BANTEN
Esty Budyningrum
ABSTRAK
Semakin berkembangnya zaman, industri kian bertambah dari mulai industri produksi skala
kecil hingga skala yang besar. Dalam skala apapun pada setiap proses produksi industri tentu
menghasilkan produk limbah. Salah satu limbah hasil proses produksi industri adalah emisi yang
dibuang ke udara bebas dari cerobong asap.
Salah satu kebutuhan manusia adalah udara yang bersih dari bahan pencemar. Semakin
berkembangnya zaman, industri kian bertambah dari mulai indsutri produksi skala yang kecil
hingga skala yang besar. Dalam skala kecil ataupun besar pada proses produksi industri tentu
akan menghasilkan produk limbah. Salah satu limbah yang dihasilkan dari proses produksi
industri adalah emisi yang dibuang ke udara bebas dari stack pabrik.
Industri petrokimia merupakan industri yang berjalan dengan menghasilkan suatu produk
industri kimia organik yang merupakan bahan baku industri polymer, dengan menggunakan
bahan baku dasar berasal dari hasil pengolahan minyak dan gas bumi (gas alam), produk
pencairan batubara, bahkan sekarang sedang dikembangkan oleokimia berbasis biomassa.
Salah satu masalah yang akan dibahas pada penelitian ini yaitu berapa besar konsentrasi
maksimum NO2 dan SO2 berdasarkan sebaran emisi dengan model sebaran Gauss dan
bagaimana pola sebaran emisi dari Industri Petrrokimia ke wilayah sekitar.
Dampak yang timbul ke lingkungan salah satunya adalah adanya peningkatan kadar polutan
di udara yang berbentuk gas maupun partikulat yang berpotensi menurunkan kualitas udara
ambien.
Tujuan dari penelitian mengenai pola sebaran emisi stack pabrik yang akan dilakukan di
pabrik petrokimia adalah untuk mengetahui nilai konsentrasi maksimum pencemar dari Industri
Petrokimia berupa NO2 dan SO2 berdasarkan model sebaran Gauss, untuk menerapkan pola
sebaran emisi dari Industri Petrokimia menggunakan model sebaran Gauss dan menganalisa
alternative dalam pengurangan sebaran emisi.
Adapun manfaat-manfaat yang ada dari penelitian ini antara lain untuk memberikan
informasi tentang sebaran emisi SO2 dan NO2 di wilayah sekitar pabrik dan memberikan saran
agar menjadi evaluasi pabrik agar dapat meminimisasikan emisi yang dihasilkan.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 41 Tahun 1999 mengenai
Pengendalian Pencemaran Udara, pencemaran udara adalah adanya masuknya atau
dimasukkannya zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan
manusia, sehingga mutu udara ambien turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara
ambien tidak dapar memenuhi fungsinya.
PENDAHULUAN
Pabrik petrokimia memiliki area yang besar dan kompleks, kombinasi bagian-bagian
prosesnya spesifik dan memiliki karakteristik sebagai produk pabrik. Pencegahan polusi secara
khusus dan pengukuran terbaik reduksi pada sumbernya dilakukan oleh staf teknik. Namun
dibeberapa tempat dimana perbaikan memungkinkan terjadi, dan pada titik lokasi yang dapat
dilakukan reduksi emisi khusus yang terukur dan didesain dalam pabrik dan menjadi tugas
managemen pabrik (Sulaiman, 2016).
Nitrogen Dioksida (NO2) adalah salah satu dari sekelompok gas yang sangat reaktif yang
dikenal sebagai oksida nitrogen atau nitrogen oksida (NOx). Oksida nitrogen lainnya termasuk
asam dan asam nitrat. NO2 digunakan sebagai indikator untuk kelompok nitrogen oksida yang
lebih besar. NO2 yang dihasilkan ke udara merupakan dari proses pembakaran bahan bakar. NO2
terbentuk dari emisi dari mobil, truk dan bus, pembangkit listrik, dan peralatan off-road
(www.epa.gov).
Menghirup udara dengan konsentrasi NO2 yang tinggi dapat mengiritasi saluran udara pada
sstem penafasan manusia. Paparan seperti itu dalam jangka waktu yang pendek dapat
mengakibatkan penyakit pada pernafasan, terutama asma, yang menyebabkan gejala pernafasan
(seperti batuk dan sesak bernafas), penerimaan pasien pada rumah sakit dan kunjungan ke ruang
gawat darurat. Paparan yang berlangsung dalam waktu yang lama terhadap konsentrasi NO 2
yang tinggi juga dapat berkonstribusi pada penyakit asma yang akut dan berpotensi
meningkatkan kerentanan terhadap infeksi pernafasan. Orang dengan penderita asma, serta anak-
anak dan orang tua umumnya berisiko lebih besar untuk terkena dampak pada kesehatannya jika
terpapar NO2 (www.epa.gov).
Pada saat konsentrasi SO2 dan NO2 yang berada pada udara ambien disekitar pabrik industri
dengan waktu yang cukup lama, maka akan memberikan dampak yang buruk terhadap
lingkungan yang terkena paparan konsentrasi polutan tersebut (Liandy, 2015).
Sulfur dioksida atau SO2 merupakan salah satu gas yang dihasilkan dari suatu proses
pembakaran fosil pada pembangkit listrik dan fasilitas industri lainnya, serta pada pembakaran
bahan bakar di sumber bergerak seperti lokomotif, kapal, dan peralatan lainnya. SO2 ialah suatu
bahan pencemar dari berasal dari sumber industri yang memiliki sifat sebagai precursor asam
sulfat (H2SO4), komponen partikel aerosol yang dapat mengubah kandungan deposisi asam,
iklim global. Sumber dominan dari SO2 yaitu berasal dari pembangkit listrik tenaga batu bara,
pembakaran bahan bakar fosil, dan gunung berapi (Jacobson, 2002).
Berikut adalah tabel tentang pengaruh gas SO2 terhadap kesehatan manusia dengan tingkatan
pada setiap kadarnya.
TINJAUAN PUSTAKA
Baku mutu udara ambien merupakan suatu ukuran pada batas atau kadar zat, energi, dan/atau
komponen yang ada atau yang seharusnya ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang
keberadaannya dalam udara ambien (PP No. 41 Tahun 1999).
Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia No.41 Tahun 1999 yaitu suatu angka yang tidak mempunyai satuan yang dimana dapat
menggambarkan kondisi mutu udara ambien di suatu lokasi tertentu, yang didasarkan oleh
adanya dampak pada kesehatan manusia, nilai estetika dan mahluk hidup lainnya.
Analisis yang perlu diakukan pada adanya potensi bahaya-bahaya pada keselmatan dalam
proses produksi agar dapat mengidetifikasi tingkat risiko keselamatan dan kesehatan kerja yang
dapat dipengaruhi oleh adanya paparan SO2 dan adanya paparan tingkat kebisingan (Akbar,
2015).
Menurut Henry C. Perkins, Model Gaussian digunakan untuk menghitung konsentrasi zat
pencemar pada suatu jarak tertentu dari sumber dan menggambarkan penyebaran tersebut pada
daerah sekitar lokasi darin sumber. Sistem koordinat yang digunakan pada model penyebaran
Gaussian diasumsikan arah x adalah penyebaran plume secara vertikal. Rumus berikut
menunjukkan penyebaran dari distribusi Gauss yang sumbernya dari flare untuk sumber pada
ketinggian tertentu (Astarina, 2005).
Keterangan:
C : konsentrasi pencemare (μ/ )
Q : kecepatan konentrasi emisi pencemar (g/detik)
Uz : kecepatan pada angin rata-rata diatas stack (m/dtk)
y : koefisien dispersi horizontal (m)
z : koefisien dispersi vertikal (m)
X : jarak titik pada sumbu x (m)
Y : jarak horizontal terhadap sumbu x (m)
Z : jarak vertikal terhdap sumbu x (m)
H : tinggi cerobong + tinggi semburan
Emisi
Sumber Pencemar
Jenis
- Jenis bahan polutan yang
bakar yang diemisikan
digunakan NO2 dan
SO2
Laju emisi
NO2 dan
Dampak dan SO2
Pengndalian
Konsentrasi
Dampak Konsentrasi NO2 dan SO2
terhadap (pendekatan model Gauss)
kesehatan Sebaran NO2 dan SO2
masyarakat dan Perbandingan NO2 dan SO2
lingkungan dengan baku mutu
Pengendalian
pencemaran
Gambar Kerangka Konsep Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua pendekatan untuk menghitung laju emiisi yaitu
pendekatan analisis dimesni dan faktor emisi. Pada pendekatan analisis dimensi, satuan laju
emisi perlu ditetapkan agar dapat menutunkan rumus laju emisi berdasarkan analisis dimensi.
Satuan dari laju emisi adalah µg/detik atau mg/detik. Berikut adalah rumus yang digunakan
untuk menentukan laju emisi.
Keterangan
Q : kecepatan emisi (µg/detik)
v : laju gas yang keluar dari stack (m/detik)
A : luas lingkaran stack (m2)
C : konsentrasi polutan yang keluar dari stack (mg/m3)
Dalam menentukan kelas stabilitas perlu dicocokan dengan nilai kecepatan angin
permukaan yang ketinggiannya pada 10 meter. Data tersebut didapatkan dari data meteorologi
stasiun BMKG dengan tabel klasifikasi atmosfer yang ditertera pada tabel berikut.
Keterangan
A : sangat tidak stabil
B : tidak stabil
C : cukup tidak stabil
D : netral
E : cukup stabil
F : stabil
Keterangan
He : tinggi stack efektif (m)
H : tinggi stack fisik (m)
dH : tinggi semburan atau plume rise (m)
Untuk menghitung tinggi semburan diatas cerobong digunakan formula dari Bryan-
Davidsoon yaitu sebagai berikut.
Keterangan
dH : tinggi semburan (m)
Vs : kecepatan gas keluar stack (m/detik)
D : diameter stack (m)
U : kecepatan angin pada ketinggian stack (m/detik)
Ts : suhu gas keluar stack (K)
Ta : temperatur udara (K)
Untuk menghitung korelasi data yang diperoleh dalam penelitian digunakan rumus
sebagai berikut.
Analisis Korelasi
Keterangan
r : koefisien relasi
x : variabel yang bebas
y : variabel yang tidak bebas
Analisis Regresi
Dengan
Keterangan
x : variabel bebas
y : variabel tidak bebas
a : interception coefficient
b : slope coefficient
PENUTUP
Analisis sebaran pencemaran udara dari sumber perlu dilakukan untuk mengestimasi dampak
yang akan timbul. Salah stau metode untuk menganalisis adalah model sebaran pencemar udara.
Proses model plume Gauss, dapat digunakan untuk mengidentifikasi hubungan antara data input
dan data output yang berasal dari data yang diuji.
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono, Waluyo Eka, 2011. “Kajian Tingkat Pencemaran Sulfur Dioksida Darin Industri Di
Beberapa Daerah Di Indonesia”. LAPAN.
Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor: KEP-107/KABAPEDAL/11/1997
Mengenai “Pedoman Teknis Perhitungan dan Pelaporan Serta Informasi Indeks Standar
Pencemar Udara”.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 1995 Tentang “Baku Mutu
Emisi Sumber Tidak Bergerak”.
Liandy, 2015. “Analisis Sebaran Total Suspended Particulate (TSP), Sulfur Dioksida (SO2), dan
Nitrogen Dioksida (NO2) Di Udara Ambien Dari Emisi Pembangkit Listrik Tenaga Uap
(PLTU) Banten 3 Lontar Dengan Model Gaussian”. Indonesian Journal of Urban and
Environment Technology 7 (2): 47-56
DOI: 10.25105/urbanenvirotech.v7i2.717
Akbar, 2015. “ Analisis Risiko Paparan SO2 dan Kebisingan Terhadap Pekerja Pada Area
Kerja Coal Yard Di PT. Indonesia Power Suralaya, Provinsi Banten”. Indonesian
Journal of Urban and Environment Technology 7 (2): 41-45
DOI: 10.25105/urbanenvirotech.v7i2.714
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 Tentang “Pengendalian
Pencemaran Udara”.
Ruhiat, Yayat., Bey, Ahmad., Santosa, Imam., Nelwan, Leopold O., 2008. “Penyebaran
Pencemar Udara Di Kawasan Industri Cilegon”. Institut Pertanian Bogor: Bogor.
Wiharja, 2002. “Identifikasi Kualitas Gas SO2 Di Daerah Industri Pengecoran Logam
Ceper”.Jurnal Teknologi Lingkungan.
www.epa.gov diakses pada tanggal 8 Mei 2019 pukul 22.00 WIB.