Anda di halaman 1dari 10

I.

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kalor merupakan suatu benuk energy yang dapat berpindah dari benda
yang suhunya lebih tinggi menuju benda yang suhunya lebih rendah ketika
bersinggungan. Kalor berbeda dengan suhu. Kalor merupakan bentuk dari
energy, sedangkan suhu merupakan derjat panas suatu benda. Besarnya kalor
yang diterima atau dilepaskan suatu benda pada kenyataannya sebanding dengan
kenaikan suhu benda, sehingga terkadang ada yang mengganggapnya sama
(Dewi, 2015).
Salah satu akibat pemberian atau pegambilan kalor adalah perubahan
suhu. Hasil percobaan menunjukkan bahwa besarnya kenaikan suhu suatu zat
berbanding lurus dengan banyaknya kalor yang diterima oleh zat tersebut, dan
berbanding terbalik dengan massa zat. Besarnya kalor untuk menaikkan satu
satuan massa zat bergantung pada jenis zat. Perubahan suhu yang diakibatkan
oleh jumlah kalor yang sama pada zat yang berbeda adalah tidaklah sama.
Dengann demikian, setiap zat memiliki kalor jenis tertentu, contohnya air dan
minyak tentunya memiliki kalor jenis yang berbeda. Suatu zat yang memiliki
kalor jenis besar akan sulit mengalami kenaikann suhu ketika dipanaskan.
Berdasarkan pemaparan tersebut,maka penting dilakukan praktikum
pengaruh kalor terhadap suhu zat, guna memberikan pemahaman yang lebih
jelas mengenai pengaruh kalor terhadap perubahan suhu benda, maupun
pengaruh massa benda terhadap perubahan suhu jika uatu zat mendapatkan
kalor.
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujian dari praktikum ini adalah untuk menentukan pengaruh kalor
terhadap perubahan suhu benda, dan untuk menemukan pengaruh massa benda
terhadap perubahan suhu jika suatu zat mendapatkan kalor.

II. TINJAUAN PUSTAKA


Kalor didefinisikan sebagai energi panas yang dimiliki oleh suatu zat.
Secara umum untuk mendeteksi adanya kalor yang dimiliki oleh suatu benda
yaitu dengan mengukur suhu benda tersebut. Jika suhunya tinggi maka kalor
yang dikandung oleh benda sangat besar, begitu juga sebaliknya jika suhunya
rendah maka kalor yang dikandung sedikit. Besar kecilnya kalor yang
dibutuhkan suatu benda (zat) bergantung pada 3 faktor yaitu massa zat, jenis
zat (kalor jenis) dan perubahan suhu. Alat yang digunakan untuk mengukur
besar kecil kalor pada suatu benda disebut dengan kalorimeter
(Purnomo,2008).
Kalor mengalir dengan sendirinya dari suhu yang tinggi ke suhu yang
rendah. Akan tetapi, gaya dorong untuk aliran ini adalah perbedaan suhu. Bila
sesuatu benda ingin dipanaskan, maka harus dimi1iki sesuatu benda lain yang
lebih panas, demikian pula halnya jika ingin mendinginkan sesuatu,
diperlukan benda lain yang lebih dingin. Perpindahan suhu tersebut disebut
driving force yang memungkinkan panas berpindah. Tanpa adanya perbedaan
suhu tidak mungkin terjadi pemindahan panas. Panas mengalir dari bahan
yang lebih panas ke bahan yang lebih dingin. Proses pengeluaran panas akan
banyak dijumpai dalam proses pendinginan produk pangan (Winarno, 2007).
Menurut Buchori (2004) dalam jurnal Pujayanto (2015) terdapat tiga
macam proses perpindahan energi kalor. Proses tersebut adalah perpindahan
energi secara konduksi, konveksi dan radiasi. Konduksi adalah proses
perpindahan kalor dari suatu bagian benda padat atau material ke bagian
lainnya. Pada perpindahan kalor secara konduksi tidak ada bahan dari logam
yang berpindah, yang terjadi adalah molekul-molekul logam yang diletakkan
di atas nyala api membentur molekul-molekul yang berada di dekatnya dan
memberikan sebagian panasnya. Molekul-molekul terdekat kembali
membentur molekul terdekat lainnya dan memberikan sebagian panasnya dan
begitu seterusnya di sepanjang bahan sehingga suhu logam naik. Jika padatan
adalah logam, maka perpindahan energi kalor dibantu oleh elektron-elektron
bebas, yang bergerak diseluruh logam, sambil menerima dan memberi energi
kalor ketika bertumbukan dengan atom-atom logam. Dalam gas, kalor
dikonduksikan oleh tumbukan langsung molekul-molekul gas. Molekul di
bagian yang lebih panas dari gas mempunyai energi rata-rata yang lebih tinggi
bertumbukan dengan molekul berenergi rendah, maka sebagian energi
molekul berenergi tinggi ditransfer ke molekul berenergi rendah (Pujayanto
dan Intan, 2015).
Besaran untuk menyatakan ukuran derajat panas (kalor) atau dinginnya
suatu benda disebut dengan suhu. Mudahnya, semakin tinggi suhu suatu
benda, semakin panas benda tersebut. Secara mikroskopis, suhu menunjukkan
kandungan energi yang dimiliki oleh suatu benda. Setiap atom dalam suatu
benda masing-masing bergerak, baik itu dalam bentuk perpindahan maupun
gerakan di tempat berupa getaran. Makin tingginya energi atom-atom
penyusun benda, makin tinggi suhu benda tersebut (Lasmi, 2001).
Termometer adalah alat untuk mengukur suhu. Termometer Merkuri
adalah jenis termometer yang sering digunakan oleh masyarakat awam.
Merkuri digunakan pada alat ukur suhu termometer karena koefisien muainya
bisa terbilang konstan sehingga perubahan volume akibat kenaikan atau
penurunan suhu hampir selalu sama. Alat ini terdiri dari pipa kapiler yang
menggunakan material kaca dengan kandungan Merkuri di ujung bawah.
Untuk tujuan pengukuran, pipa ini dibuat sedemikian rupa sehingga hampa
udara. Jika temperatur meningkat, Merkuri akan mengembang naik ke arah
atas pipa dan memberikan petunjuk tentang suhu di sekitar alat ukur sesuai
dengan skala yang telah ditentukan. Skala suhu yang paling banyak dipakai di
seluruh dunia adalah Skala Celcius dengan poin 0 untuk titik beku dan poin
100 untuk titik didih (Skuler, 2007).
Molekul di bagian yang lebih panas dari gas mempunyai energi rata-rata
yang lebih tinggi bertumbukan dengan molekul yang memiliki energy lebih
rendah, maka sebagian energi molekul yang memiliki energi tinggi ditransfer
ke molekul berenergi rendah. Jika padatan adalah logam, maka perpindahan
energi kalor dibantu oleh elektron-elektron bebas, yang bergerak diseluruh
logam, sambil menerima dan memberi energi kalor ketika bertumbukan
dengan atom-atom logam. Dalam gas, kalor dikonduksikan oleh tumbukan
langsung molekul - molekul gas. Molekul di bagian yang lebih panas dari gas
mempunyai energi rata-rata yang lebih tinggi pertumbukan dengan molekul
berenergi rendah, maka sebagian energi molekul berenergi tinggi ditransfer ke
molekul berenergi rendah (Rokhmini,2015).
III. METODELOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat Praktikum


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, 21 Desember 2016 di
Laboratorium Bioproses Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri
Universitas Mataram.
3.2 Alat dan Bahan Praktikum
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah gealas ukur,
kompor listrik, thermometer, stopwatch, neraca, kaki tiga, dan statif.
Sedangkan adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah
air dan minyak.
3.3 Prosedur Praktikum

Siapkan alat dan bahan

Timbang gelas beker

Ya Ukur suhu awal

Siapkan air 250,450 ml

Ya Ukur suhu awal


Siapkan minyak 250ml

Gambar 1.1 Diagram Alir Kapasitas Kalorimeter Bedasarkan Asas Black


Prosedur dalam point Timbang
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Ditimbang berat kosong gelas beker
3. Dituang sebanyk 450 ml air kedalam gelas beker,
Ya dicatat
Ukur suhusuhu
tiapawal air
1 menit
4. Ditimbang berat air dalam gelas beker
5. Dinyalakan kompor listrik,Panaskan
diatur pada mode 600 Watt
6. Diukur suhu air setiap 1 menit, diamati kenaikan suhu air hingga suhu air
mencapai 90oC. Catat hasil
7. Diulangi langkah 2 hingga 6 untuk volume air dan minya masing-masing 250
ml
8. Dicatat data hasil pengamatan didalam table.
3.4 Analisis Data
Rumus :
t= t-t0
Keterangan :
t = Prubahan Suhu (oC)
t = Suhu akhir (oC)
t0 = Suhu Awal (oC)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Pengamatan

Gambar 4.1. pengaruh kalor terhadap suhu zat


Tabel 4.1 Pengaruh Kalor Terhadap Suhu Zat
Massa Bahan (ml) Menit ke- Suhu (C) Perubahan Suhu (t= t-t0)
0 28 0
1 30 2
Air 250 2 43 13
3 52 9
4 59 7
0 29 0
1 33 4
Air 450 2 37 8
3 41 12
4 45 16
0 31 0
1 33 2
Minyak 250 2 61 30
3 70 39
4 93 62

4.2 Pembahasan
Kalor merupakan bentuk energi yang pindah karena adanya perbedaan
suhu. Secara alamiah, kalor berpindah dari benda bersuhu tinggi ke benda yang
bersuhu rendah. Jika kalor merupakan zat, tentu akan mempunyai massa.
Ternyata benda yang suhunya naik, massa tidak berubah, jika kalor bukan zat.
Kalor merupakan energi yang diterima atau dilepaskan suatu zat. Kalor
yang diterima suatu zat dapat berasal dari api seprti pada praktikum ini sumber
kalornya adalah panas dari api kompor listrik. Kalor yang diterima oleh zat
tersebut dapat mengubah suhu zat. Ketika kalor diberikan pada air, maka suhu
air akan bertambah. Semakin banyak kalor yang diberikan, lama kelamaan air
akan mendidih. Ketika air sudah mendidih suhu air tidak akan bertambah
melainkan tetap, sehingga dapat disimpulakan bahwa kalor dapat mengubah
suhu suatu zat. Kalor menyatakan banyaknya panas, sedangkan suhu
menyatakan derajat panas suatu benda. Pemberian kalor menyebabkan suhu
suatu zat tersebut berubah. Semakin banyak kalor yang diberikan pada suatu
benda, maka suhu zat tersebut akan semakin tinggi. Berarti kalor sebanding
dengan perubahan suhu. Selain bergantung pada massa dan perubahan suhu,
kalor yang diperlukan agar suhu zat naik juga bergantung pada jenis zat.
Kalor atau panas merupakan suatu bentuk energi, sedangkan suhu
merupakan ukuran atau tingkat panas suatu benda. Pada umumnya, suhu benda
akan naik jika menyerap kalor dan turun jika melepaskan kalor. Hasil
pengamatan menunjukkan bahwa hubungan kalor dengan perubahan suhu,
massa benda, dan kalor jenis zat adalah sebanding. Hubungan antara
banyaknya kalor (Q), massa zat (m), kalor jenis (c), dan perubahan suhu (T)
dapat dinyatakan dengan persamaan Q= m c T.

Grafik Kenaikan Suhu Air Selama Proses Pemanasan pada Volume 250 mL dan 450 mL
60
50
40
30 250 mL
Suhu (C)
20 450 mL

10
0
0 1 2 3 4
Menit ke-
Grafik 4.1 grafik kenaikan suhu air selama proses pemanasan pada
volume 250 mL dan 450 mL
Pengaruh massa air terhadap kenaikan suhu air selama pemanasan adalah
dapat dilihat pada grafik 4.1 bahwa air dengan volume 450 ml dengan massa
452,36 gr menunjukkan kenaikan suhu lebih lama, Hal ini sesuai dengan Enjah
& Bahrudin (2009) yang menyatakan bahwa semakin banyak zat cair, maka
semakin lama waktu yang diperlukan untuk menaikkan suhu zat. Dengan
demikian, kalor yang diperlukan lebih banyak.
Grafik 4.2 menunjukkan kenaikan suhu antara air dengan minyak selama
pemanasan menujukkan bahawa minyak menunjukkan kenaikan suhu yang
lebih cepat dari pada air. Hal tersebut dikarenakan kalor jenis minyak lebih
rendah dari pada kalor jenis air. Kalor yang dibutuhkan oleh air lebih banyak
daripada kalor yang dibutuhkan oleh minyak untuk manaikkan suhunya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kalor yang diperlukan untuk menaikkan
suhu zat bergantung pada jenis zatnya. Oleh karena itu zat mempunyai kalor
jenis yang berbeda-beda. Banyaknya kalor yang diberikan terhadap zat untuk
menaikkan suhunya sebanding dengan kalor jenis zat tersebut.

Grafik Kenaikan Suhu Air dan Minyak Goreng Selama Proses Pemanasan dengan Volume 250 mL
100

80

60
Minyak
Suhu (C) 40
Air
20

0
0 1 2 3 4
Waktu (menit)

Grafik 4.2 grafik kenaikan suhu air dan minyak goreng selama proses
pemanasan dengan volume 250 mL

Grafik 4.3 perubahan suhu air dan minyak goreng dengan volume yang
sama menujukkan perubahan suhu minyak lebih tinggi dari pada perubahan
suhu air. Hal tersebut dikarenakan kedua zat tersebut adalah dua jenis zat yang
berbeda. Seperti yang pernah dijelaskan sebelumnya bahwa kalor jenis mnyak
lebih rendah dari pada kalor jenis air sehingga air membutuhkan waktu yang
lebih lama untuk menaikkan suhunya karena membutuhkan kalor yang lebih
banyak menaikkan suhu, akibatnya perubahan suhu yang terjadi pada air lebih
kecil darpada perubahan suhu yang terjadi pada minyak goreng.

Grafik Perubahan Suhu Air dan Minyak Goreng Selama Proses Pemanasan dengan Volume 250 mL
70
60
50
40
Minyak
Suhu (C) 30
Air
20
10
0
0 1 2 3 4

Waktu (menit)

Grafik 4.3 grafik perubahan suhu air dan minyak goreng selama proses
pemanasan dengan volume 250 mL

Grafik Perubahan Suhu Air dalam Proses Pemanasan pada Volume 250 mL dan 450 mL
18
16
14
12
10 250 mL
Suhu (C) 8
450 mL
6
4
2
0
0 1 2 3 4

Waktu (menit)

Grafik 4.4 grafik perubahan suhu air dalam proses pemanasan pada
volume 250 mL dan 450 mL
Berdasarkan hasil pengamatan dan grafik 4.4 diatas dapat diketahui
bahwa semakin lama air dipanaskan, maka akan diperoleh t yang nilainya
lebih tinggi. Hal ini mengakibatkan nilai Q yang semakin besar pula. Secara
induktif, dapat dinyatakan bahwa semakin besar kenaikan suhu suatu zat,
semakin besar pula kalor yang diserap oleh benda. Hal ini dikarenakan ketika
suhu suatu benda naik, Enjah & Bahrudin (2009) benda tersebut sedang
menyerap kalor dari luar. Hal di atas didukung oleh bahwa perubahan suhu
terjadi karena panas dari suhu air yang lebih tinggi berpindah ke air yang
suhunya lebih rendah. Suhu rendah meningkat, karena menerima panas dari
suhu tinggi. Panas yang bergerak dari suhu yang tinggi ke suhu yang rendah itu
disebut kalor. Sewaktu air dipanaskan, air menerima energi panas dari api
melalui panci yang mewadahinya. Air menerima energi panas, ditandai dengan
adanya kenaikan suhu. Semakin besar energi panas yang diterima air, semakin
besar pula kenaikan suhu pada air. Peristiwa peristiwa menunjukkan semakin
besar kalor yang diterima suatu benda, semakin besar pula kenaikan suhu pada
benda tersebut. Pertambahan kalor sebanding dengan perpindahan panas dari
api ke benda yang menerimanya, dan sebanding pula dengan kenaikan
suhunya.

V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan
bahwa semakin banyak zat cair, maka semakin lama waktu yang diperlukan
untuk menaikkan suhu zat. Kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu zat
bergantung pada jenis zatnya. Banyaknya kalor yang diberikan terhadap zat
untuk menaikkan suhunya sebanding dengan kalor jenis zat tersebut. perubahan
suhu minyak lebih tinggi dari pada perubahan suhu air. Hal tersebut
dikarenakan kedua zat tersebut adalah dua jenis zat yang berbeda dan memiliki
kalor jenis yang berbeda dimana kalor jenis minyak lebih rendah dari pada
kalor jenis air. Pertambahan kalor sebanding dengan perpindahan panas dari api
ke benda yang menerimanya, dan sebanding pula dengan kenaikan suhunya.
5.2 Saran
Praktikum selanjutnya disarankan untuk mengunakan lebih dari 2 jenis
yang berbeda sehingga praktika lebih banyak mengetahui pengaruh kalor
terhadap kenaikan dan perubahan suhu suatu zat secara luas dan menyeluruh.

DAFTAR PUSTAKA

Lasmi, ketut. 2001. Bimbingan Pemantapan EBTANAS dan UMPTN


FISIKA. Bandung : CV Yrama Widya.
Pujayanto dan Intan Nurul Rokhimi. 2015. Alat Peraga Pembelajaran Laju
Hantaran Kalor Konduksi. Surakarta : Jurnal Fisika dan Pembelajaran
Fisika. Vol. 6 : 1.
Purnomo, Sidik. 2008. Kalor dan Perubahan Wujud Zat. Jakarta : Universitas
Indonesia Press.
Rokhmini, 2015. Alat Peraga Pembelajaran Laju Hantaran Kalor Konduksi.
Surabaya: Jurnal Prosiding Seminar Nasional Fisika dan Pendidikan
Fisika. Vol. 6 No.1:3-5

Skuler. 2007. Termometer. http://www.forumsains.com. (Diakses pada tanggal 23


Desember 2016).
Winarno. 2007. Fisika Dasar 1. Bandung : Salemba Empat.
Dewi, Debi Shinta. 2015. Pengaruh Kalor Terhadap Perubahan Suhu.
http://www.indonesiacerdas.web.id. (diakses 26 desember 2016).

Anda mungkin juga menyukai