Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN KEGIATAN

Nama Kegiatan Workshop Pengurangan Risiko Bencana Program Penguatan


Kapasitas Pemerintah Dan Masyarakat Daerah Dalam Kesiapsiagaan
Untuk Respon Bencana Yang Cepat Dan Efektif (SLOGAN STEADY)
Jepara
Kabupaten
Person yang terlibat Peserta kegiatan berjumlah 35 orang dengan jenis kelamin 21
dalam kegiatan orang laki-laki 14 orang perempuan. Dari jumlah peserta yang
diundang prosentase 60% laki-laki dan 40% perempuanyang
berasal dari beberapa instansi sebagai berikut:
Jenis
JUMLAH
NO INSTANSI Kelamin
PESERTA
L P
1 BPBD Kabupaten Jepara 1 1 2 orang
2 SKPD Terkait
- TNI 1 1 orang
- Polri 1 1 orang
- Bappeda 1 1 2 orang
- Disdikpora 1 1 orang
- Dinas Sosial 1 1 orang
- Dinas SDM & PU 1 1 orang
- Badan Lingkungan Hidup 1 1 orang
- Dinas Cipta Karya & Tata
1 1 orang
Ruang
- Dinas Kesehatan Kabupaten 1 1 2 orang
- Kantor Kemenag Kab. Jepara 1 1 orang
3 DPRD Kabupaten Jepara Komisi D 2 2 orang
4 Ormas
- Muslimat NU 2 2 orang
- Fatayat NU 2 2 orang
- IPPNU 2 2 orang
5 Tokoh Masyarakat 2 2 orang
LSM terkait Penanggulangan
6
Bencana
- SAR Jepara 1 1 orang
- Jepara Rescue 1 1 2 orang
Perguruan Tinggi/Institusi
7
Pendidikan Formal
- UNISNU Jepara 1 1 orang
- LP Maarif 1 1 orang
8 Media 1 1 2 orang
9 PMI 1 1 orang
10 TAGANA 1 1 orang
Lembaga Usaha/Sektor Swasta
11 (Badan Usaha/Perusahaan)
Daerah
- HIPMI 1 1 orang
- PDAM 1 1 orang
JUMLAH 21 14 35 Orang

1
1. Narasumber berjumlah 3 orang laki-laki yaitu Aris Sutiyono
dari Forum PRB DIY, Lulus S dari BPBD Kabupaten Jepara
dan Juli E. Nugroho dari Forum PRB Jateng. Sedangkan
moderator 1 orang laki-laki yang berasal dari LPBI NU
Pusat yaitu M. Wahib.
Lokasi Kegiatan: Paringgitan Pendopo Rumah Dinas Bupati Kab. Jepara, Jln. R.A.
Kartini No. 1
Waktu Kegiatan Kamis 21 Juli 2016 mulai jam 08.00 s/d 15.30 WIB
Ringkasan Tujuan Kegiatan.
Rencana Kegiatan 1. Untuk meningkatkan pemahaman para pemangku kepentingan
(Pemkab, DPRD, masyarakat, dan lembaga usaha) tentang
penanggulangan bencana.
2. Untuk menumbuhkan kesadaran para pemangku kepentingan
dalam melakukan penanggulangan bencana dan upaya
pengurangan risiko bencana yang terarah dan terpadu.
3. Untuk mensosialisasikan program Penguatan Kapasitas
Pemerintah dan Masyarakat Daerah dalam Kesiapsiagaan untuk
Respon Bencana yang Cepat dan Efektif kerjasama antara LPBI NU
dengan DFAT kepada para pemangku kepentingan.
Keluaran/Hasil Kegiatan.
1. Adanya pertemuan konsolidasi antar pemangku kepentingan
terkait penanggulangan bencana di tingkat kabupaten.
2. Adanya komitmen para pemangku kepentingan untuk melakukan
konsolidasi, koordinasi dan sinergi dalam penanggulangan
bencana dan pengurangan risiko bencana di tingkat kabupaten.
3. Adanya rumusan aksi bersama (rekomendasi) para pemangku
kepentingan dalam melakukan konsolidasi, koordinasi dan sinergi
dalam penanggulangan bencana dan pengurangan risiko bencana
di tingkat kabupaten.
4. Adanya dukungan dari para pemangku kepentingan terhadap
Penguatan Kapasitas Pemerintah dan Masyarakat Daerah dalam
Kesiapsiagaan untuk Respon Bencana yang Cepat dan Efektif kerjasama
antara LPBI NU dengan DFAT.
Langkah teknis & strategis dalam perencanaan kegiatan
1. Penyiapan Term of Reference atau kerangka acuan untuk
kegiatan
2. Kordinasi dengan BPBD Kabupaten Jepara, BPBD Provinsi
Jawa Tengah dan Pemerintah Kabupaten Jepara
3. Penyiapan perlengkapan dan peralatan untuk kegiatan
4. Penyiapan tempat kegiatan
5. Pelaksanaan kegiatan
6. Pelporan hasil kegiatan
Pelaksanaan - Rincian Pelaksanaan Kegiatan:
Kegiatan Kegiatan workshop pengurangan risiko bencana dilakukan
dengan round down acara sebagai berikut:
Pembukaan

Upacara pembukaan diprotokoleri oleh sdr. Susanto, SE dan


diawali dengan pembacaan surat Al Fatihah
Menyanyikan lagu Indonesia raya dan Mars Jepara yang
dipimpin oleh Saudari Mamik, S.Pd

2
Sambutan:
- Sambutan pertama dari Ketua PC NU Jepara yang
diwakili oleh Bpk. KH. Adib Khoruzzaman, S.Ag. Dalam
sambutanya disampaikan bahwa adanya perbedaan
persoalan kebencanaan. PCNU selaku bagian dari
pelaksanaan kegiatan mengucakan selamat kepada
peserta dan permohonan maaf atas kekurangan selama
pelaksanaan. Memohon maaf kepada peserta karena
ketidak hadiran ketua PCNU Jepara.
- Sambutan yang kedua dari Ketua LPBI NU Pusat yang
diwakili oleh Bpk. H. Ali Yusuf dalam sambutanya
disampaikan bahwa workshop ini bertujuan
memperkuat hubungan, koordinasi dan sinergi dalam
penanggulangan bencana adalah sangat penting.
- Sambutan yang ketiga dari Bupati Jepara Jepara yang
diwakili oleh Bpk. Drs. H. Akhmad Junaidi, M.Si dalam
sambutanya disampaikan bahwa karena hari kamis
maka sambutan harus menggunakan bahasa jawa
untuk melestarikan bahasa jawa karena sudah banyak
anak-anak yang sudah lupa menggunakan bahasa
jawa. Permohonan maaf karena Bapak Bupati tidak
dapat hadir karena persiapan penerimaan adipura
kirana. Pemerintah kabupaten Jepara mengucapkan
terima kasih kepada PC LPBI NU atas terselenggaranya
kegiatan workshop yang kerjasama dengan LPBI NU
pusat dan DFAT. Semoga kegiatan bisa dilanjutkan
untuk kepentingan dan kebaikan masyarakat di
Kabupaten Jepara yang mempunyai luas wilayah 104
km persegi. Menurut IRBI Jepara pada posisi 6 untuk
indeks bencana dan nomor 21 secara nasional.
Sedangkan tingkat karisedenan nomor 1 paling tinggi.
Jepara mempunyai bermacam-macam bencana pada
tahun 2015 ada 113 bencana mulai banjir, tanah
longsor, angin rebut dan lain-lain.

Istirahat selama 15 menit

Kegiatan dilanjutkan dengan workshop pengurangan risiko


bencana yang dimoderatori oleh M. Wahib dari LPBI NU Pusat.
Penyampaian materi yang pertama disampaikan oleh Aris
Sutiyono dari Forum PRB DIY dengan materi Konsep Dasar
Penanggulangan Bencana dan Pengurangan Risiko Bencana.
Dalam materi tersebut disampaikan bahwa Bencana tak bisa
dihindari tapi risikonya bisa dikurangi, Pengurangan Risiko
Bencana adalah satu rangkaian kegiatan fisik dan atau non
fisik yang bertujuan meminimalisir risiko apabila terjadi
bencana, dilakukan pada situasi normal sebelum terjadi
bencana dengan melibatkan banyak pemangku kepentingan,
Semakin tinggi kapasitas yang dimiliki maka semakin kecil
risiko yang dihadapi apabila terjadi bencana.

Materi yang kedua tentang penanggulangan Bencana


disampaiakan oleh Lulus S dari BPBD Kabupaten Jepara.
Selama ini pandangan masyarakat terhadap bencana adalah
kedaruratan dan kedermawanan mulai saat ini harus sudah
dirubah menjadi pandangan yang holistik yaitu pengurangan

3
risiko bencana. Dan tahapan dalam penanggulangan bencana
dimulai dari pencegahan dan mitigasi, kesiapsiagaan, rehab
renkon, dan pra bencana. Dalam penanggulangan bencana
harus selalu memperhatikan asas dan prinsip. Asas dalam
penanggulangan bencana diantaranya kemanusiaan,
kesamaan, keadilan, keseimbangan, ketertiban, keamanan,
kelestarian dan ilmu pengetahuan. Sedangkan prinsip dalam
penanggulangan bencana diantaranya cepat, tepat,
koordinasi, berdaya guna, transparansi, kemitraan,
pemberdayaan, non diskriminasi dan non politisi.

Dan materi yang ketiga adalah pentingnya forum


pengurangan risiko bencana yang disampaikan oleh Juli E.
Nugroho dari Forum PRB Jateng. Disampaikan oleh
narasumber bahwa Akibat bencana berdampak memundurkan
kembali kemajuan sosial-ekonomi dan membuat jutaan
penduduk menjadi miskin atau membuat penduduk miskin
semakin miskin. Untuk menghadapi tantangan kedepan
terkait PRB, upaya mensinergikan berbagai pelaku atau
penggiat kebencanaan dari lintas sektor sangat diperlukan
agar penanggulangan bencana berjalan efektif. Secara luas
Forum PRB dapat didefinisikan sebagai suatu paguyuban
pemangku kepentingan dan para pihak, bersama-sama
berbagi kepentingannya dalam mengurangi risiko yang
ditimbulkan oleh bencana. Dimana tujuan forum PRB adalah
membangun suatu rasa kesatuan, tanggung jawab bersama
dan mengkoordinasikan program-program pengurangan risiko
bencana melalui berbagai aspek yang dibangun melalui proses
inklusif yang melibatkan semua pihak. Yang mempunyai
beberapa manfaat diantaranya memberikan kesempatan bagi
masyarakat sipil, khususnya Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM), Organisasi Masyarakat Berbasis Agama/Profesi/Lokal,
Perguruan Tinggi, Media dan Lembaga Usaha di daerah untuk
berdialog dan berkontribusi untuk memajukan proses PRB
dalam konteks pembangunan daerah.

Setelah narasumber selesai menyampaikan semua materi


kemudian dilanjutkan dengan diskusi tanya jawab. Peserta
menyampaikan beberapa pertanyaan diantaranya oleh Bapak
Edi Antana dari unsur Jepara rescue menanyakan tentang
standart alat untuk pertolongan seperti halnya life jacket.
Dijawab oleh Bapak Lulus bahwa penyediaan peralatan untuk
kegiatan pertolongan akan diusahakan yang sesuai standar
yang bagus sehingga dapat memperlancar kegiatan
pertolongan. Pertanyaan yang kedua dari Bapak Suyanto dari
unsur perguruan tinggi Unisnu Jepara yang menanyakan
mohon diadakan penyuluhan kepada masyarakat sekitar
jepara khususnya batealit tentang bahaya merusak alam.
Dijawab oleh Bapak Juli E Nugroho bahwa bencana itu tidak
hanya disebabkan oleh alam saja melainkan ada faktor
manusia sehingga perlu adanya pengetahuan kepada
masyarakat bahwa yang dilakukan hari ini mungkin juga saat
ini akan merasakan akibatnya atau mungkin masa
mendatang.
Pertanyaan ketiga di sampaikan oleh Bapak H. Muhlisin dari
unsur tokoh masyarakat yang menanyakan keterkaitan 3 pilar

4
dalam penanggulangan bencana dan perbedaan antara
musibah dan bencana. Dijawab oleh bapak Lulus dan Bapak
Aris bahwa ketiga pilar dalam penanggulangan bencana harus
saling terkait karena masing masing pilar tersebut saling
mendukung. Dan perbedaan musibah merupakan kejadian
luar biasa yang menimpa individu sedangkan bencana
menimpa orang banyak. Tetapi disampaikan juga bahwa
musibah bisa menimbulkan suatu bencana.

Pada akhir sesi disampaikan bahwa tindakan yang akan


dilakukan melihat potensi bencana di Kabupaten Jepara dan
kerentanan yang lain maka harapan dari peserta workshop
diantaranya:
1. Adanya pelatihan berkelanjutan, sosialisasi kepada
masyarakat maupun organisasi kemasyarakatan
2. Membentuk relawan untuk desa
3. Mengadakan workshop pengurangan risiko bencana
mulai dari tingkat bawah sampai dengan tingkat atas
4. Memperkuat stakeholder terkait dan selalu menjalin
koordinasi
5. Membangun jiwa social masyarakat dan meningkatkan
kepedulian lingkungan
6. Meningkatkan pemehaman kepada dunia usaha dengan
mengkomunikasikan dana CSR (Corporate Sosial
Responsibility) untuk penguatan kapasitas dan
pengurangan risiko bencana.

- Langkah teknis & strategis dalam penyusunan laporan


kegiatan.
Mendokumentasikan kegiatan mulai dari persiapan kegiatan
yang dimulai dengan rapat kordinasi tim lokal untuk
penyiapan kegiatan. Rapat persiapan kegiatan dilaksanakan
5 kali untuk penyiapan kegiatan.
- Rapat yang pertama dilaksanakan pada hari/tanggal
Selasa, 28 Juni 2016 yang diikuti oleh Tim Lokal dan
pengurus PC LPBI NU Jepara berjumlah 11 orang
membahas dan melengkapi TOR kegiatan mulai dari
perencanaan tempat dan peserta yang akan mengikuti
kegiatan.
- Rapat yang kedua dilaksanakan pada hari/tanggal
Sabtu, 02 Juli 2016 yang diikuti oleh Tim Lokal dan
pengurus PC LPBI NU Jepara berjumlah 7 orang
membahas hasil audiensi dengan PC NU Jepara dan
BPBD Kabupaten Jepara terkait dengan pelaksanaan
kegiatan Workshop Pengurangan Risiko Bencana.
- Rapat yang ketiga dilaksanakan pada hari/tanggal
Selasa, 05 Juli 2016 yang diikuti oleh Tim Lokal dan
pengurus PC LPBI NU Jepara berjumlah 17 orang
membahas dan mendesiminasikan kegiatan workshop
kepada anggota LPBI NU Jepara dan keterlibatan
anggota dalam acara tersebut.
- Rapat yang keempat dilaksanakan pada hari/tanggal
Senin, 18 Juli 2016 yang diikuti oleh Tim Lokal
berjumlah 5 orang membahas tentang tugas dari tim
lokal dan penyiapan administrasi serta perlengkapan

5
workshop.
- Rapat yang kelima dilaksanakan pada hari/tanggal
Rabu, 20 Juli 2016 yang diikuti oleh Tim Lokal dan
pengurus PC LPBI NU Jepara berjumlah 13 orang
cheking administrasi dan perlengkapan kegiatan
workshop.

Kegiatan telah dilaksnakan pada hari kamis, 21 Juli 2016 di


ruang Paringgitan pendopo bupati Jepara. Dengan susunan
acara:
Pembukaan
Sambutan :
1. Sambutan pertama dari Ketua PC NU Jepara yang
diwakili oleh Bpk. KH. Adib Khoruzzaman, S.Ag. Dalam
sambutanya disampaikan bahwa adanya perbedaan
persoalan kebencanaan. PCNU selaku bagian dari
pelaksanaan kegiatan mengucakan selamat kepada
peserta dan permohonan maaf atas kekurangan selama
pelaksanaan. Memohon maaf kepada peserta karena
ketidak hadiran ketua PCNU Jepara.
2. Sambutan yang kedua dari Ketua LPBI NU Pusat yang
diwakili oleh Bpk. H. Ali Yusuf dalam sambutanya
disampaikan bahwa workshop ini bertujuan
memperkuat hubungan, koordinasi dan sinergi dalam
penanggulangan bencana adalah sangat penting.
3. Sambutan yang ketiga dari Bupati Jepara Jepara yang
diwakili oleh Bpk. Drs. H. Akhmad Junaidi, M.Si dalam
sambutanya disampaikan bahwa karena hari kamis
maka sambutan harus menggunakan bahasa jawa
untuk melestarikan bahasa jawa karena sudah banyak
anak-anak yang sudah lupa menggunakan bahasa
jawa. Permohonan maaf karena Bapak Bupati tidak
dapat hadir karena persiapan penerimaan adipura
kirana. Pemerintah kabupaten Jepara mengucapkan
terima kasih kepada PC LPBI NU atas terselenggaranya
kegiatan workshop yang kerjasama dengan LPBI NU
pusat dan DFAT. Semoga kegiatan bisa dilanjutkan
untuk kepentingan masyarakat di Kabupaten Jepara
yang mempunyai luas wilayah 104 km persegi. Menurut
IRBI Jepara pada posisi 6 untuk indeks bencana dan
nomor 21 secara nasional. Sedangkan tingkat
karisedenan nomor 1 paling tinggi. Jepara mempunyai
bermacam-macam bencana pada tahun 2015 ada 113
bencana mulai banjir, tanah longsor, angina rebut dan
lain-lain.
Doa
Pelaksanaan wokshop
Kegiatan dilanjutkan dengan workshop pengurangan risiko
bencana yang dimoderatori oleh M. Wahib dari LPBI NU Pusat.
Penyampaian materi yang pertama disampaikan oleh Aris
Sutiyono dari Forum PRB DIY dengan materi Konsep Dasar
Penanggulangan Bencana dan Pengurangan Risiko Bencana.
Dalam materi tersebut disampaikan bahwa Bencana tak bisa
dihindari tapi risikonya bisa dikurangi, Pengurangan Risiko
Bencana adalah satu rangkaian kegiatan fisik dan atau non

6
fisik yang bertujuan meminimalisir risiko apabila terjadi
bencana, dilakukan pada situasi normal sebelum terjadi
bencana dengan melibatkan banyak pemangku kepentingan,
Semakin tinggi kapasitas yang dimiliki maka semakin kecil
risiko yang dihadapi apabila terjadi bencana.
Materi yang kedua tentang penanggulangan Bencana
disampaiakan oleh Lulus S dari BPBD Kabupaten Jepara.
Selama ini pandangan masyarakat terhadap bencana adalah
kedaruratan dan kedermawanan mulai saat ini harus sudah
dirubah menjadi pandangan yang holistik yaitu pengurangan
risiko bencana. Dan tahapan dalam penanggulangan bencana
dimulai dari pencegahan dan mitigasi, kesiapsiagaan, rehab
renkon, dan pra bencana. Dalam penanggulangan bencana
harus selalu memperhatikan asas dan prinsip. Asas dalam
penanggulangan bencana diantaranya kemanusiaan,
kesamaan, keadilan, keseimbangan, ketertiban, keamanan,
kelestarian dan ilmu pengetahuan. Sedangkan prinsip dalam
penanggulangan bencana diantaranya cepat, tepat,
koordinasi, berdaya guna, transparansi, kemitraan,
pemberdayaan, non diskriminasi dan non politisi.
Dan materi yang ketiga adalah pentingnya forum
pengurangan risiko bencana yang disampaikan oleh Juli E.
Nugroho dari Forum PRB Jateng. Disampaikan oleh
narasumber bahwa Akibat bencana berdampak memundurkan
kembali kemajuan sosial-ekonomi dan membuat jutaan
penduduk menjadi miskin atau membuat penduduk miskin
semakin miskin. Untuk menghadapi tantangan kedepan
terkait PRB, upaya mensinergikan berbagai pelaku atau
penggiat kebencanaan dari lintas sektor sangat diperlukan
agar penanggulangan bencana berjalan efektif. Secara luas
Forum PRB dapat didefinisikan sebagai suatu paguyuban
pemangku kepentingan dan para pihak, bersama-sama
berbagi kepentingannya dalam mengurangi risiko yang
ditimbulkan oleh bencana. Dimana tujuan forum PRB adalah
membangun suatu rasa kesatuan, tanggung jawab bersama
dan mengkoordinasikan program-program pengurangan risiko
bencana melalui berbagai aspek yang dibangun melalui proses
inklusif yang melibatkan semua pihak. Yang mempunyai
beberapa manfaat diantaranya memberikan kesempatan bagi
masyarakat sipil, khususnya Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM), Organisasi Masyarakat Berbasis Agama/Profesi/Lokal,
Perguruan Tinggi, Media dan Lembaga Usaha di daerah untuk
berdialog dan berkontribusi untuk memajukan proses PRB
dalam konteks pembangunan daerah.

Tingkat pencapaian dari rencana kegiatan yang telah


direncanakan bisa dikatakan 95% tercapai. Karena semua
kegiatan telah terlaksana sesuai dengan yang direncanakan.
Namun terjadi perubahan tempat yang semula diruang rapat I
Setda Jepara pada H- pelaksanaan terjadi perubahan tempat
yaitu di Paringgitan Pendopo Bupati Jepara. Sedangkan
tingkat pencapaian dari tujuan yang akan dilaksanakan
tercapai sesuai dengan tujuan kegiatan yaitu peserta
mendapat pemahaman tentang konsep bencana. Dan tujuan
yang lain adalah menumbuhkan kesadaran para pemangku
kepentingan terhadap pengurangan risiko bencana.

7
Sedangkan tujuan yang terakhir adalah menyosialisasikan
kegiatan pengurangan risiko bencana kepada masyarakat.

Menyimpulkan hasil kegiatan dengan pencapaian sebagai


berikut:
1. Adanya peningkatan pemahaman para pemangku kepentingan
(Pemkab, DPRD, masyarakat, dan lembaga usaha) tentang
penanggulangan bencana.
2. Adanya kesadaran para pemangku kepentingan dalam
melakukan penanggulangan bencana dan upaya pengurangan
risiko bencana yang terarah dan terpadu.
3. Terdesiminasikan program Penguatan Kapasitas Pemerintah
dan Masyarakat Daerah dalam Kesiapsiagaan untuk Respon
Bencana yang Cepat dan Efektif kerjasama antara LPBI NU
dengan DFAT kepada para pemangku kepentingan.
Hasil/Capaian dari 1. Analisa hasil capaian/output kegiatan.
Pelaksanaan Dari hasil kegiatan tersebut peserta memahami tentang
Kegiatan konsep dasar dari bencana sehingga peserta memahmi
tentang bencana dan bagaimana penanggulangannya.
Setelah peserta memiliki pemahaman maka akan tumbuh
kesadaran dari peserta tentang upaya pengurangan risiko
bencana sehingga pelaksanaan kegiatan yang berakitan
dengan bencana bias terarah dan terpadu. Dengan adanya
workshop ini para pemangku kepentingan telah memiliki
pemahaman tentang tugas,pokok dan fungsi dari masing-
masing instansi dan elemen masyarakat.
2. Keterkaitan antara hasil/output kegiatan dengan manfaat
hasil capaian kegiatan/outcome.
Pemahaman yang didapat oleh peserta workshop tentang
konsep dasar dan strategi pengurangan risiko bencana.
Pemahaman tersebut akan membantu bagi para
pemangku kepentingan untuk mengidentifikasi kejadian
bencana disekitar Kabupaten Jepara. Peserta juga
mendapat pengetahuan tentang penggulangan bencana
sehingga dari pemahaman awal maka selain dapat
mengetahui tentang bencana juga mengetahui
penangulangannnya. Dari kedua pemahaman tersebut
juga para pemangku kepentingan dapat menyusun
program kegiatan dalam rangka untuk penguatan
kapasitas dalam merespon bencana.
3. Tindak lanjut kegiatan.
Adanya pelatihan berkelanjutan, sosialisasi kepada
masyarakat maupun organisasi kemasyarakatan
Membentuk relawan untuk desa
Mengadakan workshop pengurangan risiko bencana mulai
dari tingkat bawah sampai dengan tingkat atas
Memperkuat stakeholder terkait dan selalu menjalin
koordinasi
Membangun jiwa social masyarakat dan meningkatkan
kepedulian lingkungan
Meningkatkan pemehaman kepada dunia usaha dengan
mengkomunikasikan dana CSR (Corporate Sosial
Responsibility) untuk penguatan kapasitas dan
pengurangan risiko bencana.

8
Faktor penghambat/ Internal
kendala 1. Koordinasi internal organisasi yaitu pengumpulan anggota
LPBI NU Jepara karena acara siring dilaksanakan malam
hari sehingga anggota yang perempuan sering tidak hadir
dan juga banyak anggota yang sudah bekerja.
2. Belum memiliki peralatan untuk pengerjaan administrasi
seperti komputer, printer, alat tulis menulis.
Eksternal
1. Koordinasi dengan stake holder dan rasa kepedulian
dengan kegiatan seperti DPRD karena banyaknya tugas
dewan sehingga tidak bisa koordinasi.
2. Ijin penggunaan tempat di Ruang Rapat I setda harus
dibatalkan karena ada acara lain yang menggunakan
tempat tersebut.
Langkah yang dilakukan untuk mengatasi hambatan dan
kendala internal adalah:
1. Meningkatkan kordinasi dengan anggota dengan selalu
menggundang anggota untuk mengikuti rapat
2. Menyewa peralatan untuk mendukung pengerjaan
administrasi
Sedangkan yang dilakukan untuk mengatasai hambatan dan
kendala eksternal adalah dengan selalu mangajak koordinasi
pihak terkait serta meminta bantuan dari PC NU dan BPBD
Kabupaten Jepara untuk membantu koordinasi.

Relevansi 1. Keterkaitan kegiatan yang sedang dilaksanakan dengan


kegiatan berikutnya/kegiatan lain dalam program.
Worshop pengurangan risiko bencana ini adalah sebagai
langkah awal untuk menunjang kegiatan berikutnya.
Kegiatan berikutnya yang berkaitan dengan workshop
pengurangan risiko bencana ini adalah kordinasi antar
stake holder dalam pengurangan risiko bencana didaerah.
Yang didalamnya ada beberapa sub kegiatan yaitu
pertemuan rutin, pembentukan forum PRB.
2. Analisa kaitan antara kegiatan dengan kebutuhan peserta
kegiatan.
Kurangnya pemahaman peserta kegiatan tentang konsep
bencana. Selama ini pengetahuan dari peserta kegiatan
tentang konsep bencana merupakan kejadian yang
disebabkan oleh factor alam. Setelah mengikuti kegiatan
ini peserta diberikan pemahaman tentang konsep bencana
yang lebih luas. Bahwa bencana itu bukan kejadian yang
disebabkan oleh alam saja melainkan dapat disebakan oleh
alam, manusia dan kegagalan teknologi. Dari pemahaman
tersebut peserta mulai memahami factor factor yang dapat
menyebabkan bencana disekitar mereka. Sehingga peserta
mulai memahami perilaku masyarakat disekitar mereka
yang mungkin dalam jangka panjang dapat mengakibatkan
bencana. Disamping itu peserta juga belum begitu
memahami perbedaan antara musibah dan bencana.
Disampaikan oleh narasumber bahwa musibah merupakan
kejadian yang menimpa oleh individu sedangkan bencana
itu menimpa orang banyak. Disampaikan juga bahwa
musibah dapat menyebabkan bencana. Selain itu peserta
belum mengetahui siapa yang mempunyai tanggungjawab
terkait dengan bencana. Maka naraumber menyampaikan

9
bahwa yang memiliki tanggung jawab terkait dengan
bencana adalah seluruh elemen masyarakat. Sehingga
dalam penanganan bencana tidak hanya menjadi
tanggungjawab salah satu pihak saja melainkan
tanggungjawab semua komppnen masyarakat atau semua
pihak. Peserta juga belum memahami tentang peralatan
yang standar untuk penanganan bencana dan narasumber
menyampaikan peralatan yang nyaman bagi para relawan
untuk membantu korban bencana diantaranya life jacket.

Efektivitas 1. Kesesuaian pelaksanaan kegiatan dengan ToR kegiatan.


Kegiatan workshop pengurangan risiko bencana telah
dilaksanakan sesuai dengan waktu yang direncanakan
yaitu Kamis 21 Juli 2016 mulai jam 08.30 s/d 15.30 WIB.
Lokasi kegiatan yang direncanakan di Ruang Rapat I Setda
Jepara karena suatu hal harus dipindah di Peringgitan
rumah dinas Bupati Jepara. Dan metode yang digunakan
dalam kegiatan adalah presentasi, Tanya jawab dan diskusi
telah dilaksnakan sesuai dengan rencana yaitu narasumber
menyampaikan materi dengan media power point dan
dilanjut dengan Tanya jawab serta diskusi. Dalam
penyampaian materi oleh narasumber dapat disimpulkan
beberapa hal sebagai berikut:
Bencana tidak bisa dihindari tetapi risikonya bisa
dikurangai
Pengurangan risiko bencana adalah satu rangkaian
kegiatan fisik dan atau non fisik yang bertujuan
meminimalisir risiko apabila terjadi bencana.
Semakin tinggi kapasitas yang dimiliki maka semakin kecil
risiko yang dihadapi apabila terjadi bencana
Dalam penanggulangan bencana perlu memperhatikan
asas dan prinsip penanggulangan bencana.
Dalam pengurangan risiko bencana perlu adanya kerangka
kerja yang konseptual sebagi elemen untuk
mempertimbangkan pengurangan kerentanan dan risiko
bencana dalam suatu masyarakat dengan menghindari,
mencegah dan membangun kesiapsiagaan untuk
menghadapi dampak buruk ancaman bencana.
Untuk itu hasil/out put kegiatan ini adalah adanya
pertemuan konsolidasi antar pemangku kepentingan
terkait. Adanya komitmen pemangku kepentingan untuk
konsolidasi. Adanya rumusan aksi bersama para pemangku
kepentingan dalam melakukan kordinasi serta adanya
dukungan dari para pemangku kepentingan terhadap
penguatan kapasitas.
2. Kesesuaian hasil/output yang dicapai kegiatan dengan
hasil/output yang ditetapkan di ToR kegiatan.
Adanya pertemuan konsolidasi antar pemangku
kepentingan
Adanya komitmen para pemangku kepentingan, yang
ditunjukkan kesiapan mereka untuk mengikuti kegiatan
berikutnya dan menyarankan agar segera dibentuk
Forum PRB di Kabupaten Jepara. Dan yang paling
penting mereka semua bersedia hadir memenuhi
undangan kegiatan workshop.
Adanya rumusan aksi bersama yang tertuang dalam

10
RKTL
Adanya dukungan dari para pemangku kepentingan
terhadap penguatan kapasitas hasilnya dapat dilihat
dari dukungan Pemkab Jepara untuk pelaksanaan
kegiatan ini dan komponen yang lain seperti BPBD,
Bappeda, Disdikpora, LH, PMI, organisasi relawan,
organisasi masyarakat dan lainya. Dari Pemkab Jepara
bersedia membuka kegiatan workshop dan pemangku
kepentingan lainnya telah bersedia hadir untuk meneria
informasi tentang penguatan kapasitas dalam
kesiapsiagaan bencana.
Faktor pendukung Internal
Kekompakan anggota LPBI NU saat kegiatan
Perhatian yang tinggi dari PC NU Jepara terhadap kegiatan ini.
Hal tersebut dapat dilihat diantaranya saat tim local
mengalami kesulitan perihal penggunaan tempat yang semula
berada di Ruang rapat I Setda Jepara tiba tiba tidak
diperbolehkan. Dari tim local langsung menyampaikan
kendala tersebut kepada pengurus PC NU. Setelah informasi
tersebut ketua PC NU Kab Jepara langsung mengontak Bapak
Bupati Jepara. Beberapa jam kemudian tim local dihubungi
dari Bagian Setda bahwa kami diperbolehkan untuk
menggunakan ruang paringgitan Pendopo Bupati Jepara.
Eksternal
Fasilitasi dari Pemkab Jepara untuk kegiatan workshop
pengurangan risiko bencana (PRB) sebagai contoh: bentuk
dukungan pemkab Jepara terhadap kegiatan ini adalah
dengan kesediaan Bapak Bupati untuk membuka workshop,
yang kedua kesediaan Bapak sekda untuk menandatangani
undangan, dan bagian umum untuk memberikan tempat
worshop di pringgitan.
Peran serta aktif BPBD Jepara dalam membantu
mengkomunikasikan dengan Bapak Sekda terkait kegiatan
workshop agar membantu pelaksanaannya dan selalu
mengarahkan tim local terkait pelaksanaan kegiatan
Keterlibatan SKPD sebagai peserta aktif pada kegiatan ini
terbukti dengan banyaknya SKPD yang hadir dan ikut
berperan aktif dalam kegiatan diskusi.
Faktor penghambat/ Internal
kendala 1. Koordinasi internal organisasi yaitu pengumpulan anggota
LPBI NU Jepara karena acara siring dilaksanakan malam
hari sehingga anggota yang perempuan sering tidak hadir
dan juga banyak anggota yang sudah bekerja.
2. Belum memiliki peralatan untuk pengerjaan administrasi
seperti komputer, printer, alat tulis menulis.
Eksternal
Saat awal kegiatan hampir gagal karena ternyata
tempat di pendopo digunakan oleh pihak lain, namun
ternyata bisa pindah ke pringgitan karena pelaksanaan
kegiatan berdekatan dengan hari libur sehingga
komunikasi dengan Setda untuk tempat tergaggu.
Kemudian di bantu Koordinasikan oleh Ketua PC NU
Jepara dan akhirnya memperoleh tempat di Paringgitan
Saat yang sama bupati tidak bisa mermbuka karena
bersamaan dengan acara penerimaan piala adi pura
kirana. Dan yang paling mencengang karena pada saat

11
itu ada informasi penetapan Bupati Jepara sebagai
tersangka dalam kasus korupsi Banpol.

Rekomendasi/ 1. Tindaklanjut hasil kegiatan dan peningkatan mutu


Rencana Perbaikan 2. Tupoksi dari pengelola kegiatan dan penggandaan materi
untuk peserta
3. Penetapan peserta untuk kegiatan berikutnya dan
kepastian kehadiran undangan
4. Ketepatan acara dan perlu adanya kegiatan PRB disetiap
kecamatan
5. Materi lebih menarik dan interaksi dengan peserta lebih
ditingkatkan
6. Diskusi dalam kegiatan perlu ditambah untuk
meningkatkan interaksi dengan peserta
7. Perlu dibentuk forum komunikasi dengan program yang
jelas
Lesson-learnt dan 1. Terwujudnya kesadaran para pemangku kepentingan untuk
Best-practices berkonsolidasi dalam kegiatan pengurangan risiko bencana
untuk mengetahui kegiatan yang dapat mengurangi risiko
bencana.
2. Adanya komitmen para pemangku kepentingan untuk melakukan
konsolidasi, koordinasi dan sinergi dalam penanggulangan
bencana dan pengurangan risiko bencana di tingkat kabupaten.
3. Kegiatan workshop pengurangan risiko bencana komponen
masyarakat seperti BPBD, Disdikpora, Bappeda sebagai peserta
menunjukkan adanya peningkatan terhadap program
pengurangan risiko bencana.
4. Adanya dukungan dari para pemangku kepentingan terhadap
Penguatan Kapasitas Pemerintah dan Masyarakat Daerah dalam
Kesiapsiagaan untuk Respon Bencana yang Cepat dan Efektif kerjasama
antara LPBI NU dengan DFAT.

12

Anda mungkin juga menyukai