Oleh :
HERNIANTI R
NIM : 15.677
KONSEP MEDIS
A. Definisi
Dermatitis kontak adalah respon peradangan kulit akut atau kronik terhadap
paparan bahan iritan eksternal yang mengenai kulit. Dikenal dua macam jenis dermatitis
kontak yaitu dermatitis kontak iritan yang timbul melalui mekanisme non imunologik dan
dermatitis kontak alergik yang diakibatkan mekanisme imunologik dan dermatitis kontak
alergik yang diakibatkan meka nisme imunologik yang spesifik.
Dermatitis kontak iritan adalah efek sitotosik lokal langsung dari bahan iritan pada
sel-sel epidermis, dengan respon peradangan pada dermis. Daerah yang paling sering
terkena adalah tangan dan pada individu atopi menderita lebih berat. Secara definisi
bahan iritan kulit adalah bahan yang menyebabkan kerusakan secara langsung pada kulit
tanpa diketahui oleh sensitisasi. Mekanisme dari dermatis kontak iritan hanya sedikit
diketahui, tapi sudah jelas terjadi kerusakan pada membran lipid keratisonit.
Menurut Gell dan Coombs dermatitis kontak alergik adalah reaksi hipersensitifitas
tipe lambat (tipe IV) yang diperantarai sel, akibat antigen spesifik yang menembus
lapisan epidermis kulit. Antigen bersama dengan mediator protein akan menuju ke
dermis, dimana sel limfosit T menjadi tersensitisasi. Pada pemaparan selanjutnya dari
antigen akan timbul reaksi alergi.
B. Etiologi
1. Dermatitis Kontak Iritan
Penyebab munculnya dermatitis kontak iritan ialah bahan yang bersifat iritan,
misalnya bahan pelarut, detergen, minyak pelumas, asam, alkali, dan serbuk kayu.
Kelainan kulit yang terjadi selain ditentukan oleh ukuran molekul, daya larut,
konsentrasi, kohikulum, serta suhu bahan iritan tersebut, juga dipengaruhi oleh faktor
lain. Faktor yang dimaksud yaitu : lama kontak, kekerapan (terus-menerus atau
berselang) adanya oklusi menyebabkan kulit lebih permeabel, demikian juga gesekan
dan trauma fisis. Suhu dan kelembaban lingkungan juga ikut berperan.
Faktor individu juga berpengaruh pada dermatitis kontak iritan, misalnya
perbedaan ketebalan kulit di berbagai tempat menyebabkan perbedaan permeabilitas;
usia (anak di bawah umur 8 tahun lebih mudah teriritasi); ras (kulit hitam lebih tahan
dari pada kulit putih); jenis kelamin (insidens dermatitis kontak iritan lebih tinggi
pada wanita); penyakit kulit yang pernah atau sedang dialami (ambang rangsang
terhadap bahan iritan turun), misalnya dermatitis atopik
C. Patofisiologi
1. Patogenesis
Dermatitis Kontak Iritan
Pada dermatitis kontak iritan kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel
yang disebabkan oleh bahan iritan melalui kerja kimiawi maupun fisik. Bahan
iritan merusak lapisan tanduk, dalam beberapa menit atau beberapa jam
bahan-bahan iritan tersebut akan berdifusi melalui membran untuk merusak
lisosom, mitokondria dan komponen-komponen inti sel. Dengan rusaknya
membran lipid keratinosit maka fosfolipase akan diaktifkan dan membebaskan
asam arakidonik akan membebaskan prostaglandin dan leukotrin yang akan
menyebabkan dilatasi pembuluh darah dan transudasi dari faktor sirkulasi dari
komplemen dan system kinin. Juga akan menarik neutrofil dan limfosit serta
mengaktifkan sel mast yang akan membebaskan histamin, prostaglandin dan
leukotrin. PAF akan mengaktivasi platelets yang akan menyebabkan
perubahan vaskuler. Diacil gliserida akan merangsang ekspresi gen dan
sintesis protein. Pada dermatitis kontak iritan terjadi kerusakan keratisonit dan
keluarnya mediator- mediator. Sehingga perbedaan mekanismenya dengan
dermatis kontak alergik sangat tipis yaitu dermatitis kontak iritan tidak melalui
fase sensitisasi.
Ada dua jenis bahan iritan yaitu : iritan kuat dan iritan lemah. Iritan
kuat akan menimbulkan kelainan kulit pada pajanan pertama pada hampir
semua orang, sedang iritan lemah hanya pada mereka yang paling rawan atau
mengalami kontak berulang-ulang. Faktor kontribusi, misalnya kelembaban
udara, tekanan, gesekan dan oklusi, mempunyai andil pada terjadinya
kerusakan tersebut.
Pada dermatitis kontak alergi, ada dua fase terjadinya respon imun tipe
IV yang menyebabkan timbulnya lesi dermatitis ini yaitu :
a. Fase Sensitisasi
Fase sensitisasi disebut juga fase induksi atau fase aferen. Pada fase
ini terjadi sensitisasi terhadap individu yang semula belum peka, oleh
bahan kontaktan yang disebut alergen kontak atau pemeka. Terjadi bila
hapten menempel pada kulit selama 18-24 jam kemudian hapten diproses
dengan jalan pinositosis atau endositosis oleh sel LE (Langerhans
Epidermal), untuk mengadakan ikatan kovalen dengan protein karier yang
berada di epidermis, menjadi komplek hapten protein.
b. Fase elisitasi
Fase elisitasi atau fase eferen terjadi apabila timbul pajanan kedua
dari antigen yang sama dan sel yang telah tersensitisasi telah tersedia di
dalam kompartemen dermis. Sel Langerhans akan mensekresi IL-1 yang
akan merangsang sel T untuk mensekresi Il-2. Selanjutnya IL-2 akan
merangsang INF (interferon) gamma. IL-1 dan INF gamma akan
merangsang keratinosit memproduksi ICAM-1 (intercellular adhesion
molecule-1) yang langsung beraksi dengan limfosit T dan lekosit, serta
sekresi eikosanoid. Eikosanoid akan mengaktifkan sel mast dan makrofag
untuk melepaskan histamin sehingga terjadi vasodilatasi dan permeabilitas
yang meningkat. Akibatnya timbul berbagai macam kelainan kulit seperti
eritema, edema dan vesikula yang akan tampak sebagai dermatitis.
Struktur kimia, dosis dan cara penyajian dari suatu antigen sangat menentukan
potensi sensitivitasnya. Pada aplikasi pertama dari antigen akan menggerakkan dua
mekanisme yang berlawanan yaitu sensitisasi (pembentukan T helper cell) dan
toleransi imunitas spesifik (pembentukan T supresor cell). Kedua keadaan imunologik
ini selanjutnya dapat dimodifikasi oleh faktor-faktor eksternal seperti pemberian
glukokortikoid topikal atau sistemik, radiasi sinar ultra violet dan riwayat dermatitis
atopik. Apabila dosis tinggi dari antigen disapukan secara epikutan maka dapat timbul
toleransi.Kemungkinan oleh karena sejumlah besar antigen menghindari sel
Langerhans epidermal.
3. Gambaran Histopatologis
D. Manifestasi Klinik
1. Fase akut.
Kelainan kulit umumnya muncul 24-48 jam pada tempat terjadinya kontak
dengan bahan penyebab. Derajat kelainan kulit yang timbul bervariasi ada yang
ringan ada pula yang berat. Pada yang ringan mungkin hanya berupa eritema dan
edema, sedang pada yang berat selain eritema dan edema yang lebih hebat disertai
pula vesikel atau bula yang bila pecah akan terjadi erosi dan eksudasi. Lesi cenderung
menyebar dan batasnya kurang jelas. Keluhan subyektif berupa gatal.
Jika tidak diberi pengobatan dan kontak dengan alergen sudah tidak ada maka
proses akut akan menjadi subakut atau kronis. Pada fase ini akan terlihat eritema,
edema ringan, vesikula, krusta dan pembentukan papul-papul.
3. Fase Kronis
Dermatitis jenis ini dapat primer atau merupakan kelanjutan dari fase akut
yang hilang timbul karena kontak yang berulang-ulang. Lesi cenderung simetris,
batasnya kabur, kelainan kulit berupa likenifikasi, papula, skuama, terlihat pula bekas
garukan berupa erosi atau ekskoriasi, krusta serta eritema ringan. Walaupun bahan
yang dicurigai telah dapat dihindari, bentuk kronis ini sulit sembuh spontan oleh
karena umumnya terjadi kontak dengan bahan lain yang tidak dikenal.
Pada umumnya kelainan kulit muncul segera, tetapi ada segera, tetapi ada
sejumlah bahan kimia yang menimbulkan reaksi akut lambat misalnya podofilin,
antralin, asam fluorohidrogenat, sehingga dermatitis kontak iritan akut lambat.
Kelainan kulit baru terlihat setelah 12-24 jam atau lebih. Contohnya ialah dermatitis
yang disebabkan oleh bulu serangga yang terbang pada malam hari (dermatitis
venenata); penderita baru merasa pedih setelah esok harinya, pada awalnya terlihat
eritema dan sorenya sudah menjadi vesikel atau bahkan nekrosis.
(Dermatitis kontak iritan dengan bahan iritan air liur pada balita)
Dermatitis kontak iritan kronis atau dermatitis iritan kumulatif, disebabkan
oleh kontak dengan iritan lembah yang berulang-ulang (oleh faktor fisik, misalnya
gesekan, trauma mikro, kelembaban rendah, panas atau dingin; juga bahan contohnya
detergen, sabun, pelarut, tanah, bahkan juga air). Dermatitis kontak iritan kronis
mungkin terjadi oleh karena kerjasama berbagai faktor. Bisa jadi suatu bahan secara
sendiri tidak cukup kuat menyebabkan dermatitis iritan, tetapi bila bergabung dengan
faktor lain baru mampu. Kelainan baru nyata setelah berhari-hari, berminggu atau
bulan, bahkan bisa bertahun-tahun kemudian. Sehingga waktu dan rentetan kontak
merupakan faktor paling penting. Dermatitis iritan kumulatif ini merupakan dermatitis
kontak iritan yang paling sering ditemukan.
Gejala klasik berupa kulit kering, eritema, skuama, lambat laun kulit tebal
(hiperkeratosis) dan likenifikasi, batas kelainan tidak tegas. Bila kontak terus
berlangsung akhirnya kulit dapat retak seperti luka iris (fisur), misalnya pada kulit
tumit tukang cuci yang mengalami kontak terus menerus dengan deterjen. Ada
kalanya kelainan hanya berupa kulit kering atau skuama tanpa eritema, sehingga
diabaikan oleh penderita. Setelah kelainan dirasakan mengganggu, baru mendapat
perhatian. Banyak pekerjaan yang beresiko tinggi yang memungkinkan terjadinya
dermatitis kontak iritan kumulatif, misalnya : mencuci, memasak, membersihkan
lantai, kerja bangunan, kerja di bengkel dan berkebun.
1. Tangan
Alergen umumnya sama dengan pada tangan, misalnya oleh jam tangan
(nikel), sarung tangan karet, debu semen dan tanaman. Di aksila umumnya oleh
bahan pengharum.
3. Wajah
4. Telinga
Anting atau jepit telinga terbuat dari nikel, penyebab lainnya seperti obat
topikal, tangkai kaca mata, cat rambut dan alat bantu pendengaran.
Pada leher penyebabnya adalah kalung dari nikel, cat kuku (yang berasal
dari ujung jari), parfum, alergen di udara dan zat warna pakaian. Kulit kepala
relative tahan terhadap alergen kontak, namun dapat juga terkena oleh cat rambut,
semprotan rambut, sampo atau larutan pengeriting rambut.
6. Badan
Dapat disebabkan oleh pakaian, zat warna, kancing logam, karet (elastis,
busa ), plastik dan deterjen.
7. Genitalia
Disebabkan oleh pakaian, dompet, kunci (nikel) di saku, kaos kaki nilon,
obat topikal (anestesi lokal, neomisin, etilendiamin), semen, sandal dan sepatu.
E. Pemeriksaan Penunjang
Alergi kontak dapat dibuktikan dengan tes in vivo dan tes in vitro. Tes in vivo
dapat dilakukan dengan uji tempel. Berdasarkan tehnik pelaksanaannya dibagi tiga jenis
tes tempel yaitu :
Pada uji terbuka bahan yang dicurigai ditempelkan pada daerah belakang
telinga karena daerah tersebut sukar dihapus selama 24 jam. Setelah itu dibaca dan
dievaluasi hasilnya. Indikasi uji tempel terbuka adalah alergen yang menguap.
Untuk uji tertutup diperlukan Unit Uji Tempel yang berbentuk semacam
plester yang pada bagian tengahnya terdapat lokasi dimana bahan tersebut diletakkan.
Bahan yang dicurigai ditempelkan dipunggung atau lengan atas penderita selama 48
jam setelah itu hasilnya dievaluasi.
Untuk dapat melaksanakan uji tempel ini sebaiknya penderita sudah dalam
keadaan tenang penyakitnya, karena bila masih dalam keadaan akut kemungkinan
salah satu bahan uji tempel merupakan penyebab dermatitis sehingga akan menjadi
lebih berat. Tidak perlu sembuh tapi dalam keadaan tenang. Disamping itu berbagai
macam obat dapat mempengaruhi uji tempel sebaiknya juga dihindari paling tidak 24
jam sebelum melakukan uji tempel misalnya obat antihistamin dan kortikosteroid.
Dalam melaksanakan uji tempel diperlukan bahan standar yang umumnya
telah disediakan oleh International Contact dermatitis risert group, unit uji tempel dan
penderita maka dengan mudah dilihat perubahan pada kulit penderita. Untuk
mengambil kesimpulan dari hasil yang didapat dari penderita diperlukan keterampilan
khusus karena bila gegabah mungkin akan merugikan penderita sendiri. Kadang-
kadang hasil ini merupakan vonis penderita dimana misalnya hasilnya positif maka
penderita diminta untuk menghindari bahan itu. Penderita harus hidup dengan
menghindari ini itu, tidak boleh ini dan itu sehingga berdampak negatif dan penderita
dapat jatuh ke dalam neurosis misalnya. Karenanya dalam mengevaluasi hasil uji
tempel dilakukan oleh seorang yang sudah mendapat latihan dan berpengalaman di
bidang itu.
F. Penatalaksanaan
Pada prinsipnya penatalaksanaan dermatitis kontak iritan dan kontak alergik yang
baik adalah mengidentifikasi penyebab dan menyarankan pasien untuk menghindarinya,
terapi individual yang sesuai dengan tahap penyakitnya dan perlindungan pada kulit.
1. Pencegahan
2. Pengobatan
a. Pengobatan topikal
1) Kortikosteroid
2) Radiasi ultraviolet
3) Siklosporin A
5) Imunosupresif topikal
b. Pengobatan sistemik
Pengobatan sistemik ditujukan untuk mengontrol rasa gatal dan atau
edema, juga pada kasus-kasus sedang dan berat pada keadaan akut atau kronik.
Jenis-jenisnya adalah :
1) Antihistamin
2) Kortikosteroid
3) Siklosporin
4) Pentoksifilin
Bersihkan kulit yang terkena bahan iritan dengan air dan sabun. Bila dilakukan
secepatnya, dapat menghilangkan banyak iritan dan alergen dari kulit.
Gunakan sarung tangan saat mengerjakan pekerjaan rumah tangga untuk
menghindari kontak dengan bahan pembersih.
Bila sedang bekerja, gunakan pakaian pelindung atau sarung tangan untuk
menghindari kontak dengan bahan alergen atau iritan.
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pemeriksaan fisik didapatkan adanya eritema, edema dan papula disusul dengan
pembentukan vesikel yang jika pecah akan membentuk dermatitis yang membasah. Lesi
pada umumnya timbul pada tempat kontak, tidak berbatas tegas dan dapat meluas ke
daerah sekitarnya. Karena beberapa bagian tubuh sangat mudah tersensitisasi
dibandingkan bagian tubuh yang lain maka predileksi regional diagnosis regional akan
sangat membantu penegakan diagnosis.
B. Diagnosis Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang umumnya muncul pada klien penderita kelainan kulit
seperti dermatitis kontak adalah sebagai berikut :
C. Intervensi Keperawatan
1. Diagnosa :Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kekeringan pada kulit
Kriteria hasil :
Klien akan mempertahankan kulit agar mempunyai hidrasi yang baik dan
turunnya peradangan, ditandai dengan mengungkapkan peningkatan
kenyamanan kulit, berkurangnya derajat pengelupasan kulit, berkurangnya
kemerahan, berkurangnya lecet karena garukan, penyembuhan area kulit yang
telah rusak
Intervensi:
Mandi paling tidak sekali sehari selama 15 20 menit. Segera oleskan salep
atau krim yang telah diresepkan setelah mandi. Mandi lebih sering jika tanda
dan gejala meningkat.
Rasional :
dengan mandi air akan meresap dalam saturasi kulit. Pengolesan krim
pelembab selama 2 4 menit setelah mandi untuk mencegah penguapan air
dari kulit.
Rasional :
Gunakan sabun yang mengandung pelembab atau sabun untuk kulit sensitive.
Hindari mandi busa.
Rasional :
sabun yang mengandung pelembab lebih sedikit kandungan alkalin dan tidak
membuat kulit kering, sabun kering dapat meningkatkan keluhan.
Oleskan/berikan salep atau krim yang telah diresepkan 2 atau tiga kali per
hari.
Kriteria hasil :
Intervensi
Ajari klien menghindari atau menurunkan paparan terhadap alergen yang telah
diketahui.
Baca label makanan kaleng agar terhindar dari bahan makan yang
mengandung alergen
jika alergi terhadap bulu binatang sebaiknya hindari memelihara binatang atau
batasi keberadaan binatang di sekitar area rumah
Rasional :
Kriteria hasil :
Intervensi :
Rasional :
dengan mengetahui proses fisiologis dan psikologis dan prinsip gatal serta
penangannya akan meningkatkan rasa kooperatif.
Rasional :
pruritus sering disebabkan oleh dampak iritan atau allergen dari bahan kimia
atau komponen pelembut pakaian.
Gunakan deterjen ringan dan bilas pakaian untuk memastikan sudah tidak ada
sabun yang tertinggal.
Rasional :
Kriteria Hasil :
Intervensi :
Nasihati klien untuk menjaga kamar tidur agar tetap memiliki ventilasi dan
kelembaban yang baik.
Rasional:
Udara yang kering membuat kulit terasa gatal, lingkungan yang nyaman
meningkatkan relaksasi.
Rasional:
Tindakan ini mencegah kehilangan air, kulit yang kering dan gatal biasanya
tidak dapat disembuhkan tetapi bisa dikendalikan.
5. Diagnosa :Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak
bagus.
Kriteria Hasil :
Intervensi :
4) Nilai rasa keprihatinan dan ketakutan klien, bantu klien yang cemas
mengembangkan kemampuan untuk menilai diri dan mengenali
masalahnya.
Rasional: Memberikan kesempatan pada petugas untuk menetralkan
kecemasan yang tidak perlu terjadi dan memulihkan realitas situasi,
ketakutan merusak adaptasi klien .
5) Dukung upaya klien untuk memperbaiki citra diri , spt merias, merapikan.
Kriteria Hasil :
Intervensi :
D. Evaluasi
DAFTAR PUSTAKA
A. Pengkajian
1. Pengumpulan Data
Identitas
1) Identitas Klien
Nama : Tn. Y
Umur : 75 th
Agama : Islam
Suku bangsa :
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Satpam
Alamat :
DX Medis : Dermatitis
No. RM : 750055
2) Penanggung Jawab
Nama : Ny S
Umur :-
Pekerjaan : IRT
Alamat :-
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama : Gatal
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien merasa gatal pada daerah tengkuk, leher, dada, punggung, tangan dan kaki,
selangkangan paha, dan pantat. Rasa gatal oleh klien dirasakan sering dan lama
dan waktunya tidak menentu, namun rasa gatal akan berkurang apabila setelah
meminum obat. Apabila klien merasa gatal, klien sering menggaruknya.
Klien belum pernah mengalami penyakit kulit sebelumnya. Pada awalnya klien
hanya merasa gatal biasa saja pada tubuhnya, setelah diperiksakan ke Puskesmas
terdekat dan diberikan pengobatan, penyakit gatalnya tidak sembuh dan gatalnya
semakin menyebar ke seluruh tubuh.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
3. Data Biologis
a. Pola Nutrisi
Klien makan 3x perhari dan menghabiskan 1 piring nasi kien makan dengan tahu
tempe, lauk pauk, tak ada pantang makanan dan tidak mempunyai alergi
terhadap makanan dan obat-obatan tertentu.
Klien minum 5-6 gelas / hari menyukai air putih dan teh.
b. Pola Aktivitas
Klien setiap hari bekerja dari pukul 07.00 s.d 13.00. setelah tidur siang klien
beristirahat dengan mendengarkan radio atau menonton televisi bersama istrinya.
Klien suka berolah raga 1x setiap minggu.
Klien mandi 2x sehari pada saat pagi dan sore hari dan kadang-kadang hanya
satu kali jika persediaan airnya habis. Ketika mandi, klien menggunakan sabun
dan air hangat. Klien mencuci rambutnya 2x seminggu dan menggosok gigi 2x
sehari serta menggunting kuku 1x seminggu.
Klien biasa tidur malam pukul 21.00 tapi kadang-kadang lebih awal, bangun
pagi pukul 5.00, klien kadang-kadang tidur siang kalau cape sekitar jam 14.00
sampai jam 16.00. apabila obat klien habis, klien merasakan gatal dan merasa
terganggu aktivitasnya baik pada saat bekerja ataupun istirahat di rumah.
e. Pola Eliminasi
Klien BAB 1 hari sekali atau 2 hari sekali dan 4-5 x perhari warna kuning urine
kuning jernih baunya khas. klien tidak ada keluhan selama BAB atau BAK.
4. Pemeriksaan persistem
a. System Penglihatan : posisi mata klien simetris kelopak mata normal,
konjungtiva merah muda, pupil isokor, otot mata tidak ada kelainan, pergerakan
bola mata tidak terganggu. Fungsi penglihatan tidak terganggu, tidak ada tanda
radang, klien menggunakan kaca mata.
b. System Pendengaran : daun telinga lengkap dan simetris, cairan teling tidak ada,
tinitus tidak ada, fungsi pendengaran tidak terganggu.
c. System Wicara : klien tidak mengalami gangguan wicara
d. System Pernafasan : bentuk hidung simetris dan bersih tidak tampak secret, pada
jalan nafas klien tidak terdapat sputum, nafas 22x/menit irama teratur.
e. System Cardiovascular :
Sirkulasi perifer : nadi : 96x/menit, temperature kulit hangat, warna kulit
cokelat, capillary refill 1 detik, tidak terdapat oedema.
Sirkulasi jantung : -
f. System Saraf : tingkat kesadaran compos mentis, peningkatan Tekanan intra
cranial tidak ada.
g. System Pencernaan : caries gigi tidak ada, tidak menggunankan gigi palsu,
stomatitis tidak ada, lidah tampak bersih dan berwana merah muda, tidak
terdapat nyeri tekan/lepas pada abdomen
h. System Endokrin : tidak terdapat pembesaran kelenjar tyroid.
i. System Urogenitalis : tidak terdapat keluhan/gangguan.
j. System Musculoskeletal : kesulitan dalam pergerakan tidak ada, tidak terdapat
keluhan nyeri tekan/lepas, fraktur tidak ada, tidak terdapat kelainan bentuk
tulang dan sendi.
k. System Integument : turgor kulit normal, warna kulit cokelat, tekstur rambut
baik/tidak rontok, distribusi rambut merata. Pada region leher dan tengkuk
terdapat hiperpigmentasi dan ekskoriasi, pada abdomen dan punggung tampak
ekskoriasi, pada ekstremitas atas dan bawah tampak ekskoriasi, pada daerah
lipatan paha dan pantat terdapat hiperpigmentasi dan ekskoriasi.
5. Data Psikologis
a. Status Emosi : klien tampak sabar dan tenang dalam mengungkapkan
perasaannya.
b. Konsep Diri :
1) body image
klien mengatakan ingin segera penyakit gatalnya sembuh dan bisa dengan
tenang menjalankan pekerjaan dan aktivitasnya mengelola rumah tangga
3) identitas diri
klien merasa masih sebagai seorang laki-laki dan seorang suami bagi
istrinya.
4) harga diri
klien bangga menjadi ayah dari lima orang anak dan merasa tetap
diperhatikan oleh keluarga dan lingkungannya meskipun klien mengalami
penyakit ini. Klien tidak merasa harga dirinya menurun akibat penyakit ini.
5) peran diri
peran dirinya sebagai ayah, sebagai kepala keluarga, dan sebagai seorang
suami masih tetap bisa klien jalankan.
6. Data Sosial
a. pendidikan dan pekerjaan : pendidikan terakhir klien adalah SR. klien sehari-hari
bekerja sebagai security di sebuah POM bensin.
b. hubungan social : klien tinggal bersama istrinya dan mempunyai hubungan
social yang baik dengan tetangga di sekitar lingkungan rumahnya.
c. factor sosiokultural : klien hidup di lingkungan yang berkebudayaan sunda.
d. gaya hidup : klien berpenampilan sederhana, klien mempunyai kebiasaan
merokok, tapi klien tidak mempunyai kebiasaan meminum kopi apalagi minum
minuman keras. Dalam hal pakaian, klien berganti pakaian satu kali sehari dan
handuknya satu untuk berdua dengan istrinya. Dan klien tidur seranjang dengan
istrinya.
7. Data Spiritual
Klien beragama islam, percaya pada adanya kekuasaan dan keberadaan Allah SWT,
klien selalu berdoa untuk kesembuhannya da menganggap bahwa penyakit ini
adalah ujiaan baginya.
8. Data Penunjang : -
9. Pengobatan
TS 2 %
Bio Alergi tab 2x1
Gama Benzen 3 x 1 Salep
ANALISA DATA
DIAGNOSA KEP.
Pada region leher dan tengkuk terdapat hiperpigmentasi dan ekskoriasi, pada
abdomen dan punggung tampak ekskoriasi, pada ekstremitas atas dan bawah
tampak ekskoriasi, pada daerah lipatan paha dan pantat terdapat hiperpigmentasi
dan ekskoriasi.
DS :
DO :
INTERVENSI KEP.
IMPLEMENTASI
N DIAGNOSA IMPLEMENTASI
O Kep.
1. Gangguan rasa 1. Menganjurkan kepada klien apabila gatal untuk
nyaman b.d pruritus memakai salep/bedak yang telah diresepkan
2. Memberikan penekanan kepada klien akan pentingnya
mematuhi jadwal minum obat dan control berkala.
3. Melakukan kolaborasi pemberian medikasi antihistamin
(oral/topical)
EVALUASI
NO DIAGNOSA EVALUASI
.
1. Gangguan rasa nyaman b.d S :
pruritus o klien masih merasa gatal
o klien mengatakan mengerti dan paham dengan
penjelasan yang telah diberikan
O : klien tampak tidak menggaruk kulitnya
A : gangguan rasa nyaman gatal teratasi sebagian.
P : intervensi dilanjutkan