Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Keperawatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional yang
ditujukan pada masyarakat dengan penekanan kelompok risiko tinggi dalam upaya
pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, pemeliharaan rehabilitasi dengan menjamin keterjangkauan pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagi mitra dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan keperawatan (CHN, 2010). Di Indonesia dikenal
dengan sebutan perawatan kesehatan masyarakat (PERKESMAS) yang dimulai sejak
permulaan konsep Puskesmas diperkenalkan sebagai institusi pelayanan kesehatan
profesional terdepan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara
komprehensif.
Keperawatan sebagai bentuk komprehensif melakukan penekanan tujuan untuk
menekan stressor atau meningkatkan kemampuan komunitas mengatasi stressor melalui
pencegahan primer, sekunder, tersier. Peningkatan kesehatan berupa pencegahan penyakit
ini bisa melalui pelayanan keperawatan langsung dan perhatian langsung terhadap
seluruh masyarakat dan mempertimbangkan bagaimana masalah kesehatan masyarakat
mempengaruhi kesehatan individu, keluarga, dan kelompok. Peningkatan peran serta
masyarakat dalam bidang kesehatan merupakan suatu proses dimana individu, keluarga
dan lembaga masyarakat termasuk swasta mengambil tanggung jawab terhadap
masyarakat atas kesehatan diri keluarga dan masyarakat, mengembangkan kemampuan
untuk menyehatkan diri, keluarga dan masyarakat serta menjadi pelaku atau perintis
kesehatan dan peminpin yang menggerakan kegiatan masyarakat dibidang kesehatan
berdasarkan azas kemandirian dan kebersamaan. Dari hal tersebut masyarakat dapat
berperan serta dengan menyumbangkan tenaga, pikiran atau pengetahuan, sarana, dana
yang dimilikinya untuk upaya kesehatan.
Asuhan keperawatan komunitas dilakukan dengan pendekatan proses
keperawatan. Penerapan dari proses keperawatan bervariasi pada setiap situasi, tetapi
prosesnya memiliki kesamaan. Elemennya menggunakan metode pendekatan proses
keperawatan. Proses keperawatan adalah suatu kerangka operasional dalam pelaksanaan
askep yang berupa rangkaian kegiatan secara sistematis sehingga masyarakat mampu
secara mandiri dalam menghadapi masalah kesehatannya. Adanya kesungguhan,
kesesuaian, bersiklus, berfokus pada klien, interaktif dan berorientasi pada komunitas,
adalah elemen-elemen penting dalam asuhan keperawatan komunitas.
Pendidikan yang sangat umum dikemukakan oleh Driyarkara (1980) yang
menyatakan bahwa pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia muda.
Pengangkatan manusia muda ke taraf insani harus diwujudkan di dalam seluruh proses
atau upaya pendidikan. Di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun
1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 1 dinyatakan bahwa Pendidikan
adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.
Tingkat satuan pendidikan yang dianggap sebagai dasar pendidikan adalah
sekolah dasar. Di sekolah inilah anak didik mengalami proses pendidikan dan
pembelajaran. Secara umum pengertian sekolah dasar dapat kita katakan sebagai institusi
pendidikan yang menyelenggarakan proses pendidikan dasar dan mendasari proses
pendidikan selanjutnya. Pendidikan ini diselenggarakan untuk anak-anak yang telah
berusia tujuh tahun dengan asumsi bahwa anak seusia tersebut mempunyai tingkat
pemahaman dan kebutuhan pendidikan yang sesuai dengan dirinya. Pendidikan dasar
memang diselenggarakan untuk memberikan dasar pengetahuan, sikap dan keterampilan
bagi anak didik. Pendidikan dasar inilah yang selanjutnya dikembangkan untuk
meningkatkan kualitas diri anak didik. Kita seharusnya memahami pengertian sekolah
dasar sehingga dapat mengikuti setiap kegiatan yang diselenggarakan di tingkat ini.
Walaupun, kita pengenal pendidikan anak usia dini (PAUD), tetapi setidaknya mereka
lebih mengedepankan untuk melatih anak bersosialisasi dengan teman dan masyarakat,
bukan untuk mengikuti pendidikan dan pembelajaran yang mengarah pada pemahaman
pengetahuan. Tujuan dari adanya sebuah pendidian yaitu memberikan bekal kemampuan
membaca, menulis, dan berhitung, memberikan pengetahuan dan ketrampilan Dasar yang
bermanfaat bagi siswa sesuai dengan tingkat perkembangannya dan mempersiapkan
Siswa untuk mengikuti pendidikan di jenjang berikutnya

Sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan social yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara social dan ekonomi. (UU Kesehatan RI No. 23 tahun
1992). Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan sekaligus merupakan investasi
sumber daya manusia, serta memiliki kontribusi yang besar untuk meningkatkan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM). PHBS (Perilaku Hidup Bersih Sehat) adalah semua
perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran, sehingga keluarga beserta semua yang
ada di dalamnya dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif
dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat. PHBS itu jumlahnya banyak sekali,
bisa ratusan. Misalnya tentang Gizi: makan beraneka ragam makanan, minum Tablet
Tambah Darah, mengkonsumsi garam beryodium, memberi bayi dan balita Kapsul
Vitamin A. Tentang kesehatan lingkungan seperti membuang sampah pada tempatnya,
membersihkan lingkungan. PHBS (Perilaku Hidup Bersih Sehat) adalah semua perilaku
kesehatan yang dilakukan atas kesadaran, sehingga keluarga beserta semua yang ada di
dalamnya dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam
kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat. Kesehatan lingkungan adalah hubungan
timbal balik antara manusia dan lingkungan yang berakibat atau mempengaruhi derajat
kesehatan manusia PHBS kesehatan lingkungan adalah perilaku kesehatan yang
menciptakan hubungan antara manusia dan lingkungannya yang berakibat mempengaruhi
derajat kesehatan manusia.
Indikator kesehatan lingkungan :
1. Perumahan bersih dan sehat
2. Penyediaan air bersih
3. Penanganan air limbah
4. Penanganan sampah
5. Pembuangan kotoran manusia (Tinja)

PHBS Kesehatan Lingkungan di Indonesia masih diirasakan belum memenuhi


kebutuhan sanitasi dasar, yaitu sanitasi minimal yang diperlukan agar dapat memenuhi
kriteria kesehatan pemukiman. Menurut Depkes (2012) mencuci tangan adalah
membersihkan tangan dari segala kotoran, dimulai dari ujung jari sampai siku dan lengan
dengan cara tertentu sesuai dengan kebutuhan. Sementara itu menurut Perry & Potter
(2006), mencuci tangan merupakan teknik dasar yang paling penting dalam pencegahan
dan pengontrolan infeksi. Cuci tangan adalah proses membuang kotoran dan debu secara
mekanik dari kulit kedua belah tangan dengan memakai sabun dan air (Tietjen, et.al.,
2004). Sedangkan menurut Purohito (2007) mencuci tangan merupakan syarat utama
yang harus dipenuhi sebelum melakukan tindakan keperawatan misalnya: memasang
infus, mengambil spesimen. Infeksi yang di akibatkan dari pemberian pelayanan
kesehatan atau terjadi pada fasilitas pelayanan kesehatan.Infeksi ini berhubungan dengan
prosedur diagnostik atau terapeutik dan sering termasuk memanjangnya waktu tinggal di
rumah sakit (Perry & Potter, 2006). Mencuci tangan adalah membasahi tangan dengan air
mengalir untuk menghindari penyakit, agar kuman yang menempel pada tangan benar-
benar hilang. Mencuci tangan juga mengurangi pemindahan mikroba ke pasien dan
menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang berada pada kuku, tangan , dan lengan
(Schaffer, et.al., 2000). Menurut Susiati (2008), tujuan dilakukannya cuci tangan yaitu
untuk mengangkat mikroorganisme yang ada di tangan, mencegah infeksi silang (cross
infection), menjaga kondisi steril, melindungi diri dan pasien dari infeksi dan
memberikan perasaan segar dan bersih.
Kebiasaan jajan pada anak sudah menjadi kebiasaan umum dan ditemui di
berbagai tingkat sosial ekonomi masyarakat. Bagi anak yang tidak terbiasa makan pagi,
makanan jajan berfungsi sebagai makanan yang pertama kali masuk ke saluran
pencernaan, sehingga pada sebagian anak, jajanan menjadi penting artinya.Jika dibiarkan
saja,akan berdampak negative kepada kesehatan anak.Selain itu,banyak zat-zat yang
berbahaya di dalam jajanan tersebut. Meski berdasarkan survei 18 persen anak sekolah
membawa bekal dari rumah, faktanya 60 persen orangtua masih memberikan uang jajan.
Meskipun makanan rumah bisa dijamin bersih dan menyehatkan tetap saja anak rentan
membeli makanan dengan zat-zat yang berbahaya di sekolah.Anak-anak cenderung
tertarik karena bentuknya yang beraneka ragam seperti tempura,gulali,jeli,permen-
permen,es cendol,dsb. Pada dasarnya anak-anak sekolah dasar kebanyakan suka makanan
jajanan, dibanding makanan berat. Mereka menghabiskan uang jajannya untuk membeli
jajanan di kantin sekolah maupun pedagang kaki lima di sekitar sekolah dasar. Banyak
hal-hal negative yaitu terdapatnya senyawa kimia. Zat ini dapat terakumulasi pada tubuh
manusia dan bersifat karsinogenik yang dalam jangka panjang menyebabkan penyakit-
penyakit antara lain kanker dan tumor pada organ tubuh manusia. Jajanan yang tidak
bersih akan menyebabkan anak menderita berbagai penyakit, misalnya diare atau
muntaber. Bahan makanan yang berwarna mencolok juga dikhawatirkan mengandung
bahan pewarna bukan makanan. Kebiasaan jajan makanan yang padat energi seperti
makanan manis dan berlemak juga berpotensi membuat anak kegemukan. Fakta yang
terungkap bahwa dampak makanan tertentu ternyata mempengaruhi fungsi otak termasuk
gangguan perilaku pada anak sekolah.Gangguan perilaku tersebut meliputi gangguan
tidur, gangguan konsentrasi, gangguan emosi, gangguan bicara, hiperaktif hingga
memperberat gejala pada penderita autis. Pengaruh jangka pendek dari anak-anak
mengkonsumsi jajanan ini menimbulkan gelaja-gejala yang sangat umum seperti pusing,
mual, muntah, diare atau kesulitan buang air besar. Joint Expert Committee on Food
Additives (JECFA) dari WHO yang mengatur dan mengevaluasi standar BTP melarang
penggunaan bahan kimia tersebut pada makanan. Standar ini juga diadopsi oleh Badan
POM dan Departemen Kesehatan RI melalui Peraturan Menkes Nomor
722/Menkes/Per/IX/1998. Jajanan tersebut sangat berbahaya sekali jika keadaan ini tidak
ditindaklanjuti.
Menurut World Health Organization (WHO), masalah kesehatan gigi dan mulut
merupakan masalah yang terjadi di seluruh dunia. Penyakit gigi dan mulut yang paling
umum meliputi gigi berlubang, penyakit gusi (hilangnya gigi), kanker mulut, penyakit
menular mulut dan trauma dari cedera. Di seluruh dunia, ditemukan 60-90 % anak-anak
sekolah memiliki gigi berlubang yang sering menimbulkan rasa sakit dan
ketidaknyamanan. Prevalensi penyakit gigi dan mulut meningkat di negara-negara
berkembang. Faktor resiko yang mempengaruhi masalah kesehatan gigi dan mulut
meliputi kebersihan mulut yang buruk & faktor sosial, diet yang tidak sehat,
mengkonsumsi tembakau dan mengkonsumsi alkohol. Masalah kesehatan gigi dan mulut
di Indonesia masih menjadi perhatian penting dalam pembangunan kesehatannasional
dan menjadi masalah pada semua usia. Menurut Riskesdas (2013)prevalensi masalah gigi
dan mulut di Indonesia adalah 25,9% meliputi perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan
mulut pada umur 10 tahun dengan jumlah 835.256 responden dan pemeriksaan gigi
serta melihat kondisi gigi dan mulut pada umur 12 tahun dengan jumlah 789.771
responden. Untuk perilaku benar dalam menggosok gigi berkaitan dengan faktor gender,
ekonomi dan tempat tinggal ditemukan data sekitar 76,6% masyarakat Indonesia
menyikat gigi pada saat mandi pagi dan mandi sore. Sedangkan, didapatkan angka
prevalensi sebesar 2,3% untuk menyikat gigi yang benar setelah makan pagi dan sebelum
tidur malam. Menurut Riskesdas 2013 perilaku berisiko yang dilakukan oleh kelompok
usia anak sekolah mengenai masalah kesehatan pada anak antara lain tidak menggosok
gigi secara benar sebesar 92,3% pada anak usia 13-15 tahun, merokok sebesar 18,3%
pada anak usia 15-19 tahun, dan kurang mengkonsumsi sayuran sebesar 95% pada anak
usia 13-15 tahun. Anak usia sekolah merupakan generasi penerus bangsa yang akan
menjadi tumpuan kualitas bangsa dalam konteks sumberdaya manusia yang akan datang
(Depkes, 2014). Kualitas sumber daya manusia (SDM) antara lain ditentukan dua faktor
yang satu sama lain saling berhubungan, berkaitan dan saling bergantung yakni
pendidikan dan kesehatan. Kesehatan merupakan syarat utama agar upaya pendidikan
berhasil, sebaliknya pendidikan yang di peroleh akan sangat mendukung tercapainya
peningkatan status kesehatan seseorang (Maryunani, 2013). Menurut Undang-Undang RI
No.23 tahun 1992 kesehatan sekolah diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan
hidup sehat peserta didik untuk dapat belajar tumbuh dan berkembang secara harmonis
dan optimal menjadi sumber daya yang berkualitas.Sekolah sebagai salah satu sasaran
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di tatanan institusi pendidikan, hal ini di
sebabkan karena banyaknya data yang menyebutkan bahwa munculnya sebagian penyakit
yang sering menyerang anak usia sekolah (usia 6-10 tahun) (Maryunani, 2013). Menurut
Promkes Depkes, 2014 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)adalah semua perilaku
kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat
menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan
kesehatan di masyarakat. Prinsip kesehatan yang menjadi landasan dasar pelaksanaan.
Program PHBS yaitu mencegah lebih baik daripada mengobati.
Sedangkan, PHBS di sekolah adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh
peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil
pembelajaran. Sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan
kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat (Lamongan,
2014). Ada beberapa hal yang menjadi alasan pentingnya PHBS untuk anak sekolah yaitu
anak pada usia sekolah ini termasuk kelompok masyarakat yang mempunyai resiko
tinggi, pada usia sekolah adalah waktu yang paling tepat untuk menanamkan kebiasaan
hidup bersih dan kesehatan pada anak usia sekolah akan menentukan kesehatan
masyarakat dan bangsa dimasa depan (Maryunani, 2013). Penanaman nilai-nilai PHBS di
sekolah merupakan kebutuhan yang mutlak dan dapat dilakukan melalui pendekatan
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) (Maryunani, 2013). Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
adalah usaha untuk membina dan mengembangkan kebiasaan serta perilaku hidup sehat
pada peserta didik usia sekolah yang dilakukan secara terpadu (Lamongan, 2014). Dalam
UU Nomor 36 Tahun 2009 pasal 79 tentang Kesehatan, ditegaskan bahwa Kesehatan
Sekolah diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta didik
dapat belajar, tumbuh dan berkembang secara harmonis dan setinggi-tingginya sehingga
diharapkan dapat menjadi sumber daya manusia yang berkualitas. Ruang lingkup dan
tujuan UKS tidak lain mengarah pada praktik PHBS di sekolah (Lamongan, 2014).
Upaya UKS dalam mengatasi masalah kesehatan anak usia sekolah dan remaja yaitu
difokuskan pada anak usia TK/RA dan SD/MI, yaitu dengan menanamkan kebiasaan
PHBS sedini mungkin dengan membentuk kebiasaan menggosok gigi dengan benar,
mencuci tangan, serta membersihkan kuku dan rambut (Maryunani, 2013). Menurut
Notoatmodjo (2012) menambahkan bahwa perilaku dibentuk melalui beberapa proses
yaitu seseorang meyadari atau mengetahui suatu stimulus (objek) terlebih dahulu dan
mulai tertarik dengan stimulus tersebut, setelah itu seseorang mulai mempertimbangkan
stimulus itu baik atau tidak untuk dirinya sendiri dan setelah melalui proses tersebut
seseorang mulai memutuskan dan mulai mencoba melakukan perilaku baru. Hal ini
didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Jumaini, Indriati, Maysaroh (2013) yang
mengungkapkan bahwa perilaku seseorang dipengaruhi beberapa hal yaitu tingkat
pendidikan, pengetahuan, tradisi, kepercayaan, nilai, sistem dan pengalaman. Faktor-
faktor tersebut dapat mempengaruhi seseoarang berperilaku positif dan negatif, dalam hal
ini perilaku baik dipengaruhi oleh pengalaman dan peran orangtua seperti dukungan yang
diberikan oleh orangtua. Sama halnya yang diungkapkan dalam teori Notoatmodjo (2012)
yaitu terbentuknya perilaku seseorang terjadi dikarenakan proses kematangan dan proses
interaksi dengan lingkungan. Proses interaksi dengan lingkungan memiliki dampak yang
lebih besar terhadap pembentukan perilaku, terbentuknya perilaku karena terdapatnya
proses interaksi dengan lingkungan biasanya hal ini terjadi melalui proses belajar. Untuk
membiasakan anak untuk berperilaku yang baik dalam menggosok gigi dibutuhkan
dukungan dari berbagai pihak salah satunya yaitu dukungan dari orangtua siswa dan juga
pendidikan tentang menggosok gigi yang dapat dilakukan oleh tenaga pengajar dari pihak
sekolah, hal ini pula diungkapkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Dian, Ulfiana,
Sari (2012) mengungkapkan bahwa perilaku hidup bersih dan sehat tentang menggosok
gigi harus terus terpelihara dengan memerlukan dukungan dari berbagai pihak seperti
halnya pihak sekolah, orangtua, dan petugas kesehatan diwilayah tersebut. Dari pihak
sekolah seperti kegiatan dari Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) berupaya untuk memupuk
kebiasan hidup bersih dan sehat yang salah satunya yaitu kebiasaan menggosok gigi pada
anak usia sekolah dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang menggosok gigi.
Namun, perilaku menggosok gigi tidak hanya diamati disekolah, perilaku menggosok
gigi sebenarnya hanya bisa diamati dirumah sehingga diperlukan bantuan para orangtua
dalam hal meningkatkan perilaku menggosok gigi siswa di rumah karena orangtua dapat
menjadi role model yang dapat diamati seorang anak dirumah.
Selain itu, Penyelenggaraan upaya kesehatan mempunyai tujuan untuk mencapai
kemampuan hidup sehat bagi setiap manusia. Adanya kemampuan hidup sehat,
merupakan syarat utama bagi tercapainya derajat kesehatan yang optimal, selanjutnya
akan menghasilkan tenaga kerja yang efektif. Anak usia sekolah dasar mencakup
kelompok masyarakat dengan usia antara 7 tahun sampai dengan 12 tahun, merupakan
kelompok tingkat kerawanan tinggi khususnya karena dalam proses pertumbuhan.
Intensitas pembinaan menuju terbentuknya perilaku hidup sehat merupakan bagian
penting dari pembinaan kesehatan usia sekolah dasar. Melalui para guru Pendidikan
kesehatan yang memahami dan memiliki kemampuan tentang kesehatan serta
pelaksanaan bimbingan dan pengawasan selama proses belajar mengajar dengan benar,
diharapkan tujuan tersebut dapat tercapai. Untuk menuju sehat maka perlu diupayakan
peningkatan kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan peserta didik, sehingga
memungkinkan dapat tumbuh dan berkembang yang harmonis dan optimal. Bimbingan
dan pengawasan di dalamnya mencakup pemahaman dan pengetahuan, sikap dan
keterampilan untuk melaksanakan prinsip hidup sehat, serta partisipasi aktif di dalam
usaha peningkatan kesehatan di sekolah. Juga memiliki daya hayat dan daya tangkal
terhadap pengaruh buruk. Usaha kesehatan untuk mencapai tujuan tersebut menurut
Murifah (2004: 252) dikenal sebagai TRIAS UKS diantarannya adalah:
1. Pendidikan Kesehatan
2. Pelayanan kesehatan di sekolah
3. Lingkungan kehidupan sekolah yang sehat
Pelayanan kesehatan di sekolah adalah upaya peningkatan (promosi), pencegahan
(preventif), pengobatan (kuatif), dan pemulihan (rehabilitatif) yang dilakukan tehadap
peserta didik dan lingkungannya. Adapun kegiatan-kegiatan pelayanan kesehatan
menurut Depkes (2006: 25) meliputi:
1. Peningkatan kesehatan (promotif) dilaksanakan melalui kegiatan penyuluhan
kesehatan dan latihan keterampilan.
2. Pencegahan (preventif) dilaksanakan melalui kegiatan peningkatan daya tahan
tubuh, kegiatan.
3. Pemutusan mata rantai penularan penyakit dan kegiatan penghentian proses
penyakit pada tahap dini sebelum timbul penyakit.
4. Penyembuhan dan pemulihan (kuratif dan rehabilitatif) dilakukan melalui
kegiatan mencegah komplikasi dan kecacatan akibat proses penyakit atau untuk
peningkatan kemampuan peserta didik yang cedera/cacat agar dapat berfungsi
optimal. Tujuan pelayanan kesehatan di sekolah adalah untuk meningkatkan
kemampuan dan keterampilan melakukan tindakan hidup sehat, dalam rangka
membentuk perilaku hidup sehat serta untuk meningkatkan daya tahan tubuh
terhadap penyakit dan mencegah terjadinya penyakit, kelainan dan cacat, serta
menghentikan proses penyakit dan komplikasi akibat penyakit, mengembalikan
fungsi dan peningkatan kemampuan bagi yang cedera/cacat agar dapat befungsi
optimal. Layanan kesehatan yang baik dan sempurna yaitu apabila pelaksanaan
pelayanan sudah mencapai strata pelaksanaan layanan kesehatan yang paripurna.
Tingkatan strata menurut Depkes (2006: 28) adalah sebagai berikut;
Strata minimal
1. Dilaksanakan penyuluhan kesehatan,
2. Dilaksanakannya imunisasi, dan
3. Ada penyuluhan kesehatan gigi maupun sikat gigi masal minimal kelas 1, 2, 3
SD.
4. Stratastandar dipenuhinya strata minimal
5. Penjaringan kesehatan
Pemeriksaan kesehatan secara berkala tiap 6 bulan, termasuk pengukuran
tinggi dan berat badan
6. Pencatatan hasil pemeriksaan kesehatan siswa pada buku/kms
7. Penjaringan kesehatan gigi untuk kelas 1 diikuti dengan pencabutan gigi
sulung yang sudah waktuunya tanggal
8. Ada rujukan bila diperlukan,
9. Ada dokter kecil,
10. Melaksanakan P3P dan P3K dan pengawasan warung sekolah/kantin.
Strata optimal
1. Dipenuhinya strata standar
2. Dana sehat/dana UKS
3. Pelayanan medik gigi dasar atas permintaan siswa
Strata paripurna
1. Dipenuhi strata optimal
2. Konseling kesehatan remaja bagi siswa kelas IV VI
3. Pengukuran tingkat kesegaran jasmani.

Di Indonesia bentuk promosi kesehatan di sekolah anatara lain yaitu Usaha


Kesehatan Sekolah (UKS) dan sekaligus UKS merupakan salah satu upaya kesehatan
masyarakat di sekolah. Komunitas sekolah yang terdiri dari guru, murid, karyawan
sekolah baik di tingkat sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), dan
Sekolah Menengh Atas (SMA) adalah sasaran dari promosi kesehatan di sekolah. Usia
sekolah merupakan waktu yang tepat untuk meletakkan landasan yang kokoh bagi
terwujudnya manusia yang berkualitas sebagai sumber daya pembangunan bangsa. Hal
tersebut yang melatarbelakangi terbentuknya UKS. Dasar hokum pembentukan UKS
undang-undang RI No 23 tahun 1992 tentang kesehatan sekolah. Pada bab V pasal 45
ayat 1 dinyataan bahwa kesehatan sekolah diselenggarakan untuk meningkatkan
kemampuan hidup sehat peserta didik dalam lingkungan hidup sehat, sehingga peserta
didik dapat belajar dan berkembang secara harmonis dan optimal menjadi sumber daya
yang berkualitas.
BAB II
TIJAUAN TEORI
A. Promosi kesehatan
Upaya kesehatan sekolah (health promoting school) adalah suatu tatanan dimana
program pendidikan dan kesehatan dikombinasikan untuk menumbuhkan perilaku
kesehatan sebagai faktor utama untuk kehidupan sekolah yang berwawasan kesehatan,
dimana sekolah bukan hanya sebagai tempat kegiatan belajar mengajar , tetapi juga
sebagai sarana untuk pembentukan perilaku yang sehat. Promosi esehatan di sekolah
merupakan suatu langkah strategis dalam upaya peningkatan kesehatan masyarakat, hal
ini disebabkan pada pemikiran bahwa promosi kesehatan melalui komunitas sekolah
yaitu paling efektif dibandingkan upaya kesehatan masyarakat lainnya khususunya dalam
pengembangan perilaku hidup bersih dan sehat.
Menurut Ida Bagus (2000) bawa pendidikan kesehatan yang diberikan di sekolah
dapat membantu siswa meningkatkan kemampuan siswa dalam hal menetapkan masalah
dan kebutuhan mereka sendiri, memahami apa yang dapat mereka lakukan terhadap
masalahnya dan menentukan kegiatan yang paling tepat guna meningkatkan taraf hidup
sehat. Menurut WHO (2004) ada nam cirri-ciri dari suatu sekolah untuk dapat menjadi
sekolah yang mempromosikan kesehatan yaitu:
1. Meningkatkan semua piak yang berkaitan dengan masalah kesehatan di sekolah yaitu
peserta didik, guru, orangtua, para tokoh masyarakat dan organisasi yang ada di
masyarakat.
2. Adanya suatu usaha untuk menciptakan lingkungan sehat, aman dan nyaman yang
meliputi sanitasi dan air bersih, terbebas dari segala bentuk terjadinya kekerasan, terbebas
dari adanya pengaruh negative dan penyalahgunaan zat adiktif, terdapat suatu dukungan
dari masyarakat sepenuhnya.
3. Memberikan pendidikan kesehatn sekolah sesuai dengan kurikulum yang mampu
meningkatan siap dan perilaku para pesrta didik yang positif terhadap kesehatan,
memperhatikan pentingnya pendidikan dan pelatihan untuk gara dan orangtua para
peserta didik di sekolah.
4. Bekerja keras untuk ikut berperan akyif untuk meninatkan kesehatan masyarakat dengan
memperhatikan adnya masla kesehatan di masyarakat yang teradidan berpartisipasi dalam
kegiatan masyarakat.
B. Sekolah
Sekolah merupakan sebuah wadah dalam menata sebuah perilaku untuk
kehidupan anak selanjutnya termasuk dalam perilaku kesehatan. Kemudian untuk
populasi ana disebuah SD semakin besar seiring dengan berjalannya tahun dalam lingkup
komunitas sekitar 50 %. Oleh sebab itu, promosi atau pendidikan kesehatan di sekolah
sangat penting. Bentuk dari promosi kesehatan di sekolah dengan terbentknya UKS
(Usaha Kesehatan Sekolah) dan merupakan salah satu upaya kesehata masyarakat di
sekolah. Sasaran promosi kesehatan di sekolah adalah di tingkat SD SMP dan SMA yang
terdiri dari murid, guru dan karyawan. Anak usia sekolah dasar mencakup kelopok
masyarakat antara usia 7-12 tahun merupkan kelompok tingkat dengan kerentanan tinggi
khususnya karena dalam proses pertumuhan. Melalui para guru Pendidikan kesehatan
yng memahami dan memiliki kemampuan tentang kesehatan serta pelaksanaan
bimbingan dan pengawasan selama proses belajar mengaar dengan benar. Bimbingan dan
pengawasan didalamnya mencakup pemahaman dan pengetahuan, skap dan ketrampilan
Dainur. 1995. Materi-Materi Pokok Ilmu Kesehatan Masyarakat, Jakarta, Widya
Medika
Depkes RI. 1992. Pedoman Kerja Puskesmas Jilid IV, Jakarta
Knollmueler. 1998. Buku Saku Keperawatan Komunitas Kesehatan Rumah,
Jakarta: EGC
Stanhope, Marcia. 1997. Perawatan Kesehatan Masyarakat Suatu Proses dan
Praktek untuk Peningkatan Kesehatan Jilid 2. Bandung: Yayasan IAPK
Pajajaran Bandung

Anda mungkin juga menyukai