuh. Protein mengatur
keseimbangan cairan dalam jaringan dan dalam pembuluh darah yaitu dengan menimbulkan
tekanan osmotik koloid yang dapat menarik cairan dari jaringan ke dalam pembuluh darah.
Sifat atmosfer protein yang dapat bereaksi dengan asam dan basa, dapat mengatur
keseimbangan asam basa dalam tubuh.
Protein dalam tubuh manusia, terutama dalam sel jaringan dan bertindak sebagai
bahan membran sel yang dapat membentuk jaringan pengikat misalnya kolagen dan elastin.
Disamping itu protein dapat bekerja sebagi enzim, bertindak sebagai plasma (albumin),
membentuk kompleks dengan molekul lain, dan sebagai bagian sel yang bergerak (protein
otot). Kekurangan protein dalam waktu lama dapat mengganggu berbagai proses
pertumbuhan dalam tubuh dan menurunkan daya tahan tubuh.
Berdasarkan sumbernya, protein terdiri dari dua jenis yaitu protein hewani dan protein
nabati. Sumber protein hewani antara lain: ikan, udang, kerang, kepiting, daging, ayam, hati,
telur, susu dan keju. Sumber protein nabati antara lain : kacang- kacangan (kacang merah,
kacang tanah, kacang hijau dan kacang kedelai), tahu, tempe. Sumber protein yang paling
lengkap adalah susu, telur dan keju. Selama Kehamilan ibu hamil sebaiknya lebih banyak
mengkonsumsi sumber protein hewani dibandingkan dengan sumber protein nabati.
12
2.11. Kecukupan Protein
Kecukupan gizi yang dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, aktivitas, berat badan,
genetika, keadaan hamil dan menyusui. Angka kecukupan protein bagi seseorang adalah
konsumsi protein makanan yang seimbang dengan hilangnya nitrogen yang dikeluarkan oleh
tubuh dalam keseimbangan pada tingkat kegiatan jasmani yang dilakukan .
13
BAB III
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL DENGAN
ANEMIA
2. Riwayat Menstruasi
14
Menarche : Umur 12 Tahun Lamanya : 7 hari
Siklus : 28 hari Dismenorrhoe : tidak ada
Banyaknya : 2-3 x ganti duk
15
DM : tidak ada PMS/IMS : tidak ada
b. Riwayat alergi
Jenis makanan : tidak ada
Jenis obat-obatan : tidak ada
c. Riwayat Transfusi darah : tidak ada
d. Riwayat operasi dinding rahim : tidak ada
e. Riwayat pernah mengalami kelainan jiwa : tidak ada
8. Riwayat psikososial
a. Kehamilan ini : direncanakan
b. Respon ibu terhadap kehamilan ini : senang
c. Respon suami & keluarga terhadap kehamilan ibu : senang
d. Hubungan dengan suami / keluarga : baik
e. Hubungan dengan tetangga & masyarakat : baik
f. Kekhawatiran kekhawatiran khusus : tidak ada
9. Riwayat perkawinan
Kawin I umur : 21 Th
Setelah kawin berapa lama baru hamil : 1 Th
16
Perubahan pola makan yang dialami pada kehamilan (termasuk ngidam,
nafsu makan, dan lain - lain) : tidak ada
c. Pola eliminasi
BAK BAB
Frek : 7 8 X / hari Frek : 1 - 2 X / hari
Warna : kuning jernih Warna : kng kecoklatan
Keluhan : tidak ada Konsistensi : lembek
Keluhan : tidak ada
d. Pola istirahat
Istirahat siang : 1-2 jam / hari
Istirahat malam : 7-8 jam/ hari
17
Kesadaran : Composmentis Pernafasan : 20 X/i
TD : 110/70 mmHg BB sebelum hamil : 45 Kg
Nadi : 80 X/i BB setelah hamil : 58 Kg
Suhu : 36,5 C TB : 153 cm
2. Pemeriksaan khusus
a. Inspeksi
Kepala : bersih
Rambut : bersih, tidak ada rambut rontok
Mata : konjungtiva merah muda, sklera putih
Muka : tidak ada oedema
Mulut : bersih, tidak ada stomatitis
Gigi : bersih, tidak ada caries
Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid dan limfe
Payudara : Simetris : kiri dan kanan
Areola mammae : hyperpigmentasi
Papilla mammae : menonjol
Kolostrum / cairan lain : tidak ada
Ekstremitas
Atas Bawah
Oedema : tidak ada Oedema : tidak ada
Sianosis : tidak ada Varices: tidak ada
Pergerakan : (+) positif Pergerakan : (+) positif
b. Palpesi
Leopold
Leopold I : TFU 4 jari bawah Px, teraba lunak, bulat dan
tidak
melenting, kemungkinan bokong janin.
Leopold II : Pada bagian kanan perut Ibu teraba panjang, keras, dan
memapan kemungkinan punggung janin. Pada bagian kiri
perut Ibu teraba ruang-ruang kosong dan tonjolan-tonjolan
kecil kemungkinan ektremitas janin.
18
Leopold III : Pada bagian bawah perut Ibu teraba bulat, keras,
melenting,
dan masih bisa digoyangkan, kemungkinan kepala janin
belum masuk PAP.
Leopold IV : Belum dilakukan.
Mc. Donald : 25 cm
c. Auskultasi
BJJ : (+)
Frekuensi / irama : 146 X / i
Intensitas : sedang
d. Perkusi
Reflek patella kanan : (+) positif
Reflek patella kiri : (+) positif
f. Pemerikasaan penunjang
Laboratorium
- Hb : 8,7 gr%
- Protein urine : tidak dilakukan
- Glukosa urine : tidak dilakukan
USG : tidak dilakukan
CTG : tidak dilakukan
..
BAB IV
PEMBAHASAN
19
Pada pembahasan ini peneliti akan menjelaskan tentang kesenjangan yang terjadi
antara praktek dan teori yang dilakukan di Puskesmas Alai dengan teori yang ada. Di sini
peneliti akan menjelaskan kesenjangan tersebut menurut langkah-langkah dalam manajemen
kebidanan menurut Varney yang meliputi tujuh langkah. Pembahasan ini dimaksudkan agar
dapat diambil suatu kesempatan dan pemecahan masalah dari kesenjangan-kesenjangan yang
terjadi sehingga dapat digunakan sebagai tindak lanjut dalam penerapan asuhan kebidanan
yang meliputi :
1. Pengkajian
Berdasarkan data subyektif dan obyektif kami peroleh pada kasus nyF didapatkan
data ibu mengatakan badan terasa lemah , pusing dan cepat lelah dan keadaan umum
lemah serta konjungtiva pucat, TD:110/80, N: 82 X/Menit , S: 36,5 , P: 20 X/Menit , HB :
8,7 gr %.
Menurut VARNEY (2004),tanda dan gejala anemia cepat lelah sering pusing,mata
berkunang-kunang nafsu makan menurun dan mual-mual.dikatakan anemia ringan jika
Hb 9-10gr%.menurut nursalam(2007),pada wanita hamil dengan anemia konjungtiva
terlihat pucat.
Berdasarkan tanda dan gejala yang dialamai nyonya F menunjukkan antara teori dan
praktek tidak ada kesenjangan.
2. Interpretasi data
Interpertasi data terdari diagnosa kebidanan menentukan masalah dan kebutuhan ibu
hamildengan anemia ringan
Pada kasus ini diagnosa kebidanan nya adalah .......
Masalah yang dialami NyF adalah merasa cemas dan gelisah menghadapi
kehamilan dikarnakan badan terasa lemas , pusing dan cepat lelah . kebutuhan yang
diberikan NyF adalah KIE Tentang makanan bergizi, KIE tentang suplemen zat besi
dan dukungan moril.
Menurut kusmyti (2009) , masalah yang timbul adalah merasa cemas dan gelisah
menghadapi kehamilan .maka dibutuhkan kebutuhan ibu hamil dengananemia
ringan,yaitu informasi tentang keadaan ibu, informasi tentang mkanan bergizi dan cukup
kalori. Serta support mental dari keluarga dan tenaga kesehatan .
Pada langkah ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan praktek , baik dalam
penegaaan diagnosa kebidanan, masalah maupun kebutuhan.
20
3. Diagnosa Potensial
Diagnosa potensial adalah suatu pernyataan yang timbul berdasarkan masalah yang
sudah identifikasi. Langkah ini dibutuhkan antisipasi dan bila memungkinkan dilakukan
pencegahan. Dengan mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosa potensial yang
akan terjadi berdasarkan diagnosa/ masalah yang sudah ada dan merumuskan tindakan
apa yang perlu diberikan untuk mencegah atau menghindari masalah/ diagnosa potensial
yang akan terjadi. Diagnosa potensial pada ibu hamil dengan anemia ringan adalah
anemia sedang dan menjurus ke anemia berat (Manuaba, 2007).
Diagnosa potensial pada kasus ini adalah anemia sedang tidak terjadi, karena
diagnosis sudah ditegakkan dan telah dilakukan penanganan yang tepat dan cepat. Dalam
langkah ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan praktek dalam
mengidentifikasikan diagnosa atau masalah potensial.
4. Antisipasi
Antisipasi mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan, di
dalam teori antisipasi yaitu mengidentifikasikan situasi yang gawat dimana bidan harus
bertindak segera untuk kepentingan dan keselamatan jiwa (Estiwidani, 2008). Antisipasi
yang harus dilakukan pada kasus ibu hamil dengan anemia ringan adalah pemberian tablet
besi 2 tablet per hari dengan dosis 120 mg, pemeriksaan kadar Hb 1 minggu sekali
(Manuaba, 2007).
Dalam kasus ini, dilakukan tindakan segera berupa pemberian tablet besi 2 tablet
per hari dengan dosis 120 mg dan pemeriksaan kadar Hemoglobin seminggu sekali. Pada
langkah ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan praktek dalam menetapkan
antisipasi terhadap tindakan segera.
5. Perencanaan
Perencanaan disusun berdasarkan diagnosa kebidanan,merencanakan asuhan yang
menyeluruh ditentukan dengan langkah-langkah sebelumnya. Keputusan yang
dikembangkan dalam asuhan menyeluruh harus rasional dan benar-benar tepat
21
berdasarkan pengetahuan dan teori yang dan setiap rencana harus disetujui oleh pihak
bidan dan pasien. Menurut Manuaba (2007), rencana tindakan yang dapat dilakukan pada
ibu hamil dengan anemia ringan adalah sebagai berikut:
a. Meningkatkan gizi penderita, yaitu dengan penambahan makanan sayuran hijau.
b. Memberi tambahan suplemen zat besi 2 x 60 mg. Pada kasus Ny. F hamil dengan
anemia ringan, tindakan yang dilakukan yaitu beri tahu ibu tentang hasil
pemeriksaannya, beri KIE tentang gizi ibu hamil, anjurkan ibu untuk meningkatkan
asupan nutrisi, beri KIE tentang tablet Fe, anjurkan ibu untuk banyak istirahat, beri
terapi tablet Fe 2 x 60 mg, vitamin C 3 x 20 mg, kalk 1 x 150 mg dan beritahu ibu
untuk kontrol 1 minggu lagi.
Pada langkah ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan praktek dalam
menetapkan perencanaan asuhan, yaitu dalam pemberian terapi vitamin C 3 x 20 mg, kalk
1 x 150 mg.
6. Pelaksanaan
Pada langkah pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan anemia ringan
merupakan pelaksanaan dari rencana tindakan asuhan menyeluruh (Varney, 2004). Pada
langkah pelaksanaan ini telah dilakukan dan dikerjakan sesuai dengan rencana asuhan
yang telah dibuat. Pada kasus ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan praktek
dalam menetapkan pelaksanaan secara menyeluruh.
7. Evaluasi
Evaluasi merupakan Langkah terakhir untuk menilai keefektifan dari rencana
asuhan yang diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan apakah benar-benar telah
terpenuhi sesuai dengan kebutuhan dalam masalah dan diagnosa (Varney, 2004). Hasil
yang diharapkan dari asuhan kebidanan ibu hamil dengan anemia ringan diharapkan KU
dan tanda-tanda vital ibu baik, ibu bersedia minum tablet Fe, dan tata caranya, ibu
bersedia makan makanan yang banyak mengandung sayur, hemoglobin naik, tidak terjadi
anemia sedang (Manuaba, 2007).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
22
Ibu hamil dikatakan anemia jika hemoglobin darahnya kurang dari 11gr%. Perdarahan
menahun yang berasal dari saluran pencernaan. Anemia gizi besi dapat disebabkan oleh
rendahnya masukan zat besi, gangguan absorbsi, serta kehilangan zat besi. Faktor nutrisi
yang mengakibatkan anemia yaitu akibat kurangnya jumlah zat besi total dalam makanan,
atau kualitas zat besi yang kurang baik. Bahaya anemia pada ibu hamil tidak saja
berpengaruh terhadap keselamatan dirinya, tetapi juga pada janin yang dikandungnya.
5.2 Saran
Dari penjelasan diatas penulis menyarankan agar kita sebagai petugas kesehatan
khususnya Bidan harus lebih teliti dan tanggap dalam memberikan pelayanan pada ibu
hamil, agar kita bisa mengetahui lebih dini masalah-masalah terkait ibu hamil terutama
pada kasus ibu hamil dengan anemia.
23