ACARA I
PENGARUH KONDISI DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP
SUSUT BOBOT
OLEH:
Mengetahui,
Co. Ass Praktikum Fisiologi dan Praktikan,
Teknologi Pasca Panen
HusnitaKomalasari SyahrulManaf
NIM.J1A013050 NIM.J1B014108
ACARA I
PENGARUH KONDISI DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP
SUSUT BOBOT
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bahan hasil pertanian setelah dipanen masih merupakan bahan hidup.
Sayuran dan buah setelah dipanen masih mengalami respirasi dan transpirasi pada
penyimpanan. Penyimpanan pada kondisi tertentu akan menyebabkan perbedaan
tekstur buah dan sayuran. Pada buah dan sayuran yang disimpan pada suhu dingin
akan menghambat proses respirasi dan mencegah kerusakan akibat aktivitas
mikroorganisme. Adanya luka atau goresan pada permukaan buah dan sayuran
akan menyebabkan susutnya berat bahan karena air dalam bahan akan keluar atau
menguap ( Sjaifullah, 2010).
Penanganan yang tidak optimal selama penyimpanan, transportasi atau
pada saat penjualan menyebabkan buah yang sampai ke konsumen tidak sama
segar dengan buah aslinya dan sudah mengalami penuurunan bobot dan nilai gizi
bahkan kadang-kadang telah pembusukan. Penangan yang tidak optimal selain
disebabkan oleh fasilitas yang kurang memadai, juga karena pengetahuan pelaku
sangat kurang dalam melakukan penanganan yang baik.
Permasalahan ini sangat penting karena pemahaman yang berbeda-beda
antar pelaku permasalahan, sebagai berpendapat sekali buah perlu difluktuasikan
suhunya, dari suhu ruang untuk dapat mempertahankan mutunya dan
memperpanjang massa simpannya. Jenis komoditi buah secara individual berbeda
ketahanannya terhadap penurunan kualitas dan kerusakan. Oleh karena itu
dilakukanlah praktikum ini agar dapat mengetahui apa saja penyebab kerusakan
pada buah dan sayur.
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui kondisi dan
lama penyimpanan terhadap susut bobot.
TINJAUN PUSTAKA
Prosedur Kerja
dilukai
Menghitung susut danbahan
berat disimpan disuhu
semua ruang pada
perlakuan ddibperlakuan
hari ke-3 dan hari ke-7
HASIL PENGAMATAN
Hasil Perhitungan
berat awal-berat akhir
Susut berat (0-3) = x 100%
100
1. Apel
Susut berat hari 0 - 3
77,57 - 70,21
Tanpa luka T. kamar = x 100%
100
= 7,36 %
59,37 – 59,24
Tanpa luka T. dingin = x 100%
100
= 0,13 %
71,78 – 59,85
Dilukai T. kamar = x 100%
100
= 11,93 %
71,78 – 59,85
Dilukai T. dingin = x 100%
100
= 11,93 %
Susut berat hari 3 - 7
70,21-68,43
Tanpa Luka T. Kamar = x 100%
100
= 1,78 %
59,24 – 58,47
Tanpa Luka T. Dingin = x 100%
100
= 0,77 %
59,85 – 57,92
Dilukai T. Kamar = x 100%
100
= 1,93 %
58,85 – 58,10
Dilukai T. Dingin = x 100%
100
= 0,75 %
2. Kentang
Susut berat hari 0 - 3
58,70 – 47,31
Tanpa luka T. kamar = x 100%
100
= 11,39 %
63,15- 62,87
Tanpa luka T. dingin = x 100%
100
= 0,28 %
61,86 – 57,50
Dilukai T. kamar = x 100%
100
= 4,36 %
63,32 – 63,11
Dilukai T. dingin = x 100%
100
= 0,21 %
Susut berat hari 3 - 7
47,31- 47,07
Tanpa Luka T. Kamar = x 100%
100
= 0,24%
62,87 – 62,58
Tanpa Luka T. Dingin = x 100%
100
= 0,29 %
57,50 – 56,62
Dilukai T. Kamar = x 100%
100
= 0,88 %
63,11 – 62,00
Dilukai T. Dingin = x 100%
100
= 1,11 %
PEMBAHASAN
Apel dan kentang tergolong dalam buah dan sayur klimakterik, dimana pada suhu
optimumnya akan terjadi laju respirasi yang sangat tinggi sehingga proses
pematangan dan kerusakan akan cepat terjadi. Namun, buah apel dan kentang
walaupun termasuk golongan klimakterik, laju respirasinya terbilang rendah,
karena memiliki sifat dormain. Berbeda dengan buah non klimakterik yang tidak
melakukan respirasi, melainkan mengalami penurunan produksi CO2. Apel yang
mengalami kerusakan mekanis seperti luka akan mempercepa tterjadinya
penyusutan berat bahan. Hal ini dikarenakan jaringan kulit pada bahan sudah
tidak berfungsi dengan baik, atau sifat semi permeable jaringan sudah tidak
selektif lagi, sehingga air dalam bahan dengan mudah keluar atau teruapkan.
Proses transpirasi ini akan berjalan cepat apabila dalam keadaan optimumnya.
Praktikum kali ini mengenai pengaruh kondisi dan lama penyimpanan
terhadap susut berat tujuan dari pelaksanaan praktikum ini adalah untuk
perbandingan dua jenis kondisi penyimpanan serta menggunakan dua bahan
percobaan yaitu apel dan kentang, pada penyimpanan dengan kondisi tanpa
dilukai dan disimpan pada suhu ruang memiliki nilai susut berat yang paling
tinggi pada apel 2 sebesar 11,93 % dengan berat awal 71,78 gr dan berat akhir
58,59 gr. Pada kentang susut berat paling besar pada kentang 2 sebesar 11,39 %
dengan berat awal 58,70 gr dan berat akhir 47,31 gr. Sedangkan pada jenis
penyimpanan dengan kondisi dilukai disimpan di suhu ruang, bahan pangan yang
memiliki susut berat paling tinggi yaitu apel 2 sebesar 11,93 % dengan berat awal
71,78 gr dan berat akhir 59,85 gr. Pada kentang susut berat paling besar pada
kentang 2 sebesar 4,36 % dengan berat awal 61,86 gr dan berat akhir 57,5 gr.
Berdasarkan hasil pengamatan susut berat yang paling tinggi terdapat pada
penyusutan yang disimpan dalam suhu ruang dengan kondisi dilukai bahan yang
dilukai memiliki tingkat susut berat yang lebih tinggi dari pada susut berat bahan
yang disimpan pada suhu ruang dengan kondisi tanpa dilukai. Hal ini disebabkan
oleh kecepatan respirasi dan transpirasi lebih cepat terjadi pada suhu yang lebih
tinggi karena proses metabolisme dipengaruhi juga dengan adanya O2 dan suhu
tinggi.
Metabolisme akan mengasilkan H2O, dimana H2O akan diuapkan melalui
proses transpirasi sehingga terjadi penyusutan berat dari bahan tersebut. Selain itu,
luka pada jaringan kulit apel dan kentang akan segera diperbaiki oleh jaringan
yang masih hidup dalam waktu tertentu, dimana jaringan yang terbuka tersebut
akan tertutup dan akan tampak kering karena jaringan kulit yang rusak tersebut
diganti dengan jaringan yang baru. Sehingga laju transpiresi menurun
menyebabkan penyusutan berat bahan setelah disimpan dalam jangka waktu.
Berbeda dengan apel dan kentang yang tidak terdapat luka dimana pada
penyimpanan yang semakin lama akan meningkatkan penyusutan berat apel,
karena sifatnya yang klimakterik penyimpanan apel pada suhu rendah atau dingin,
akan memperlambat proses respirasi dan transpirasi, karena pada suhu rendah
senyawa-senyawa air didalam bahan akan membeku secara perlahan, serta asupan
oksigen kurang. Penyusutan berat apel yang luka ataupun dalam kondisi baik
tidak berbeda jauh. Penyimpanan dengan kondisi tanpa dilukai dan disimpan pada
suhu dingin memiliki nilai susut berat yang paling tinggi pada apel 2 sebesar 0,75
% dengan berat awal 58,85 gr dan berat akhir 58,10 gr. Pada kentang susut berat
paling besar kentang 2 sebesar 1,11 % dengan berat awal 63,11 gr dan berat akhir
62,00 gr. Sedangkan pada jenis penyimpanan dengan kondisi dilukai disimpan di
suhu ruang, bahan pangan yang memiliki susut berat paling tinggi yaitu apel 2
sebesar 1,93 % dengan berat awal 59,85 gr dan berat akhir 57,92 gr. Pada kentang
susut berat paling besar pada kentang 2 sebesar 0,88 % dengan berat awal 57,50
gr dan berat akhir 56,62 gr.
Jadi suhu rendah atau cooling merupakan salah satu cara untuk
memperpanjang masa simpan komoditi hasil pertanian. Air didalam bahan pada
suhu rendah akan membeku secara perlahan, sehingga menghambat respirasi dan
transpirasi serta menghambat pertumbuhan mikroorganisme pathogen yang
mampu merusak bahan. Susut berat bahan pada buah dan sayur akan berbeda
dengan susut berat yang terjadi pada bahan serealia. Serealia sengaja dikeringkan
hingga kandungan air tertentu, sehingga dapat bertahan lama.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Apel dan kentang tergolong dalam buah dan sayur klimakterik, dimana pada
suhu optimumnya akan terjadi laju respirasi yang sangat tinggi sehingga
proses pematangan dan kerusakan akan cepat terjadi.
2. Penyimpanan dengan suhu rendah dapat menghambat proses respirasi dan
transpirasi
3. Kerusakan pada jaringan kulit bahan akan mempercepat proses transpirasi
dan penyusutan bahan.
4. Apel dan kentang semakin lama disimpan persentase susut beratnya semakin
tinggai .
5. Susut berat bahan yang diberi 2 perlakuan berbeda dalam kondisi dilukai dan
tanpa dilukai pada bahan akan mengalami proses pembentukan etilen yang
berbeda yaitu cepat atau lambatnya proseses pembentukan yang terjadi
sebaliknya dengan kondisi penyimpanannya.
6. penyimpanan dengan kondisi dilukai disimpan di suhu ruang, bahan pangan
yang memiliki susut berat paling tinggi yaitu apel 2 sebesar 1,93 % dengan
berat awal 59,85 gr dan berat akhir 57,92 gr. Pada kentang susut berat paling
besar pada kentang 2 sebesar 0,88 % dengan berat awal 57,50 gr dan berat
akhir 56,62 gr .
DAFTAR PUSTAKA
Junaidi, 2009. Penentuan Umur Simpan Pada Produk Pangan. Perpustakaan
Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Jurnal
Litbang Pertanian:Vol.27No.4: 20-25.
Rizal, A., 2011. Faktor penyebab Pengemasan, Penyimpanan dan Pelabelan pada
produk Biji. Jurnal Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor.
https://warasfarm.wordpress.com. (Diakses pada 31 Oktober 2016).
Sutardi, 2009. Biokimia dan Teknologi Pasca Pane. Pusat Antar Universitas
Pangan Dan Gizi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Tranggono, 2010. Biokimia dan Teknologi Pasca Panen Pusat Antar Universitas
Pangan Dan Gizi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia.