Anda di halaman 1dari 8

1.

Bagaimana gambaran keadaan profitablitas perbankan yang ada di Indonesia pada tahun
2010 menurut data pada Tabel 1?.
Jawaban :
Tabel 1.1. Statistika deskriptif data profitabilitas perbankan
Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Profitabilitas 84 -.05677 .03389 .0132646 .01238497


Risiko_Kredit 84 .00067 .47557 .0272188 .05178569
Risiko_Likuiditas 84 .17667 .77668 .3150851 .11561851
Efisiensi_Manajemen 84 .58160 2.09490 .8277342 .18163833
Permodalan 84 .06017 .24836 .1118893 .03346691
Inflasi 84 -199797.80550 292664.01130 2953.3859348 51433.91405801
PDB 84 -21.32874 44.16357 -.1740330 6.72981079
Valid N (listwise) 84
Hasil Uji Statistik Deskriptif, dapat diketahui besarnya nilai Profitabilitas, Risiko kredit,
Risiko likuiditas, Efisiensi manajemen, Permodalan, Inflasi, dan Produk Domestik Bruto (PDB)
pada perusahaan perbankan sebagai berikut.
1. Profitabilitas
Berdasarkan Tabel 1.1 terlihat bahwa rata-rata (mean) profitabilitas bank di Indonesia pada
tahun 2010 sebesar 0,0132646 dengan nilai minimum sebesar -0.05677, nilai maksimum sebesar
0,03389, dan nilai standar deviasinya sebesar 0,01238497. Berdasarkan data tersebut
menunjukkan perbedaan yang besar antara nilai profitabilitas bank di Indonesia terendah dan
tertinggi yaitu antara -0.05677 sampai dengan 0,03389. Nilai tersebut menunjukkan bahwa
meskipun perusahaan dalam sampel merupakan kelompok perusahaan perbankan, namun
masing-masing bank memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam menghasilkan laba dari
asset yang dimiliki. Standar deviasi menunjukkan rata-rata penyimpangan data dari rata-rata
kelompok sampel. Berdasarkan data dari Tabel 1.1, dapat diketahui bahwa nilai standar deviasi
masih dibawah nilai rata-rata (mean) profitabilitas bank di Indonesia pada tahun 2010. Data
tersebut menunjukkan bahwa variasi data atau penyimpangan data tergolong kecil. Dengan
melihat nilai minimum yang negatif, menunjukkan bahwa masih ada bank yang mengalami
kerugian.
2. Risiko Kredit
Berdasarkan Tabel 1.1 tersebut, juga diketahui bahwa rata-rata (mean) risiko kredit
sebesar 0,0272188 dengan nilai minimum sebesar 0,00067, nilai maksimum sebesar 0,47557,
dan nilai standar deviasinya sebesar 0,05178569. Berdasarkan data tersebut menunjukkan
perbedaan yang besar antara nilai risiko kredit terendah dan tertinggi. Nilai tersebut
menunjukkan bahwa meskipun perusahaan dalam sampel merupakan kelompok perusahaan
perbankan, namun masing-masing bank memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam
mengelola penyaluran kredit terutama yang berpotensi menimbulkan kredit macet. Standar
deviasi menunjukkan rata-rata penyimpangan data dari rata-rata kelompok sampel. Berdasarkan
data dari Tabel 1.1, dapat diketahui bahwa nilai standar deviasi lebih besar dari nilai rata-rata
(mean) risiko kredit dan kondisi ini menunjukkan bahwa variasi data atau penyimpangan data
besar. Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, nilai risiko kredit bank yang sangat baik yaitu
<2% dan bisa dikategorikan baik yaitu <5%. Dengan melihat nilai rata-rata, diketahui bahwa
nilai risiko kredit masih dibawah 5%, artinya industri perbankan dikategorikan baik dalam
pengelolaan kredit sehingga tidak menimbulkan kredit macet yang terlalu besar.
3. Risiko Likuiditas
Nilai rata-rata (mean) risiko likuiditas sebesar 0,3150851 dengan nilai minimum sebesar
0,17667, nilai maksimum sebesar 0,77668, dan nilai standar deviasinya sebesar 0,11561851.
Berdasarkan data tersebut menunjukkan perbedaan yang besar antara nilai risiko likuiditas
terendah dan tertinggi. Nilai tersebut menunjukkan bahwa meskipun perusahaan dalam sampel
merupakan kelompok perusahaan perbankan, namun masing-masing bank memiliki kemampuan
yang berbeda-beda dalam menyediakan aset likuiditas guna memenuhi kebutuhan dana
operasional perusahaan. Risiko likuiditas diukur menggunakan rasio likuditas, yaitu rasio
perbandingan aset likuid dengan total aset. Peningkatan risiko likuiditas menunjukkan semakin
banyak aset likuid yang dimiliki bank. Hal ini meningkatkan kemampuan likuiditas bank dan
begitu juga sebaliknya. Standar deviasi menunjukkan rata-rata penyimpangan data dari rata-rata
kelompok sampel. Berdasarkan data dari Tabel 1.1, dapat diketahui bahwa nilai standar deviasi
masih di bawah nilai rata-rata (mean) risiko likuiditas. Data tersebut menunjukkan bahwa variasi
data atau penyimpangan data tergolong kecil.
4. Efisiensi Manajemen
Nilai rata-rata (mean) efisiensi manajemen sebesar 0,8277342 dengan nilai minimum sebesar
0,58160, nilai maksimum sebesar 2,09490, dan nilai standar deviasinya sebesar 0,18163833.
Berdasarkan data tersebut menunjukkan perbedaan yang besar antara nilai efisiensi manajemen
terendah dan tertinggi. Nilai tersebut menunjukkan bahwa meskipun perusahaan dalam sampel
merupakan kelompok perusahaan perbankan, namun masing-masing bank memiliki kemampuan
yang berbeda-beda dalam mengelola efisiensi biaya. Efisiensi manajemen dalam permasalahan
ini menggambarkan besarnya biaya operasional yang dapat mengurangi pendapatan operasional
bank sehingga mencerminkan kemampuan bank dalam melakukan efisiensi biaya yang nilai
rasionya didapat dari operating cost dan operating revenue. Dengan demikian, semakin tinggi
nilai efisiensi manajemen mengindikasikan semakin buruk kinerja manajemen dalam mengelola
biaya operasional dan dapat membebani perusahaan. Standar deviasi menunjukkan rata-rata
penyimpangan data dari rata-rata kelompok sampel. Berdasarkan data dari Tabel 1.1, dapat
diketahui bahwa nilai standar deviasi masih dibawah nilai rata-rata (mean) efisiensi manajemen.
Data tersebut menunjukkan bahwa variasi data atau penyimpangan data tergolong kecil.
5. Permodalan
Nilai rata-rata (mean) permodalan sebesar 0,1118893 dengan nilai minimum sebesar 0,06017,
nilai maksimum sebesar 0,24836, dan nilai standar deviasinya sebesar 0,03346691. Berdasarkan
data tersebut menunjukkan perbedaan yang besar antara nilai permodalan terendah dan tertinggi.
Nilai tersebut menunjukkan bahwa meskipun perusahaan dalam sampel merupakan kelompok
perusahaan perbankan, namun masing-masing bank memiliki kemampuan yang berbeda-beda
dalam menyediakan permodalan bagi perusahaan. Standar deviasi menunjukkan rata-rata
penyimpangan data dari rata-rata kelompok sampel. Berdasarkan data dari Tabel 1.1 dapat
diketahui bahwa nilai standar deviasi masih dibawah nilai rata-rata (mean) permodalan. Data
tersebut menunjukkan bahwa variasi data atau penyimpangan data tergolong kecil. Permodalan
dalam permasalahan ini menggambarkan jumlah modal sendiri yang dimiliki bank untuk
menutupi setiap rupiah aset yang mengalami penurunan nilai yang merupakan rasio dari equality
capital dan total asset.
6. Efisiensi Inflasi
Nilai rata-rata (mean) inflasi sebesar 2953,3859348 dengan nilai minimum sebesar
-199797,80550, nilai maksimum sebesar 292664,01130 dan nilai standar deviasinya sebesar
51433,91405801. Berdasarkan nilai minimum dan maksimum, menunjukkan bahwa perbedaan
efisiensi inflasi masing-masing bank sangat jauh berbeda. Hal ini terbukti dari nilai standar
deviasi yang lebih besar dari rata-rata, sehingga dapat dikatakan bahwa variasi data atau
penyimpangan data sangat besar. Semakin tinggi nilai efisiensi inflasi, mengindikasikan makin
sensitif bank terhadap perubahan inflasi. Begitu juga sebaliknya. Efisiensi inflasi
menggambarkan kenaikan harga barang secara umum yang terjadi secara berkelanjutan, untuk
nilai efisiensi inflansi disini merupakan koefisien beta yang didapat dari nilai variabel inflansi.
7. Produk Domestik Bruto (PDB)
Variabel produk domestik bruto diukur dengan menggunakan sensitivitas produk domestik bruto
dari masing-masing bank. Sensitivitas produk domestik bruto merupakan nilai dari
Unstandardized Coefficients dari hasil regresi antara produk domestic bruto triwulanan dan
pendapatan bunga triwulan masing-masing bank periode 2010. Oleh karena itu, nilai sensitivitas
merupakan nilai mutlak, sedangkan tanda positif atau negatif menunjukkan hubungan korelasi
masing-masing bank dengan perubahan produk domestik bruto. Nilai rata-rata (mean) produk
domestik bruto sebesar -0,1740330 dengan nilai minimum sebesar -21,32874, nilai maksimum
sebesar 44,16357, dan nilai standar deviasinya sebesar 6,72981079. Berdasarkan nilai minimum
dan maksimum, menunjukkan bahwa perbedaan sensitivitas masing-masing bank terhadap
produk domestik bruto sangat jauh berbeda. Hal tersebut terbukti dari nilai standar deviasi yang
lebih besar dari rata-rata, sehingga dapat dikatakan jika variasi data atau penyimpangan data
sangat besar. Semakin tinggi nilai sensitivitas produk domestic bruto, mengindikasikan makin
sensitive bank terhadap perubahan produk domestic bruto. Begitu juga sebaliknya, semakin kecil
nilai sensitivitas produk domestik bruto, menunjukkan makin kecil sensitivitas bank terhadap
perubahan produk domestik bruto.

2. Analisis apakah yang harus digunakan pada permasalahan diatas?Jelaskan!


Jawaban :
Untuk mengatasi permasalahan diatas digunakan metode regresi linear berganda dengan
menggunakan aplikasi SPSS 20.0. Analisis ini dilakukan untuk membuktikan bahwa risiko
kredit, risiko likuiditas, efisiensi manajemen, permodalan, efisiensi inflasi, dan efisiensi produk
domestic bruto (PDB) berpengaruh terhadap profitabilitas bank di Indonesia. Sehingga dengan
mengetahui indikator-indikator mana saja yang memberikan pengaruh terhadap profitabilitas
bank di Indonesia yang bertujuan untuk menilai hasil kinerja bank dari tahun ke tahun serta dapat
digunakan untuk menentukan strategi dan tujuan di masa yang akan datang. Adapun, model
estimasi regresi linear berganda dalam permasalahan ini adalah sebagai berikut :
Y =+ 1 X 1+ 2 X 2 + 3 X 3+ 4 X 4 + 5 X 5 + 6 X 6+

Keterangan :
Y : Profitabilitas bank di Indonesia tahun 2010
: Konstanta
1 : Koefisien korelasi risiko kredit
2 : Koefisien korelasi risiko likuiditas
3
: Koefisien korelasi efesiensi manajemen
4 : Koefisien korelasi permodalan
5 : Koefisien korelasi efinsiensi inflasi
6 : Koefisien korelasi efisiensi produk domestic bruto (PDB)
X1 : Risiko kredit
X2 : Risiko likuiditas
X3 : Efesiensi manajemen
X4 : Permodalan
X5 : Efinsiensi inflasi
X6 : Efisiensi produk domestic bruto (PDB)
: Residual e atau standard error of the estimate

3. Faktor-faktor apa saja yang paling berpengaruh terhadap profitablitas perbankan yang ada di
Indonesia pada tahun 2010? Jelaskan !
Jawaban :
a. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam
model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Hasil perhitungan
Uji F ini dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut :
Tabel 3.1 ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Regression .012 6 .002 137.967 .000b

1 Residual .001 77 .000

Total .013 83

a. Dependent Variable: Profitabilitas

b. Predictors: (Constant), PDB, Risiko_Likuiditas, Permodalan, Efisiensi_Manajemen, Inflasi,


Risiko_Kredit

H 0 : Risiko kredit, risiko likuiditas, efisiensi manajemen, permodalan, efisiensi inflasi, dan

efisiensi produk domestik bruto secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap


Profitabilistas
H 1 : Risiko kredit, risiko likuiditas, efisiensi manajemen, permodalan, efisiensi inflasi, dan

efisiensi produk domestik bruto secara bersama-sama berpengaruh terhadap


Profitabilistas

Dari hasil analisis regresi pada Tabel 3.1 dapat diketahui bahwa secara bersama-sama variabel
bebas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat. Hal ini dapat dibuktikan dari
nilai F hitung sebesar 137.967 dengan nilai signifikansi (sig) sebesar 0,00. Karena nilai
signifikansi (sig) lebih kecil dari 0,05 maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi
Profitabilitas atau dapat dikatakan bahwa risiko kredit, risiko likuiditas, efisiensi manajemen,
permodalan, efisiensi inflasi, dan efisiensi produk domestik bruto secara bersama-sama
berpengaruh terhadap Profitabilitas. Sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa risiko kredit,
risiko likuiditas, efisiensi manajemen, permodalan, efisiensi inflasi, dan efisiensi produk
domestik bruto secara bersama-sama berpengaruh terhadap Profitabilistas dapat diterima.

b. Uji Signifikansi Parsial (Uji t)


Uji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-masing atau secara parsial variabel bebas
(risiko kredit, risiko likuiditas, efisiensi manajemen, permodalan, efisiensi inflasi, dan efisiensi
produk domestik bruto) terhadap variabel terikat (Profitabilitas). sementara itu secara parsial
pengaruh dari keenam variabel bebas tersebut terhadap profitabilitas ditunjukkan pada tabel 3.2
berikut :
Tabel 3.2 Hasil perbandingan uji-t

Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized T Sig.
Coefficients

B Std. Error Beta

(Constant) .069 .003 21.228

Risiko_Kredit .042 .012 .175 3.471

Risiko_Likuiditas -.001 .004 -.013 -.377

1 Efisiensi_Manajemen -.073 .003 -1.064 -21.825

Permodalan .032 .012 .087 2.584

Inflasi 2.486E-008 .000 .103 2.698

PDB -6.103E-005 .000 -.033 -.875

a. Dependent Variable: Profitabilitas

Pengaruh dari masing-masing variabel risiko kredit, risiko likuiditas, efisiensi


manajemen, permodalan, efisiensi inflasi, dan efisiensi produk domestik bruto terhadap
profitabilitas dapat dilihat dari arah tanda dan tingkat signifikansi (probabilitas). Variabel
risiko kredit, permodalan, dan efisiensi inflasi mempunyai arah yang positif, sedangkan
variabel risiko likuiditas, efisiensi manajemen, dan PDB menunjukkan arah negatif. Variabel
risiko kredit, efisiensi manajemen, permodalan, dan efisiensi inflasi berpengaruh signifikan
terhadap profitabilitas bank karena nilai signifikan < 0.05, sedangkan variabel Risiko
likuiditas dan efisiensi PDB berpengaruh tidak signifikan terhadap profitabilitas karena nilai
signifikan > 0.05.
Hasil pengujian hipotesis masing-masing variabel bebas secara parsial terhadap variabel
terikatnya pada tabel 3.2 dapat dianalisis sebagai berikut :
1. Uji Hipotesis Pengaruh Risiko Kredit terhadap Profitabilitas
Hasil pengujian parsial (uji t) variabel risiko kredit terhadap profitabilitas bank di Indonesia
pada tahun 2010 menunjukkan nilai t-hitung sebesar 3,471, koefisien korelasi sebesar 0.042,
dan nilai signifikansi sebesar 0.001 yang lebih kecil dari 0,05 hal ini berarti bahwa variabel
risiko kredit berpengaruh dan berkorelasi positif terhadap profitabilitas bank di Indonesia
pada tahun 2010. Risiko kredit diukur menggunakan perbandingan kredit macet dengan total
kredit. Secara teori, peningkatan risiko kredit akan meningkatkan biaya modal perusahaan
sehingga risiko kredit memiliki pengaruh dan berkorelasi negatif terhadap profitabilitas bank.
Tetapi, berdasarkan hasil uji regresi linear berganda yang telah dilakukan diperoleh informasi
bahwa variabel risiko kredit memiliki pengaruh dan berkorelasi positif terhadap profitabilitas
bank di Indonesia pada tahun 2010. Korelasi positif dalam permasalahan ini mengindikasikan
bahwa semakin tinggi nilai risiko kredit akan semakin meningkatkan profitabilitas bank di
Indonesia pada tahun 2010. Namun, hal tersebut bertentangan dengan teori sebelumnya yang
menyatakan bahwa risiko kredit memiliki korelasi negatif terhadap profitabilitas, hal tersebut
dikarenakan nilai rata-rata risiko kredit masih dibawah 5% dan tergolong kecil sehingga
meskipun terdapat risiko kredit berupa kredit macet, beban tersebut mampu ditutupi dengan
pendapatan bunga yang lebih besar sehingga pada permasalahan ini risiko kredit justru
meningkatkan profitabilitas bank di Indonesia pada tahun 2010.
2. Uji Hipotesis Pengaruh Risiko Likuiditas terhadap Profitabilitas
Hasil pengujian parsial (uji t) variabel likuiditas terhadap profitabilitas bank di Indonesia pada
tahun 2010 menunjukkan nilai t-hitung sebesar 0,377, koefisien korelasi sebesar 0,001, dan
nilai signifikansi sebesar 0,707 yang lebih besar dari 0,05 hal ini berarti bahwa variabel risiko
likuiditas tidak memiliki pengaruh dan berkorelasi negatif terhadap profitabilitas bank di
Indonesia pada tahun 2010. Risiko likuiditas diukur menggunakan rasio likuiditas yaitu
perbandingan antara aset likuid dan total aset. Jika ditinjau dari sudut pandang investor, rasio
tinggi mengindikasikan bank sangat likuid sehingga bank dapat diandalkan. Dengan
demikian, secara teori risiko likuiditas memiliki pengaruh dan berkorelasi positif terhadap
profitabilitas bank. Tetapi, berdasarkan hasil uji regresi linear berganda yang telah dilakukan
diperoleh informasi bahwa variabel risiko likuiditas tidak memiliki pengaruh dan berkorelasi
negatif terhadap profitabilitas bank di Indonesia pada tahun 2010. Hal ini menunjukkan
bahwa, risiko likuiditas tidak memberikan kontribusi terhadap profitabilitas bank di Indonesia
pada tahun 2010. Serta, berdasarkan nilai koefisien korelasi variabel risiko likuiditas
tergolong paling kecil jika dibandingkan dengan variabel bebas yang lainnya yang berarti
bahwa variabel risiko likuiditas paling kurang kontribusinya terhadap profitabilitas bank di
Indonesia pada tahun 2010. Dan variabel risiko likuiditas mempunyai korelasi negatif
terhadap profitabilitas bank di Indonesia pada tahun 2010, yang berarti bahwa peningkatan
risiko likuiditas akan menurunkan profitabilitas perbankan di Indonesia pada tahun 2010.
3. Uji Hipotesis Pengaruh Efisiensi Manajemen terhadap Profitabilitas
Hasil pengujian parsial (uji-t) variabel efisiensi manajemen terhadap profotabilitas bank di
Indonesia pada tahun 2010 menunjukkan nilai t-hitung sebesar 21,825, koefisien korelasi
sebesar 0,073, dan nilai signifikansi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05 hal ini berarti
bahwa variabel efisiensi manajemen memiliki pengaruh dan berkorelasi negatif terhadap
profitabilitas bank di Indonesia pada tahun 2010. Nilai koefisien korelasi variabel efisiensi
manajemen merupakan yang tertinggi jika dibandingkan variabel lainnya, hal ini berarti
bahwa variabel efisiensi manajemen memiliki kontribusi yang paling besar terhadap
profitabilitas bank di Indonesia pada tahun 2010. Dan Variabel efisiensi manajemen
mempunyai korelasi negatif terhadap profitabilitas bank di Indonesia pada tahun 2010, yang
berarti bahwa semakin rendah nilai variabel efisiensi manajemen mengakibatkan peningkatan
profitabilitas bank di Indonesia pada tahun 2010.
4. Uji Hipotesis Pengaruh Permodalan terhadap Profitabilitas
Hasil pengujian parsial (uji-t) variabel permodalan terhadap profotabilitas bank di Indonesia
pada tahun 2010 menunjukkan nilai t-hitung sebesar 2,584, koefisien korelasi sebesar 0,032,
dan nilai signifikansi sebesar 0,012 yang lebih kecil dari 0,05 hal ini berarti bahwa variabel
permodalan memiliki pengaruh dan berkorelasi positif terhadap profitabilitas bank di
Indonesia pada tahun 2010. Korelasi positif dalam permasalahan ini mengindikasikan bahwa
semakin tinggi nilai permodalan akan mengakibatkan peningkatan terhadap profitabilitas bank
di Indonesia pada tahun 2010. Dan Nilai koefisien korelasi variabel permodalan merupakan
yang tertinggi ketiga jika dibandingkan dengan variabel lainnya dalam permasalahan ini.
5. Uji Hipotesis Pengaruh Efisiensi Inflasi terhadap Profitabilitas
Hasil pengujian parsial (uji-t) variabel efisiensi inflasi terhadap profitabilitas bank di
Indonesia pada tahun 2010 menunjukkan nilai t-hitung sebesar 2,698, koefisien korelasi
sebesar 2.486E-008, dan nilai signifikansi sebesar 0,009 yang lebih kecil dari 0,05 hal ini
berarti bahwa variabel efisiensi inflasi memiliki pengaruh dan berkorelasi positif terhadap
profitabilitas bank di Indonesia pada tahun 2010. Korelasi positif dalam permasalahan ini
mengindikasikan bahwa semakin tinggi nilai variabel efisiensi akan mengakibatkan
peningkatan terhadap profitabilitas bank di Indonesia pada tahun 2010.
6. Uji Hipotesis Pengaruh Efisiensi PDB terhadap Profitabilitas
Hasil pengujian parsial (uji-t) variabel efisiensi PDB terhadap profitabilitas bank di Indonesia
pada tahun 2010 menunjukkan nilai t-hitung sebesar 0,875, koefisien korelasi sebesar
6.103E-005, dan nilai signifikansi sebesar 0,384 yang lebih besar dari 0,05 hal ini berarti
bahwa variabel efisiensi PDB tidak memiliki pengaruh dan berkorelasi negatif terhadap
profitabilitas bank di Indonesia pada tahun 2010. Korelasi negatif dalam permasalahan ini
mengindikasikan bahwa semakin rendah nilai variabel efisiensi akan mengakibatkan
peningkatan terhadap profitabilitas bank di Indonesia pada tahun 2010.

Berdasarkan hasil uji parsial (uji t) yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa faktor-
faktor yang paling berpengaruh dalam memberikan kontribusi terhadap profitabilitas perbankan
di Indonesia pada tahun 2010 adalah variabel efisiensi manajemen yang dapat dilihat
berdasarkan nilai koefisien korelasinya yang paling besar yaitu 0,073 (7,3%). Selanjutnya,
variabel risiko kredit memberikan kontribusi tertinggi kedua dengan nilai koefisien korelasi
sebesar 0,042 (4,2%). Selanjutnya, variabel permodalan memberikan kontribusi ketiga dengan
nilai koefisien korelasi sebesar 0,032 (3,2%). Kemudian, diikuti oleh variabel risiko likuiditas,
variabel PDB, dan variabel efisiensi inflasi. Hal ini menunjukkan bahwa variabel dari faktor
fundamental internal merupakan variabel yang paling berpengaruh dan paling besar memberikan
kontribusi terhadap profitabilitas perusahaan perbankan di Indonesia pada tahun 2010.

Anda mungkin juga menyukai