PENDAHULUAN
1 Latar belakang
Infeksi cacing merupakan salah satu penyakit yang paling umum tersebar seluruh
dunia. Sampai saat ini penyakit cacing masih tetap merupakan suatu masalah karena
kondisi sosial dan ekonomi. Di perkirakan lebih dari 60% anak-anak di indonesia
(Zulkoni, 2011), Infeksi cacing ini juga dapat berakibat buruk bagi keadaan gizi dan
dapat mengakibatkan anemia. Adanya ganguan gizi dan anemi ini dapat
usus. Nematoda usus mempunyai jumlah spesies yang terbesar diantara cacing-cacing
yang hidup sebagai parasit. Diantara nematoda usus terdapat sejumlah spesies yang
ditularkan melalui tanah yang biasa disebut dengan Soil Transmitted Helmints (STH)
usus yang dalam siklus hidupnya membutuhkan tanah untuk proses pematangan
sehingga terjadi perubahan dari stadium tidak infektif menjadi stadium infektif.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Subianto (2009), pravalensi infeksi
nematode usus pada anak-anak dusun sirap sari menunjukkan pravelensi infeksi
1
2
nematode ini sebesar 10% diantaranya infeksi terbesar 100 merupakan infeksi
Ascaris lumbricoides. Hasil penelitian Billy dkk (2011) pada murid sekolah dasar di
langsung, penularan berkaitan erat dengan hygiene dan sanitasi lingkungan yang
buruk, aspek sosial, ekonomi, dan tingkat pengetahuan yang kurang, ada pun cara
penularanya yaitu memakan telur infektif (telur berisi embrio), larva (filarifrom)
menembus kulit, memakan larva dalam kista, dan perantara vektor (arftropoda)
(Onggowaluyo, 2002).
berperan pada penularan infeksi cacing. Pencemaran tanah dengan tinja merupakan
media penularan yang baik bagi penularan Soil Transmitted Helminths (STH). Telur
yang dibuahi akan berkembang dengan cepat pada keadaan lingkungan yang
menguntungkan dan menjadi telur yang infektif dalam waktu beberapa minggu.
Infeksi pada manusia terjadi melalui tangan yang tercemar telur cacing yang infektif,
lalu masuk kemulut bersama makanan atau larva menembus kulit pada infeksi cacing
yang terpenting diantaranya adalah mencuci tangan sebelum makan atau sebelum
mengelolah makanan. Jangan memakan sesuatu yang telah jatuh tanpa mencucinya
3
sampai bersih terlebih dahulu sebelum diolah atau dimakan kembali (Zulkoni,A.,
2011).
Kecamatan Jambi Luar kota Kota Kab, Muaro Jambi, anak-anak usia sekolah dasar di
desa Sarang Burung yang berjumlah 37 orang berdasar kan data dari kepala RT 03
Desa Sarang Burung , daerah ini dengan keadaan lingkungan dan sanitasi yang
kurang baik, keberadaan tempat tinggal penduduk daerah aliran sungai. Batang
Hari yang terkadang sungai dapat meluap hingga ke perkarangan rumah. Sebagian
besar warga tidak mempunyai jamban pribadi dan membuang air besar di sungai,
besar anak-anak tersebut tidak menggunakan alas kaki, hal ini sangat berpengaruh
Soil Transmitted Helminths (STH) pada anak-anak usia sekolah dasar RT.03 di desa
2 Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran infeksi cacing golongan STH pada anak-anak usia
sekolah dasar RT.03 di desa Sarang Burung Jambi Luar kota Kab. Muaro Jambi.
3 Tujuan penelitian
1 Tujuan Umum
4
anak usia sekolah dasar RT.03 di desa Sarang Burung Kec.Jambi Luar Kota
Kab.Muaro Jambi.
2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui persentase infeksi Soil Transmitted Helminths pada anak-
anak usia sekolah dasar RT.03 di desa Sarang Burung Kec. Jambi Luar kota
usia sekolah dasar RT.03 di desa Sarang Burung Kec.Jambi Luar Kota
Kab.Muaro Jambi.
3. Untuk mengetahui persentase infeksi Soil Transmitted Helminths pada anak-
anak usia sekolah dasar RT.03 laki-laki dan perempuan di desa Sarang Burung
2 Bagi Masyarakat
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi kepada
kecacingan.
5 Batasan Masalah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Nematoda
Nematoda berasal dari bahasa Yunani nema yang artinya benang, Nematoda
adalah bentuknya panjang, silindrik (gilig) dan tidak bersegmen bila tubuhnya
bilateral simetrik. Panjang cacing ini berpariasi dari beberapa milimeter hingga satu
hidup sebagai parasit, cacing ini berbeda-beda dalam habitat, dan hubungan hospes
reproduksi terpisah. pada umumnya cacing bertelur, tetapi ada juga yang vivipar yang
dalam badan manusia. Seekor cacing betina dapat mengeluarkan telur atau larva
sebanyak 20 sampai 200.000 perhari. Telur atau larva ini di keluarkan dari badan
Indonesia karena masih banyak yang mengidap cacing ini sehubung banyaknya faktor
yang menunjang untuk hidup suburnya cacing parasiter ini. Faktor penunjang ini
antara lain keadaan alam serta iklim, sosial ekonomi, pendidikan, kepadatan
penduduk serta masih berkembang kebiasaan yang kurang baik. Berdasarkan fungsi
tanah pada siklus hidup cacing ini, Nematoda Usus dibagi atas dua kelompok yaitu
Soil Transmitted Helmints dan Non Soil Transmitted Helmints (Natadisastra,D dan
Agoes,R.,2009).
Cacing dewasa Nematoda darah dan jaringan hidup dalam sistem limfatik,
subkutan, dan jaringan ikat pada tubuh manusia. Spesies Nematoda jaringan dan
7
darah yang hidup pada manusia adalah W.bancrofti, B.malayi, B.timori, M.ozzardi,
(Muslim,M., 2009).
untuk proses pematangan untuk menjadi stadium infektif, beberapa yang termasuk
Askariasis adalah penyakit cacing yang paling besar prevalensinya diantara penyakit
cacing lainnya . Penyakit ini diperkirakan menginfeksi lebih dari 1 miliar orang.
Tingginya prevalensi ini terutama karena banyaknya telur disertai dengan daya tahan
telur yang mengandung larva cacing pada keadaan tanah yang kondusif (Widoyono,
2011).
2.4.1 Klasifikasi
8
lumbricoides adalah :
Kingdom : Animalia
Filum : Nemathelminthes
Kelas : Nematoda
Sub-Kelas : Phasmida
Ordo : Rhabdidata
Sub-ordo : Ascaridata
Famalia : Ascarididae
Genus : Ascaris
2.4.3 Morfologi
mm, sedangkan cacing betina 20-35 cm, kadang-kadang sampai mencapai 49 cm,
dengan diameter 3 mm-6 mm, untuk dapat membedakan cacing betina dengan cacing
jantan dapat di lihat pada bagian ekornya (ujung posterior), dimana cacing jantan
9
spikula yang bentuknya sederhana dan silindris, sebagai alat kopulasi, dengan ukuran
panjang 2 mm- 3,5 mm dan ujungnyan meruncing, sedangkan cacing betina memiliki
vulva yang letaknya dibagian ventral sepertiga dari panjang tubuh dan dari ujung
kelok menuju bagian posterior tubuhnya yang dapat berisi 200.000 telur (Irianto,
2013).
Telur Ascaris lumbricoides mempunyai dua jenis telur, yaitu telur yang sudah
dibuahi (fertilized eggs) dan telur yang belum dibuahi (unfertilized eggs).
Fertilizedeggs berukuran 60-45 m, bulat atau oval, dengan dinding telur yang kuat,
terdiri atas 3 lapis, yaitu lapisan luar terdiri atas lapisan albuminoid dengan
empedu lapisan tengah merupakan lapisan chitin, terdiri atas polisakarida dan lapisan
dalam, membrane pitellin yang terdiri atas sterol yang liat sehingga telur dapat tahan
sampai satu tahun dan terapung di dalam larutan mengalami garam jenuh (pekat).
Sedangkan telur tidak di buahi (unfertilized eggs), telur ini di hasilkan oleh betina
yang tidak subur atau terlalu cepat di keluarkan oleh betina yang subur, telur ini
Sumber ://www.google.id/search/HTML/ImageLibrary/telur+Ascariasis_il.htm
Proses penularan askariasis pada manusia dapat dilihat dari siklus hidup
cacing. Telur yang dikeluarkan oleh cacing melalui tinja, lalu membutuhkan tanah
untuk berkembang biak, dengan keadaan lingkungan yang sesuai, telur ini akan
berkembang menjadi embrio dan menjadi larva yang infektif didalam telur, Apabila
karena suatu sebab telur tersebut tertelan oleh manusia , maka didalam usus larvaakan
11
menetas, keluar dan menembus dinding usus halus menuju ke sistem peredaran darah.
Larva akan menuju ke paru, trakea, faring dan tertelan masuk ke esophagus, hingga
sampai ke usus halus. Larva menjadi dewasa di usus halus, Perjalanan siklus hidup
cacing ini berlangsung selama 65-70 hari, Untuk lebih jelasnya siklus hidup cacing
Gejala klinis tergantung dari beberapa hal, antara lain beratnya infeksi,
keadaan umum penderita, daya tahan, dan kerentanan penderita terhadap infeksi
cacing pada infeksi biasa, penderita mengandung 10-20 ekor cacing, sering tidak ada
gejala yang dirasakan oleh hospes, baru diketahui setelah pemeriksaan tinja rutin atau
karena cacing dewasa keluar bersama tinja. Gejala dapat timbul oleh cacing dewasa
2.4.6 Diagnosis
(melalui pemeriksaan langsung atau metode konsentrasi), larva dalam sputum, cacing
dewasa keluar dari mulut, anus, atau dari hidung dan dapat juga dilakukan
mengidentifikasikan cacing dewasa keluar dari tubuh setelah memakan obat (Irianto,
2013).
2.4.7 Pengobatan
Infeksi cacing ini tersebar seluruh dunia, tetapi daerah yang prevalensi tinggi
daerah tropis dan subtropis. Dalam bahasa Indonesia cacing ini dinamakan Cacing
cambuk karena secara menyeluruh bentuknya seperti cambuk, sampai saat ini dikenal
lebih dari 20 spesies Trichuris sp, namun yang menginfeksi manusia hanya Trichuris
vulpis, Dibandingkan dengan Trichuris trichiura, manusia jarang terinfeksi cacing ini
(Sandjaja, 2007).
2.5.1 Klasifikasi
trichiura adalah :
13
Kingdom : Animalia
Filum : Nemathelminthes
Kelas : Nematoda
Ordo : Enoplida
Hospes defenitif cacing ini adalah manusia. Cacing ini lebih sering ditemukan
bersama-sama dengan ascaris lumbricoides. Cacing dewasa hidup didalam usus besar
manusia, terutama di daerah sekum dan kolon. Cacing ini juga di temukan diapendiks
dan ileum distal. Penyakit yang di sebabkan adalah trikuriasis (Ongowaluyo, 2002 ).
2.5.3 Morfologi
cacing ini menyerupai cambuk. Cacing jantan berukuran 30-45 mm sedangkan yang
betina 35-50 mm. Bagian posterior cacing jantan melingkar ke dalam dan
mengandung sebuah spicule. Pada cacing betina vulva terdapat di bagian tubuh yang
menonjol di kedua ujungnya. Telur ini berukuran 44-50 x 22 mikron dan berwarna
kuning kecoklatan. Telur yang belum matang dikeluarkan dari tubuh bersama tinja
dan merupakan pertanda diagnostik untuk trichuriasis. Di luar tubuh manusia telur ini
berkembang lebih lanjut sampai akhirnya mengandung embrio, dan pada saat inilah
Apabila manusia menelan telur yang matang, maka telur akan menetaskan
larva yang akan berpenetrasi pada mukosa usus halus selama 3-10 hari. Selanjutnya
larva akan bergerak turun dengan lambat untuk menjadi dewasa di sekum dan kolon
asendens. Siklus hidup dari telur sampai cacing dewasa memerlukan waktu sekitar 3
bulan, Di dalam sekum cacing bisa hidup sampai bertahun-tahun. Cacing akan
meletakkan telur pada sekum dan telur-telur ini keluar bersama tinja. Pada
lingkungan yang kondusif, telur akan matang dalam waktu 2-4 minggu
(Widoyono,2008). Tanah liat yang lembab dengan suhu optimum 300C merupakan
trauma yang menimbulkan iritasi dan peradangan mukosa usus, di tempat perlekatan
terutama anak-anak dengan infeksi Trichuris yang berat dan menahun yang dapat
menunjukan gejala diare yang diselingi sindrom disentri, berat badan menurun
2.5.6 Diagnosis
dalam tinja atau menemukan cacing dewasa pada derita prolapses rekti pada anak
(Sandjaja, 2002).
2.5 Pengobatan
Ancylostoma duodenale. Infeksi cacing ini telah di kenal sejak zaman mesir kuno dan
17
mengenai penyakitnya telah ditulis di Italia, Arab dan Brazilia, jauh sebelum cacing
2.6.1 Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Nemathelminthes
Kelas : Nematoda
Ordo : Rhabditida
Superfamalia : Strongyloidea
Famalia : Ancylostomatide
Genus : Ancylostoma
Kingdom : Anamalia
Filum : Nemathelminthes
Kelas : Nematoda
Sub-kelas : Phasmida
18
Ordo : Rhabditida
Sub-ordo : Strongylata
Supermapilia : Strongloidea
Famalia : Ancylostomatidea
Genus : Necator
Hospes parasit ini adalah manusia, cacing ini menyababkan penyakit nekatoris
2.6.3 Morfologi
Cacing tambang dewasa yang masih hidup berwarna putih abu-abu sampai
kemerah-merahan, kedua spesies di atas mempunyai morfologi mirip satu sama lain,
perbedaanya antara lain bentuknya yang khas terutama pada cacing betina, pada
cacing betina 9-13 mm. Sedangkan jantan berukuran 5-10 mm. Pada N. americanus
mulut dilengkapi gigi, sedangkan pada A. duodenale dilengkapi dua pasang gigi
berbentuk lancip. Rongga mulut kedua spesies cacing ini lebar dan terbuka
(Onggowaluyo,2002).
19
Bentuk cacing tambang berbentuk bujur dan mempunyai dinding tipis, dan
beberapa sel. Dan mempunyai larva rabditiform dan filatiform (Sutanto, 2008).
Cacing ini keluar bersama tinja. Di dalam telur ini cepat matang dan
menghasilkan larva rhabditiform, selama 1-2 hari di bawah kondisi yang mengijinkan
dengan suhu 23-33C. Larva yang baru menetas (berukuran 275 x 16 mikron) ini
aktif menekan pembusukan organik dan cepat bertambah besar (500-700 mikron
dalam 5 hari). Kemudian ia berganti kulit untuk kedua kalinya dan berbentuk
langsing menjadi larva filariform yang infeksius. Larva filoriform akan menembus ke
saluran kulit luar tuan rumah melalui folikel-folikel rambut, pori-pori atau kulit yang
rusak. Umumnya daerah infeksi pada dorsum kaki atau disela jari kaki. Larva masuk
ke saluran vena menuju jantung kanan, dan masuk ke saluran paru-paru, dari situ
mereka naik ke bronki dan trekae, tertelan dan masuk ke usus, peredaran larva dalam
sirkulasi daerah dan migrasi paru-paru berlangsung selama satu minggu. Selama
periode ini mereka bertukar kulit untuk yang ketiga kalinya, setelah berganti kulit
empat kali dalam jangka waktu 13 hari mereka menjadi dewasa (Irianto, 2013 ).
Gejala nekatoriasis dan ankilostomiasis menurut sutanto terbagi atas dua yaitu:
1 Stadium larva :
Bila banyak larva filariform sekaligus menembus kulit, maka akan
terjadi perubahan kulit yang di sebut ground itch. Perubahan pada paru
samping itu juga terdapat eosinofilia. Cacing ini biasanya tidak menyebabkan
kematian, tetapi daya tahan berkurang dan prestasi kerja menurun (Sutanto,
2008).
Gejala klinik timbul setelah tampak adanya anemia.Pada infeksi berat,
2009).
2.6.6 Diagnosis
Diagnosis ankilostomiasis didasarkan pada hasil analisis klinis dan data
laboratories. Faktor yang menentukan adalah ditemukan telur cacing dalam tinja
(Irianto, 2013).
2.6.7 Pengobatan
Pengobatan dapat di lakukan dengan memberikan obat untuk N. americanus
adalah tetralorelitin (juga efektif untuk A. duodenale). Obat lain yang bisa digunakan
22
(Onggowaluyo, 2002).
stercoralis adalah :
Kingdom : Anamalia
Filum : Nemathelminthes
Kelas : Nematoda
Sub-kelas : Phasmida
Ordo : Rhabditida
Sub-ordo : Strongylina
Famalia : strongyloididea
Genus : Strongyloides
(Onggowaluyo, 2002).
2.7.3 Morfologi
Cacing jantan yang parasitik maupun yang free living memiliki bentuk yang
sama dan berukuran 0,7 mm, pada bagian anterior tubuhnya terlihat adanya buccal
menjalani siklus hidup bebas di tanah atau berdiferensiasi menjadi larva infektif yang
menginvasi pejamu lain melaui kulit yang utuh, dan Telur disimpan di mukosa usus,
menetas menjadi larva rhabditiform, menembus sel epitel dan lewat ke lumen usus,
keluar bersama tinja dan telur kadang- kadang juga ditemukan dalam tinja (Irianto,
2013).
225x16 mikron, berubah menjadi larva filariform dengan bentuk langsing dan
merupakan bentuk infektif, panjangnya kira-kira 700 mikron. Bila larva filariform
menembus kulit manusia, larva tumbuh, masuk ke dalam peredaran darah vena dan
kemudian melalui jantung kanan sampai ke paru. Dari paru parasit yang mulai
laring terjadi reflex batuk, sehingga parasit tertelan, kemudian sampai di usus halus
cacing jantan dan cacing betina bentuk bebas. Larva rabditiform dalam waktu
beberapa hari dapat menjadi larva filariform yang infektif dan masuk ke dalam
hospes baru, atau larva rabditiform tersebut dapat juga mengulangi fase hidup
bebas.
2.7.4.3 Auto infeksi
Pada siklus auto infeksi dapat bertumbuh menjadi stadium filaform dalam usus
dan menembus dinding mukosa usus, ini dinamakan endo auto infeksi, atau
didaerah kulit perianal masuk kembali ke dalam hospes yang di namakan ekso-auto
Bila larva filariform dalam jumlah besar menembus kulit, timbul kelainan
kulit yang dinamakan creepisng eruption yang sering disertai rasa gatal yang hebat,
cacing dewasa menyebabkan kelainan pada mukosa usus halus. Infeksi ringan
menimbulkan gejala. Infeksi sedang dapat menyebabkan rasa sakit seperti tertusuk-
telur, larva, dan cacing dewasa dalam tinja, bahan duodenum maupun sputum. Bahan
dapat ditemukan telur cacing dengan pemeriksaan rutin dan metode konsetrasi
sekalipun, jumlah larva yang ditemukan dalam tinja selalu bevariasi dari waktu ke
2.7.8 Pencegahan
Penularan Strongiloidiasis dapat dicegah dengan menghindari kontak dengan
tanah, tinja atau genangan air yang diduga terkontaminasi oleh larva infektif. Apabila
terjadinya auto infeksi dan daur hidup bebas dapat mempersulit pencegahan.
Merupakan sifat atau pembagian dua jenis kelamin manusia yang ditentukan
secara biologis tidak dapat ditukarkan antara laki-laki dan perempuan. Seseorang
yang dikatakan berjenis kelamin laki-laki memiliki penis, jakun, kumis, jengkot, dan
Jenis kelamin sangat berpengaruh potensi kecacingan hasil penelitian widya (2014)
didapatkan hasil 17,5% responden yang positif keberadaan telur cacing mempunyai
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan upaya yang dilakukan
Departemen Kesehatan untuk membudidayakan perilaku hidup bersih dan sehat demi
pembukaan UUD 1994 (Farida, 2009) . Salah satu bagian dari PHBS yaitu memakai
alsa kaki saat bermain, membiasakan diri untuk mencuci tangan sebelum makan
BAB III
kab.Muaro Jambi.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua anak-anak usia sekolah dasar
Sampel yang diteliti adalah 30 sampel anak-anak usia sekolah dasar RT.03
Metode flotasi
3.7.3 Alat
- Spidol permanen
- Objek glass
- Lidi
- Tissue
- Pipet tetes
- Mikroskop
- Sarung tangan
30
- Masker
- Plastik
- Cover glas
3.7.4 Reagensia
-Ditimbang 75 gr MgSO4
b. Eosin 1%
Kota Kab.Muaro Jambi yang di awali dengan memberikan kepada anak-anak tersebut
dirumah masing - masing dengan memasukan feaces kedalam wadah yang telah
diberikan kode (no sampel, nama, alamat, dan waktu pengambilan) dengan spidol.
3 Isi seperempat tabung reaksi dengan larutan MgSO4 jenuh, hancurkan feaces
dengan mengaduk.
4 Lalu isi lagi tabung reaksi dengan larutan MgSO4 jenuh sampai permukaan
7 Angkat cover glass dengan hati-hati dan letakkan di atas objek glass yang
Data dan penelitian ini diperoleh dari pemeriksaan telur cacing STH pada
feaces anak yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan anak-anak Desa Sarang
Burung Kec.Jambi Luar Kota Kab.Muaro Jambi, serta jumlah persentasi negatif telur
cacing soil transmitted helminths pada anak laki -laki dan perempuan anak-anak usia
sekolah desa Sarang Burung Kec.Jambi Luar Kota Kab. Muaro Jambi.
32
Pengolahan data pada penelitian ini dianalisa secara deskriptif dalam bentuk
R = F x 100%
n
Keterangan :
R = Persentase hasil
F = Jumlah sampel yang positif atau negatif
n = Jumlah total sampel
BAB IV
4.1. Hasil
(43,4%). Enam belas orang (53,3%) mempunyai kebiasaan yang baik, yaitu mencuci
tangan sebelum makan, dan tidak mencuci tangan sebelum makan 14 orang (46,7%),
serta berdasarkan memakai alas kaki 63,3% memakai alas kaki, sedangkan 36,7%
tidak menggunakan alas kaki, ini dapat dilihat di bawah ini pada tabel 1.
No Karakteristik Responden N %
1. Jenis Kelamin
Laki-Laki 17 56,6%
Perempuan 13 43,4%
2 PHBS
Mencuci tangan 16 53,3%
Tidak mencuci tangan 14 46,7%
Alas kaki
Memakai alas kaki 19 63,3%
Tidak memakai alas kaki 11 36,7%
Dari 30 sampel feaces anak-anak yang diperiksa ditemukan 12 (40%) sampel
positif Soil Transmitted Helminths, dan 18 sampel negatif. Sampel feaces yang positif
34
mengandung telur cacing STH 7 diantaranya mengandung telur cacing
A.lumbricoides, dan 5 sampel cacing T.trichiura, dari sampel yang positif kecacingan.
Tabel 2. Hasil pemeriksaan telur cacing STH dalam feaces Anak-anak RT 0.3 desa
Sarang Burung Kec,Jambi Luar Kota Kab, Muaro Jambi
Hasil pemeriksaan
No Jenis telur Jumlah
Positif Negatif
1 A.lumricoides 7 (23,4%) 23 (76,6%) 30 (100%)
2 T.trichiura 5 (16,6%) 25 (83,4%) 30 (100%)
3 C. tambang 0 0 0
4 S. stercolaris 0 0 0
sebagian besar anak-anak yang positif kecacingan berjenis kelamin laki-laki yaitu
sebanyak 7 orang (58,3%), sedangkan yang perempuan positif 5 orang (41,7%), ini
Kejadian Kecacingan
No Jenis Kelamin
Positif Negatif
1 Laki-laki 7 (58,3%) 10 (55,6%)
2 Perempuan 5 (41,7%) 8 (44,4%)
Jumlah 12 18
sebelum makan menunjukkan bahwa seluruh anak yang positif kecacingan tidak
mencuci tangan sebelum makan sebanyak 10 orang, dan mencuci tangan seabnyak 2
orang positif, ini dapat dilihat pada tabel 4. Berdasarkan kebiasaan menggunakan
alas kaki, sebagian besar sampel yang positif (66,7%) tidak menggunakan alas kaki,
Kejadian Kecacingan
No PHBS Jumlah
Positif Negatif
1 Mencuci tangan 2 (16,6%) 14 (77,7%) 16
Jumlah 12 18 30 (100%)
Hasil Pemeriksaan
No PHBS Jumlah
Positif Negatif
Memakai alas
4 (33,3%) 15 (83,3%) 19
kaki
Tidak memakai
8 (66,7%) 3 (16,7%) 11
alas kaki
35
Jumlah 12 18 30 (100%)
4.2. Pembahasan
Luar Kab,Muaro Jambi yang positif sebanyak 7 orang (58,3%) anak-anak berjenis
(41,7%) hal ini di karenakan anak laki-laki lebih sering kontak dengan tanah saat
bermain. Dari hasil penelitian sesuai dengan Alfath (2014) terhadap Hubungan
mendapatkan persentase infeksi Nematoda Usus lebih tinggi pada anak laki-laki 7
(17,5%) dan anak-anak perempuan 5 (14,7). Hal ini menunjukkan bahwa anak laki-
laki lebih rentan dari perempuan karena aktivitas anak laki-laki yang umumnya lebih
banyak berada diluar rumah, baik untuk bermain maupun untuk membantu
(34,4%) dan cacing Trichuris trichiura sebanyak 5 (16,6%). Dalam hal ini telur
Ascaris lumbricoides lebih tinggi dari telur Trichuris trichiura. Dari hasil penelitian
Cacing Pada Murid Sekolah Dasar di Desa Teling Kecamatan Tombariri Kabupaten
Minasaha, juga mendapat hasil persentase Ascaris Lumbricoides lebih tinggi (36,4%)
sebelum makan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Winitia (2014) pada
siswa SDN 10 Paseban Jakarta pusat yang menunjukkan hasil 65% responden yang
positif tidak melakukan kebiasaan mencuci tangan sebelum makan. Mencuci tangan
sebelum makan menggunakan sabun mempunyai peran yang sangat penting terhadap
dari golongan STH sebagian besar menginfeksi manusia melalui mulut yaitu telur
positif tidak menggunakan alas kaki dan 33,3% menggunakan alas kaki. Hasil ini
sesuai dengan hasil penelitian T.ratag (2013) pada siswa Sekolah Dasar Gmist
Nazareth Lesa Kecamatan Tahuna Timur Kabupaten Sangihe menunjukkan hasil 69%
positif kecacingan tidak menggunakan alas kaki saat bermain. Hal ini di karenakan
kecacingan.
kebersihan tangan dan kuku. Infeksi cacingan kebanyakan ditularkan melalui tangan
yang kotor, kuku jemari tangan yang kotor dan panjang sering tersimpan telur cacing.
cacing ditularkan melalui tangan dan kaki yang kotor serta kuku yang panjang
BAB V
1 Kesimpulan
anak RT 0.3 Desa Sarang burung Kec,Jambi Luar Kota Kab.Muaro Jambi dapat
terdapat infeksi STH (40,0%) pada anak-anak RT 0.3 Desa Sarang burung
Luar Kota Kab.Muaro Jambi (58,3%) responden yang positif terinfeksi STH
terinfeksi STH tidak mencuci tangan sebelum makan. Dan 66,7% responden
2 Saran
39
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka penulis memberikan saran
sebagai berikut :
pencegahan kecacingan.
d Bagi anak-anak yang positif kecacingan lebih baik segera berobat ke
yang tepat.