Anda di halaman 1dari 22

BAB I PENDAHULUAN

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Sejak lima tahun terakhir Indonesia mengalami
penurunan produksi minyak nasional yang disebabkan
menurunnya secara alamiah (natural decline) cadangan minyak
pada sumur-sumur yang berproduksi. Di lain pihak, pertambahan
jumlah penduduk telah meningkatkan kebutuhan sarana
transportasi dan aktivitas industri yang berakibat pada
peningkatan kebutuhan dan konsumsi Bahan Bakar Minyak
(BBM) nasional. Untuk memenuhi kebutuhan BBM tersebut,
pemerintah mengimpor sebagian BBM. Menurut Ditjen Migas,
impor BBM terus mengalami peningkatan yang cukup signifikan
dari 106,9 juta barrel pada 2002 menjadi 116,2 juta barrel pada
2003 dan 154,4 juta barrel pada 2004. Dilihat dari jenis BBM
yang diimpor, minyak solar (ADO) merupakan volume impor
terbesar setiap tahunnya. Pada 2002, impor BBM jenis ini
mencapai 60,6 juta barrel atau 56,7% dari total, kemudian
meningkat menjadi 61,1 juta barrel pada 2003 dan 77,6 juta barrel
pada 2004.
Melihat kondisi tersebut, pemerintah telah
mengumumkan rencana untuk mengurangi ketergantungan
Indonesia pada bahan bakar minyak, dengan meluncurkan
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2006
tentang Kebijakan Energi Nasional untuk mengembangkan
sumber energi alternatif sebagai pengganti Bahan Bakar Minyak.
Walapun kebijakan tersebut menekankan penggunaan batu bara
dan gas sebagai pengganti BBM, kebijakan tersebut juga
menetapkan sumber daya yang dapat diperbaharui seperti bahan
bakar nabati sebagai alternatif pengganti BBM.

TUGAS AKHIR
Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput laut dengan Proses Fermentasi

I-1
I-2

BAB I PENDAHULUAN

Kebutuhan nasional untuk mewujudkan bahan bakar


nabati sedikitnya 18 miliar liter per tahun. Akan tetapi
keterbatasan bahan baku menjadi kendala utama karena harus
berbagi dengan berbagai industri lain. Industri yang
menggunakan etanol misalnya saja kosmetik, farmasi, sampai
kimia.
Industri Etanol mempunyai prospek yang sangat bagus di
Indonesia, karena kebutuhan etanol di Indonesia terus mengalami
peningkatan. Hal ini tidak diimbangi dengan kapasitas produksi
industri etanol di Indonesia, yang hanya berjumlah sekitar 9
industri. Akan tetapi, saat ini banyak produsen yang
menghasilkan bioetanol dengan kemurnian di bawah 95%.
Sebetulnya bioetanol berkadar kemurnian 95% masih layak
dimanfaatkan sebagai bahan bakar. Hanya saja, dengan kadar
kemurnian itu perlu penambahan zat antikorosif pada tangki
bahan bakar agar tidak menimbulkan karat. Karena penggunaan
bahan bakar alternatif ini menjadi salah satu pilihan yang
diharapkan dapat memenuhi permintaan kebutuhan bahan bakar
yang semakin meningkat, maka perlu dikembangkan etanol
dengan kadar yang lebih tinggi lagi yaitu 99,6%.
Alkohol merupakan bahan kimia yang diproduksi dari
bahan baku tanaman yang mengandung selulosa seperti kayu,
cairan buangan pabrik pulp dan tongkol biasanya disebut dengan
bioethanol. Ubi kayu, ubi jalar, dan jagung merupakan tanaman
pangan yang biasa ditanam rakyat hampir di seluruh wilayah
Indonesia, sedangkan ampas rumput yang merupakan limbah dari
pembuatan agar-agar lebih ramah lingkungan karena termasuk
memanfaatkan limbah.
Rumput laut merupakan bahan baku awal pembuatan
agar-agar adalah tanaman yang hanya perlu waktu 45 hari untuk
memanennya diperkirakan potensi budidaya rumput laut setiap
tahun ada 1,2 juta hektar. Pada 2001, terdapat 27.847 ton rumput
laut. Sedangkan limbah Industri agar-agar yang berupa ampas
TUGAS AKHIR
Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput laut dengan Proses Fermentasi
I-3

BAB I PENDAHULUAN

rumput laut merupakan salah satu sumber bahan baku bioethanol


yang potensial karena kandungan selulosanya tinggi. Selain itu,
satu pabrik besar agar-agar dengan kapasitas produksi 80 ton per
bulan dapat menghasilkan limbah serat sebanyak 56 ton per bulan
(ujiani,2007).
Selain itu pertimbangan pemakaian ampas rumput laut
sebagai bahan baku proses produksi bioethanol juga didasarkan
pada pertimbangan ekonomi. Pertimbangan keekonomian
pengadaan bahan baku tersebut bukan saja meliputi harga
produksi tanaman sebagai bahan baku, tetapi juga meliputi biaya
pengelolaan tanaman, biaya produksi pengadaan bahan baku, dan
biaya bahan baku untuk memproduksi setiap liter ethanol/bio-
ethanol. Memanfaatkan ampas rumput laut sebagai bahan baku
bioethanol dapat menghindari persaingan antara pangan dengan
BBN. Penggunaan tanaman dari daratan, seperti jagung dan gula
(bahan baku bioetanol) dan minyak sawit (bahan baku biodiesel),
mengakibatkan harga-harga pangan melonjak, di samping juga
banyak lahan yang rusak. Dengan pengembangan BBN dari
limbah seperti ampas rumput laut, harga pangan dari daratan
seperti jagung, yang sempat meroket, bakal relatif normal. Di sisi
lain.
Kapasitas produksi etenol dalam negeri, besarnya impor
etanol dan besarnya ekspor etanol dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :

Tabel 1.1 Kapasitas produksi etanol tahun 2002 2005 di


Indonesia
Tahun Produksi (liter)
2002 41416202
2003 51710009
2004 53428613
2005 42386349

TUGAS AKHIR
Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput laut dengan Proses Fermentasi
I-4

BAB I PENDAHULUAN

Produksi rata-rata 47235293,25


(BPS, 2005)

Grafik 1.1 Kapasitas produksi etanol (ton) pada tahun


2002 - 2005
Dari grafik diatas terlihat bahwa produksi etanol dari
tahun 2002 sampai tahun 2004 mengalami kenaikan. Sedangkan
pada tahun 2005 produksi etanol terlihat menurun. Hal ini
diperkirakan dikarenakan jumlah produksi atau panen rumput laut
pada tahun 2005 juga mengalami penurunan.

Tabel 1.2. Impor etanol tahun 2005 2007


(Januari Desember)
Tahun Negara Impor (kg/thn)
Japan 8
United states 14740
Germany 37555
2005
Hongkong -
Singapore -
Jumlah 52303
TUGAS AKHIR
Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput laut dengan Proses Fermentasi
I-5

BAB I PENDAHULUAN

Japan 6
United states 9
Germany 27574
2006 Hongkong 2
Singapore 1
Jumlah 34359
Japan 41
United states 7
Germany 35382
2007
Hongkong 3
Singapore 1988564
Jumlah 2024053
Jumlah rata-rata 703571,66
(BPS, 2007)

Grafik 1.2 Impor etanol (kg/tahun) pada tahun 2005 2007

TUGAS AKHIR
Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput laut dengan Proses Fermentasi
I-6

BAB I PENDAHULUAN

Dari grafik diatas terlihat bahwa impor etanol singapore


dari tahun 2005 sampai tahun 2007 cenderung mengalami
kenaikan, tetapi japan, united states, germany dan hongkong dari
tahun 2005 sampai tahun 2007 cenderung konstan.

Tabel 1.3. Ekspor etanol tahun 2005 2008


Tahun Negara Impor (kg/thn)
2005 Japan 4018193
Hongkong 26240
1395200
Taiwan
Singapore 322002
Philippines 2005372
Malaysia 64000
Jumlah 7831008
2006 Japan 21337187
Hongkong 52480
Taiwan 1841764
Singapore 262000
Philippines 0
Malaysia 245760
Jumlah 23740168
2007 Japan 18282557

TUGAS AKHIR
Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput laut dengan Proses Fermentasi
I-7

BAB I PENDAHULUAN

Hongkong 65600
Taiwan 800000
Singapore 622928
Philippines 112980
Malaysia 272000
Jumlah 25894803
2008 Japan 21083012
Hongkong 13120
Taiwan 854080
Singapore 7269129
Philippines 532000
Malaysia 38720
Jumlah 35161371
Jumlah rata-rata 23156837,5
(BPS, 2008)

TUGAS AKHIR
Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput laut dengan Proses Fermentasi
I-8

BAB I PENDAHULUAN

Grafik 1.3 Ekspor etanol (kg/tahun) pada tahun 2005 2008

Dari grafik diatas terlihat bahwa ekspor etanol jepang dari


tahun 2005 sampai tahun 2008 cenderung mengalami fluktuasi,
tetapi singapura dari tahun 2005 sampai tahun 2008 mengalami
kenaikan dan hongkong, Taiwan, philippines dan Malaysia dari
tahun 2005 sampai tahun 2008 cenderung konstan.
Dari data diatas dapat dihitung kebutuhan ethanol dalam
negeri pada tahun 2014 adalah sebagai berikut :
Kebutuhan ethanol = produksi ethanol + impor ethanol
ekspor ethanol
= 47235293,25 + 703571,66 -
23156837,5
= 24782027,41 l/thn
Dapat diketahui bahwa perkiraan pada tahun 2014 jumlah
produksi etanol nasional lebih besar dari kebutuhan etanol
nasional. Sehingga pabrik etanol yang akan didirikan ini sebagian
besar digunakan untuk memenuhi kebutuhan etanol dalam negeri
dan sebagian kecil untuk memenuhi kebutuhan ekspor.

TUGAS AKHIR
Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput laut dengan Proses Fermentasi
I-9

BAB I PENDAHULUAN

Kapasitas produksi dari pabrik baru yang akan didirikan


ini hanya berkemampuan memenuhi 30% dari produksi etanol
dalam negeri pada tahun 2014. Maka didapatkan kapasitas
produksi pabrik baru sebesar :
Kapasitas produksi pabrik baru = 30% x 24782027,41
= 7434608,2 l/tahun
= 22529,1 l/hari
= 17775,4 kg/hari

Produksi etanol Indonesia sebagian besar memang


diserap oleh pasar domestik, hanya sebagian kecil yang diekspor.
Hal ini terjadi karena banyaknya industri yang memakai etanol.
Industri pemakai etanol diantaranya adalah industri kimia,
industri farmasi, industri rokok kretek, industri kosmetik, industri
tinta dan percetakan, dan industri mebel. Tercatat ada tiga pabrik
besar di daerah Pasuruan Jawa timur yaitu PT. Agar Swallow
menghasilkan limbah sebanyak 672 ton/tahun, PT. Agar sehat
makmut lestari menghasilkan 189 ton/tahun dan juga CV. Agar
sari raya menghasilkan 14 ton/tahun.
Berikut ini adalah data-data tentang pabrik etanol di
Indonesia :
Tabel 1.4 Pabrik etanol di Indonesia, kapasitas, dan lokasi pada
tahun 2006
Kapasitas
Nama Perusahaan Produksi (juta Lokasi
l/th)
Molindo Raya
50 Lawang, Jatim
Industrial (MRI)
PTPN XI 7 Jatiroto, Jatim
Aneka Kimia Raya
Mojokerto,
(tetapi sedang tidak 17
Jatim
beroperasi)

TUGAS AKHIR
Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput laut dengan Proses Fermentasi
I-10

BAB I PENDAHULUAN

Indo Acidatama 45 Solo, Jateng


Yogyakarta,
Madu Baru 7
DIY
PSA Palimanan 7 Cirebon, Jabar
Japura Sarana Jaya 3,6 Cirebon, Jabar
Indo Lampung
50 Lampung
Distilery (ILD)
Permata Sakti 5 Medan, Sumut
Molasindo 3,6 Medan, Sumut
Makasar,
Basis Indah 5
Sulsel
(Rama, 2007)

Tabel 1.5 Lokasi yang berpotensi menjadi kawasan khusus bahan


bakar nabati berdasarkan usulan daerah

No Lokasi Komoditas

Pacitan Wonogiri Wonosari


1. Singkong
(Pawonsari)

Garut Cianjur Sukabumi


2. Singkong
Selatan

3. Lebak Pandeglang Jarak Pagar

Lampung Sumatra Selatan Singkong, Tebu, Jarak


4.
Jambi Pagar, Kelapa Sawit

5. Riau Kelapa Sawit


Kelapa Sawit, Tebu, Jarak
6. Nanggroe Aceh Darussalam
Pagar

TUGAS AKHIR
Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput laut dengan Proses Fermentasi
I-11

BAB I PENDAHULUAN

7. Kalimantan Timur Kelapa Sawit, Jarak pagar


Sulawesi Selatan Sulawesi
Singkong, Tebu, Jarak
8. Tenggara Sulawesi Tengah
Pagar, Kelapa Sawit
Gorontalo
Nusa Tenggara Barat Nusa
9. Jarak Pagar, Singkong
Tenggara Timur

10. Maluku Utara Jarak Pagar, Tebu

11. Papua Utara dan Irian Jaya Barat Kelapa Sawit

Merauke Mapi Boren Digul Tebu, Singkong, Kelapa


12.
Tanah Merah Sawit, Jarak Pagar

Pantai barat P.Sumatera


13. Ampas Rumput laut
Kepulauan Riau Madura

Bali Nusa Tenggara Barat


14. Ampas Rumput laut
Sulawesi Tenggara
( Rama, 2007)

Berdasarkan dari data-data yang ada diatas, pabrik


bioetanol baru ini sesuai didirikan di daerah Pandaan, Pasuruan.
Dikarenakan dekat dengan bahan baku, dekat dengan lokasi
pemasaran, terdapat suplai air yang cukup memadai.

TUGAS AKHIR
Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput laut dengan Proses Fermentasi
I-12

BAB I PENDAHULUAN

I.2 Dasar Teori


Ampas Rumput Laut
Kandungan Ampas
Rumput laut
9 Selulosa : 20%
9 Hemiselulosa : 70%
9 Lignin : 10%

Rumput laut merupakan bahan baku awal pembuatan


agar-agar adalah tanaman yang hanya perlu waktu 45 hari untuk
memanennya diperkirakan potensi budidaya rumput laut setiap
tahun ada 1,2 juta hektar. Pada 2001, terdapat 27.847 ton rumput
laut. Sedangkan limbah Industri agar-agar yang berupa ampas
rumput laut merupakan salah satu sumber bahan baku bioethanol
yang potensial karena kandungan selulosanya tinggi. Selain itu,
satu pabrik besar agar-agar dengan kapasitas produksi 80 ton per
bulan dapat menghasilkan limbah serat sebanyak 56 ton per bulan
(ujiani,2007).
Selain itu pertimbangan pemakaian ampas rumput laut
sebagai bahan baku proses produksi bioethanol juga didasarkan
pada pertimbangan ekonomi. Pertimbangan keekonomian
pengadaan bahan baku tersebut bukan saja meliputi harga
produksi tanaman sebagai bahan baku, tetapi juga meliputi biaya
pengelolaan tanaman, biaya produksi pengadaan bahan baku, dan
biaya bahan baku untuk memproduksi setiap liter ethanol/bio-
ethanol. Memanfaatkan ampas rumput laut sebagai bahan baku
bioethanol dapat menghindari persaingan antara pangan dengan
BBN. Oleh karena itu kita berusaha memanfaatkan limbah ampas
ini supaya mempunyai nilai jual yang lebih tinggi. Di Indonesia
tercatat ada tiga pabrik besar di daerah Pasuruan Jawa timur yaitu
PT. Agar Swallow menghasilkan limbah sebanyak 672 ton/tahun,

TUGAS AKHIR
Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput laut dengan Proses Fermentasi
I-13

BAB I PENDAHULUAN

PT. Agar sehat makmut lestari menghasilkan 189 ton/tahun dan


juga CV. Agar sari raya menghasilkan 14 ton/tahun.

I.3 Bioethanol
Bioetanol adalah etanol yang diproduksi dari bahan baku
berupa biomassa seperti jagung, singkong, sorgum, kentang,
gandum, tebu, bit, rumput laut dan juga limbah biomassa seperti
tongkol jagung, limbah jerami, dan limbah sayuran lainnya.
Bioetanol memang potensial dimanfaatkan sebagai bahan
bakar kendaraan bermotor, Syaratnya, etanol alami itu mesti
berkadar kemurnian 99,5%. Syarat itu mutlak karena jika
berkadar di bawah 90%, mesin tidak bisa menyala karena
kandungan airnya terlampau tinggi. Sebetulnya bioetanol
berkadar kemurnian 95% masih layak dimanfaatkan sebagai
bahan bakar motor. Hanya saja, dengan kadar kemurnian itu perlu
penambahan zat antikorosif pada tangki bahan bakar agar tidak
menimbulkan karat. Semakin besar kadar etanol, semakin bagus
performa mesin. Masalahnya, etanol bersifat higroskopis, mudah
menarik molekul air dari kelembapan udara. Di Indonesia yang
udaranya lembab, problem ini bisa menjadi masalah serius.
Bioetanol diproduksi dengan teknologi biokimia, melalui
proses fermentasi bahan baku, kemudian etanol yang diproduksi
dipisahkan dari air dengan proses distilasi. Cara lama dilakukan
dengan destilasi tetapi kemurnian hanya sampai 96%. Maka
kemudian dilakukan proses dehidrasi molecular sieve karena
proses ini dapat menghilangkan air hingga kadar etanol menjadi
99,5% dan dihasilkan etanol absolute (murni).
Secara umum ethanol/bio-ethanol dapat digunakan
sebagai bahan baku industri turunan alkohol, campuran untuk
miras, bahan dasar industri farmasi, campuran bahan bakar untuk
kendaraan. Mengingat pemanfaatan ethanol/bio-ethanol beraneka
ragam, sehingga grade ethanol yang dimanfaatkan harus berbeda

TUGAS AKHIR
Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput laut dengan Proses Fermentasi
I-14

BAB I PENDAHULUAN

sesuai dengan penggunaannya. Untuk ethanol/bio-ethanol yang


mempunyai grade 90-96,5% vol dapat digunakan pada industri.

Sedangkan ethanol/bioethanol yang mempunyai grade


96-99,5% vol dapat digunakan sebagai campuran untuk miras dan
bahan dasar industri farmasi. Berlainan dengan besarnya grade
ethanol/bioethanol yang dimanfaatkan sebagai campuran bahan
bakar untuk kendaraan yang harus betul-betul kering dan
anhydrous supaya tidak korosif, sehingga ethanol/bio-ethanol
harus mempunyai grade sebesar 99,5-100% vol. Perbedaan
besarnya grade akan berpengaruh terhadap proses konversi
karbohidrat menjadi gula (glukosa) larut air.

II.3 Kegunaan
Kegunaan ethanol/bioethanol (alkohol) berdasarkan
literatur adalah sebagai berikut:
Berdasarkan Fessenden ( 1992) kegunaan ethanol adalah:
Digunakan dalam minuman keras.
Sebagai pelarut dan reagensia dalam laboratorium dan
industri.
Sebagai bahan bakar.
Etanol mempunyai nilai kalor (Q) sebesar 12.800 Btu/lb.
Sedangkan jika dicampur dengan gasoline dimana prosentase
10% etanol dan 90% gasoline akan menghasilkan produk
dengan nama dagang Gasohol yang dihasilkan nilai kalor (Q)
sebesar 112.000 Btu/gallon (Hunt, 1981).
Berdasarkan Austin ( 1984) kegunaan ethanol adalah:
Sebagai bahan industri kimia.
Sebagai bahan kecantikan dan kedokteran.
Sebagai pelarut dan untuk sintesis senyawa kimia lainnya.
Sebagai bahan baku (raw material) untuk membuat ratusan
senyawa kimia lain, seperti asetaldehid, etil asetat, asam

TUGAS AKHIR
Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput laut dengan Proses Fermentasi
I-15

BAB I PENDAHULUAN

asetat, etilene dibromida, glycol, etil klorida, dan semua etil


ester.

Berdasarkan Uhlig (1998) kegunaan ethanol adalah :


Sebagai pelarut dalam pembuatan cat dan bahan-bahan
komestik.
Diperdayakan di dalam perdagangan domestik sebagai bahan
bakar.

II.4 Sifat Fisika dan Kimia


II.4.1. Bahan Baku Utama
9 Komposisi rumput laut adalah sebagai berikut
(www.google.com) :
1. Air : 27,8%
2. Karbohidrat : 33,3%
3. Protein : 5,4%
4. Lemak : 8,6%
5. Abu : 22,25%
6. Serat kasar : 3%
9 Komposisi ampas rumput laut adalah sebagai berikut
(www.google.com) :
1. Selulosa : 20%
2. Hemiselulosa : 70%
3. Lignin : 10%
9 Sifat fisik rumput laut adalah sebagai berikut (www.google.com):
Bentuk : Berbentuk thallus (ganggang).
Warna : tergantung jenis rumput laut (kebanyakan hijau)
Batang : bentuk batang tidak berstruktur.

TUGAS AKHIR
Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput laut dengan Proses Fermentasi
I-16

BAB I PENDAHULUAN

Hemiselulosa ((C5H8O4)n)
Berdasarkan Wertheirm (1956) Komponen utama dari
hemiselulosa adalah sebagai berikut:
9 Sifat fisika hemiselulosa :
- Mempunyai serat dengan warna putih.
- Tidak larut dalam air dan organik lainnya.
9 Sifat kimia hemiselulosa :
- Polimer alam berupa zat karbohidrat (polisakarida).
- Terhidrolisa dalam larutan asam membentuk glukosa.
- Bereaksi dengan asam asetat membentuk selulosa asetat.
II.4.2 Bahan Baku Pendukung
a) Saccharomyces cerevisiae
Berdasarkan Buckle (1985) Sifat biologi saccharomyces cerevisae
adalah sebagai berikut :
9 Saccharomyces cerevisiae merupakan khamir
permukaan (top yeast) dan selama fermentasi terbawa ke
permukaan dari bir yang sedang difermentasi.
9 Merupakan mikroorganisme bersel tunggal dengan ukuran
antara 5 dan 20 mikron.
9 Dapat tumbuh dalam media cair dan padat.
9 Pertumbuhan dengan bertunas dapat berkembang dari
setiap bagian permukaan sel induk (pertunasan
multipolar).
9 Merupakan organisme yang bersifat saprofitik.
9 Hidup dalam lingkungan yang bergula dan pH rendah.
Berdasarkan Suharto (1995) sifat biologi saccharomyces
cerevisae adalah sebagai berikut:
9 Morfologi berupa sel spiral
9 Metabolisme sangat kuat di dalam proses fermentasi
Berdasarkan Soebiyanto (1985) sifat biologi saccharomyces
cerevisae adalah sebagai berikut:
9 Digunakan sebagai inokulum

TUGAS AKHIR
Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput laut dengan Proses Fermentasi
I-17

BAB I PENDAHULUAN

9 Sebagai biakan murni yang ditambahkan sebanyak 5


10% dari volume fermentor.
Berdasarkan Crueger (1982) sifat biologi saccharomyces
cerevisae adalah sebagai berikut:

9 Di bawah kondisi anaerobik dan konsentrasi glukosa


tinggi, Saccharomyces cerevisiae tumbuh dengan baik,
tetapi sedikit menghasilkan alkohol.
9 Saccharomyces cerevisiae tidak mempunyai amylase,
maka starch (pati) harus di hidrolisis.

b) Asam Sulfat (H2SO4)


Sifat fisika asam sulfat sebagai berikut:
a. Korosif dan reaktif
b. Specific gravity asam sulfat murni 1,84
c. Titik leleh 10,4 oC
d. Titik didih 315 338 oC
e. Tidak berwarna atau berwarna coklat tua (tergantung
kemurnian)
f. Larut dalam air

c) Asam Phospat (H3PO4)


Berdasarkan Othmer (1945) sifat fisika Asam Phospat (H3PO4)
adalah sebagai berikut:
9 Digunakan sebagai nutrisi
9 Berbentuk kristal dan berwarna putih
9 Titik didih = 1580C
9 Titik beku = 34,60C
9 Titik lebur = 29,25 0C
9 Larut dalam air
Berdasarkan Othmer (1945) sifat kimia Asam Phospat (H3PO4)
adalah sebagai berikut :
9 Pada 150 0C menjadi anhidrat
TUGAS AKHIR
Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput laut dengan Proses Fermentasi
I-18

BAB I PENDAHULUAN

9 Pada temperatur tinggi asam dapat bereaksi dengan metal


dan teroksidasi
9 Asam phospat dapat direduksi dengan pereduksi kuat
seperti H2

d) Ammonium Sulfat (NH4)2 SO4


Berdasarkan Othmer (1945) sifat fisika Ammonium Sulfat (NH4)2
SO4 adalah sebagai berikut:
9 BM = 132,14
9 Berwarna putih
9 Kelarutan (pada 100 0C = 103,8 gram)
9 Tidak larut dalam alkohol dan aseton
Berdasarkan Othmer (1945) sifat fisika Ammonium Sulfat (NH4)2
SO4 adalah sebagai berikut:
9 Larutan pada konsentrasi 0,1 M memiliki pH 5,5
9 Dapat dibuat dari reaksi antara ammoniak dan asam sulfat

II.4.3 Produk
I.4.3.1 Produk Utama
Berdasarkan Saunders (1969) sifat Fisika bioetanol/etanol adalah
sebagai berikut :
9 Merupakan senyawa aromatik yang volatile (mudah
menguap).
9 Konstanta kesetimbangan (Ka) adalah 10-18.
9 Mudah terbakar.
9 Mudah terbakar dan berbau tajam (menyengat).
9 Termasuk B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun).
9 Spesific gravity 0,7851 pada suhu 200C.

TUGAS AKHIR
Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput laut dengan Proses Fermentasi
I-19

BAB I PENDAHULUAN

Tabel I.4.1. Sifat Fisika Ethanol


Besaran Nilai
Berat Molekul 46
Titik beku, oC -114,1
Titik didih normal, oC +78,32
Temperatur kritis, oC 243,1
Tekanan kritis, kPa 6383,48
Volume kritis, L/mol 0,167
Faktor kompressibilitas kritis, z 0,248
Densitas, pada 20 oC , g/ml 0,7893
Viskositas, pada 20 oC, mPa.s (=cP) 1,17
Kelarutan dalam air, pada 20 oC Larut
Panas penguapan, pada t.d normal, J/g 839,31
Panas pembakaran, pada 25 oC, J/g 29676,69
Panas pembentukan 104,6
Panas spesifik, pada 20oC, J/g.C.s 2,42
Warana cairan Jernih
(Othmer, 1945)

Berdasarkan Othmer (1945) sifat Kimia bioetanol/etanol adalah


sebagai berikut:
Etanol merupakan gugus hidroksil dan dapat bereaksi
secara dehidrasi, dehidrogenasi, oksidasi, dan esterifikasi. Sifat
kimia ethanol dengan senyawa lain yaitu :
9 Dapat bereaksi dengan NaOH membentuk sodium
etoxida
C2H5OH + NaOH C2H5ONa +H2O
9 Reaksi esterifikasi
Ester dapat dibuat dengan mereaksikan ethyl alkohol
dengan asam anhidrida atau asam halid.
CH3CH2OH + CH3COOH CH3COOC2H5 + H2O
9 Dehidrasi.

TUGAS AKHIR
Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput laut dengan Proses Fermentasi
I-20

BAB I PENDAHULUAN

Ethyl alkohol dapat didehidrasi menjadi etilen atau ethyl


ether.
CH3CH2OH CH2 CH2 + H2O
2CH3CH2OH CH3CH2OCH2CH3 + H2O
9 Dehidrogenasi.
Ethyl alkohol dapat dihidrogenasi menjadi asetaldehida
dalam fase uap dengan bantuan bermacam katalis.
CH3CH2OH CH3CHO + H2

Tabel I.4.2. Standart Ethanol di Indonesia

TUGAS AKHIR
Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput laut dengan Proses Fermentasi
I-21

BAB I PENDAHULUAN

II.4.3.2 Produk Samping


a. Karbon dioksida (CO2)
Bedasarkan Douglas (1974) sifat Fisika dari CO2 adalah sebagai
berikut:
9 Rasa asam
9 Temperatur kritis = 31,1oC
9 Tekanan kritis = 734 kPa
9 Densitas gas pada 0oC dan tekanan 1 atm (101,32 kPa) = -
78,50C
9 Densitas liquid pada 00C dan tekanan 101,32 kPa = 1,976
g/liter
9 Viskositas pada 250C = 0,015 cp

9 Panas pembentukan pada 250C = 373,4 Btu/mol


9 Panas latent penguapan = 149,6 Btu/lb
9 Spesifik gravity 1,53 pada basis udara 1
9 Melting point 56,60C pada 5,2 atm
9 Kelarutan dalam air 179,7 cm3 CO2 dalam 100 cm3 air
pada 00C
9 Larut dalam alkohol
9 Tidak berbau, tidak berwarna.
Berdasarkan Othmer (1945) Sifat kimia dari CO2 adalah sebagai
berikut:
9 CO2 merupakan oksidator akhir dari produk karbon
9 CO2 dapat bereaksi dengan H2
CO2 + H2 CO + H2O
9 CO2 dapat bereaksi dengan amoniak yang terjadi pada
pabrik urea untuk menghasilkan ammonium karbamat.
CO2 + 2 NH3 NH2COONH4
b. Lignin
Sifat Fisika dari lignin adalah sebagai berikut (www.google.com) :
9 Berupa padatan (amorf)
9 Berwarna cokelat
TUGAS AKHIR
Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput laut dengan Proses Fermentasi
I-22

BAB I PENDAHULUAN

Sifat kimia dari lignin adalah sebagai berikut (www.google.com) :


9 Dapat diperoleh dari pengasaman dengan HCl pekat
9 Dapat terdegradasi oksidatif menjadi vanilin (antibiotik
turunan) dengan menggunakan NaOH dan nitrobenzena

c. Xylose (C5H10O5)
Sifat Fisika dari xylose adalah sebagai berikut (www.wikipedia.com) :
9 Berbentuk padatan berupa gula kayu
9 Berwarna
Sifat Kimia dari xylose adalah sebagai berikut (www.wikipedia.com) :
9 BM = 150,13 g/mol
9 Titik lebur = 144-145 0C
9 Kepadatan pada 20 0C = 1,525 g/cm3
9 Dapat dihidrogenasi katalitik menghasilkan pengganti
gula xylitol.

TUGAS AKHIR
Pabrik Bioetanol Dari Ampas Rumput laut dengan Proses Fermentasi

Anda mungkin juga menyukai