Pada waktu tawanan Portugis dan budak asal Goa (India) di Kampung Tugu dibebaskan
pada tahun 1661 oleh Pemerintah Hindia Belanda (VOC), mereka diharuskan pindah
agama dari Katholik menjadi Protestan, sehingga kebiasaan menyanyikan lagu Fado
menjadi harus bernyanyi seperti dalam Gereja Protestan, yang pada tangga nada mayor.
Selanjutnya pada tahun 1880 Musik Keroncong lahir, dan awal ini Musik Keroncong juga
dipengaruhi lagu Hawai yang dalam tangga nada mayor, yang juga berkembang pesat di
Indonesia bersamaan dengan Musik Keroncong (lihat Musik Suku Ambon atau The
Hawaian Seniors pimpinan Jenderal Polisi Hugeng).
Alat-alat musik[sunting | sunting sumber]
Dalam bentuknya yang paling awal, moresco diiringi oleh musik dawai,
seperti biola, ukulele, serta selo. Perkusi juga kadang-kadang dipakai. Set orkes semacam
ini masih dipakai oleh keroncong Tugu, bentuk keroncong yang masih dimainkan oleh
komunitas keturunan budak Portugis dari Ambon yang tinggal di Kampung Tugu, Jakarta
Utara, yang kemudian berkembang ke arah selatan di Kemayoran dan Gambir oleh orang
Betawi berbaur dengan musik Tanjidor (tahun 1880-1920). Tahun 1920-1960 pusat
perkembangan pindah ke Solo, dan beradaptasi dengan irama yang lebih lambat sesuai
sifat orang Jawa.
sitar India
rebab
suling bambu
gong.
Saat ini, alat musik yang dipakai dalam orkes keroncong mencakup
ukulele cuk, berdawai 3 (nilon), urutan nadanya adalah G, B dan E; sebagai alat
musik utama yang menyuarakan crong - crong sehingga disebut keroncong
(ditemukan tahun 1879 di Hawai, dan merupakan awal tonggak mulainya musik
keroncong)
ukulele cak, berdawai 4 (baja), urutan nadanya A, D, Fis, dan B. Jadi ketika alat
musik lainnya memainkan tangga nada C, cak bermain pada tangga nada F (dikenal
dengan sebutan in F);
gitar akustik sebagai gitar melodi, dimainkan dengan gaya kontrapuntis (anti
melodi);
flute (mengantikan Suling Bambu), pada Era Tempo Doeloe memakai Suling
Albert (suling kayu hitam dengan lubang dan klep, suara agak patah-patah, contoh
orkes Lief Java), sedangkan pada Era Keroncong Abadi telah memakai Suling
Bohm (suling metal semua dengan klep, suara lebih halus dengan ornamen nada yang
indah, contoh flutis Sunarno dari Solo atau Beny Waluyo dari Jakarta);
selo; betot menggantikan kendang, juga tidak pernah berubah sejak dibuat
oleh Amati dan Stradivarius dari Cremona Itali 1600, hanya saja dalam keroncong
dimainkan secara khas dipetik/pizzicato;
kontrabas (menggantikan Gong), juga bas yang dipetik, tidak pernah berubah
sejak Amati dan Stradivarius dari Cremona Itali 1600 membuatnya;
Penjaga irama dipegang oleh ukulele dan bas. Gitar yang kontrapuntis dan selo yang
ritmis mengatur peralihan akord. Biola berfungsi sebagai penuntun melodi, sekaligus
hiasan/ornamen bawah. Flut mengisi hiasan atas, yang melayang-layang mengisi ruang
melodi yang kosong.
Bentuk keroncong yang dicampur dengan musik populer sekarang menggunakan organ
tunggal serta synthesizer untuk mengiringi lagu keroncong (di pentas pesta organ
tunggal yang serba bisa main keroncong, dangdut, rock, polka, mars).
Dan akhirnya musik keroncong mengalami masa evolusi pendek terakhir sejak tahun 1880
hingga kini, dengan tiga tahap perkembangan terakhir yang sudah berlangsung dan satu
perkiraan perkembangan baru (keroncong millenium). Tonggak awal adalah pada tahun
1879 [4], di saat penemuan ukulele di Hawai [5] yang segera menjadi alat musik utama dalam
keroncong (suara ukulele: crong-crong-crong), sedangkan awal keroncong millenium
sudah ada tanda-tandanya, namun belum berkembang (Bondan Prakoso).
Pada waktu itu lagu Stambul berirama cepat (sekitar meter 120 untuk satu
ketuk seperempat nada), di mana Warga Kampung
Tugu maupun Kusbini menyebut sebagaiKeroncong Portugis,
sedangkan Gesang menyebut sebagai Keroncong Cepat, dan berbaur
dengan Tanjidor yang asli Betawi. Pada masa ini dikenal para musisi Indo,
dan pemain biola legendaris adalah M. Sagi (perhatikan rekaman Idris
Sardi main biola lagu Stambul II Jali-jali berdasarkan aransemen dari M.
Sagi). Seperti diketahui bahwa panjang lagu stambul adalah 16 birama,
yang terdiri atas:
Lagu ini misalnya Terang Bulan, Potong Padi, Nina Bobo, Sarinande, O Ina
Ni Keke, Bolelebo, dll. dengan struktur bentuk A - B - A - B atau A - B - C -
D (16 birama):
|I , , , |, , , , |, , , , |V7, , , |
|, , , , |, , , , |, , , , |I , , , |
|I7, , , |IV, , , |, , V7, |I , , , |
|, , , , |V7, , , |, , , , |I , , , ||
|, , , , |, , , , |, , V7, |I , , , |
|, , , , |, , , , |, , , , |V7, , , |
|, , , , |, , , , |, , , , |I , , , ||
A1|, , , , |, , , , |
B1|, , , , |I , , , |
B2|V7, , , |I , , , |
C1|, , , , |, , , , |
C2|V7, , , |I , , , ||
Musiq Losquin Bugis: Dari periode tempo doeloe ini lahir pula di Makassar
bentuk keroncong khas yang dikenal sebagai musiq losquin Bugis,
misalnya lagu Ongkona Arumpone yang dinyanyikan oleh Sukaenah B.
Salamaki. Irama keroncong ini, tanpa seruling-biola-cello, tapi dengan
melodi guitar yang kental, mirip seperti gaya Tjoh de
Fretesdari Ambon. Kalau kita hubungkan kesemua ini, maka ada garis
kesamaan dengan Orkes Keroncong Cafrino Tugu (Kr. Pasar Gambir)
Orkes Keroncong Lief Java (Kr. Kali Brantas) Losquin Bugis (Ongkona
Arumpone) Orkes Hawaian Tjoh de Fretes (Pulau Ambon), yaitu gaya era
tempo doeloe dengan irama yang cepat sudah dengan kendangan cello
dan dengan guitar melodi yang kental.
Verse A | V7 , , , |I , , , | IV , V7 , | I , , , | I , , , | V7 , , , | V7 , , , | I , , , |
Verse A |V7 , , , | I , , , | IV , V7 , | I , , , | I , , , | V7 , , , | V7 , , , | I , , , |
Verse A |V7 , , , |I , , , | IV , V7 , | I , , , | I , , , | V7 , , , | V7 , , , | I , , , |
Stambul Keroncong:[sunting | sunting sumber]
Alur akord Stambul Keroncong adalah sbb. (tanda - adalah tacet atau
iringan tidak dibunyikan):
|I , , , |I , , , |I , , , |V , , , |
|V , , , |V , , , |V , , , |I , , , |
|I , , , |I , , , |I , , , |V , , , |
|V , , , |V , , , |V , , , |I , , , |
Keroncong asli memiliki bentuk lagu A - B - B'. Lagu terdiri atas 8 baris, 8
baris x 4 birama = 32 birama, di mana dibuka dengan PRELUDE 4 birama
yang dimainkan secara instrumental, kemudian disisipi INTERLUDE
standar sebanyak 4 birama yang dimainkan secara instrumental juga.
Keroncong asli diawali oleh voorspel atau prelude, atau introyang diambil
dari baris 7 (B3) mengarah ke nada/akord awal lagu, yang dilakukan oleh
alat musik melodi seperti seruling/flut, biola, atau gitar;
dan tussenspel atau interlude atauintermezzo di tengah-tengah
setelah modulasi/modulatie/modulation yang standar untuk semua
keroncong asli: Alur akordnya seperti tersusun di bawah ini:
(A1) | I , , , | I , , , | V , , , | V , , , |
(A2) |II# , , , | II# , , , | V , , , | Modulasi merupakan ciri keroncong asli
sebanyak 4 birama
(B1) | IV , , ,| IV , , ,|V7 , , , | I , , , |
(B2) |I , , , | V7 , , , | V7 , , , | I , I7 , |
(B3) |IV , V7 , |I , I7 , | IV , V7 , |I , , , |
(B2) | I , , , | V7 , , , | V7 , , ,| I , , , |
Masa Keemasan (The Golden Age). Pada tahun 1952, Radio Republik
Indonesia (RRI) menyelenggarakan perlombaan Bintang Radio dengan 3
jenis, Keroncong, Hiburan dan Seriosa. Di sanmping itu juga dilombakan
mencipta lagu keroncong, salah satu pememnag adalah Musisi Kusbini
dengan lagu Keroncong Pastoral. Pada masa akhir dari Keroncong Abadi
(1920-1960) ini merupakan Masa Keemasan (Golden Age) bagi musik
keroncong.
Koes Plus dikenal sebagai perintis musik rock di Indonesia, pada sekitar
tahun 1974 juga berjasa dalam musik keroncong yang rock. Keroncong
Pertemuan adalah Keroncong Koes Plus dengan struktur bentuk
campuran (dalam bahasa Belanda disebut Meng-vorm atau Inggris
Combine form) antara Stambul II dan langgam Keroncong.
Di sisi lain nama Andjar Any (Solo, pencipta Langgam Jawa lebih dari 2000
lagu yang meninggal tahun 2008) juga mempunyai andil dalam keroncong
untuk Langgam Jawa beserta [[Waldjinah99 (Solo), sedangkan R.
Pirngadie (Jakarta) untuk Keroncong Beat, Manthous (Gunung Kidul,
Yogyakarta) untuk Campursari dan Koes Plus (Solo/Jakarta) untuk
Keroncong Rock, serta Didi Kempot (Solo) untuk Congdut.