Bab I Pendahuluan

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan kebutuhan pokok bagi makhluk hidup di bumi ini. Hal ini
dikarenakan air merupakan unsur kehidupan yang sangat penting bagi
kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya. Air bahkan menjadi
elemen dasar yang penting dalam mata rantai kehidupan. Namun sampai saat ini
masih ditemukan berbagai masalah belum terpenuhinya persyaratan kualitas air
bersih.

Untuk memenuhi kualitas air yang timbul saat ini diperlukan suatu proses
pengolahan terlebih dahulu. Proses pengolahan ini agar diperoleh kualitas air
bersih yang sesuai dengan standar kualitas air bersih. Oleh karena itu maka perlu
dilakukan penjernihan air seperti filtrasi dan desinfeksi.

Filtrasi merupakan proses dimana campuran yang heterogen antara fluida


dan partikel-partikel padatan dipisahkan oleh media filter yang meloloskan fluida
tetapi menahan partikel-partikel padatan. Hal yang paling utama dalam filtrasi
adalah mengalirkan fluida melalui media berpori. Filtrasi dapat terjadi karena
adanya gaya dorong, misalnya ; gravitasi, tekanan dan gaya sentrifugal.
Sedangkan desinfeksi merupakan proses untuk memusnahkan mikroorganisme
yang dapat menimbulkan penyakit. Proses ini dilakukan dengan cara
menambahkan suatu senyawa kimia yang disebut sebagai desinfektan.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu :

1. Apa itu filtrasi dan desinfeksi pada pengolahan air?

1
2. Faktor-faktor apa saja yang berpengaruh dalam filtrasi maupun desinfeksi?

3. Bagaimana pengolahan air dengan kedua proses tersebut (filtrasi dan


desinfeksi)?

4. Apa saja jenis alat-alat filtrasi dan bagaimana prinsip kerjanya?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah :

1. Megetahui Proses Filtrasi Maupun Desinfeksi Pada Pengolahan Air

2. Mengetahui Kualitas Air Layak Pakai

3. Mengetahui prinsip kerja dari masing-masing alat filtrasi

BAB II

2
ISI

2.1 Filtrasi

2.1.1 Pengertian Filtrasi

Filtrasi adalah proses penyaringan untuk menghilagkan zat padat


tersuspensi dari air melalui media berpori . Pada proses filter yang biasa digunkan
biasanya dianggap sebagai saringan yang menangkap atau menahan zat padat
tersuspensi diantara media filter.

2.1.2 Tujuan dan Manfaat dari filtrasi

1. Tujuan dari filtrasi

Memanfaatkan air kotor atau limbah untuk bisa digunakan kembali.


Mengurangi keterbatasan air bersih dengan membuat filtrasi air.

Mengurangi penyakit yang diakibatkan oleh air kotor.

Membantu pemerintah untuk menggalakan air bersih.

2. Manfaat dari filtrasi

Dapat meng ilangkan bau yang tidak sedap pada air yang keruh.
Dapat mengubah warna air yang keruh menjadi lebih bening.

Menghilangkan pencemar yang ada dalam air atau mengurangi kadarnya


supaya air layak untuk digunakan.

2.1.3 Prinsip Filtrasi

Prinsip dasar dari filtrasi ini sangat sederhana yaitu menyaring molekul-
molekul padatan yang tercampur dalam larutan, maka tingkat kemurnian filtrat
yang diperoleh dari filtrasi ini bergantung pada kualitas serta ukuran pori dari
filter (penyaring) yang digunakan.

3
2.1.4 Faktor Yang Berpengaruh Pada Filtrasi

1. Debit Filtrasi

Debit yang terlalu besar akan menyebabkan tidak berfungsinya filter


secara efisien. Sehingga proses filtrasi tidak dapat terjadi dengan
sempurna, akibat adanya aliran air yang terlalu cepat dalam melewati
rongga diantara butiran media pasir. Hal ini menyebabkan
berkurangnya waktu kontak antara permukaan butiran media
penyaring dengan air yang akan disaring. Kecepatan aliran yang terlalu
tinggi saat melewati rongga antar butiran menyebabkan partikel
partikel yang terlalu halus yang tersaring akan lolos.

2. Konsentrasi Kekeruhan

Konsentrasi kekeruhan sangat mempengaruhi efisiensi dari filtrasi.


Konsentrasi kekeruhan air baku yang sangat tinggi akan menyebabkan
tersumbatnya lubang pori dari media atau akan terjadi clogging.
Sehingga dalam melakukan filtrasi sering dibatasi seberapa besar
konsentrasi kekeruhan dari air baku (konsentrasi air influen) yang
boleh masuk. Jika konsentrasi kekeruhan yang terlalu tinggi, harus
dilakukan pengolahan terlebih dahulu, seperti misalnya dilakukan
proses koagulasi flokulasi dan sedimentasi.

3. Temperatur

Adanya perubahan suhu atau temperatur dari air yang akan difiltrasi,
menyebabkan massa jenis (density), viskositas absolut, dan viskositas
kinematis dari air akan mengalami perubahan. Selain itu juga akan
mempengaruhi daya tarik menarik diantara partikel halus penyebab
kekeruhan, sehingga terjadi perbedaan dalam ukuan besar partikel
yang akan disaring. Akibat ini juga akan mempengaruhi daya adsorpsi.
Akibat dari keduanya ini, akan mempengaruhi terhadap efisiensi daya
saring filter.

4
4. Kedalaman Media, Ukuran, dan Material

Pemilihan media dan ukuran merupakan keputusan penting dalam


perencanaan bangunan filter. Tebal tipisnya media akan menentukan
lamanya pengaliran dan daya saring. Media yang terlalu tebal biasanya
mempunyai daya saring yang sangat tinggi, tetapi membutuhkan waktu
pengaliran yang lama. Lagi pula ditinjau daris segi biaya, media yang
terlalu tebal tidaklah menguntungkan dari segi ekonomis. Sebaliknya
media yang terlalu tipis selain memiliki waktu pengaliran yang
pendek, kemungkinan juga memiliki daya saring yang rendah.
Demikian pula dengan ukuran besar kecilnya diameter butiran media
filtrasi berpengaruh pada porositas, laju filtrasi, dan juga kemampuan
daya saring, baik itu komposisisnya, proporsinya, maupun bentuk
susunan dari diameter butiran media. Keadaan media yang terlalu
kasar atau terlalu halus akan menimbulkan variasi dalam ukuran
rongga antar butir. Ukuran pori sendiri menentukan besarnya tingkat
porositas dan kemampuan menyaring partikel halus yang terdapat
dalam air baku. Lubang pori yang terlalu besar akan meningkatkan rate
dari filtrasi dan juga akan menyebabkan lolosnya partikel halus yang
akan disaring. Sebaliknya lubang pori yang terlalu halus akan
meningkatkan kemampuan menyaring partikel dan juga dapat
menyebabkan clogging (penyumbatan lubang pori oleh partikel halus
yang tertahan) terlalu cepat.

5. Tinggi Muka Air Di Atas Media dan Kehilangan Tekanan

Keadaan tinggi muka air di atas media berpengaruh terhadap besarnya


debit atau laju filtrasi dalam media. Tersedianya muka air yang cukup
tinggi diatas media akan meningkatkan daya tekan air untuk masuk
kedalam pori. Dengan muka air yang tinggi akan meningkatkan laju
filtrasi (bila filter dalam keadaan bersih). Muka air diatas media akan
naik bila lubang pori tersumbat (terjadi clogging) terjadi pada saat
filter kotor.

5
Untuk melewati lubang pori, dibutuhkan aliran yang memiliki tekanan
yang cukup. Besarnya tekanan air yang ada diatas media dengan yang
ada didasar media akan berbeda di saat proses filtrasi berlangsung.
Perbedaan inilah yang sering disebut dengan kehilangan tekanan
(headloss). Kehilangan tekanan akan meningkat atau bertambah besar
pada saat filter semakin kotor atau telah dioperasikan selama beberapa
waktu. Friksi akan semakin besar bila kehilangan tekanan bertambah
besar, hal ini dapat diakibatkan karena semakin kecilnya lubang pori
(tersumbat) sehingga terjadi clogging.

2.1.5 Kriteria Pemilihan Alat

Kriteria Pemilihan alat di pengaruhi oleh :

1. Jenis Campuran, Campuran gas-padat memerlukan ruang filtrasi dan luas


permukaan filter yang lebih besar daripada campuran cair-padat. Hal ini
disebabkan volume gas lebih besar dari pada cairan. Disamping itu pada
campuran gas-padat hanya mungkin digunakan beda tekanan yang kecil.

2. Jumlah Bahan Yang Lolos Dan Tertahan, Semakin besar jumlah


campuran yang harus difiltrasi, semakin besar daya filtrasi yang
diperlukan dan dengan demikian juga semakin besar luas permukaan total
filter. Ukuran pemanfaatan yang optimal dapat berupa luas permukaan
filter yang sebesar mungkin dengan ruang filter yang sekecil mungkin.

3. Tekanan Filtrasi (Beda Tekanan), Tekanan filtrasi mempengaruhi jenis


konstruksi dan ukuran alat filtrasi.

4. Jenis Operasi, Konstruksi alat pada dasarnya berbeda untuk operasi yang
kontinu atau yang tidak kontinu.

5. Pencucian, Bila kue filter harus dicuci , diperlukan tambahan


perlengkapan untuk mencuci. Tergantung pada jenis cairan pencuci yang
digunakan, yaitu apakah mengandung air, mudah terbakar atau beracun,
maka alat filtrasi harus dikonstruksi dengan cara yang berbeda-beda

6
(misalnya terbuka, tertutup, dengan perangkat penghisap, dengan ruang-
ruang terpisah).

6. Sifat Bahan yang di filtrasi, Baik konstruksi maupun bahan yang dipakai
untuk membuat alat filtrasi tergantung pada bahan yang difiltrasi, apakah
bersifat asam, basa, netral, mengandung air, mudah terbakar, tahan api,
peka terhadap oksidasi, steril, panas atau dingin. Konstruksi dapat terbuka,
tertutup atau dalam lingkungan gas inert.

7. Sifat Filtrasi, apakah kue filter yang terbentuk dapat ditekan atau tidak
dapat ditekan, tergantung pada ukuran dan bentuk partikel bahan padat.
Sifat kue filter itu selanjutnya mempengaruhi luas permukaan filter, tebal
kue, beda tekanan, dan juga ukuran pori dari media filter.

2.1.6 Jenis-Jenis Filter

Filter dapat dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu:

1. Filter klarifikasi

Filter ini dikenal juga sebagai filter hamparan tebal (deep bed filter),
karena partikel-partikel zat padat diperangkap di dalam medium filter dan
biasanya tidak ada lapisan zaat padat yang terlihat dari permukaan
medium. Filter ini biasanya digunakan untuk memisahkan zat padat yang
kuantitasnya kecil dan menghasilkan gas yang bersih atau zat cair yang
bening, seperti minuman. Klarifikasi berbeda dengan penapisan karena
pori medium filter ini jauh lebih besar dari diameter partikel harus
dipisahkan.partikel-partikel itu ditangkap oleh gaya-gaya permukaan dan
dibuat tidak bisa bergerak di dalam saluran aliran, (seperti yang terlihat
pada Gambar 2.1a) dan walaupun mengakibatkan diameter efektif saluran
itu menjadi lebih kecil, namun biasanya tidak sampai menyebabkan
saluran itu buntu.

7
Gambar 1.1 Clarifyng Filters ( sumber: www.google.com )

2. Filter Ampas (Cake Filter)

Filter ampas digunakan untuk memisahkan zat padat yang kuantitasnya


besar dalam bentuk ampas atau kristal ataupun Lumpur. Biasanya filter ini
diperlengkapi untuk pencucian zat padat dan untuk mengeluarkan
sebanyak-banyaknya sisa zat cair dari zat padat itu sebelum zat padat itu
dikeluarkan dari filter. Medium filter pada filter ini relatif lebih tipis
dibandingkan dengan yang digunakan dalam medium filter klarifikasi
(seperti terlihat pada Gambar 2.1b). Pada awal filtrasi sebagian partikel
padat masuk ke dalam pori medium dan tidak dapat bergerak lagi, tetapi
segera setelah itu bahan itu terkumpul pada permukaan septum. Setelah
periode pendahuluan yang berlangsung beberapa saat itu, zat padat itulah
yang melakukan filtrasi, bukan septum lagi. Ampas itu terlihat
mengumpul sampai ketebalan tertentu pada permukaan itu dan harus
sewaktu-waktu dikeluarkan.

Filter Kempa ini dapat dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok,


yaitu filter tekanan dan filter vakum. Filter tekanan dapat memberikan

8
perbedaan tekanan yang cukup besar melintas septum sehingga
menghasilkan filtrasi yang cukup cepat dengan zat cair viskos atau zat
padat halus. Filter tekanan yang lazim adalah :

a. Filter Kempa (filter press)

Filter ini terdiri dari seperangkat lempengan (plate) yang dirancang


untuk memberikan sedereran ruang atau kompartemen dimana zat
padat itu akan mengumpul. Lempengan itu ditutup dengan medium
filter, seperti kanvas. Bubur umpan masuk ke dalam masing-masing
komponen itu dengan tekanan. Cairannya lewat melalui kanvas dan
keluar melalui pipa pengeluar, dan meninggalkan ampas (zat padat)
basah di dalam ruang itu. Lempengan tersebbut ada yang berbentuk
bujur sangkar atau lingkaran, dan ada yang vertikal atau horizontal.

Gambar 1.2 filter press ( sumber : www.google.com )

b. Filter selongsong-dan-daun (sheel and leaf filter)

Untuk penyaringan pada tekanan yang lebih tinggi daripada filter di


dalam filter plat-dan-bingkai, serta untuk menghemat tenaga manusia,
atau bila pencucian ampas itu harus lebih efektif , ,kita dapat
menggunakan filter selongsong-dandaun (sheel and leaf filter). Dalam
model tangki horizontal (seperti pada Gambar 2.2), seperangkat daun
disusun pada suatu rak yang dapat ditarik keluar. Pada waktu operasi,
daun-daun itu terletak di dalam selongsong yang tertutup. Umpan

9
masuk melalui sisi tangkai, sedangkan filtrat lewat melalui daun dan
keluar melalui sistem pipa pembuangan.

Gambar 1.3 shell and leaf filter ( sumber : www.google.com )

c. Filter plat-dan-bingkai (plate-and-frame filter)

Filter ini terdiri dari plat dan bingkai yang terpasang dengan suatu
medium filter di atas sisi masing-masing plat itu. Plat tersebut
mempunyai saluran yang memotong plat tersebut sehingga iltrate
cairan yang bersih dapat mengalir ke bawah pada masing-masing plat
tersebut. Slurry dipompakan ke dalam penekan dan mengalir melalui
saluran pipa ke dalam bingkai yang terbuka sehingga slurry tersebut
mengisi bingkai itu. Aliran iltrate mengalir melalui medium filter dan
partikel padat membentuk sebagai cake di bagian atas sisi bingkai
kain itu. Filtrat mengalir antara medium filter dan muka plat melalui
saluran keluar. Proses filtrasi berlangsung sampai bingkai tersebut
diisi sepenuhnya dengan partikel padat. Ketika bingkai itu telah diisi
sampai penuh,maka bingkai dan plat tersebut terpisah dan cake
tersebut dibuang. Kemudian filter atau saringan itu dipasang kembali
dan proses filtrasi diulangi lagi.

10
Gambar 1.4 plate and frame filter ( sumber : www.google.com )

Ada beberapa jenis-jenis yang lain dari filtrasi, yang antara lain adalah :

1. Filter putar-kontiniu (Continuous rotary filter)

Kerugian pada filter plat-dan-bingkai umumnya pada semua proses batch


dan tidak bisa digunakan untuk proses yang berkapasitas besar.

Ada beberapa bentuk filter kontiniu ada tersedia, antara lain :

a. Continuous rotary vacuum-drum filter

Penyaringan, pencucian, dan melepaskan cake merupakan suatu proses


yang kontiniu. Sebuah drum ditutupi dengan suatu medium filter yang
cocok. Drum tersebut berputar dan sebuah katup otomatis yang
terdapat di tengah-tengah drum itu beroperasi untuk mengaktifkan
proses penyaringan, pengeringan, pencucian, dan melepaskan cake
yang ada di dalam siklus itu. Filtrat meninggalkan melalui poros
sumbu filter (saringan) itu. Katup yang otomatis itu menyediakan
saluran terpisah untuk filtrat dan mencuci cairan. Perbedaan tekanan
maksimum untuk vakum filter hanya 1 atm. Jika drum tersebut terisi
dalam sebuah sel, maka tekanan 1 atm tersebut dapat dipakai. Pada

11
saat ini, proses dengan kapasitas yang besar menggunakan filter
kontiniu (continuous filter).

Keuntungan yang penting adalah saringannya kontiniu dan otomatis


dan biaya tenaga kerja secara relatif rendah. Walaupun, memerlukan
biaya modal yang relatif tinggi.

Gambar 1.4 Continuous rotary vacuum-drum filter ( sumber :


www.google.com )

b. Continuous rotary disk filter

Filter ini terdiri dari cakram sepusat vertikal yang menjulang pada
batang pemutar horizontal. Prinsip operasi dari filter ini sama dengan
prinsip operasi rotary vacuum-drum filter. Tiap-tiap cakram berongga
dan dilapisi dengan kain penyaring (medium filter) dan masuk ke
dalam lumpur (slurry). Cake yang terbentuk dicuci, dikeringkan, ketika
cakram tersebut lebih tinggi separuh dari putarannya. Proses pencucian
lebih sedikit efisiensinya dibandingkan dengan tipe drum berputar
(rotating drum type).

12
Gambar 1.5 Continuous rotary disk filter ( sumber : www.google.com )

c. Continuous rotary horizontal filter

Filter ini merupakan sebuah filter vakum dengan permukaan filter


gelang yang berputar yang terbagi kepada beberapa sektor. Sebagai
filter horizontal yang berputar, filter ini secara berturut-turut menerima
lumpur (slurry), dicuci, dikeringkan. Efisiensi pencucian lebih bagus
dibandingkan dengan filter cakram berputar (rotary disk filter). Filter
secara luas digunakan dalam ekstraksi bijibijian, pencucian pulp, dan
proses yang berkapasitas besar lainnya.

13
Gambar 1.6 horizontal vacuum filter with cake washing ( sumber:
www.google.com )

2.1.7 Proses Filtrasi

Pada tahap ini air disaring melewati media penyaring yang disusun dari
bahan-bahan biasanya berupa pasir dan kerikil silica. Proses ini ditujukan untuk
menghilangkan bahan-bahan terlarut dan tak terlarut. Secara umum setelah
melalui proses penyaringan ini air langsung masuk ke unit Penampungan Akhir.
Namun untuk meningkatkan kualitas air kadang diperlukan proses tambahan,
seperti :

Proses Pertukaran Ion (Ion Exchange)

Proses pertukaran ion bertujuan untuk menghilangkan zat


pencemar anorganik yang tidak dapat dihilangkan oleh proses
filtrasi atau sedimentasi. Proses pertukaran ion juga digunakan
untuk menghilangkan arsenik, kromium, kelebihan fluorida, nitrat,
radium, dan uranium.

Proses Penyerapan (Absorption)

Proses ini bertujuan untuk menyerap / menghilangkan zar


pencemar organik, senyawa penyebab rasa, bau dan warna.

14
Biasanya dengan membubuhkan bubuk karbon aktif ke dalam air
tersebut.

Proses Desinfeksi (Disinfection)

Sebelum masuk ke unit Penampungan Akhir, air melalui Proses


Disinfeksi dahulu. Yaitu proses pembubuhan bahan kimia Chlorine
yang bertujuan untuk membunuh bakteri atau mikroorganisme
berbahaya yang terkandung di dalam air tersebut.

2.1.8 Bahan Penolong Filtrasi

Zat padat yang berlanyau (slimy) atau yang sangat halus, dapat
membentuk ampas yang rapat dan impermeabel (tak-tembus fluida), yang dapat
menyumbat medium filtrasi. Untuk itu dilakukan penambahan bahan penolong
filtrasi (filter aid), seperti tanah diatom, silica, perlit, selulosa kayuu yang
dimurnikan, atau bahanbahan padat yang lain yang tidak bereaksi. Penambahan
itu dilakukan terhadap bubur umpan sebelum difiltrasi. Penambahan bahan
pebolong filtrasi ini (filter aid) dapat membantu memperlancar proses filtrasi serta
mempertinggi umur dari medium filter dan dapat menghilangkan zaat warna dan
bau yang terdapat dalam cairan. Cara lain dalam penggunaan bahan penolong
filtrasi adalah dengan cara membuat lapisan pendahuluan, yaitu mengendapkan
suatu lapisan bahanpenolong filtrasi itu terlebih dahulu di atas medium filter
sebelum melakukan filtrasi. Penggunaan lapisan pendahuluan ini biasanya dapat
mencegah pembuntuan medium filter dan menghasilkan filtrat yang jernih.

2.2 Desinfeksi

2.2.1 Pengertian Desinfeksi

Desinfaksi adalah memusnahkan mikroorganisme yang dapat


menimbulkan penyakit. Desinfeksi merupakan benteng manusia terhadap paparan
mikroorganisme pathogen penyebab penyakit, termasuk di dalamnya virus,
bakteri dan protozoa parasit ( Biton, 1994 ).

15
2.2.2 Tujuan dan Manfaat dari Desinfeksi
A. Tujuandari desinfeksi
Membunuh/mengurangi kuman atau bakteri patogen yang terdapat
didalam air.
B. Manfaat
Air yang diolah/dihasilkan menjadi lebih sehat dan layak untuk
dikonsumsi.

2.2.3 Prinsip Desinfeksi

Prinsip dasar desinfeksi yaitu mengurangi atau membunuh bakteri-bakteri/kuman


dengan cara pemberian desinfektan kedalam air, sehingga kandungan kuman atau
bakteri didalam air mati. Air yang dihasilkan menjadi lebih sehat atau layak untuk
dikonsumsi. Desinfektan adalah suatu bahan kimia yang dapat membunuh
kuman/bakteri apabila diberikan langsung kepada kuman/bakteri.

2.2.4 Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Desinfeksi

A. Jenis desinfektan
efisiensi desinfektsn tergantung pada jenis bahan kimia yang digunakan,
beberapa desinfektan seperti ozon dan chlorine dioksida merupakan
oksidator yang kuat dibandingkan dengan yang lainnya seperti chlorine.

B. Jenis Mikroorganisme
Di alam tertadapat banyak sekali variasi mikroba pathogen yang resisten
terhadap desinffektan. Bakteri pembentuk spora umumnya lebih resistant
terhadap desinfektan dibandingkan bakteri vegetative. Terdapat juga
variasi dari bakteri vegetative yang resistant terhadap desinfektan dan
juga diantara strain yang termasuk dalam spesies yang sama . sebagai
contoh legionella pneumophila lebih tahan terhada chlorine dibandingkan
E. coli.

C. Konsentrasi Disinfektan Dan Waktu Kontak


Inaktivasi mikroorganisme patogen oleh senyawa disinfektan bertambah

16
sesuai dengan waktu kontak, dan idealnya mengikuti kinetika reaksi orde
satu. Inaktivasi terhadap waktu mengikuti garis lurus apabila data diplot
pada kertas log-log.
Nt/No = e-kt
Dimana,
No = Jumlah mikro-organisme pada waktu 0.
Nt = Jumlah mikro-organisme pada waktu t.
k = decay constant atau konstanta pemusnahan (waktu ) . -1

Gambar 2.1 : Kurva inaktivasi mikroorganisme di dalam proses disinfeksi.

Efektifitas disinfektan dapat digambarkan sebagai C.t. C adalah


konsentrasi disinfektan dan t adalah waktu yang diperlukan untuk proses
inaktivasi sejumlah persentasi tertentu dari populasi pada kondisi tertentu
(pH dan suhu). Hubungan antara konsentrasi disinfektan dengan waktu
kontak diberikan oleh hukum Watson sebagai berikut (Clark, 1989) :
K = C tn
Dimana :
K = Konstanta mikro-organisme tertentu yangterpapar disinfektan
pada kondisi tertentu.
C = Konsentrasi disinfektan (mg/l).
t = Waktu yang diperlukan untuk memusnahkanpersentasi
tertentu dari populasi (menit)
n = Konstanta yang disebut koefisien pelarutan.

17
D. Pengaruh Ph
Dalam proses desinfeksi menggunakan senyawa khlor, pH akan
mengontrol jumlah HOCl (asam hypokhlorit) dan OCl (hypokhlorit) dalam
larutan. HOCl 80 kali lebih efektif dari pada OCl untuk E.Coli. Di dalam
proses disinfeksi dengan khlor, harga Ct meningkat sejalan dengan
kenaikan Ph Sebaliknya inaktivasi bakteria, virus dan kista protozoa
umumnya lebih efektif pada pH tinggi. Pengaruh pH pada inaktivasi
mikroba dengan khloramin tidak diketahui secara pasti karena adanya hasil
yang bertentangan. Pengaruh pH pada inaktivasi patogen dengan ozon
juga belum banyak diketahui secara pasti.

E. Pengaruh Temperatur
Invaksi patogen dan parasite menigkat sejalan dengan meningkatnya
temperature (sebagai contoh Ct menurun).

F. Pengaruh Kimia dan Fisika pada Desinfeksi


Beberapa senyawa kimia yang dapat mempengaruhi proses disinfeksi
antara lain adalah senyawa nitrogen anorganik maupun organik,besi,
mangan dan hidrogen sulfida. Senyawa organik terlarut juga menambah
kebutuhan khlor dan keberadaannya menyebabkan penurunan efisiensi
proses disinfeksi

G. Kekeruhan
Kekeruhan dalam air disebabkan adanya senyawa anorganik (missal
lumpur, tanah liat, oksida besi) dan zat organik serta sel-sel mikroba.
Kekeruhan diukur dengan adanya pantulan cahaya (light scattering) oleh
partikel dalam air. Hal ini dapat menggangu pengamatan coliform dalam
air, disamping itu kekeruhan dapat menurunkan efisiensi khlor maupun
senyawa disinfektan yang lain. Kekeruhan (turbidity) harus dihilangkan
karena mikroorganisme yang bergabung partikel yang ada di dalam air
akan lebih resistan terhadap disinfektan dibandingkan dengan
mikroorganisme yang bebas.

18
2.2.5 Jenis- Jenis Desinfektan
a. Klorin
Senyawa klorin yang paling aktif adalah asam hipoklorit. Mekanisme
kerjanya adalah menghambat oksidasi glukosa dalam sel mikroorganisme
dengan cara menghambat enzim-enzim yang terlibat dalam metabolisme
karbohidrat . Kelebihan dari disinfektan ini adalah mudah digunakan, dan
jenis mikroorganisme yang dapat dibunuh dengan senyawa ini juga cukup
luas, meliputi bakteri gram positif dan bakteri gram negatif. Kelemahan
dari disinfektan berbahan dasar klorin adalah dapat menyebabkan korosi
pada pH rendah (suasana asam), meskipun sebenarnya pH rendah
diperlukan untuk mencapai efektivitas optimum disinfektan ini. Klorin
juga cepat terinaktivasi jika terpapar senyawa organik tertentu.

b. Lodin
Iodin merupakan disinfektan yang efektif untuk proses desinfeksi air
dalam skala kecil. Dua tetes iodine 2% dalam larutan etanol cukup untuk
mendesinfeksi 1 liter air jernih. Salah satu senyawa iodine yang sering
digunakan sebagai disinfektan adalah iodofor. Sifatnya stabil, memiliki
waktu simpan yang cukup panjang, aktif mematikan hampir semua sel
bakteri, namun tidak aktif mematikan spora, nonkorosif, dan mudah
terdispersi. Kelemahan iodofor diantaranya aktivitasnya tergolong lambat
pada pH 7 (netral) dan lebih dan mahal. Iodofor tidak dapat digunakan
pada suhu lebih tinggi dari 49 C.

c. Alkohol
Alkohol disinfektan yang banyak dipakai untuk peralatan medis,
contohnya termometer oral. Umumnya digunakan etil alkohol dan
isopropil alcohol dengan konsentrasi 60-90%, tidak bersifat korosif
terhadap logam, cepat menguap, dan dapat merusak bahan yang terbuat
dari karet atau plastik.

d. Amonium Kuartener
Amonium kuartener merupakan garam ammonium dengan substitusi
gugus alkil pada beberapa atau keseluruhan atom H dari ion NH4+nya.

19
Umumnya yang digunakan adalah en:cetyl trimetil ammonium bromide
(CTAB) atau lauril dimetil benzyl klorida. Amonium kuartener dapat
digunakan untuk mematikan bakteri gram positif, namun kurang efektif
terhadap bakteri gram negatif, kecuali bila ditambahkan dengan
sekuenstran (pengikat ion logam). Senyawa ini mudah berpenetrasi,
sehingga cocok diaplikasikan pada permukaan berpori, sifatnya stabil,
tidak korosif, memiliki umur simpan panjang, mudah terdispersi, dan
menghilangkan bau tidak sedap. Kelemahan dari senyawa ini adalah
aktivitas disinfeksi lambat, mahal, dan menghasilkan residu.

e. Formaldehida
Formaldehida atau dikenal juga sebagai formalin, dengan konsentasi
efektif sekitar 8%. Formaldehida merupakan disinfektan yang bersifat
karsinogenik pada konsentrasi tinggi namun tidak korosif terhadap metal,
dapat menyebabkan iritasi pada mata, kulit, dan pernapasan. Senyawa ini
memiliki daya inaktivasi mikroba dengan spektrum luas. Formaldehida
juga dapat terinaktivasi oleh senyawa organik.

f. Fenol
Fenol merupakan bahan antibakteri yang cuk up kuat dalam konsentrasi 1-
2% dalam air, umumnya dikenal dengan lisol dan kreolin. Fenol dapat
diperoleh melalui distilasi produk minyak bumi tertentu. Fenol bersifat
toksik, stabil, tahan lama, berbau tidak sedap, dan dapat menyebabkan
iritasi, Mekanisme kerja senyawa ini adalah dengan penghancuran
dinding sel dan presipitasi (pengendapan) protein sel dari mikroorganisme
sehingga terjadi koagulasi dan kegagalan fungsi pada mikroorganisme
tersebut.

g. Kalium Permanganat
Kalium permanganat merupakan zat oksidan kuat namun tidak tepat untuk
disinfeksi air. Penggunaan senyawa ini dapat menimbulkan perubahan
rasa, warna, dan bau pada air. Meskipun begitu, senyawa ini cukup efektif
terhadap bakteri Vibrio cholerae

h. Ultraviolet
Desinfeksi dengan UV termasuk ke dalam proses fisik, berbeda dengan

20
klorinasi dan ozonasi yang memanfaatkan penggunaan zat-zat kimia. Pada
proses desinfeksi menggunakan UV, gelombang elektromagnetik yang
dipancarkan dari lampu merkuri pada panjang gelombang tertentu akan
menembus DNA atau RNA mikroorganisme sehingga mengganggu system
[1]
reproduksi mikroorganisme tersebut . Sinar UV yang digunakan untuk
proses desinfeksi termasuk dalam kelompok UV-C (short wave UV), tapi
biasa disebut dengan istilah UV saja. Rentang panjang gelombang yang
efektif untuk proses inaktivasi mikroorganisme adalah 250 270 nm.

i. Ozone (O3)
Ozon dengan kemampuan oksidasinya dapat membunuh berbagai macam
microorganisma seperti bakteri Escherichia coli, Salmonella enteriditis,
serta berbagai bakteri pathogen lainnya. Selain itu, ozon juga dapat
menguraikan berbagai macam senyawa organik beracun yang terkandung
dalam air, seperti benzen, atrazin, dioxin dan berbagai zat pewarna
organik. Melalui proses oksidasi, ozon akan merusak dinding bagian luar
sel mikroorganisma (cell lysis) sekaligus membunuhnya. Juga melalui
proses oksidasi oleh radikal bebas seperti hydrogen peroxida (H2O2) dan
hydroxyl radikal (OH) yang terbentuk ketika ozon terurai dalam air.
Seiring dengan perkembangan teknologi, dewasa ini ozon mulai banyak
diaplikasikan dalam mengolah limbah cair domestik dan industri.

2.3 Contoh Pengolahan Air Dengan Filtrasi

A. Tangki air baku

Tangki air baku digunakan untuk menampung air baku, mempunyai


volume 250 liter, dan terbuat dari bahan PVC.

B. Pompa

Pompa berfimgsi untuk memompa air baku ke sistem pengolahan air.

C. Filter Pasir

21
Berfungsi untuk menghilangkan/menurunkan kekeruhan dan suspended
solid yang terlarut dalam air. Pasir silika dimasukkan ke dalam tabung
yang tingginya 75 cm, diameter tabung 15 cm, ukuran partikel dari pasir
silika 40 mesh, volume dari pasir silika 75%.

D. Filter Karbon

Karbon filter berfungsi untuk menghilangkan bau, warna, rasa, senyawa


organik, dan kekeruhan sehingga air menjadi jernih. Pada saringan dengan
menggunakan karbon aktif terjadi proses adsorpsi, yaitu penyerapan zat-
zatc yang akan dihilangkan oleh permukaan karbon aktif. Apabila seluruh
permukaan karbon aktif telah jenuh atau sudah tidak mampu lagi
menyerap maka proses penyerapan akan berhenti dan karbon aktif harus
segera diganti. Karbon dimasukkan ke dalam tabung yang tingginya 75
cm, diameter tabung 15 cm, ukuran partikel dari pasir silika 20 mesh,
volume dari pasir silika 75%.

E. Filter Mikro

Berfungsi untuk menjernihkan air dengan cara menyaring partikel-partikel


halus dalam air dengan ukuran 10 mikron, 5 mikron dan 1 mikron.

F. Ultraviolet

Disinfeksi dengan menggunakan ultraviolet memanfaatkan panjang


gelombang. Panjang gelombang yang digunakan berkisar antara 240 - 280
nm dapat efektif untuk membunuh bakteri dan mikroorganisme. Disinfeksi
sangat dipengaruhi oleh waktu kontak yang cukup dengan yang diproses.
Sinar yang digunakan berada pada panjang gelombang 257 nm dengan
kekuatan 15 watt.

G. Ozone

Ozone (O3) mempunyai berat molekul dengan berat 48 g/mol dan


mempunyai sifat mudah larut di dalam air dan mudah terdekomposisi pada

22
temperatur dan pH yang tinggi, berfungsi mengubah gas oksigen dalam
udara menjadi gas ozone. Gas ozone merupakan senyawa oksidator kuat
yang mampu membunuh semua bakteri/mikroorganisme yang larut dalam
air termasuk bakteri Coliform dan E.coli.

H. Kaporit
Cara yang paling umum kita temukan adalah dengan adanya penambahan
CaOCl atau biasa disingkat sebagai kaporit. Kaporit dapat ditemukan
dalam bentuk cair ataupun tablet. Dosis yang disarankan untuk
ditambahkan dalam pengolahan air adalah sekitar 12 - 30 ppm.
Kekurangan dari kaporit ini adalah sifatnya yang dapat mengoksidasi
logam, plus dalam konsentrasi tinggi dapat menyebabkan infertilitas.
I. Chlorine
Chlorine biasanya diinject kedalam air dengan dalam bentuk gas. Anda
bisa menemukannya di banyak PDAM, Chlorinator. Selain dalam bentuk
gas, chlorine juga terdapat dipasaran dalam bentuk cair. Sodium
hypochlorite amat sangat reaktif dan bereaksi dengan sangat cepat dalam
membunuh bakteri. kekuranganya terletak pada kesulitan pembuatannya
yang harus menggunakan chlorinttor, selain itu juga cukup berbahaya.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Air merupakan kebutuhan pokok bagi makhluk hidup di bumi ini. Hal ini
dikarenakan air merupakan unsur kehidupan yang sangat penting bagi
kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya. Air bahkan menjadi
elemen dasar yang penting dalam mata rantai kehidupan. Untuk memenuhi

23
kualitas air yang baik maka diperlukan suatu proses pengolahan agar semua
makhluk hidup yang membutuhkan air dapat memperoleh air yang memenuhi
standar kualitas air bersih baik dengan proses filtasi, desinfeksi maupun dengan
proses pengolahan air lainnya.

24

Anda mungkin juga menyukai