Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN EARLY CLINICAL EXPOSURE (ECE)

GERIATRI
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS FROZEN
SHOULDER AKIBAT DIABETES MILITUS DI RSUD
PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

Disusun oleh :

Irda Maulana Rindhan ( 201510301144 )


Arfian Fadlhi Setyatama ( 201510301145 )

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI

UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA

2016/2017
LAPORAN EARLY CLINICAL EXPOSURE (ECE)
GERIATRI
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS FROZEN
SHOULDER AKIBAT DIABETES MILITUS DI RSUD
PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

Disusun oleh :

Irda Maulana Rindhan ( 201510301144)


Arfian Fadlhi Setyatama (201510301145)

Telah Distejui
Pada Tanggal :

Koordinator ECE Dosen Pembimbing ECE


Semester 4 Reguler

Mengetahui
Ketua Prodi S1 Fisioterapi

Siti Khotimah, SST.Ft., M.Fis


KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang mana telah memberikan
kesehatan dan kesempatan kepada kami untuk melaksanakan Early Clinical
Exposure dan menyelesaikan Laporan Early Clinical Exposure ini dengan lancar.
Makalah ini dengan judul PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA
KASUS FROZEN SHOULDER AKIBAT DIABETES MILITUS DI RSUD
PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL disusun sebagai syarat utama untuk
menyelesaikan serangakaian tugas akhir Early Clinical Exposure di semester 4.
Dalam penyusunan makalah ECE (Early Clinical Exposure) ini, penulis
mendapat banyak dukungan serta dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga makalah ECE ini bisa selesai. Penulis menyadari akan adanya
kekurangan dan kesalahan yang disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman penulis, sehingga makalah ECE ini jauh dari sempurna. Oleh karena
itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak
yang nantinya akan bermanfaat untuk perbaikan makalah ECE ini

Yogyakarta,...mei 2017

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

Fisioterapi sebagai salah satu pelayanan kesehatan dengan modalitas yang


dimilikinya ikut mengambil peran serta aktif dan ikut bertanggung jawab terhadap
kesehatan individu, kelompok, keluarga dan masyarakat. Disini fisioterapi sangat
berperan dalam bidang kapasitas fisik dan kemampuan fungsional secara optimal
yang mencakup aspek-aspek peningkatan (promotif), pencegahan (preventif),
pengobatan (kuratif) dan pemulihan(rehabilitatif) (WCPT, 2007).
Geriatri adalah cabang disiplin ilmu kesehatan yang mempelajari aspek
kesehatan dan pada warga Lanjut Usia termasuk pelayanan kesehatan kepada
Lanjut Usia dengan mengkaji semua aspek kesehatan berupa promosi,
pencegahan, diagnosis, pengobatan, dan rehabilitasi. Upaya peningkatan
kesejahteraan pada lanjut usia diarahkan untuk memperpanjang usia harapan
hidup dan masa produktif agar terwujud kemandirian dan kesejahteraan. Salah
satu upaya yang dilakukan adalah peningkatan pelayanan kesehatan geriatri di
rumah sakit. Dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan geriatri di rumah
sakit yang berkualitas, merata dan terjangkau maka pelayanan geriatri harus
dilakukan secara terpadu melalui pendekatan yang bersifat interdisiplin oleh
berbagai tenaga profesional yang bekerja dalam tim terpadu geriatri. Oleh sebab
itu, dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan geriatri di rumah sakit dan
untuk mengakomodasi berbagai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di
bidang pelayanan geriatri, perlu disusun penyelenggaraan pelayanan geriatri di
rumah sakit
Lansia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan
biologis, fisik, kejiwaan dan sosial (UU Kesehatan No. 23 Thn 1992, pasal :
19). Kesejahteraan bagi orang-orang usia lanjut dapat dicapai bila para usia lanjut
bisa menjalani hidupnya tanpa harus bekerja, tapi dilain pihak dia mampu
memenuhi seluruh kebutuhan hidup sendiri. Kebutuhan ini bukan saja yang
bersifat fisik, seperti pangan, kesehatan, dan lain-lain. Peran fisioterapi sebagai
salah satu bidang kesehatan, yang bertanggung jawab terhadap kapasitas fisik dan
kemampuan fungsional para lansia. Permasalahan kesehatan yang dialami para
lansia cenderung merupakan masalah penyakit degeneratif / penyakit penuaan
yang merupakan orientasi pokok yang utama. Selain itu aspek sosial dari lansia itu
juga tidak boleh diabaikan. Tentang angka harapan hidup lansia, di negara maju
angka harapan hidup lansia cenderung tinggi disebabkan karena bagusnya sistem
pemberdayaan terhadap lansia. Untuk negara berkembang, belum tersentuh
sepenuhnya pemberdayaan lansia, sehingga angka harapan hidup di negara
berkembang relatif rendah. Salah satu cara meningkatkan kesejahteraan lansia
misalnya mengikutkan beliau lebih banyak kepada kegiatan sosial dan agama,
rekreasi, berkumpul dengan anak dan cucu dalam keadaan yang menyenangkan,
rekreasi, mengembangkan hobi dan bakat terpendam, tidak boleh bekerja terlalu
berat, membuat hatinya riang gembira setiap hari dan tidak boleh membuat dia
kecewa serta sedih. Tugas fisioterapi dalam kesehatan lansia sangatlah penting
dalam menjaga ROM, menjaga kekuatan musculoskeletal, membantu pola jalan,
memberikan support mental, menjaga ADL
A. Latar Belakang
Frozen shoulder merupakan rasa nyeri yang mengakibatkan keterbatasan
lingkup gerak sendi (LGS) pada bahu. Mungkin timbul karena adanya trauma,
mungkin juga timbul secara perlahan- lahan tanpa tanda-tanda atau riwayat
trauma. Keluhan utama yang dialami adalah nyeri dan penurunan kekuatan
otot penggerak sendi bahu dan keterbatasan LGS terjadi baik secara aktif atau
pasif. Frozen shoulder di akibatkan oleh penyusutan dan pembentukan
jaringan perut pada sendi, melibatkan nyeri bahu dan hilangnya pergerakan
(Sandor & Brone 2000). Secara epidemiologi frozen shoulder terjadi sekitar
usia 40-65 tahun. Dari 2-5 % populasi sekitar 60 % dari kasus frozen shoulder
lebih banyak mengenai perempuan dibanding laki- laki. Frozen shoulder juga
terjadi pada 10-20 % dari penderita diabetus mellitus yang merupakan salah
satu faktor resiko frozen shoulder.
Frozen shoulder (capsulitis adhesive) adalah sindroma yang ditandai
dengan keterbatasan idiopatik pada bahu yang biasanya terasa nyeri pada fase
awal. Sebab-sebab sekunder meliputi perubahan struktur pendukung dari dan
sekitar bahu dan penyakit endokrin atau penyakit sistemik yang lain (Siege l et
al., 2005). Tiga stadium yang dapat diidentifikasikan dari kondisi ini adalah
fase nyeri, fase lengket dan fase pemulihan. Pemulihan LGS biasanya bersifat
spontan, baik sebagian maupun keseluruhan gerak setelah beberapa bulan atau
tahun. Perawatan dengan corticosteroid intra articuler dan fisioterapi ringan
secara bertahap meningkat, mungkin akan membantu mencapai hasil yang
lebih baik, dan berakibat menurunnya resiko fungsional (Siegel et al., 2005).
Faktor-faktor peyebab frozen shoulder terjadi banyak pada kondisi orang
meliputi gangguan miofasial (rotator cuff) yang tidak diberikan latihan,
diabetes mellitus, disuse dari sendi bahu, yang sering terjadi pada hemiparase
atau monoparesis dimana lengan terlibat, ischemic heart disease, tapi
bagaimana hubungan konsatifnya tidak dimengerti, orang yang berusia 40
tahun ke atas yang menggunakan luminal, zodium dan isoniazid dalam jangka
panjang (Sidarta, 1989). Tetapi pada umumnya penyebabnya secara pasti tidak
diketahui (Sandor & Brone, 2000)
B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang dapat dikemukakan di RSUD Panembahan


Senopati Bantul antara lain :

1. Apakah short wave dhiatermy dapat mengurangi nyeri gerak ?


2. Apakah infra red dapat mengurangi spasme?
3. Apakah terapi latihan dapat mengembalikan aktifitas fungsional?

C. Tujuan Penulis
1. Untuk mengetahui manfaat short wave diathermy dan efek kepada
pasien yang mengalami frozen shoulder.
2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh infra red terhadap
penurunan spasme pasien.
3. Untuk mengetahui cara dalam pemberian intervensi fisioterapi dengan
terapi latihan pada penderita frozen shoulder untuk mengurangi nyeri,
meningkatkan lingkup gerak sendi serta meningkatkan kemampuan
fungsional pasien .
BAB II
PEMBAHASAN

A. DESKRIPSI KASUS

1. Definisi Frozen Shoulder


Frozen Shoulder adalah suatu patologi yang ditandai dengan nyeri,
limitasi gerakan sendi glenohumeralis baik secara aktif maupun pasif tanpa
perubahan radiologis, kecuali adanya oestopenia atau klasifikasi tendinitis.
Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa kasus ini
merupakan patologi yang belum diketahui penyebabnya atau idopatik yang
menyebabkan nyeri, penurunan lingkup gerak sendi dan mengakibatkan
penurunan aktifitas fungsional ( Salim, 2013).

2. Etiologi
Frozen Shoulder adalah penyakit kronis yang ditandai dengan adanya
keterbatasan gerak pada saat gerakan aktif maupun pasif yang disertai dengan
nyeri pada sendi glenohumeral dengan penyebab yang tidak diketahui pasti atau
idopatik dan mungkin penyebab yang lainnya yaitu imunologi, inflamasi,
biokimia dan perubahan endokrin (Donatelli, 2004).

a. Gangguan frozen shoulder karna Diabetes Millitus


Diabetes yang kronik biasanya juga dapat menyebabkan perubahan
kuantintas dan kualitas struktur meliputi tulang, sendi, kulit dan
jaringan lunak. Sedangkan gangguan muskuloskeletal yang terjadi
pada penderita diabetes mellitus meliputi komplikasi pada jaringan
lunak : frozen shoulder, tenosinovitis fleksor, sindroma terowongan
karpal, kontraktur dupuytrens, keterbatasan lingkup gerak sendi.
Komplikasi pada sendi : Osteoartritis, Artritis gout, Osteolisis,
Neuroartropati. Komplikasi pada tulang : Osteopenia, Hiperostosis.
Frozen Shoulder merupakan penyakit keterbatasan gerak artikulus
glenohumeral dan pada akhirnya sendi tersebut sukar digerakan
karena nyeri. Nyeri dirasakan pada bagian atas humerus dan menjalar
ke lengan atas bagian ventral, skapula, lengan bawah, serta dirasakan
terutama jika lengan atas digerakan biasanya kambuh pada malam
hari. Pasien datang dengan keluhan nyeri dan ngilu pada bahu serta
gerakan sendi yang terbatas terutama dengan gerakan abduksi elevasi.
Terjadi fibrasi kapsul sendi serta fibrosis jaringan peri-kapsular atau
periartritis sendi bahu. Biasanya menyerang individu biasanya diatas
40 tahun, perempuan lebih sering terkena disbanding laki-laki dan
sering sebagai program sekunder atau bersamaan dengan penyakit
bahu tipe lain. Penyebabnya bermacam-macam tapi yang paling
sering adalah fraktur lengan dan bahu pada kontusio jaringan.
Tekanan hipoosmotik dan hiperosmotik ini mengakibatkan dehidrasi.
Didalam darah terdapat komposisi cairan lebih banyak daripada
komposisi cairan darah akan tetapi jika tekanan pada hipoosmotik
dan hiperosmotik terus berlangsung maka cairan dari darah akan terus
menurun yang mengakibatkan hemokonsentrasi. Jika cairan dalam
darah sudah menjadi kental maka keseimbangan darah menjadi
terganggu (trombosis). Trombosis ini menyebabkan penyempitan
pada pembuluh darah atau disebut dengan aterosklerosis.
Aterosklerosis dapat terjadi pada pembuluh darah besar maupun
pembuluh darah kecil. Dengan adanya aterosklerosis menyebabkan
berkurangnya asupan darah yang masuk ke dalam organ-organ yang
dialiri oleh darah tersebut sehingga dapat terjadi komplikasi diabetes
mellitus tipe 2 dan dari komplikasi ini dapat menyebabkan gangguan
muskuloskeletal.

3. Anatomi fungsional
Shoulder kompleks terdiri dari empat sendi yaitu (1) sendi glenohumeral ,
(2) sendi sternoclavicula, (3) sendi scapulothoracic , dan (4) sendi
acromioclavicula dimanna semua berkontribusi untuk mencapai berbagai gerakan
bahu sekitar 120 derajat gerakan fleksi dan abduksi pada bahu untuk aktifitas
fungsional.
4. Patologi
Patologinya dikarakteristikan dengan adanya kekakuan kapsul sendi oleh
jaringan fibrous yang padat dan selular. Berdasarkan susunan intra articular
adhesion, penebalan sinovial akan berlanjut ke keterbatasan articular cartilago.
Berkurangnya cairan sinovial pada sendi sehingga terjadi perubahan kekentalan
cairan tersebut yang menyebabkan penyusutan pada kapsul sendi, sehingga sifat
ekstensibilitas pada kapsul sendi berkurang dan akhirnya terjadi perlekatan.
Tendinitis bicipitalis, calcificperitendinitis, inflamasi rotator cuff, frkatur atau
kelainan ekstra articular seperti angina pectoris, cervical sponylosis, diabetes
mellitus yang tidak mendapatkan penanganan secara tepat maka kelama-lamaan
akan menimbulkan perlekatan atau dapat menyebabkan adhesive
capsulitis. Adhesive capsulitis dapat menyebabkan patologi jaringan yang
menyebabkan nyeri dan menimbulkan spasme, degenerasi juga dapat
menyebabkan nyeri dan dapat menimbulkan spasme.

Selama peradangan berkurang jaringan berkontraksi kapsul menempel


pada kaput humeri dan guset sinovial intra artikuler dapat hilang dengan
perlengketan. Frozen merupakan kelanjutan lesi rotator cuff, karena degenerasi
yang progresif. Jika berkangsung lama otot rotator akan tertarik serta
memperlengketan serta memperlihatkan tnada-tanda penipisan dan fibrotisasi.
Keadaan lebih lanjut, proses degenerasi diikuti erosi tuberculum humeri yang
akan menekan tendon bicep dan bursa subacromialis sehingga terjadi penebalan
dinding bursa.

Frozen shoulder dapat pula terjadi karena ada penimbunan kristal kalsium
fosfat dan karbonat pada rotator cuff. Garam ini tertimbun dalam tendon, ligamen,
kapsul serta dinding pembuluh darah. Penimbunan pertama kali ditemukan pada
tendon lalu kepermukaan dan menyebar keruang bawah bursa subdeltoid sehingga
terjadi rardang bursa, terjadi berulang-ulang karena tekiri terus-menerus
menyebabkan penebalan dinding bursa, pengentalan cairan bursa, perlengketan
dinding dasar dengan bursa sehingga timbul pericapsulitis adhesive akhirnya
terjadi frozen shoulder (Kisner 1996)
5. Tanda dan gejala klinis
Gejala paling pada penderita dengan keluhan frozen shoulder umumnya
adalah sakit pada bahu dan terbatasnya jangkauan gerakan pada bahu sehingga
mengalami kesulitan untuk menggerakkan bahu dan melakukan berbagai aktivitas
sehari-hari seperti mengulurkan tangan, memakai baju, dan gerakan di atas kepala
seperti menyisir rambut. Gerakan juga terbatasi pada gerakan pasif dan aktif.

Ada 3 tahapan bahu beku, diantaranya: Tahap Pembekuan (Tahap 1). Ini
adalah tahap paling sakit dan gerakan bahu juga terbatas. Tahap ini biasanya
berlangsung 6-12 minggu. Tahap Beku (Tahap 2). Rasa sakit berkurang dalam
tahap ini, namun kekakuan tetap ada. Tahap ini biasanya berlangsung 4 hingga 6
bulan. Tahap Melumer (Tahap 3). Pada stadium akhir, gerakan pada tangan secara
perlahan membaik setelah jangka waktu lama. Tahap ini dapat berlangsung lebih
dari 1 tahun.

6. Prognosis
Prognosis frozen shoulder mempunyai prognosis yang baik bila terapi
yang diberikan tepat dan adekuat. Latihan sedini mungkin mempengaruhi
kesembuhan karena immobilisasi yang terlalu lama menimbulkan jaringan
fibrous yang akan membatasi gerak (Sujudi, 2001).

7. Patient savety

Hampir setiap tindakan medic menyimpan potensi resiko. Banyaknya jenis


obat, jenis pemeriksaan dan prosedur, serta jumlah pasien dan staf Rumah Sakit
yang cukup besar, merupakan hal yang potensial bagi terjadinya kesalahan medis
(medical errors). Menurut Institute of Medicine (1999), medical error
didefinisikan sebagai: The failure of a planned action to be completed as intended
(i.e., error of execusion) or the use of a wrong plan to achieve an aim (i.e., error of
planning). Artinya kesalahan medis didefinisikan sebagai: suatu Kegagalan
tindakan medis yang telah direncanakan untuk diselesaikan tidak seperti yang
diharapkan ( kesalahan tindakan) atau perencanaan yang salah untuk mencapai
suatu tujuan (kesalahan perencanaan). Kesalahan yang terjadi dalam proses
asuhan medis ini akan mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada
pasien, bisa berupa Near Miss atau Adverse Event (Kejadian Tidak
Diharapkan/KTD).

Near Miss atau Nyaris Cedera (NC) merupakan suatu kejadian akibat
melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil (omission), yang dapat mencederai pasien, tetapi cedera serius
tidak terjadi, karena keberuntungan (misalnya,pasien terima suatu obat kontra
indikasi tetapi tidak timbul reaksi obat), pencegahan (suatu obat dengan overdosis
lethal akan diberikan, tetapi staf lain mengetahui dan membatalkannya sebelum
obat diberikan), dan peringanan (suatu obat dengan overdosis lethal diberikan,
diketahui secara dini lalu diberikan antidotenya).

Adverse Event atau Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) merupakan suatu


kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien karena
suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil (omission), dan bukan karena underlying disease atau kondisi pasien.
8. UNDERLYING PROCCES

Factor penyebab DIABETES: 1.


Riwat keluarga. 2. Obesitas. 3.
usia

Hasil pemeriksaan 489 mg/dl


DIABETES
normal 8-12 mg/dl

Diabetes akan mengakibatkan penebalan jaringan


pada bahu da akan menempel erat pada sendi bahu

FROZEN SHOULDER

Sulit untuk mengangkat Adanya nyeri saat melakukan


Keterbatasan LGS
tangan ke atas pergerakan tangan

EFEK IR:
EFEK SWD:
MENGURANGI
Mengurangi
Pelaksanaan fisioterapi SPASME,
nyeri,
MENGURANGI
MERILEKSASIK Modalitas NYERI,
AN OTOT, o IR MELANCARKAN
o SWD PEREDARAN
Terapi latihan DARAH
EFEK TERAPI
o Aktif movement
LATIHAN:
o Pasif movement
MENAMBAH LGS
o resisited
TUJUAN

Untuk mengurasi nyeri sendi bahu


Mengembalikan LGS/ROM seperti normal
Mengurangi spasme pada otot-otot di sekitaran
bahu atau shoulder

B. Deskripsi Problematika Fisioterapi

Adanya nyeri tekan pada otot sekitar bahu, nyeri gerak kesegala arah,
adanya keterbatasan lingkup gerak sendi bahu kiri untuk gerakan eksorotasi,
endorotasi, fleksi, ekstensi, adbuksi dan adduksi

C. Penatalaksanaan Fisioterapi
1. Identitas Pasien
Dari hasil anamesis yang berhubungan dengan kasus ini didapatkan hasil
sebagai berikut, Pasien bernama Bp.Suroso Hadi, berusia 62 tahun, jenis kelamin
laki-laki, agama islam, pekerjaan: pensiunan PNS, bakualan wetan patalan jetis

2. Keluhan Utama
Hasil yang diperoleh adalah pasien mengeluh kaku dan nyeri bahu kanan
dan kiri terutama saat digerakan

3. Pemeriksaan Fisioterapi

Pemeriksaan fisioterapi pada kasus frozen shoulder meliputi inspeksi


(statis dan dinamis), palpasi, pemeriksaan gerak (aktif, pasif dan gerak melawan
tahanan), pemeriksaan nyeri, manual muscle testing (MMT), pemeriksaan lingkup
gerak sendi, dan pemeriksaan antopometri

.
4. Problematika Fisioterap

Adanya nyeri tekan pada otot sekitar bahu, nyeri gerak kesegala arah,
terutama fleksi dan abduksi bahu kanan adanya keterbatasan lingkup gerak sendi
bahu kanan dan kiri untuk gerakan fleksi dan abduksi.

5. Pelaksanaan Terapi

Pelaksanaan fisioterapi dimulai dari tanggal 6 februari 2015. Modalitas


fisioterapi yang digunakan adalah short wave diathermy dan infra red, terapi
latihan berupa active movement dan pasive movement serta resisted.

Tujuan yang hendak dicapai pada kondisi ini adalah mengurangi nyeri,
meningkatkan lingkup gerak sendi, dan mengembalikan kemampuan fungsional
pasin
BAB III

STATUS KLINIS
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Hasil dari penatlaksanaan fisioterapi pada frozen shoulder akibat capsulitis adhesiva
dengan menggunakan modalitas short wave diathermy dan terapi latihan didapatkan hasil
berupa:

1. Adanya penurunan nyeri gerak pada bahu kiri dari 6.5 menjadi 5.

2. Adanya penurunan nyeri tekan padabahu kiri dari 6,5 menjadi 5,3.

3. Adanya peningkatan LGS pada bahu kanan menjadi lebih tinggi saat melakukan

fleksi dan abduksi shoulder.

B. Saran

Setelah melakukan proses fisioterapi dengan menggunakan modalitas fisioterapi


berupa terapi latihan pada pasien frozen shoulder menggunakan modalitas short wave
diathermy,infra red dan terapi latiham maka penulis memberikan saran kepada:

1. Kepada pasien
Kerjasama antara terapis dan pasien harus selalu ditingkatkan serta adanya
keseriusan dan kesungguhan pasien untuk bisa sembuh dengan melakukan latihan
yang telah dicontohkan terapis dirumah secara rutin

2. Kepada fisioterapi
Dalam memberikan pelayanan harus sesuai dengan standar yang telah baku
dalam prosedur yang berlaku agar mendapatkan hasil yang memuaskan.

Anda mungkin juga menyukai